1) Faktor imunologis
Pada beberapa penderita yang disebut asma ekstrinsik atau alergik,
eksaserbasi terjadi setelah pemaparan terhadap faktor lingkungan seperti debu
rumah, tepungsari, dan ketombe. Bentuk asma adanya instrinsik dan ekstrinsik.
Perbedaan intrinsik dan ekstrinsik mungkun pada hal buatan (artifisial), karena dasar
imun pada jejas mukosa akibat mediator pada kedua kelompok tersebut. Asma
ekstrinsikmungkin dihubungkan dengan lebih mudahnya mengenali rangsangan
pelepasan mediator daripada asma instrinsik.
2) Faktor endokrin
Asma dapat lebih buruk dalam hubungannya dengan kehamilan dan menstruasi,
terutama premenstruasi, atau dapat timbul pada saat wanita menopause. Asma
membaik pada beberapa anak saat pubertas.
3) Faktor psikologis
Faktor emosi dapat memicu gejala-gejala pada beberapa anak dan dewasa yang
berpenyakit asma, tetapi “penyimpangan” emosional atau sifat-sifat perilaku yang
dijumpai pad anak asma tidak lebih sering daripada anak dengan penyakit cacat
kronis yang lain.(Nelson, 2013).
Terdapat berbagai keadaan yang memicu terjadinya serangan asma, diantara lain:
1) Kegiatan fisik (exercise)
2) Kontak dengan alergen dan irritan
Allergen dapat disebabkan oleh berbagai bahan yang ada di sekitar penderita asma
seperti misalnya kulit, rambut, dan sayap hewan. Selain itu debu rumah yang
mengandung tungau debu rumah (house dust mites) juga dapat menyebabkan
alergi. Hewan seperti lipas (cockroaches, kecoa) dapat menjadi pemicu timbulnya
alergi bagi penderita asma. Bagian dari tumbuhan seperti tepung sari dan ilalang
serta jamur (nold) juga dapat bertindak sebagai allergen. Irritans atau iritasi pada
penderita asma dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti asap rokok, polusi udara.
Faktor lingkungan seperti udara dingin atau perubahan cuaca juga dapat
menyebabkan iritasi. Bau-bauan yang menyengat dari cat atau masakan dapat
menjadi penyebab iritasi. Selain itu, ekspresi emosi yang berlebihan (menangis,
tertawa) dan stres juga dapat memicu iritasi pada penderita asma.
3) Akibat terjadinya infeksi virus
4) Penyebab lainnya. Berbagai penyebab dapat memicu terjadinya asma yaitu:
a. Obat-obatan (aspirin, beta-blockers)
b. Sulfite (buah kering wine)
c. Gastroesophageal reflux disease, menyebabkan terjadinya rasa terbakar pada
lambung (pyrosis, heart burn) yang memperberat gejala serangan asma
terutama yang terjadi pada malam hari
d. Bahan kimia dan debu di tempat kerja
e. Infeksi
Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di manalapisan bagian dalam dari
saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak.
Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya
penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir
yang berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara menjadi
sempit oleh adanya lendir.
Fraktur iga
6. Pemeriksaan Diagnostik (jika ada)
1. Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol,
golongan adrenergic.Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20%
menunjukkan diagnosis asma.
2. Tes Provokasi Bronkhus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20% atau lebih
setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari maksimum dianggap bermakna
bila menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih.
3. Pemeriksaan Kulit
Untuk menunjukkan adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh.
Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisa Gas Darah (AGD / Astrup).
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat hipoksemia,
hiperkapnea,dan asidosis respiratorik.
b. Sputum
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang berat, karena
hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa,
sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarnaan
grampenting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti kultur dan
uji resistensi terhadap beberapa antibiotic.
c. Sel eosinophil
Sel eosinophil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000- 1500/mm 3
baik asma intrinsic ataupun ekstrinsik, sedangkan hitungan sel eosinofil normal antara
100-200/mm. Perbaikan fungsi paru diseratai penurunan hitung jenis sel eosinofil
menunjukkan pengobatan telah tepat.
d. Pemeriksaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan
SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea Sel
eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai 1000-1500/mm3 baik
asma intrinsic ataupun ekstrinsik, sedangkan hitungan sel eosinofil normal antara100-
200/mm.Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil
menunjukkan pengobatan telah tepat.
4. Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma bronchial biasanya normal,
tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya proses patologi diparu atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,
pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain. Muttaqin, Arif: 2008
7. Penatalaksanaan Medik (jika ada)
Tujuan utama penatalaksanaan Asma adalah mencapai asma terkontrol sehingga
penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-
hari. Pada prinsipnya penatalaksanaan asma dibagi menjadi 2, yaitu : penatalaksanaan
asma jangka panjang dan penatalaksanaan asma akut/saat serangan.
a. Tatalaksana Asma Jangka Panjang
Prinsip utama tatalaksana jangka panjang adalah edukasi, obat Asma (pengontrol
dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam asma). Obat pelega diberikan pada
saat serangan, obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan dan diberikan
dalam jangka panjang dan terus menerus.
b. Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa
Tujuan tatalaksana serangan Asma akut:
1) Mengatasi gejala serangan asma
2) Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan
3) Mencegah terjadinya kekambuhan
4) Mencegah kematian karena serangan asma Menurut Kusuma (2016), ada
program penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu :
a) Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti. Edukasi
tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain
yang membutuhkan energi pemegan keputusan, pembuat
perencanaan bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.
b) Menilai dan monitor berat asma secara berkala Penilaian klinis berkala
antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri mutlak
dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan
berbagai faktor antara lain :
a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan
terapi
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan
pada asmanya
c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview,
sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri.
c) Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
d) Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut
sebagai asma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan :
a) Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
b) Tahapan pengobatan
i Asma Intermiten, medikasi pengontrol harian tidak perlu
sedangakan alternatif lainnya tidak ada.
ii Asma Presisten Ringan, medikasi pengontrol harian diberikan
Glukokortikosteroid ihalasi (200-400 ug Bd/hati atau ekivalennya),
untuk alternati diberikan Teofilin lepas lambat, kromolin dan
leukotriene modifiers.
iiiAsma Persisten Sedang, medikasi pengontrol harian diberikan
Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (400-800 ug BD/hari atau
ekivalennya), untuk alternatifnya diberikan glukokortikosteroid
ihalasi (400-800 ug Bd atau ekivalennya) ditambah Teofilin dan di
tambah agonis beta 2 kerja lama oral, atau Teofilin lepas lambat.
iv Asma Persisten Berat, medikasi pengontrol harian diberikan
ihalasi glukokortikosteroid (> 800 ug Bd atau ekivalennya) dan
agonis beta 2 kerja lama, ditambah 1 antara lain : Teofilin lepas
lambat, Leukotriene, Modifiers, Glukokortikosteroid oral. Untuk
alternatif lainnya Prednisolo/ metilprednisolon oral selang sehari 10
mg ditambah agonis bate 2 kerja lama oral, ditambah Teofilin lepas
lambat.
e) Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
Hubungan penderita dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk
terjadi kepatuhan dan efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan
pengobatan asma jangka panjang sesuai kondisi penderita, realistik/
memungkinkan bagi penderita dengan maksud mengontrol asma.
a) Menetapkan pengobatan pada serangan akut Pengobatan pada
serangan akut antara lain : Nebulisasi agonis beta 2 tiap 4 jam,
alternatifnya Agonis beta 2 subcutan, Aminofilin IV, Adrenalin 1/1000
0,3 ml SK, dan oksigen bila mungkin Kortikosteroid sistemik.
b) Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting
diperhatikan oleh dokter yaitu: a. Tindak lanjut (follow-up) teratur
c) Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penangan lanjut bila
diperlukan
d) Pola hidup sehat
1) Meningkatkan kebugaran fisik
Olahraga menghasilkan kebugaran fisik secara umum. Walaupun
terdapat salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah
execrise, akan tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang
melakukan olahraga. Senam asma Indonesia (SAI) adalah salah
satu bentuk olahraga yang dianjurkan karena melatih dan
menguatkan otot-otot pernapasan khususnya, selain manfaat lain
pada olahraga umumnya.
2) Berhenti atau tidak pernah merokok
3) Lingkungan kerja
Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat menimbulkan asma.
Menurut (Rosdahl & Kowalski, 2017) Penatalaksanaan medis pada penderita asma
bronkhial yaitu :
a. Pengobatan farmakologi
1) Antikolinergik
Bronkodilator ini bekerja pada sistem saraf untuk mengendalikan ukuran jalan
napas:
a) Atropin metilnitrat
b) Ipratropium bromida (Atrovent)
2) Agonis Beta
Obat ini mendilatasi jalan napas bronkhial dengan bekerja pada sistem saraf yang
mengendalikan jaringan otot di sekitar jalan napas:
a) Albuterol (Asmavent,Proventil,Vention,Volmax)
b) Epineprin (Adrenalin,Asthmanefrin,Epifrin,Micronefrin,Sus-Phrine)
c) Metaproterenol sulfat (Alupent)
d) Pirbuterol asetat (Maxair Inhiler)
e) Terbutalin sulfat (Brethine,Bricanyl)
3) Kortikosteroid
Obat ini bekerja sebagai ageris anti-inflamasi:
a) Beklometason ( Vanceril,Beclovent,Beconase)
b) Budesonid (Pulmicort,Rhinocort)
c) Flunisolid (Aerobid,Nasalide)
d) Flutikason propionate(Flovent,Flonase)
e) Metilprednison (Medrol)
f) Nedokromil (Tilade)
g) Prednison (Meticorten,Orasone,Deltasone)
h) Triamsinolon (azmacort).
4) Metilsantin
Bronkodilator ini merelaksasi otot polos bronkial:
a) Aminofilin/teofilin etilenediamin (Truphylline)
b) Teofilin(Theo-Dur,Theovent,Sio-Phyllin,UniDur,Uniphyl)
5) Penstabil Sel Mast
Agens ini menghambat pelepasan histamin yang dipicu oleh alergen dan zat
anafilaksis lepas lambat (leukotrien) dari sel mast: Natrium Kromalin
(Intal,NasalCrom).
b. Pengobatan Non farmakologi
Menurut (Wahid & Suprapto, 2013) yaitu :
1) Memberikan penyuluhan
2) Menghindari faktor pencetus
3) Pemberian carian
4) Fisioterapi napas (senam napas)
5) Pemberian oksigen bila perlu
d. Auskultasi
1) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan (abnormal).
2) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan
nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
3) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan vesikular.
4) Suara nafas tambahan meliputi wheezing : peural friction rub, dan
crackles.(Nuraruf & Kusuma, 2015)
3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus dalam
jumlah berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan
bronkospasme
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
dan deformitas dinding dada
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon dioksida
d. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontakbilitas dan volume
sekuncup jantung
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(hipoksia) kelemahan
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
laju metabolic, dispnea saat makan, kelemahan otot penguyah
g. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang diderita
4. Intervensi
Tindakan dan Rasional Tindakan
No DIAGNOSA KEP Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1 Tidak efektifnya bersihan jalan o Respiratory status : ventilation o Pastikan kebutuhan oral / tracheal
nafas o Respiratory status : airway patency suctioning
o Aspiration control setelah dilakukan tindakan o Berikan o2 ……l/mnt, metode………
keperawatan selama…………..pasien o Anjurkan pasien untuk istirahat dan
menunjukkan keefektifan jalan nafas napas dalam
dibuktikan dengan kriteria hasil o Posisikan pasien untuk
o Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara memaksimalkan ventilasi
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan o Lakukan fisioterapi dada jika perlu
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, o Keluarkan sekret dengan batuk atau
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
suction
lips)
o Auskultasi suara nafas, catat
o Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
adanya suara tambahan
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
o Berikan bronkodilator o Monitor
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal) status hemodinamik o Berikan
o Mampu mengidentifikasikan dan mencegah pelembab udara kassa basah nacl
faktor yang penyebab. lembab
o Saturasi o2 dalam batas normal o Berikan antibiotik :
o Foto thorak dalam batas normal o Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan o
Monitor respirasi dan status o2
o Pertahankan hidrasi yang adekuat
untuk mengencerkan secret
o Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang penggunaan peralatan : o2,
suction, inhalasi.
2 Gangguan pertukaran gas o Respiratory status : gas exchange o o Posisikan pasien untuk
Keseimbangan asam basa, elektrolit o memaksimalkan ventilasi
Respiratory status : ventilation o Vital sign o Pasang mayo bila perlu o
status Lakukan fisioterapi dada jika perlu o
o Setelah dilakukan tindakan keperawatan Keluarkan sekret dengan batuk atau
selama …. Gangguan pertukaran pasien suction
teratasi dengan kriteria hasi: o Auskultasi suara nafas, catat
o Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi adanya suara tambahan
dan oksigenasi yang adekuat o Berikan bronkodilator o
o Memelihara kebersihan paru paru dan Barikan pelembab udara o Atur
bebas dari tanda tanda distress pernafasan intake untuk cairan mengoptimalkan
o Mendemonstrasikan batuk efektif dan keseimbangan
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis o Monitor respirasi dan status o2
dan dyspneu (mampu mengeluarkan o Catat pergerakan dada,amati
sputum, mampu bernafas dengan mudah,
kesimetrisan, penggunaan otot
tidak ada
tambahan, retraksi otot
supraclavicular
pursed lips) dan intercostals
o Tanda tanda vital dalam rentang normal o Monitor suara nafas, seperti dengkur o
o Agd dalam batas normal Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
o Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
o Monitor ttv, agd, elektrolit dan ststus
mental
o Observasi sianosis khususnya membran
mukosa
o Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (o2,
suction, inhalasi)
o Auskultasi bunyi jantung, jumlah,
irama dan denyut jantung
3 Perubahan nutrisi kurang dari a. Nutritional status: adequacy of nutrient o Kaji adanya alergi makanan o
kebutuhan tubuh b. Nutritional status : food and fluid intake Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
c. Weight control setelah dilakukan menentukan jumlah kalori dan
tindakan keperawatan selama….nutrisi nutrisi yang dibutuhkan pasien
kurang teratasi dengan indikator: o Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
o Albumin serum o Pre mencegah konstipasi
albumin seru o Hematokrit o Ajarkan pasien bagaimana membuat
o Hemoglobin catatan makanan harian.
o Total iron binding o Monitor adanya penurunan bb dan
capacity o Jumlah limfosit gula darah
o Monitor lingkungan selama makan o
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
o Monitor turgor kulit
o Monitor kekeringan, rambut kusam,
total protein, hb dan kadar ht
o Monitor mual dan muntah o Monitor
pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
o Monitor intake nuntrisi o
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
o Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
ngt/ tpn sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
o Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
o Kelola pemberan anti emetik:.....
o Anjurkan banyak minum o
Pertahankan terapi iv line
4 Gangguan pola tidur Kebutuhan Tidur
berhubungan dengan sesak o anxiety control o comfort level o pain
o evaluasi efek-efek medikasi
dan batuk level
terhadap pola tidur
o rest : extent and pattern
o jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
o sleep : extent ang pattern setelah
o fasilitasi untuk mempertahankan
dilakukan tindakan keperawatan selama ….
aktivitas sebelum tidur (membaca)
Gangguan pola tidur pasien teratasi dengan
o ciptakan lingkungan yang nyaman o
kriteria hasil
kolaburasi pemberian obat tidur
o jumlah jam tidur dalam batas normal o
pola tidur,kualitas dalam batas normal o
perasaan fresh sesudah tidur/istirahat o
mampu mengidentifikasi halhal yang
meningkatkan tidur
5 Kurang Pengetahuan o Kowlwdge : disease process o Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
❖ kowledge : health behavior setelah keluarga
dilakukan tindakan keperawatan selama …. o Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
Pasien menunjukkan pengetahuan tentang bagaimana hal ini berhubungan dengan
proses penyakit dengan kriteria hasil: anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
o Pasien dan keluarga menyatakan tepat.
pemahaman o Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan muncul pada penyakit, dengan cara
program pengobatan yang tepat
o Pasien dan keluarga mampu o Gambarkan proses penyakit, dengan
melaksanakan prosedur yang dijelaskan cara yang tepat
secara benar o Identifikasi kemungkinan penyebab,
o Pasien dan keluarga mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim o Sediakan informasi pada pasien tentang
kesehatan lainnya kondisi, dengan cara yang tepat
o Sediakan bagi keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
o Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
o Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
o Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
5. Evaluasi
C. DAFTAR PUSTAKA
1. Repository.poltekkes-tkj.ac.id. 2019. Bab II Tinjauan Pustaka.
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/273/4/Bab%202%20yuiiiiii.pdf. Diakses pada 10
Februari 2021.
2. digilib.unimus.ac.id. Bab II Tinjauan Pustaka.
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/126/jtptunimus-gdl-nurlailabe-6282-2-babii.pdf.
Diakses pada 10 Februari 2021
3. eprints.poltekkesjogja.ac.id. Bab II Tinjauan Pustaka.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3659/8/BAB%20II%20dan%20kerangka.pdf. Diakses
pada 10 Februari 2021.