Anda di halaman 1dari 24

UTS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Pembelajaran Mikro Pendidikan Bisnis
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Hari Mulyadi, M.Si.
Drs. H. Dian H. Utama, M.Si.

Disusun oleh
Auliya Nur Annisa
1806688

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BISNIS


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
UTS

1. Sebagai calon guru pendidikan bisnis, manfaat apa yang sodara peroleh
dari perkuliahan ini?
Jawab:

Manfaat pengajaran mikro bagi calon guru diantaranya adalah sebagai berikut:

• Membuat calon guru lebih trampi serta yakin dalam melaksanakan PPL,
memperoleh nilai tingggi dalam PPL
• Mendapatkan pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah
keterampilan dasar mengajar secara terpisah.
• Dapat mengembangkan keterampilan dasar mengajar sebelum terjun ke
kelas yang sebenarnya.
• Memberikan kemungkinan untuk mendapatkan berbagai maccam
keterampilan dasar mengajar lain serta memahami kapan dan bagaiman
keterampilan itu diterapkan.
• Calon pendidik menjadi Peka terhadap fenomena yang terjadi di dalam
proses pembelajaran ketika mereka menjadi kolaborator yang mengkritisi
teman yang tampil praktik mengajar.
• Interaksi antara guru-siswa menjadi lebih baik pada calon guru yang telah
mengikuti program microteaching.
• Calon pendidik menjadi Lebih siap untuk melakaukan kegiatan praktik
pembelajaran di sekolah/lembaga.
• Calon pendidik menjadi Dapat menilai kekurangan yang ada dalam dirinya
yang berkaitan dengan kompetensi dasar mengajar melalui refleksi diri
setelah praktik ke depan.
• Keterampilan mengajar terkontrol dan terlatih dalam proses
pembelajarannya.
• Perbaikan atau penyempurnaan secara cepat dapat segera dicermati.
• Latihan penguasaan keterampilan mengajar lebih baik.
• Saat latihan berlangsung, calon guru dapat memusatkan perhatian secara
objektif.
• Calon pendidik menjadi Sadar bagaimana membentuk profil pendidik yang
baik ditinjau dari kompetensi, performance (penampilan), attitude (sikap),
dan perilaku.
• Meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam praktek mengajar yang relaatif
singkat Melalui micro teaching, seorang calon pendidik akan memiliki rasa
percaya diri yang tinggi, karena telah dilatih secara baik dan dibekali
kompetensi demi kompetensi, baik secara terpisah maupun terpadu dalam
satu kesatuan proses pembelajaran.
Sumber: Yunus, Muhammad. "Profesionalisme guru dalam peningkatan
mutu pendidikan." Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan 19.1 (2016): 112-128.
2. Apa yang sodara ketahui tentang profesi, professional, profesionalitas,
dan profesionalisme?
Jawab:
Profesi:
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu
dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan
tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi
menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu
pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh
sembarang orang, akan tetepi memerlukan suatu persiapan melelui pendidikan
dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu. Pekerjaan tidak sama
dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam adalah:
sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah
pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme
serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan
kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal
inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang
menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.
Profesionalisme :
Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi
untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. “Profesionalisme”
adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen
dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionalnya.
Professional:
Professional menunjuk pada dua hal. Pertama orang yang menyandang
suatu profesi, misalnya “ Dia seorang profesional”. Kedua, penampilan
seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya.
Pengertian kedua ini, professional dikontraskan dengan “ non-profesional”
atau “ amatir”.
3. Jelaskan apa yang sodara ketahui tentang profesionalisme guru!
Jawab:
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan
kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan
pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata
pencaharian. Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pengajaran. Dengan kata lain, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan
baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Kunandar, 2007).
Profesionalitas berakar pada kata profesi yang berarti pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian. Profesionalitas itu sendiri dapat berarti mutu,
kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang
profesional. Profesionalitas guru dapat berarti guru yang profesional, yaitu
seorang guru yang mampu merencanakan program belajar mengajar,
melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar, menilai kemajuan
proses belajar mengajar dan memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar
mengajar dan informasi lainnya dalam penyempurnaan proses belajar
mengajar.
Untuk menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima
hal, yaitu: a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya, b.
Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya
serta cara mengajarnya kepada siswa, c. Guru bertanggung jawab memantau
hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, d. Guru mampu berfikir
sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, e.
Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya (Supriadi, 2008).
Selain itu profesionalisme seorang guru perlu juga didukung
kompetensi yang harus dimiliki dan mencakup empat aspek sebagai berikut
(Mulyasa, 2008): a. Kompetensi Pedagogik. Dalam Standar Nasional
Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa
kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. b.
Kompetensi Kepribadian.(Septina & Akbariansyah, 2019)

Sumber:

Septina, R., & Akbariansyah. (2019). Meningkatkan Profesionalisme Guru Dalam


Menghadapi Tantangan Global di Era Revolusi Industri 4.0. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang,
713–724. https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/2618/2426
4. Jelaskan peluang dan tantangan profesi guru dalam era revolusi industri
4.0 dan Pandemi covid19 ?
Jawab :
Peluang
Penggunaan komputer dan projector di sekolah/madrasah saat ini
sudah bukan masalah lagi, karena hampir semua sekolah/madrasah pasti
sudah memiliki inventaris tersebut. Perangkat TIK yang sudah tersedia ini
bisa dimanfaatkan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan PBM. Seorang
guru tinggal mempersiapkan berbagai media yang dibutuhkan dalam
pembelajaran yang dibuat satu kali dan disimpan di memori komputer untuk
kemudian bisa di manfaatkan berkali-kali tanpa harus mengahapus atau
membuat kembali karena medianya rusak. Pemindahan data dari bentuk
manual ke bentuk virtual ini bisa membantu guru menyederhanakan
pekerjaanya dalam mempersiapkan pembelajaran.
Selain itu data virtual yang sudah dipersiapkan oleh guru bisa diakses
oleh peserta didik dimana saja dan kapan saja tanpa mengenal batas ruang dan
waktu, sehingga ini bisa memberikan kesempatan kepada mereka untuk lebih
mendalami materi yang disajikan. Hal ini bisa dilakukan oleh guru misalnya
dengan memanfaatkan webblog pribadinya atau channel Youtube yang
sengaja di persiapkan untuk menyimpan konten pembelajaran yang sudah
disesuaikan dengan tujuan pembelajarannya.
Dengan menggunakan berbagai media sosial yang saat ini sedang
marak, tidak hanya membantu para guru dalam menyampaikan materi, namun
juga bisa memberikan keuntungan materi dari kompensasi yang mereka
dapatkan dengan cara mendaftarkan blognya ke Google AdSense misalnya.
Sehingga mereka bisa melakukan dua hal yang berbeda bersama-sama namun
dua-duanya memberikan keuntungan “sambil menyelam minum air”, begitu
kata peribahasa. Peluang ini bisa digunakan oleh para guru dengan
memanfaatkan perangkat TIK yang dimiliki oleh peserta didik. Saat ini
hampir sebagian besar peserta didik menggunakan perangkat-perangkat TIK
seperti smartphone dan laptop, bahkan sebagian orang tua sengaja
memberikan fasilitas tersebut secara khusus kepada anak-anaknya.
Hal yang harus dipersiapkan oleh guru adalah membangun sistem
pembelajaran virtual yang dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Kemudian perangkat tersebut di simpan dalam media seperti
weblog atau Youtube yang dapat diakses oleh peserta didik dengan mudah
baik ketika mereka berada di sekolah atau di luar sekolah. Peluang ini harus
bisa dimanfaatkan secara optimal oleh para guru agar tujuan pendidikan dapat
tercapai dengan mudah. Pemanfaatan perangkat TIK di era revolusi industri
4.0 mutlak harus dilakukan oleh para guru, seiring maraknya penggunaan
perangkat TIK di masyarakat termasuk kalangan anak-anak/peserta didik.
Tantangan:
Tantangan Guru Untuk Meningkatkan Profesionalisme Pada era Revolusi
Industri 4.0 Revolusi industri 4.0 merupakan kecenderungan perubahan dari
kehidupan tradisonal menuju kehidupan modern dimana tidak ada pembatasan dari
berbagai faktor kehidupan seperti; batas wilayah, sosial, geografis, budaya, ekonomi
dan aspek-aspek lainnya yang dipicu dan dipacu oleh kemajuan media komunikasi.
Guru juga harus menajdi peneliti dalam menghadapi permasalahan lainnya yaitu
tantangan masyarakat global. Di era revolusi industry 4.0, guru sangat dituntut
meningkatkan profesionalitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Di samping
profesionalitas, guru juga harus menghadapi beberapa kata kunci dunia pendidikan
yaitu, kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas tinggi. Dari segi sosial,
masayarakat global akan menjadi sangat peka dan peduli terhadap masalah-masalah
demokrasi, hak asasi manusia, dan isu lingkungan hidup. Menanggapi persoalan
tersebut, dalam peningkatan kualiatas pengajaran, guru harus bisa mengembangkan
tiga intelegensi dasar siswa. Yaitu, intelektual, emosional dan moral. Tiga unsur itu
harus ditanamkan pada diri murid sekuatkuatnya agar terpatri didalam dirinya. Hal
lain yang harus diperhatikan guru adalah dimensi spiritual siswa.
Disamping itu, untuk mempertahankan profesinya, guru juga harus memiliki
kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai
dengan bidang yang ditekuninya, mampu berkomunikasi baik dengan anak didiknya,
mempunyai jiwa kreatif dan produktif, dan mempunyai etos kerja dan komitmen
tinggi terhadap profesinya. Dengan demikian, tantangan guru di era revolusi industry
4.0 tidak akan menggusurnya pada posisi yang tidak baik, sebagaimana diatas. Secara
konseptual guru sebagai tenaga profesional harus memenuhi berbagai persyaratan
kompetensi untuk menjalankan tugas dan kewenangannya secara profesional,
sementara kondisi real di lapangan masih amat memperhatikan, baik secara kuantitas,
kualitas maupun profesionalitas guru.
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan beratnya tantangan yang dihadapi
oleh profesi keguruan dalam usaha untuk meningkatkan kewibawaannya di mata
masyarakat sebagai berikut: (1) kekurangjelasan tentang definisi profesi keguruan (2)
desakan kebutuhan masyarakat dan sekolah akan guru (3) sulitnya standar mutu guru
dikendalikan dan dijaga (4) PGRI belum banyak aktif melakukan kegiatan-kegiatan
yang secara sistematis dan langsung berkaitan dengan peningkatan profesionalisme
guru (5) perubahan yang terjadi dalam masyarakat melahirkan tuntutan baru terhadap
peran (role expectation) yang seharusnya dimainkan oleh guru. Untuk itu, tantangan
bagi guru profesional dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 adalah bagaimana
guru yang mampu memberi bekal kepada peserta didik, selain ilmu pengetahuan dan
teknologi, juga menanamkan sikap disiplin, kreatif, inovatif, dan kompetitif. Dengan
demikian para sisiwa mempunyai bekal yang memadai, tidak hanya dalam hal ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang relevan tetapi juga memiliki karakter dan
kepribadian yang kuat sebagai bangsa Indonesia
Sumber:
 Ibda, Hamidulloh, and E. Rahmadi. "Penguatan literasi baru pada guru
madrasah ibtidaiyah dalam menjawab tantangan era revolusi industri 4.0."
JRTIE: Journal of Research and Thought of Islamic Education 1.1 (2018): 1-
21.
 Septina, R., & Akbariansyah. (2019). Meningkatkan Profesionalisme Guru
Dalam Menghadapi Tantangan Global di Era Revolusi Industri 4.0. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI
Palembang, 713–724. https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/2618/2426

5. Dalam menghadapi era revolusi 4.0 dan pandemic covid19, upaya apa
saja yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan profesionalisme?
Jawab:
Di era revolusi industry 4.0 ini guru dengan kemampuan artifisialnya
dapat membelajarkan siswa dalam jumlah besar, bahkan dapat melayani siswa
yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Guru bukan lagi hanya mengendalikan
siswa yang belajar di kelas, tetapi ia mampu membelajarkan jutaan siswa di
"kelas dunia" memberi pelayanan secara individual pada waktu yang
bersamaan. Sehingga dengan teknologi informasi internet, ilmu pengetahuan
dapat di transmisikan pada kecepatan tinggi. Tuntutan kemampuan” dan
“kesempatan” untuk mengakumulasi, mengolah, menganalisis, mensintesa
data menjadi informasi, kemudian menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat
sangatlah penting artinya dalam dunia informasi saat ini.
Strategi Peningkatan Profesionalisme Guru Dalam Menghadapi Tantangan
global. Menurut Karwati dan Priansa (2014) strategi dalam menghadapi
tantangan profesionalisme guru adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan Kompetensi Pedagogis Kompetensi pedagogis atau
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran merupakan tulang
punggung keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Kompetensi
pedagogis ini terkait dengan cara mengajar yang baik dan tepat, sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif.
b. Pengembangan Kompetensi Teknik Informasi Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi terutama pada pendidikan saat ini
terus bekembang. Modernisasi pada pendidikan membuat segala
sesuatunya menjadi lebih lancar dan mudah,
c. Pengembangan Kompetensi Kepribadian Kompetensi Kepribadian adalah
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik
serta berakhlak mulia.
d. Pengembangan Kompetensi Sosial Guru yang efektif adalah guru yang
mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran.
Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses
komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial
adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Surya (2003) mengemukakan
kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang
agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi
sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan
tanggung jawab sosial.

Sumber: Septina, R., & Akbariansyah. (2019). Meningkatkan Profesionalisme Guru


Dalam Menghadapi Tantangan Global di Era Revolusi Industri 4.0. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI
Palembang, 713–724. https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/2618/2426

6. Jelaskan tentang kompetensi guru!


Jawab:
Calon guru harus menguasai komponen-komponen dari keterampilan
mengajar. Pengajaran pun akan lebih efektif dan afektif, sehingga peserta didik
lebih aktif dalam proses pembelajaran. Komponen keterampilan dasar mengajar
yang dilatih dalam pengajaran mikro (micro-teaching) menurut hasil penelitian
Tumey (1973) (Dalam Syahrir & Masjudin, (2014:36) terdapat 8 (delapan)
keterampilan yang sangat berperan dalam kegiatan belajar mengajar. Kedelapan
keterampilan tersebut antara lain :
 Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran (set induction And closure)
Keterampilan membuka pelajaran yaitu perbuatan guru untuk menciptakan
sikap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada materi yang
akan dipelajari sedangkan keterampilan menutup pelajaran adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mengakhiri proses belajar mengajar. Kegiatan menutup pelajaran
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran dapat tercapai dan
sejauh mana siswa memahami materi yang telah dipelajari.
 Keterampilan dasar menjelaskan (explaining skills)
Keterampilan memberikan pengertian berupa penyajian informasi
lisan yang diorganisasi secara sistematis keada peserta didik, sehingga
informasi atau pesan-pesan pembelajaran baik berupa fakta, konsep, prinsip,
atau prosedur dapat dipahami oleh peserta didik dengan baik.
 Keterampilan dasar mengadakan variasi (variation skills)
Variasi dalam proses belajar mengajar menurut Mukminan, dkk.
(2013) merupakan perubahanperubahan kegiatan pengajar dalam konteks
interaksi pembelajaran meliputi gaya mengajar, penggunaan media
pembelajaran, pola interaksi dengan peserta didik, dan stimulasi.
 Keterampilan dasar memberikan penguatan (reinforcement skills)
Segala bentuk respons, baik verbal maupun non-verbal, yang
merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku
siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi
siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.
Pemberian penguatan bertujuan antara lain untuk meningkatkan perhatian
siswa terhadap proses pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi
belajar, serta meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa
yang produktif.
 Keterampilan dasar bertanya (questioning skills)
Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan kelas.
 Keterampilan dasar mengelola kelas
Keterampilan mengelola proses pembelajaran termasuk keterampilan
mengelola kelas merupakan keterampilan guru dalam menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal serta mengatasi masalah-masalah
yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan optimal.
 Keterampilan dasar mengajar perorangan/kelompok kecil
Penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
merupakan satu kebutuhan yang esensial bagi setiap calon guru dan guru.
Pengajaran ini memungkinkan guru untuk memberikan perhatian terhadap
setiap peserta didik, pada pengajaran ini memungkinkan peserta didik belajar
lebih aktif, berkembang serta memenuhi kebutuhannya secara optimal.
 Keterampilan dasar membimbing diskusi kelompok kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil perlu dikuasai oleh
guru, sebab diskusi memungkinkan peserta didik untuk menguasai konsep-
konsep materi untuk memecahkan suatu masalah melalui proses berpikir
kritis, percaya diri, berani berpendapat secara kritis dan positif serta mampu
berinteraksi dengan teman dan lingkungan sosialnya.
 Keterampilan menggunakan media dan alat pembelajaran
Media pembelajaran menurut Safita (2012) adalah segala bentuk
stimulan dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara
cepat, tepat, mudah, benar, dan tidak terjadi verbalisme. Media pembelajaran
dianggap sebagai salah satu komponen yang harus dipertimbangkan guru
dalam melaksanakan pembelajaran agar materi yang dipelajari siswa dapat
disampaikan dengan tepat.
 Keterampilan menyusun skenario pembelajaran
Keterampilan guru dalam menyusun tahap/langkahlangkah kegiatan
pembelajaran (meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup), uraian kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan, memilih media dan alat yang akan
digunakan pengajar maupun peserta didik, serta menentukan estimasi waktu,
dalam rangka memfasilitasi peserta didik agar mendapatkan kemudahan
dalam proses belajarnya. keterampilan menyusun skenario pembelajaran
diperoleh dari hasil RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang disusun
oleh calon guru.
Sumber:
- Achdiani, Y., & Rusliyani, A. (2017). Pengetahuan Keterampilan Dasar
Mengajar dalam Menyiapkan Guru Sekolah Menengah Kejuruan.
Teknobuga, 5(2), 34–43.
- Agustina, P., & Saputra, A. (2017). Profil Keterampilan Dasar Mengajar
Mahasiswa Calon Guru Biologi pada Matakuliah Microteaching. Jurnal
Bioedukatika, 5(1), 18. https://doi.org/10.26555/bioedukatika.v5i1.5670

7. Apa yang anda pahami tentang pembelajaran mikro?


Jawab:
Micro teaching pertama kali diperkenalkan di University of Stanford
Amerika Serikat pada tahun 1963. Pertama kali diajarkan sebagai pelatihan
mengajar di kelas untuk melatih calon guru dengan fokus utama teknik
pengajaran teoritis (Allen, 1979). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
menyederhakan kelas yang kompleks ke dalam lingkungan pelatihan yang
terkontrol dan terpantau. Materi yang banyak dijadikan sedikit, kelas yang
banyak siswa dijadikan terbatas 3-5 orang saja, waktu yang panjang dijadikan
10-25 menit saja dengan tujuan calon guru dapat nyaman dalam melatih
dirinya tampil di depan kelas (Ivey & Authier, 1978).Pembelajaran mikro
merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang
saling berkaitan baik menyangkut materi, penerapan metode, penggunaan
media, pemberian motivasi, pemberian peniliain dan sebagainya. Keragaman
tersebut jika tidak dipelajari dan dilatih dengan baik akan menghadapkan
calon guru atau bahkan guru pada kesulitan dan kendala dalam mengajar.
Penguasaan komponen perbuatan mengajar perlu dilatih secara parsial, artinya
setiap komponen perbuatan mengajar itu perlu dikuasai melalui latiahan
secara terpisah-pisah (Isolated), pelatihan inilah yang dilakukan dalam
pembelajaran mikro. Menurut Waskito sebagaimana yang dikutip oleh tim
Learning Assistance Program for Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (LAPIS): "Pembelajaran Mikro (Micro Teaching) adalah suatu
metode belajar atas dasar performasi yang tekhniknya adalah dengan jalan
mengisolasikan komponenkomponen proses belajar-mengajar sehingga calon
guru dapat menguasai setiap komponen satu persatu dalam situasi yang
disederhanakan atau dikecilkan.” Menurut Allen dan Ryan sebagaimana yang
dikutip oleh tim Learning Assistance Program for Islamic Schools Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah (LAPIS): “Keterampilan dasar mikro adalah suatu
konsep latihan yang dapat dipakai dalam berbagai tahap pengembangan
profesi tenaga kependidikan, baik untuk pendidikan dalam jabatan (inservice
training) maupun untuk pendidikan pra-jabatan.” Tata pelaksanaan
disederhanakan sehingga dapat mengurangi kerumitan yang lazim terdapat di
dalam kelas dan guru memperoleh umpat balik langsung atas penampilannya.
Berdasarkan analisis yang bersifat teoritis, micro teaching adalah sebuah
metode pembelajaran dengan ruang lingkup yang disederhanakan (mikro) untuk
melatih keterampilan mengajar bagi calon guru sehingga keterampilan tersebut
dapat dikuasai oleh calon guru. Pembelajaran Mikro atau micro teaching adalah
metode belajar yang didasarkan atas performasi dimana tekhniknya adalah
mengisolasikan komponen-komponen proses belajar-mengajar sehingga calon
guru mampu menguasai tiap komponen dalam situasi yang disederhanakan atau
dikecilkan. Pembelajaran ini disebut dikenal juga dengan istilah Peer Teaching
dimana terbatas meliputi jumlah siswa-siswi, alokasi waktu, fokus keterampilan,
kompetensi dasar, hasil belajar dan materi pokok pembelajaran. Kegiatan ini
digolongkan demikian karena siswa-siswi bukanlah siswa-siswi yang sebenarnya,
tetapi temannya sendiri
. Tujuan umum pengajaran mikro (micro teaching) adalah untuk memberikan
kesempatan kepada mahasiswa (calon guru/dosen) untuk berlatih mempraktikkan
beberapa keterampilan dasar mengajar di depan teman – temannya dalam suasana
yang constructive, supportive, dan bersahabat sehingga mendukung kesiapan
mental, keterampilan dan kemampuan performance yang ter-integrasi untuk bekal
praktik mengajar sesungguhnya di sekolah/institusi pendidikan.
Sumber :
 Syafi'i, M. (2014). Implikasi Pembelajaran Mikro Dalam Pengembangan
Keterampilan Mengajar Di Madrasah. Religi: Jurnal Studi Islam, 5(2), 228-
250.
 Syafi’i, M. (2020). PENGEMBANGAN MODEL DISCOVERY LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN MIKRO BERBASIS LESSON STUDY
UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIPDU JOMBANG
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).
 Sadikin, A. (2020). Pembelajaran Mikro (M. Dr. Dra. Upik Yelianti (Ed.)).
Salim Media Indonesia.
8. Mengajar dapat dipandang sebagai seni dan ilmu, jelaskan!
Jawab:
Mengajar merupakan sebuah seni dan ilmu karena untuk menjadi
seorang guru atau dosen dibutuhkan keahlian khusus, ia membutuhkan
beberapa keterampilan dan persiapan dalam bentuk pendidikan bermutu, guru
atau dosen harus menguasi ilmu pengetahuan dimana mereka akan menjadi
perantaranya sehingga siswa atau mahasiswa tidak hanya mempelajari
pengetahuan mentah, tapi juga belajar bagaimana menerapkan dan
menghubungkan pengetahuan itu dalam kehidupannya. Selain itu mengajar
memerlukan hati, semangat dan rasa cinta terhadap bahan yang diajarkan serta
murid yang dididiknya, dan juga kecintaan serta semangat yang terus menerus
pada bidang pendidikan, yang berarti juga tekad untuk belajar sepanjang hayat
dan ada keinginan untuk membuat siswa atau mahasiswa belajar dengan
senang dan mencapai keberhasilan, karena pendidikan yang berhasil adalah
apabila para murid mendapatkan ilmu pengetahuan dan bisa mengembangkan
pengetahuan melebihi gurunya/dosennya.

Sumber:

 Ichsan, M. (2016). Psikologi pendidikan dan ilmu mengajar. JURNAL


EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(1), 60-76.
9. Jelaskan keterampilan dasar mengajar apa yang harus dipahami dan
diimplementasikan oleh calon guru/ guru dalam melakukan tugasnya!
Jawab:
Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh guru,
dosen, instruktur, atau widyaiswara, yaitu: 1) menguasai materi atau bahan ajar
yang akan diajarkan (what to teach), 2) menguasai metodologi atau cara untuk
membelajarkannya (how to teach). Keterampilan dasar mengajar termasuk
kedalam aspek nomor 2 yaitu cara membelajarkan siswa. Keterampilan dasar
mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap guru, dosen, instruktur,
atau widyaiswara, kerena dengan keterampilan dasar mengajar bahwa mengajar
bukan sekedar proses menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi menyangkut
aspek yang lebih luas seperti: pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan,
dan nilai-nilai. Keterampilan dasar mengajar (teaching skills) adalah kemampuan
atau keterampilan yang bersifat khusus (most specific instructional behaviours)
yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara agar dapat
melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan profesional (As.
Glicman, 1991). Dengan demikian keterampilan dasar mengajar berkenaan
dengan beberapa kemamapuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dan
melekat harus dimiliki dan diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, instruktur,
atau widyaiswara dalam melaksanakan tugas mengajarnya.
A. Jenis-jenis keterampilan dasar mengajar
Allen dan Ryan (1987) mengemukakan jenis-jenis keterampilan dasar
mengajar adalah sebagai berikut:
 Keterampilan membuka dan menutup (set of induction and closure)
Kegiatan membuka dan menutup pembelajaran adalah dua kegiatan
yang berbeda, pertama kegiatan membuka dan kedua kegiatan menutup
pembelajaran. Perbedaan tersebut bisa dilihat dari beberapa aspek, seperti dari
segi pengertian, fungsi, maupun penerapannya. Pertama kegiatan membuka
pembelajaran (set induction); adalah usaha yang dilakukan oleh guru, dosen,
instruktur, atau widyaiswara pada saat mengawali pembelajaran (kegiatan
pembuka) untuk menciptakan prakondisi belajar bagi siswa agar mental,
perhatian dan motivasinya terpusat dan bangkit untuk melakukan aktivitas
belajar yang akan diikutinya. Adapun tujuan membuka pembelajaran antara
lain yaitu:
1) menarik perhatian siswa
2) menumbuhkan motivasi belajara siswa
3) memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran
yang akan dilakukan.
Kedua kegiatan menutup pembelajaran (closure) yaitu kegiatan yang
dilakukan guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara untuk mengakhiri
pembelajaran. Tujuan dari kegiatan menutup pembelajaran yaitu untuk
memberikan gambaran menyeluruh mengenai pengalaman belajar (hasil
belajar) yang telah dikuasainya. Kegiatan-kegiatan dalam menutup
pembelajaran misalnya: merangkum atau membuat garis besar permasalahan
yang dibahas; mengonsolidasikan siswa terhadap hal-hal yang dianggap
pokok; mengorganisasikan kegiatan yang telah dilakukan untuk membuat
pemahaman baru; memberikan tindak lanjut, dll.
 Keterampilan memberikan variasi stimulus (stimulus variation)
Variasi stimulus adalah memberikan respon yang bervariasi (berbeda
atau berganti-ganti). Melalui variasi stimulus ini dimaksudkan untuk menjaga
agar suasana pembelajaran selalu menarik, tidak membosankan, sehingga
siswa selalu menunjukkan sikap antusias, bergairah, penuh perhatian, dan
selalu berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada garis
besarnya ada tiga jenis (bentuk) variasi stimulus yang dapat dilakukan oleh
guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara, yaitu:
1) variasi dalam pola interaksi pembelajaran
2) variasi penggunaan media/alat bantu pembelajaran
3) variasi penggunaan metode serta gaya mengajar.
 Keterampilan bertanya (question)
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses
komunikasi, termasuk dalam komunikasi pembelajaran. Bertanya adalah
penyampaian atau mengungkapkan pertanyaan sebagai stimulus untuk
memunculkan atau menumbuhkan jawaban (respon) dari siswa terhadap yang
ditanyakan. Dengan bertanya dapat meningkatkan aktivitas belajar seperti:
meningkatkan partisipasi siswa, kemampuan berfikir, membangkiktkan rasa
ingin tahu, memusatkan perhatian siswa, dll. Agar bertanya dapat
meningkatkan aktivitas belajar, maka dalam menyampaikan pertanyaan antara
lain mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: antusiasme dan kehangatan,
pemberian waktu secukupnya, pola lalu lintas pertanyaan, menghindari
pertanyaan ganda, pertanyaan secara berjenjang, dan menggunakan
pertanyaan pelacak.
 Keterampilan menggunakan isyarat (silence and non verbal clue)
Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses komunikasi, dalam
komunikasi terdapat beberapa jenis atau bentuk komunikasi yaitu: lisan,
tulisan dan isyarat. Fokus keterampilan menggunakan isyarat, merupakan
penerapan dari bentuk atau jenis komunikasi selain lisan dan tulisan. Tujuan
dari penggunaan bahasa isyarat ini terutama adalah untuk memusatkan
perhatian dan motivasi belajar siswa. Untuk memelihara perhatian dan
motivasi belajar siswa, dalam kondisi tertentu kadang-kadang tidak bisa
dengan cara lisan atau tulisan. Oleh karena itu perlu keterampilan lain, yaitu
melalui keterampilan menggunakan bahasa isyarat.
 Keterampilan memberikan ilustrasi/contoh (illustration and use of example)
Tidak semua materi atau bahan ajar yang disajikan kepada siswa, baik
melalui penjelasan lisan, melalui bahasa tulisan atau isyarat dapat dengan
cepat dan mudah dipahami dan dikuasai oleh siswa. Dengan demikian untuk
mempermudah siswa menangkap, memahami dan menguasai materi ajar yang
diberikan perlu bantuan atau menggunakan contoh-contoh atau ilustrasi yang
dapat memperjelas terhadap bahan ajar atau penjelasan yang disampaikan.
Penggunaan contoh atau ilustrasi dalam pembelajaran harus disesuaikan
dengan karakteristik materi dan tingkat pengalaman siswa itu sendiri. Contoh
dan ilustrasi yang diberikan selalu diorientasikan untuk menjembatani siswa
dalam memahami terhadap materi yang sedang dipelajari, atau tercapainya
kompetensi pembelajaran.
 Keterampilan memberikan balikan dan penguatan (feed back and
reinforcement)
Pemberian penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon
yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru, dosen, instruktur,
atau widyaiswara terhadap tingkah laku siswa. Tujuanya yaitu untuk
memberikan informasi atau umpan balik (feed back) sebagai suatu dorongan
atau koreksi bagi siswa atas perbuatan atau responsnya. Pada garis besarnya
terdapat dua bentuk atau teknik pemberian penguatan, yaitu: 1) penguatan
verbal; yaitu bentuk penguatan melalui kata-kata (lisan), seperti bagus, cantik,
tampan, dll; 2) penguatan nonverbal; yaitu pemberian penguatan dengan
isyarat, seperti dengan anggukan kepala, gelengan kepala, mengacungkan
jempol, dll

B. Prinsip-prinsip pelaksanaan keterampilan dasar mengajar


 Kesesuaian (relevant)
Kesesuaian atau relevan yaitu dalam memilih dan menentukan unsur-
unsur jenis keterampilan dasar mengajar yang akan dilaksanakan harus
memperhatikan dan disesuaikan dengan seluruh komponen pembelajaran.
Penyesuaian ini sangat penting, agar dalam menerapkan setiap unsur
pembelajaran tersebut dapat lebih meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran. Misalnya ketika menerapkan keterampilan memberikan
stimulus melalui penggunaan multi media dan metode yang bervariasi,
hendaknya penggunaan tersebut disesuaikan dengan tujuan (kompetensi)
pembelajaran yang ingin dicapai, sesuain dengan kondisi siswa, materi
pembelajaran, dan unsur-unsur pembelajaran lainnya baiki intern maupun
ekstern.
 Kreativitas dan inovatif
Kreativitas dan inovatif dalam meggunakan unsur-unsur keteranpiloan
dasar mengajar sangat diperlukan agar suasan pembelajaran selalu menarik
dan menyenagkan bagi siswa. Kreativitas berari bahwa unsur-unsur
keterampilan dasar mengajar yang digunakan dikemas lebih menarik, dan
biasanya melalui kreativitas akan muncul hal-hal atau kegiatan yang baru dan
berbeda dengan cara yang dilakukan sebelumnya (inovatif). Misalnya ketika
menerapkan keterampilan membuka pembelajaran, kegiatan yang dilakukan
oleh guru, dosen, instruktur, atau widyaiswara tidak selalu harus dengan cara
memberikan free test, akan tetapi secara kreatif dan inovatif bisa dengan cara
lain, misalnya memberikan ilustrasi, memberikan kondisi yang
mempertentangkan, dll.
 Ketepatan (akurasi)
Penggunaan setiap unsur keterampilan dasar mengajar dimaksudkan
agar proses pembelajaran bisa berjalan secara efektif dan efisien. Oleh karena
itu penggunaan unsur-unsur keterampilan dasar mengajar harus
memperhatikan aspek ketepatan atau akurasi, sehingga dapat mencapai
sasaran pembelajaran yang diharapkan. Misalnya ketika menggunakan
keterampilan dasar bertanya, jika melalui pertanyaan yang diajukan oleh guru,
dosen, instruktur, atau widyaiswara, ternyata tidak memancing respon siswa
berarti mungkin cara atau materi pertanyaan yang diajukan kurang tepat
sehingga perlu diganti dengan cara bertanya yang lain.
 Kebermanfaatan
Seperti halnya dengan prinsip-prinsip keterampilan dasar mengajar
yang telah dibahas sebelumbya, yang tidak kalah pentingnya bahwa unsur-
unsur keterampilan dasar mengajar yang diterapkan harus memiliki nilai
manfaat atau kegunaan terhadap penegembangan potensi siswa. Pembelajaran
adalah proses merubah perilaku siswa meliputi pengetahun, sikap maupun
keterampilan. Dengan demikian penggunaan keterampilan dasar mengajar
harus memiliki nilai atau manfaat untuk lebih meningkatkan kualitas
pembelajaran.
 Membangkitkan perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi termasuk kedalam prinsip pembelajaran,
sebagai suatu prinsip artinya perhatian dan motivasi termasuk untuk yang
sangat menentukan terhadap kualitas pembelajaran. Mengingat pentingnya
perhatian dan motivasi, maka penerapan unsur-unsur atau aspek pembelajaran
harus membangkitkan perhatian dan motivasi siswa. Sehingga selama proses
pembelajaran berlangsung perhatian dan motivasi siswa selalu terjaga dan
tercurah pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
 Menyenangkan
Suasana pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) termasuk
salah satu unsur pembelajaran yang harus selalu diciptakan oleh guru, dosen,
instruktur, atau widyaiswara dalam membimbing proses pembelajaran Melalui
pembelajaran yang menyenangkan siswa akan merasa betah, semangat,
bahkan mungkin siswa akan merasa bebas untuk melakukan aktivitas
pembelajaran sesuai dengan potensi dan bakat yang dimilikinya. Oleh karena
itu penggunaan unsur-unsur keterampilan dasar mengajar harus dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang akrab dan menyenangkan bagi siswa
Sumber:

Ifrianti, Syofnidah. "Membangun Kompetensi Pedagogik dan Keterampilan Dasar


Mengajar Bagi Mahasiswa Melalui Lesson Study." TERAMPIL: Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Dasar 5.1 (2018): 1-18.

10. Pada saat latihan action dan set induction apa yang sodara rasakan saat
tampil dikelas menjadi seorang guru? Adakah kiat-kiat agar sodara
dapat tampil optimal?
Jawab:
Pada saat latihan action dan set induction yang dirasakan saya pribadi tentu
saja gugup. Walaupun tampil hanya didepan rekan-rekan dikelas. Kiat untuk
mengatasi gugup sebelum melakukan prsentasi didepan yaitu:
 Kuasai Materi
Hal terpenting dalam melakukan presentasi adalah menguasai materi. Kamu
harus memahami apa yang akan kamu bicarakan. Pastikan bahwa tak ada satupun
yang tidak kamu mengerti dari apa yang kamu sampaikan.
 Antisipasi Pertanyaan
Berbagai pertanyaan dan respons yang tak terduga bisa muncul kapan pun.
Untuk itu, kamu dapat mengantisipasi pertanyaan yang kira-kira akan muncul dari
audiens. Kamu juga bisa memperbanyak riset melalui internet, jurnal, buku, ataupun
berdiskusi dengan mereka yang memahami konteks yang akan kamu bicarakan.
Semua ini dapat membantu kamu jika sewaktu-waktu kamu dihujani pertanyaan tak
terduga.
 Hindari Makanan Pedas
Tidak hanya konten materi presentasi yang harus diperhatikan, kamu pun
harus berhati-hati dalam memilih makanan. Pastikan kamu tidak mengonsumsi
makanan pedas atau pun bergas, seperti kacang-kacangan dan sejenisnya sebelum
kamu melakukan presentasi. Ketika kamu mengalami rasa panik, hal ini bagi
sebagian orang akan lebih mudah berpengaruh pada kondisi lambung. Hindari jenis
makanan ini sebelum presentasi jika kamu tak mau terganggu dengan rasa sakit perut.
 Minum Air Mineral
Air mineral mampu menetralisir wilayah mulut, menyegarkan
tenggorokanmu, dan membuatmu lebih tenang. Konsumsi air mineral sebelum
presentasi, namun jangan berlebihan. Minumlah dengan perlahan, tak perlu terburu-
buru.
 Berbincang Sebelum Presentasi
Jika komdisi memungkinkan, sebelum presentasi dimulai, cobalah untuk
menyapa audiensmu. Obrolan-obrolan kecil yang menyenangkan dapat
menghangatkan suasana dan mengurangi rasa gugup.
 Lakukan Peregangan
Sebelum tampil , coba untuk sedikit melakukan peregangan pada bagian leher,
tangan, dan kaki. Hal ini dapat membuat dirimu merasa lebih baik, dan tidak terlalu
tegang.
Sumber:
Hamdan, Yusuf, et al. "Pelatihan teknik presentasi bisnis bagi wanita pengusaha di
Jawa Barat." Prosiding SNaPP: Sosial, Ekonomi dan Humaniora 4.1 (2018): 39-46.

DAFTAR PUSTAKA

- Yunus, Muhammad. "Profesionalisme guru dalam peningkatan mutu


pendidikan." Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan 19.1
(2016): 112-128.
- Septina, R., & Akbariansyah. (2019). Meningkatkan Profesionalisme Guru
Dalam Menghadapi Tantangan Global di Era Revolusi Industri 4.0.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas
PGRI Palembang, 713–724. https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/2618/2426
- Ibda, Hamidulloh, and E. Rahmadi. "Penguatan literasi baru pada guru
madrasah ibtidaiyah dalam menjawab tantangan era revolusi industri 4.0."
JRTIE: Journal of Research and Thought of Islamic Education 1.1 (2018): 1-
21.
- Achdiani, Y., & Rusliyani, A. (2017). Pengetahuan Keterampilan Dasar
Mengajar dalam Menyiapkan Guru Sekolah Menengah Kejuruan.
Teknobuga, 5(2), 34–43.
- Agustina, P., & Saputra, A. (2017). Profil Keterampilan Dasar Mengajar
Mahasiswa Calon Guru Biologi pada Matakuliah Microteaching. Jurnal
Bioedukatika, 5(1), 18. https://doi.org/10.26555/bioedukatika.v5i1.5670
- Syafi'i, M. (2014). Implikasi Pembelajaran Mikro Dalam Pengembangan
Keterampilan Mengajar Di Madrasah. Religi: Jurnal Studi Islam, 5(2), 228-
250.
- Syafi’i, M. (2020). PENGEMBANGAN MODEL DISCOVERY
LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MIKRO BERBASIS LESSON
STUDY UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIPDU JOMBANG (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Malang).
- Sadikin, A. (2020). Pembelajaran Mikro (M. Dr. Dra. Upik Yelianti (Ed.)).
Salim Media Indonesia.
- Ichsan, M. (2016). Psikologi pendidikan dan ilmu mengajar. JURNAL
EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(1), 60-76.
- Ifrianti, Syofnidah. "Membangun Kompetensi Pedagogik dan Keterampilan
Dasar Mengajar Bagi Mahasiswa Melalui Lesson Study." TERAMPIL:
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar 5.1 (2018): 1-18.
- Hamdan, Yusuf, et al. "Pelatihan teknik presentasi bisnis bagi wanita
pengusaha di Jawa Barat." Prosiding SNaPP: Sosial, Ekonomi dan
Humaniora 4.1 (2018): 39-46.

Anda mungkin juga menyukai