Anda di halaman 1dari 3

Nama : Atika Rihandini

NIM : 192110046
Kelas : PBSI 3B

Karangan non fiksi


Kegiatan covid
Pandemi Corona atau Covid-19 yang saat ini terjadi benar-benar mengubah rutinitas kegiatan
saya dalam sehari-hari. Tak hanya diluar, tetapi juga di rumah. Saya tidak lagi belajar di kampus
seperti biasa, kemudian juga dengan anak-anak lain tidak belajar di sekolahnya, dan orang
dewasa pun juga tidak kerja lagi di kantornya. Semua ini dilakukan guna memutus mata rantai
virus Corona Covid-19.
Jika biasanya saya bertemu dengan banyak orang ataupun pergi ke sejumlah tempat menjadi
agenda sehari-hari, nampaknya kini tidak bisa dilakukan lagi untuk waktu sekarang-sekarang ini.
Terlebih harus mau tidak mau untuk tetap tinggal dirumah untuk beberapa waktu yang tidak bisa
ditentukan, hal ini tentu akan membuat kita tidak nyaman. Bagaimana tidak, kondisi ini
memaksa kita untuk mengubah rutinitas kita. Secara naluriah, perubahan adalah hal yang paling
tidak disukai bahkan merupakan hal yang paling ditakuti oleh manusia. Jadi wajar saja kalau kita
merasa gelisah karena perubahan ini.
Namun, tidaklah baik kalau lama-lama murung dan bersedih meratapi keadaan ini, oleh karena
itu saya beruhasa untuk menyesuaikan diri dan mulai menikmati hari hari yang saya jalani.
Awalnya tidak mudah, tetapi seiring berjalannya waktu saya mulai terbiasa menjalani new
normal yang saya alami saat ini.
Mengingat kondisi saat ini, kegiatan perkuliahan dilakukan secara daring, hal ini membuat saya
mempunyai waktu yang jauh lebih banyak daripada saat masih kuliah biasa. Biasanya karena
jadwal kuliah yang padat dan kesibukan di organisasi (UKM) kampus, saya jarang memiliki
waktu untuk mengembangkan diri. Namun, karena sekarang memiliki waktu luang yang lebih
banyak, saya menfaatkan hal tersebut untuk melakukan hal-hal yang saya sukai seperti memasak,
olahraga, membaca novel dsb.
Dengan tinggal dirumah saja, saya tidak seutuhnya bisa rebahan dan bermalas-malasan dirumah.
Tetapi justru saya harus membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah, seperti mencuci baju,
menyapu, dan memasak juga. Yah, hitung-hitung agar saya tetap bisa mandiri walaupun hanya
dirumah saja. Terlepas dari itu semua, saya akhirnya dapat menghabiskan waktu bersama
keluarga. Kejadian ini membuat saya semakin menghargai betapa berartinya sebuah keluarga.
Entah kapan wabah ini akan berakhir. Namun dikala sulit ini, alangkah baiknya kita
memanfaatkan waktu untuk mengembangkan potensi diri dan menanamkan kebiasaan yang baik,
serta tak lupa saling menguatkan dan mendekatkan diri kepada Allah untuk meminta
perlindungan dan pertolongan.
Karangan Fiksi
Suka duka Covid-19
Menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di tengah Pandemi Corona atau Covid-19 memiliki
banyak suka duka. Salah satu yang menyenangkan adalah karena perkuliahan tatap muka
ditiadakan membuat mereka yang rantau seperti Dini dapat pulang kampung berkumpul bersama
keluarga tercinta dalam waktu lama, meskipun sesekali muncul kerinduan untuk bisa kekampus,
mengikuti kuliah tatap tatap muka, bertemu teman dan dosen.
Selama perkuliahan dilaksanakan secara daring Dini termasuk orang yang beruntung karena
fasilitas penunjang mengikuti perkuliahan daring cukup memadai. Akses internet yang cukup
baik membuatnya lancar mengikuti perkuliahan tanpa kendala. Namun lain halnya dengan
beberapa temannya terkendala mengikuti perkuliahan daring karena kampungnya berada di
daerah yang akses sinyal masih sulit. Akibatnya, temannya harus menempuh sejauh 10 km
menuju ke kota kabupatennya untuk bisa mendapatkan sinyal yang baik dan dapat mengikuti
perkuliahan daring.
Pada minggu pertama banyak mahasiswa yang merasa tidak masalah dengan metode kuliah
online, bahkan mereka menganggap kuliah online lebih menyenangkan dibanding kuliah tatap
muka, Mereka menilai bahwa jadwal saat pelaksanaan kuliah online dapat lebih longgar
dibanding tatap muka, karena mahasiswa dapat mengakses materi yang diberikan oleh dosen
melalui berbagai macam platfrom Pendidikan seperti Google Classroom, Zoom, tanpa ada
batasan waktu.
Hari demi hari berlanjut, pergantian hari menandakan bahwa akan adanya tugas-tugas yang
menanti. Melihat realita yang tidak berbanding lurus dengan ekspektasi membuat mahasiswa
meronta. Jiwa muda yang haus akan kebebasan terasa seperti dibelenggu oleh tugas kuliah.
Membuat Dini berpikir “apa sebenarnya ini? kuliah online atau tugas online jadinya”.
Itulah suka duka Dini sebagai mahasiswa.
Kemudian suatu hari di Kampung Dini geger karena salah satu warganya ada yang positif
terjangkit virus corona hal ini membuat semua warga desanya heboh ketakutan, Namun dari sini
nilai kemanusiaan tumbuh, setiap RT di desanya mengadakan iuran untuk disumbangkan kepada
warga yang isolasi tersebut. Warga desa Dini juga semakin meningkatan kebersihan, saling
mengingatkan dan menguatkan satu sama lain. Dari sini kita dapat mengambil hikmah bahwa
Covid-19 bukan lah AIB namun masalah yang harus dihadapi bersama-sama sembari
mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Anda mungkin juga menyukai