Anda di halaman 1dari 16

PERSPEKTIF KEMATIAN BERDASARKAN KEMATIAN

(AGAMA ISLAM)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan menjelang Ajal dan Paliatif

Disusun oleh :

Adinda Putri Handayani


09180000088

Keperawatan Tingkat III Alamat : Jl. Harapan No. 50 Lenteng Agung


Jagakarsa
Jakarta Selatan DKI Jakarta
Telepon: (021) 78894043 Fax : 02187878788
Email : secretary_ainec@yahoo.com

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Hidayahnya saya dapat menyelesaikan makalah perspektif kematian berdasarkan kematian
(agama islam). ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Salawat serta salam semoga selalu
tercurah limpah kepada baginda Nabi Muhammad SAW Tak lupa saya ucapkan terimakasi
kepada bapak dosen yang terhormat karna sudah memberikan dukungan dan bimbingan kepada
saya dalam membuat makalah ini.

Disini saya menyadari masih banyak ke kurangan dalam makalah yang telah saya buat,
oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca untuk proses
penyempurnaan makalah ini.

Demikian pengejaan makalah ini saya buat dengan sebenarnya semoga bermanfaat bagi
kita di massa sekerang maupun masa yang akan datang. Sekian saya ucapkan Terimakasih

Penulis

Jakarta November 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................4

A. Latar Belakang ..............................................................................................................4


B. Tujuan penulisan ...........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................6

A. Kematian .......................................................................................................................6
B. Perspektif Mengenai Kematian .....................................................................................7
C. Hadis- Hadis tentang kematian Dalam Al-qur’an ........................................................10

BAB III PENUTUP .................................................................................................................15

A. Kesimpulan ..................................................................................................................15
B. Saran ............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian (ajal) adalah hal yang pasti terjadi pada setiap makhluk yang
bernyawa, tidak ada yang mengetahui kapan dan di mana ia akan menemui ajal, dalam
keadaan baik atau buruk. Bila ajal telah tiba maka maka tidak ada yang bisa memajukan
ataupun mengundurkannya. 1 Setiap Muslim wajib mengingat akan datangnya kematian,
bukan hanya karena kematian itu merupakan perpisahan dengan keluarga atau orang-
orang yang dicintai, melainkan karena kematian merupakan pertanggung jawaban atas
amal yang dikerjakan selama orang tersebut hidup di dunia. 2 Tiap manusia sudah
ditentukan ajalnya sendiri-sendiri oleh Allah swt, hanya saja manusia tidak mengetahui
kapan ajal itu akan datang, dan dimana tempatnya ia menghembuskan nafas penghabisan.
Ada manusia yang masih sangat muda meninggal dunia, atau masih bayi atau
sudah tua dan ada pula yang sudah sangat tua baru meninggal, semua itu Allah swt yang
menentukan. Walhasil manusia tidak dapat lari dari kematian. Mau lari ke mana, maka di
sana pula mati akan mengejarnya. Death is common to all people and varying cultures
have their own way of understanding life, death, and the state after death. (Kematian
adalah umum untuk semua orang dan budaya yang bervariasimemiliki cara mereka
sendiri untuk memahami kehidupan, kematian, dan keadaan setelah kematian).1 Dalam
Al-Quran disebutkan : Artinya; “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatimu
sekalipun kamu berada dalam benteng yang kuat …. (Q.S. An Nisa’ : 78). 2 Dalam ajaran
Islam, kehormatan manusia sebagai khalifah Allah swt dan sebagai ciptaan termulia,
tidak hanya terjadi dan ada ketika masih hidup di dunia saja.

4
Akan tetapi kemuliaannya sebagai makhluk Allah swt tetap ada walaupun fisik
sudah meninggal. Kesinambungan kemuliannya sebagai makhluk Allah terjadi karena
ruhnya tetap hidup berpindah ke alam lain, yang sering disebut dengan alam berzakh,
alam di antara dunia dan akhirat. Penghormatan dan pemuliaan tersebut dilakukan sejak
mulai dari perawatan jenazah, yang diteruskan oleh ahli waris atau handai taulan yang
masih hidup setelah jenazah seseorang meninggal diberikan dalam beragam bentuk,
seperti ziarah, berkirim doa, dan sebagainya. Karena pentingnya pengurusan jenazah
sejak memandikan jenazah sampai penguburan jenazah maka Rasulullah saw
memberikan kabar gembira bagi siapa saja yang mau mengurus jenazah sampai selesai
dengan pahala yang besar.

B. Tujuan penulisan
a. Mahasiswa mampu memahami tentang kematian menurut islam
b. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian kematian
c. Mahasiswa mampu mengetahui hadis- hadis tentang kematian

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kematian
Kematian merupakan fakta biologis, akan tetapi kematian juga memiliki
dimensi sosial dan psikologis. Secara biologis kematian merupakan berhentinya proses
aktivitas dalam tubuh biologis seorang individu yang ditandai dengan hilangnya fungsi
otak, berhentinya detak jantung, berhentinya tekanan aliran darah dan berhentinya proses
pernafasan. Dimensi sosial dari kematian berkaitan dengan perilaku dan perawatan
sebelum kematian, tempat letak di mana proses sebelum dan sesudah bagi kematian si
mati. Penawaran dan proses untuk memperlambat atau mempercepat kematian, tata
aturan di seputar kematian, upacara ritual dan adat istiadat setelah kematian serta
pengalihan kekayaan dan pengalihan peran sosial yang pernah menjadi tanggung jawab si
mati (Hartini, 2007).
Ismail (2009) mengatakan bahwa secara medis kematian dapat dideteksi yaitu
ditandai dengan berhentinya detak jantung seseorang. Namun pengetahuan tentang
kematian sampai abad moderen ini masih sangat terbatas. Tidak ada seorangpun yang
tahu kapan dia akan mati. Karena itu tidak sedikit pula yang merasa gelisah dan stress
akibat sesuatu hal yang misterius ini. Dimensi psikologis dari kematian menekankan pada
dinamika psikologi individu yang akan mati maupun orang- orang di sekitar si mati baik
sebelum dan sesudah kematian (Hartini,2007). Sihab (2008) mengatakan bahwa kematian
pemutusan segala kelezatan duniawi, dia adalah pemisah antara manusia dan pengaruh
kenyamanan hidup orang- orang yang lalai.
Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al- Qur’an “Dimana saja kamu
berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang
tinggi dan kokoh” (Annisa:4:78). Maut juga disebut sebagai pengancam hidup bagi
manusia, sehingga kebanyakan dari individu takut akan kematian itu sendiri. Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kematian terjadi ketika berhentinya proses
aktivitas dalam tubuh biologis seorang individu yang ditandai dengan hilangnya fungsi
otak, berhentinya detak jantung, berhentinya tekanan aliran darah dan berhentinya proses
pernafasan serta terhentinya hubungan manusia dengan alam dunia.

6
B. Perspektif Mengenai Kematian
a. Kematian dalam Persfektif Agama Islam
Menurut persfektif Islam kematian dianggap sebagai peralihan kehidupan,
dari dunia menuju kehidupan di alam lain. Kematian didefinisikan sebagai
kehilangan permanen dari fungsi integratif manusia secara keseluruhan (Hasan,
2006). Al- qur’an merupakan media terbaik yang paling representatif dalam
mengungkapkan perspektif Islam mengenai kematian dan pasca kematian.
Al- qur’an memberikan perhatian yang cukup berpengaruh pada masalah
ini dalam kehidupan individu dan masyarakat (bangsa). Bahkan al- qur’an sering
menyandingkan antara keimanan pada Allah dalam keimanan pada hari akhir,
sehingga sekali lagi, mengesankan bahwa keimanan pada Allah saja belum cukup
bagi individu dalam mewujudkan kesempurnaan mental, ketenangan jiwa, dan
kesalehan moral serta perilaku tanpa disertai keimanan pada hari akhir
(Rasyid,2008). Menurut para ulama kematian bukan sekedar ketiadaan atau
kebinasaan belaka, tetapi sebenarnya mati adalah terputusnya hubungan roh
dengan tubuh, terhalangnya hubungan antara keduanya, dan bergantinya keadaan
dari suatu alam ke alam lainnya (Al- Qurtubi, 2005).
b. Kematian dalam Persfektif Psikologi
Psikologi sebagai sebuah ilmu yang mengkaji pikiran, perasaan, dan
perilaku seseorang melihat kematian sebagai suatu peristiwa dahsyat yang
sesungguhnya sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Ada segolongan
orang yang memandang kematian sebagai sebuah malapetaka. Namun ada
pandangan yang sebaliknya bahwa hidup di dunia hanya sementara, dan ada
kehidupan lain yang lebih mulia kelak, yaitu kehidupan di akhirat. Maut
merupakan luka paling parah untuk narsisisme insani. Untuk menghadapi frustrasi
terbesar ini, manusia bertindak religius (Dister, 1982).
Masalah kematian sangat menggusarkan manusia. Mitos, filsafat juga ilmu
pengetahuan tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Kekosongan
batin akan semakin terasa ketika individu dihadapkan pada peristiwa- peristiwa
kematian. Terutama jika dihadapkan pada kematian orang- orang terdekat dan

7
yang paling dicintai. Rasa kehilangan bersifat individual, karena setiap individu
tidak akan merasakan hal yang sama tentang kehilangan. Sebagian individu akan
merasa kehilangan hal yang biasa dalam hidupnya dan dapat menerimanya
dengan sabar. Individu yang tidak dapat menerima kehilangan orang yang
disayang dalam hidupnya akan merasa sendiri dan berada dalam keterpurukan.
Berbagai proses yang dilalui untuk kembali dari keterpurukan karena
setiap orang akan mengalami hal- hal yang unik dan khusus, tergantung
bagaimana cara dia ditinggalkan. Sebagian individu yang lebih memilih untuk
tegar karena kesadaran utuk melanjutkan kehidupan. Perasaan kehilangan akan
semakin berat dirasakan jika kadar rasa memiliki itu tinggi hal ini terjadi karena
adanya kedekatan batin yang tinggi. Kematian juga disikapi manusia mengenai
dirinya. Sadar bahwa suatu saat dirinya juga akan mengalami kematian. Masing-
masing mulai menakar diri. Menginvetarisasi semua aktivitas dan lakon hidup.
Mengingat kebaikan dan keburukan yang sudah pernah dilakukan.
Khawatir akan balasan yang akan diterima dihari kebangkitan. Perasaan seperti
ini sering dirasakan dan menghantui manusia yang terjadi semacam kecemasan
batin. Sebagai suatu ilmu pengetahuan empiris psikologi terikat pada pengalaman
dunia. Psikologi tidak melihat kehidupan manusia setelah mati, melainkan
mempelajari bagaimana sikap dan pandangan manusia terhadap masalah kematian
dan apa makna kematian bagi manusia itu sendiri (Boharudin, 2011).
c. Kematian dalam Perspektif Remaja
Salah satu peristiwa hidup yang dihadapi remaja adalah kematian anggota
keluarga dicintai atau kematian sendiri yang akan datang kepada mereka yang
mengancam jiwa. Kematian bukan masalah yang biasa bagi remaja. Sekitar 4%
remaja di Amerika Serikat kehilangan orang tua karena kematian sebelum mereka
mencapai usia 18, dan 1,5 juta remaja tinggal di keluarga orang tua tunggal
karena kematian (US Biro Sensus, 1993). Koocher dan Gudas (1992) dengan
tepat menyatakan bahwa asumsi remaja tentang kematian yakni tidak nyamannya
remaja dengan kematian, bukan realitas kemampuan remaja untuk memahami dan
mengatasi kematian. Sebagai akibatnya, remaja memiliki kekhawatiran ketika
berpikir tentang kematian, dan kekhawatiran terhadap pertanyaan tentang

8
kematian. Masa remaja, timbulnya pemikiran operasional formal, kematian
dipahami sepenuhnya, dan ide-ide teologis yang abstrak dapat di masukkan dalam
konsepsi remaja tentang kematian (Gudas & Koocher, 2001).
Studi lain menunjukkan bahwa tidak semua remaja mampu memahami
kematian akan tetapi peristiwa itu akan sangat terkait erat dengan masa
perkembangan remaja terutama pada perkembangan kognitif (Koocher, 1973;
Putih, Elsom, & Prawat, 1978). Tidak mengherankan, remaja yang telah memiliki
pengalaman tentang kematian tampaknya memiliki pemahaman yang lebih
matang dari pada rekan-rekan mereka yang kurang berpengalaman (Schonfeld&
Kappelman, 1990). Tidak adanya pengalaman tentang kematian membuat remaja
kurang mampu dalam memahami konsep tentang kematian. Pengembangan
konsep kematian tampaknya tergantung sampai batas tertentu pada perkembangan
kognitif. Penelitian menunjukkan bahwa pemahaman remaja terhadap
kematian bervariasi secara sistematis dengan usia (dan mungkin dengan tingkat
perkembangan kognitif remaja). Namun, untuk remaja khususnya, pengalaman
tentang kematian anggota keluarga tercinta dapat berfungsi untuk mempercepat
pemahaman tentang kematian. Peristiwa hidup mungkin mampu memberikan
informasi dan pemahaman tentang kematian yang kemudian akan mampu
mempengaruhi karakteristik pola pikir dan aktivitas sehari-hari dan pengalaman
remaja. Pengalaman ditinggal oleh orang- orang yang mereka sayangi akan
memberikan dampak positif maupun dampak negatif bagi remaja.
Dampak negatif dari pengalaman remaja tentang kematian akan
membuat mereka takut untuk mengenang kematian dan merasa bahwa kematian
itu sebagai hal yang menakutkan. Tapi jika melihat dari sisi positif pengalaman
remaja tentang kematian maka remaja mampu memahami kematian dan lebih
mengakui kebesaran Allah sebagai pemilik semesta alam dan lebih mendekatkan
diri pada

9
C. Hadis- Hadis tentang kematian Dalam Al-qur’an
Hadis-hadis Keutamaan Mengingat Kematian Setiap makhluk yang bernyawa
akan meninggal dunia. Hanya saja tidak ada yang tahu kapan, di mana, dan dalam
keadaan seperti apa ia akan meninggal dunia. Kita hanya diperintahkan untuk terus
mempersiapkan dan mengingatnya. Di dalam kitab Lubbabul Hadis bab ke tiga puluh
tujuh, imam As-Suyuthi (w. 911) menuliskan hadis hadis keutamaan mengingat kematian
yang perlu kita perhatikan sebagaimana berikut.
1. Hadis Pertama:

ِ ‫ْب إِلَى ْال َحبِ ْي‬


}‫ب‬ َ ‫ص ُل ْال َحبِي‬ ْ ::‫َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال َّساَل ُم‬
ُ ْ‫{ال َمو‬
ِ ْ‫ت ِج ْس ٌر يُو‬

Nabi saw. bersabda, “Kematian itu jembatan yang menghubungkan sang kekasih
(orang mukmin) kepada kekasihnya (Allah swt.).” Berdasarkan penelusuran kami, hadis
ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan imam An-
Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan riwayat dan
perawinya.

2. Hadis Kedua:

‫ ةٌ في‬o‫ا ِء ثُل َم‬o‫ت ال ُعلَ َم‬ َ o‫ت اأْل ُ َم‬


ُ ْ‫و‬oo‫را ِء فَ َم‬o ُ ْ‫ت ْالفُقَ َرا ِء َو َمو‬
ُ ْ‫ت اأْل َ ْغنِيَا ِء َو َمو‬
ُ ْ‫ت ْال ُعلَ َما ِء َو َمو‬
ُ ْ‫ت أَرْ بَ ٌع َمو‬ ْ ::‫َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال َّساَل ُم‬
ُ ْ‫{ال َمو‬
}ٌ‫ت اأْل ُ َم َرا ِء فِ ْتنَة‬
ُ ْ‫احةٌ َو َمو‬َ ‫ت ْالفُقَ َرا ِء َر‬ُ ْ‫ت األَ ْغنِيَا ِء َح َس َرةٌ َو َمو‬ ُ ْ‫الدِّي ِن َو َمو‬

Nabi saw. bersabda, “Kematian itu ada empat, matinya orang-orang yang berilmu,
matinya orang-orang kaya, matinya orang-orang faqir, dan matinya para pemimpin. Maka
kematian orang-orang memiliki ilmu itu dapat menyebabkan perpecahan di dalam agama,
matinya orang-orang kaya itu dapat menyebabkan kesusahan (sangat sedih), matinya
orang-orang faqir itu istirahat, dan matinya para pemimpin itu fitnah.” Berdasarkan

10
penelusuran kami, hadis ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam
penjelasan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan
riwayat dan perawinya.

3. Hadis Ketiga:

}‫َار أُ ْخ َرى‬ ٍ ‫{إن أَوْ لِيَا َء هللاِ اَل يَ ُموْ تُوْ نَ َوإِنّ َما يَ ْنتَقِلُوْ نَ ِم ْن د‬
ٍ ‫َار إلَى د‬ َّ :‫َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال َّساَل ُم‬

Nabi saw. bersabda, “Sungguh wali-wali Allah itu tidak wafat, mereka hanya
berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya.” Berdasarkan penelusuran kami, hadis ini
belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan imam An-
Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan riwayat dan
perawinya.

4. Hadis Keempat:

}‫ت َرا َحةُ ْال ُم ْؤ ِم ِن‬


ُ ْ‫ {نِ ْع َم ْال َمو‬:‫َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال َّساَل ُم‬

Nabi saw. bersabda, “Sebaik-baik kematian adalah istirahatnya orang mukmin.”


Berdasarkan penelusuran kami, hadis ini belum kami temukan sanad dan perawinya.
Begitupun dalam penjelasan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini
tidak menyebutkan riwayat dan perawinya.

5. Hadis Kelima:

}‫ت ْال ُعلَ َما ِء ظُ ْل َمةٌ فِى ال ِّدي ِْن‬


ُ ْ‫ { َمو‬:‫ َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال َّساَل ُم‬.

Nabi saw. bersabda, “Kematian ulama itu kegelapan di dalam agama.” Berdasarkan
penelusuran kami, hadis ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam
penjelasan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan
riwayat dan perawinya.

11
6. Hadis Keenam:

ُ‫ح} يَ ْد ُعوْ لَه‬ َ ‫اريَ ٍة أَوْ ِع ْل ٍم يَ ْنتَفِ ُع بِ ِه أَوْ َولَ ٍد‬


ٍ ِ‫صال‬ ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬ ٍ ‫ {إ َذا َماتَ ا ْبنَ آ َد َم ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ إالّ ِم ْن ثَاَل‬:‫ َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال َّساَل ُم‬.
َ :‫ث‬

Nabi saw. bersabda, “Jika manusia itu meninggal dunia, maka terputus amalnya
kecuali tiga hal, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang shalih.” yang
mendoakannya. Hadis ini diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari, imam Muslim, imam
Abu Daud, imam At-Tirmidzi, imam An-Nasa’i dari sahabat Abu Hurairah r.a.

7. Hadis Ketujuh:

ُ ْ‫ت ْال َمو‬


‫ت} ثَاًل ثًا‬ ُ ْ‫ت ْال َمو‬
ُ ْ‫ ْال َمو‬:‫ قَا َل‬،‫ت؟‬
ِ ‫ يَا َرسُوْ َل هللاِ َو َما هَا ِذ ُم اللَّ َذا‬:‫ قَالُوْ ا‬،‫ت‬ ْ :‫َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال َّساَل ُم‬
ِ ‫{اذ ُكرُوْ ا هَا ِذ َم اللَّ َّذا‬

Nabi saw. bersabda, “Ingatlah pemutus kelezatan-kelezatan. Para sahabat berkata,


“Wahai Rasulullah, apakah itu pemutus kelezatan-kelezatan? Beliau bersabda,
“Kematian., kematian, kematian.” Tiga kali. Berdasarkan penelusuran kami, hadis ini
belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan imam An-
Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan riwayat dan
perawinya.

8. Hadis Kedelapan:

}‫َريْبٌ أَوْ عَابِر َسبِ ْي ٍل َو ُع َّد نَ ْف َسكَ ِم ْن أَ ْه ِل ْالقُبُوْ ِر‬


ِ ‫ { ُك ْن فِى ال ُّد ْنيَا َكأنَّكَ غ‬:‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم‬
َّ ‫َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال‬

Nabi saw. bersabda, “Jadilah di dunia seperti kamu mengembara atau berjuang di
jalan Allah dan anggaplah dirimu (termasuk) dari ahli kubur.” Hadis ini diriwayatkan
oleh imam Ahmad, imam Abu Daud, imam At-Tirmidzi, dan imam Ibnu Majah dari
sahabat Ibnu ‘Umar r.a.

12
9. Hadis Kesembilan:

ِ ْ‫ت َواأْل َر‬


}‫ض َس ْب ِع ْينَ يَوْ ًما‬ ِ ‫ت َعلَ ْي ِه أَ ْه ُل السَّمٰ َوا‬
ْ ‫ {إ َذا َماتَ ْال َعالِ ُم بَ َك‬:‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم‬
َّ ‫َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال‬

Nabi saw. bersabda, “Jika seorang alim meninggal dunia, maka penduduk langit
dan bumi akan menangis sampai tujuh puluh hari.” Berdasarkan penelusuran kami, hadis
ini belum kami temukan sanad dan perawinya. Begitupun dalam penjelasan imam An-
Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menyebutkan riwayat dan
perawinya.

10. Hadis Kesepuluh:

‫ت‬ َ ‫ق} قَالَهَا ثَاَل‬


ٍ ‫ث َمرَّا‬ ٌ ِ‫ق ُمنَاف‬ ٌ ِ‫ فَه َُو ُمنَاف‬،‫ت ْال َعالِ ِم‬
ٌ ِ‫ق ُمنَاف‬ ِ ْ‫ { َم ْن لَ ْم يَحْ ز َْن لِ َمو‬:‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم‬
َّ ‫ َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال‬.

Nabi saw. bersabda, “Siapa yang tidak bersedih karena wafatnya orang yang
berilmu, maka ia adalah munafiq, munafiq, munafiq.” Beliau mengatakannya tiga kali.”
Berdasarkan penelusuran kami, hadis ini belum kami temukan sanad dan perawinya.
Begitupun dalam penjelasan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini
tidak menyebutkan riwayat dan perawinya.

11. Hadis Kesebelas:

} َ‫ِّت تَقُوْ ُل ْال َمالَئِ َكةُ َما قَ َّد َم َويَقُوْ ُل النَّاسُ َما خَ لَّف‬
ُ ‫ {إِ َذا َماتَ ْال َمي‬:‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم‬
َّ ‫َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال‬

Nabi saw. bersabda, “Jika ada orang yang meninggal dunia maka malaikat berkata
apa yang telah lalu (amal), sedangkan manusia membicarakan apa yang ia tinggalkan
(warisan).” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Al-Baihaqi dari sahabat Abu Hurairah r.a.

13
Demikianlah sepuluh hadis yang telah dijelaskan oleh imam As-Suyuthi tentang
keutamaan mengingat kematian di dalam kitabnya yang berjudul Lubbabul Hadits. Di
mana di dalam kitab tersebut, beliau menjelaskan empat puluh bab dan setiap bab beliau
menuliskan sepuluh hadis (namun di dalam bab ini beliau menyantumkan sebelas hadis)
dengan tidak menyantumkan sanad untuk meringkas dan mempermudah orang yang
mempelajarinya. Meskipun begitu, di dalam pendahuluan kitab tersebut, imam As-
Suyuthi menerangkan bahwa hadis nabi, atsar, maupun riwayat yang beliau sampaikan
adalah dengan sanad yang shahih (meskipun menurut imam An-Nawawi di dalam kitab
Tanqihul Qaul Al-Hatsits ketika mensyarah kitab ini mengatakan ada hadis dhaif di
dalamnya, hanya saja masih bisa dijadikan pegangan untuk fadhailul a’mal dan tidak
perlu diabaikan sebagaimana kesepakatan ulama). Wa Allahu A’lam bis Shawab.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kematian (ajal) adalah hal yang pasti terjadi pada setiap makhluk yang bernyawa,
tidak ada yang mengetahui kapan dan di mana ia akan menemui ajal, dalam keadaan baik
atau buruk. Bila ajal telah tiba maka maka tidak ada yang bisa memajukan ataupun
mengundurkannya. 1 Setiap Muslim wajib mengingat akan datangnya kematian, bukan
hanya karena kematian itu merupakan perpisahan dengan keluarga atau orang-orang yang
dicintai, melainkan karena kematian merupakan pertanggung jawaban atas amal yang
dikerjakan selama orang tersebut hidup di dunia. 2 Tiap manusia sudah ditentukan
ajalnya sendiri-sendiri oleh Allah swt, hanya saja manusia tidak mengetahui kapan ajal
itu akan datang, dan dimana tempatnya ia menghembuskan nafas penghabisan.
B. Saran
Saran dari penulis adalah kita sebagai umat manusia harus senan tiasa beribadah
kepada Allah dan mengingat kematian karna sesungguhnya kita diciptakan olehnya dan
akan kembali kepadanya.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.ums.ac.id/20805/2/BAB_I.pdf
https://repository.uin-suska.ac.id/5872/3/BAB%20II.pdf
https://umma.id/article/share/id/1002/288799

16

Anda mungkin juga menyukai