Anda di halaman 1dari 6

RETORIKA BIDANG PENDIDIKAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Retorika


Dosen Pengampu: Umi Faizah, S.Pd, M. Pd

Oleh

Kelompok 6

Atika Rihandini NIM 192110046


Dava Wisnu Anggoro NIM 192110063

Kelas 4B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
Maret 2021
“Pendidikan yang Membebaskan”

Assalamualaikum wr. wb.

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.

Alhamdulillah, marilah kita senantiasa bersyukur ke Hadirat Illahi Rabbi, Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan,
kesehatan dan kecintaan, sehingga bisa berkumpul ditempat dan waktu yang baik ini. Dan tidak
lupa shalawat serta salam kita curahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta
sanak saudaranya dan sahabat – sahabatnya.

1. Pendahuluan

Berdirinya saya disini, ingin menjelaskan makna tentang pendidikan yang membebaskan dan
menyampaikan bagaimana cara mendidik anak pada era yang modern ini.

2. Tema

Saya ingin menjelaskan tentang “Pendidikan yang Membebaskan”

3. Penjelasan

Pendidikan atau pembelajaran pada zaman seperti ini cenderung statis. Dengan kata lain masih
banyak sekolah-sekolah yang belum dapat menampung aspirasi dari anak didiknya. Padahal
pengertian pendidikan menurut Kementrian Pendidikan dan kebudayaan adalah pembelajaran
aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Pendidikan pada dasarnya adalah upaya penanaman sikap hidup, pandangan hidup, nilai-nilai
tentang kehidupan, dan keterampilan hidup. Banyak model-model atau jenis-jenis sekolah yang
diterapkan pada zaman seperti ini. Contoh: sekolah alam.

Dalam sekolah alam kita dapat memperoleh ilmu dengan suasana yang kreatif dan
menyenangkan. Yang terjadi pada dunia persekolahan formal masa kini adalah anak-anak yang
cenderung ditekan oleh suasana stress, karena anak cenderung dikejar ketuntasan dengan suasana
yang membosankan yang tidak terkait dengan kebutuhan dan realitas kesehariannya, serta Ujian
Nasional yang menekan syaraf psikologinya.
Dunia pendidikan harus menciptakan peluang bagi pembudaya individu agar kapasitasnya
berkembang. Terdapat banyak kecerdasan-kecerdasan dalam diri manusia diantaranya:

A. Kecerdasan Linguistik

(Kecerdasan dan kepekaan terhadap arti dan tata kata)

B. Kecerdasan Logika Matematika

(Kecerdasan berhitung)

C. Kecerdasan Musikal

(Kecerdasan untuk memahami dan menciptakan musik)

D. Kecerdasan Spasial

(kecerdasan dalam berpikir gambar atau visual)

E. Kecerdasan Tubuh Kinestetik

(keterampilan olah tubuh dan berekspresi seperti penari, olahragawan)

F. Kecerdasan interpersonal

(Kecakapan memahami individu lain)

G. Kecerdasan Intrapersonal

(Kecakapan untuk memahami diri dan menggunakan pengalamannya untuk membimbing orang
lain)

Dalam proses tersebut semestinya semua aspek pendidikan dikaji secara kritis sehingga
menghasilkan suatu bentuk sekolah yang merupakan ajang interaksi berbagai latar belakang
masyarakat untuk saling memahami dalam suasana kesetaraan, keadilan, dan penghormatan.

Gagasan pendidikan multikultural ini sangat menarik jika dikaitkan dengan negeri multi etnis
seperti Indonesia.

Saat ini tugas mendidik anak diserahkan sepenuhnya kepada sekolah. Kalau anaknya tidak
berhasil dalam menempuh kehidupan, sadar atau tidak, pihak sekolah yang disalahkan. Padahal
orangtua yang sibuk mengejar karier.

Sekolah yang mestinya merupakan tempat belajar, bermain, berteman dan mengembangkan jati
diri, pada akhirnya menjadi tempat yang tidak menyenangkan bagi anak. Bahkan tidak jarang
anak justru takut kepada gurunya. Beban pekerjaan rumah, guru yang otoriter, orang tua yang
terlalu memaksa agar anaknya berprestasi menjadikan anak trauma untuk pergi kesekolah.
4. Opini Lain

Setuju karena pembelajaran di sekolah yang cenderung statis, harus di ubah polanya agar peserta
didik tidak jenuh dengan kegiatan atau aktivitas yang ada didalam maupun di luar sekolah.

5. Pembuktian

Sebaiknya pembelajaran di dalam kelas tidak terlalu terpusat pada guru melainkan para peserta
didik harus aktif dalam proses pembelajaran agar tercipta suasana kekeluargaan dan interaksi
yang lebih lanjut antara guru dan peserta didik.

Contoh: sekolah bukan lagi menjadi tempat penuh sensor, guru yang selalu mengawasi, perintah
sekolah yang selalu menjadi diktaktor dan mematikan bakat, menjadi pengadilan yang penuh
hukuman sehingga menimbulkan ketakutan, kegelisahan dan penuh ancaman.

6. Harapan

Semoga dengan sistem pendidikan yang lebih dinamis ini. Sistem pendidikan di Indonesia
semakin berkembang ke arah yang lebih baik. Dan dengan berkembangnya sistem pendidikan
Indonesia ke arah yang lebih baik, kita semua berharap bahwa Indonesia menjadi negara yang
lebih maju dan mandiri. Dan menjadi sebuah negara yang lebih baik lagi.

7. Kehendak

Mari kita membangun pendidikan yang lebih dinamis dan nyaman. Dengan begitu sebuah
langkah kecil dan awal untuk Indonesia yang lebih baik, sudah kita lakukan. Bagi pihak-pihak
atau instansi-instansi terkait mari kita menginstropeksi diri lebih dalam mengenai permasalahan-
permasalahan pendidikan. Dengan pendidikan yang lebih baik segenggam asa sudah kita
dapatkan untuk masa depan yang lebih baik.

8. Penutup

Indonesia tampaknya perlu segera menata kembali sistem pendidikannya agar mencetak anak-
anak yang bahagia menjalani proses belajarnya. Baik disekolah maupun di rumah.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan apabila ada kesalahan dalam bertutur kata, saya mohon
maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih dan saya akhiri.

Anda mungkin juga menyukai