Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH “PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA DI MEDAN”

Disusun oleh :

Nama : Syahvaz Rosalfi Azra

Nim : M18010005

Program Studi S1-Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Madani

Yogyakarta

2019
KATA PENGANTAR
 
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang kebudayaan suku batak.
Dalam penyusunan Makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan Makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
B.  Rumusan Masalah
C.  Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.  Sejarah Suku Batak
B.  Letak Geografi Suku Batak
C.  Bahasa Suku Batak
D.  Baju Adat Suku Batak
E.   Sistem Kepercayaan Suku Batak
F.   Sistem Kekerabatan Suku Batak
G.  Bentuk Kesenian Suku Batak
H.  Makanan Khas Suku Batak
I.     Rumah Adat Suku Batak
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan
B.  Saran
DAFTAR PUSTAKA

 
BAB I
PENDAHULUAN
 
A.     Latar Belakang
Dalam jiwa manusia terdapat keindahan yang melekat secara utuh, naluri
yang tertanam akan budaya ataupun kebudayaan, segala bentuk yang membuat
manusia itu hidup tertata dalam masyarakat adalah budaya itu sendiri yang
dimana setiap manusia wajib melestarikan budaya demi kesejahteraan dalam
hidup bermasyarakat. Dengan melestarikan budaya nasional, warga Indonesia
mampu mencerminkan jati diri bangsa Indonesia yang bersumber terhadap
keselarasan jiwa setiap masyarakatnya, untuk itulah manusia yang ideal harus
menganggap budaya sebuah hal yang intens.
Dari berbagai definisi budaya yang terbilang banyak, dapat diperoleh
pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata (konkrit), misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Dalam makalah ini akan dibahas yakni sistem sosial budaya suku batak dalam
konteks hidup dan perkembangan atau ciri khas mereka.
 
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sistem kepercayaan suku batak ?
2.      Bagaimana bentuk sistem kekerabatan suku batak ?
 
C.     Tujuan
1.      Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem sosial budaya batak.
2.      Memenuhi tugas IPS.
 
BAB II
PEMBAHASAN
 
A.     Sejarah Suku Batak
Versi sejarah mengatakan si Raja Batak dan rombongannya datang dari
Thailand, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan
menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 Km arah Barat Pangururan,
pinggiran Danau Toba sekarang.Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus
atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau
Toba.
Diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13).
Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan si Raja Batak yang merupakan
generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama si Raja Buntal adalah
generasi ke-20. Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof.
Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa
pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang
menyebabkan bermukimnya 1.500 orang TAMIL di Barus. Pada tahun 1275
MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru,
Padang Lawas. Sekitar rahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah timur
Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.
Adat adalah bagian dari pada Kebudayaan, berbicara kebudayaan dari
suatu bangsa atau suku bangsa maka adat kebiasaan suku bangsa tersebut yang
akan menjadi perhatian, atau dengan kata lain bahwa adat lah yang menonjol
didalam mempelajari atau mengetahui kebudayaan satu suku bangsa, meskipun
aspek lain tidak kalah penting nya seperti kepercayaan, keseniaan, kesusasteraan
dan lain-lain .
BATAK merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia. Nama
ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengindentifikasikan beberapa suku
bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli, Sumatera Timur dan di
Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Batak
Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola dan Batak
Mandailing. Mayoritas orang batak menganut agama Kristen dan sisanya
beragama Islam. Tetapi ada juga yang menganut agama Malim dan juga menganut
kepercayaan Animisme (disebut juga sipelebegu atau parbegu), penganut kedua
kepercayaan ini saat ini sudah semakin berkurang.
Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia  namun tidak diketahui
kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan
Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang
yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan
Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu di zaman batu muda (Neolitikum). Karena
hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang
ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru
bermigrasi ke Sumatera Utara di zaman logam.Pada abad ke-6 pedagang-pedagang
Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus,di pesisir barat Sumatera Utara.
Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman.
Kapur Barus dari tanah batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu
komoditas ekspor di samping kemenyan.Pada abad ke-10, Barus diserang oleh
Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir
Sumatera. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak
dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan
timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam,
hingga Natal.
 
B.     Letak Geografi Suku Batak
Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan
dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah
dari Utara ke Selatan. Daerah asal kediaman orang batak dikenal dengan daratan
tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, toba,
Mandailing dan tapanuli tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di
daerah sumatera utara dan terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau
Toba yang sangat terpenting untuk sumber mata pencaharian buat masyarakat
sekitarnya. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami wilayah
beberapa kabupaten atau bagian dari sumatera utara.Yaitu Kabupaten Karo,
simalungun, dairi, tapanuli utara dan dairi. Danau Toba dianggap sebagai simpul
pemersatu areal tanah yang didiami individu-individu maupun kelompok etnis
Batak Toba ini,yang keadaannya berada pada ketinggian 900 m di atas permukaan
air laut.
Danau ini terbentuk dari vulkanik gunung merapi yang hasil letusannya
membentuk sebuah bentuk danau, yang letusannya berdampak menyemburkan
kawah yang kemudian dipenuhi oleh debit air yang sangat besar. Danau Toba ini
adalah salah satu kebanggaan masyarakat Batak Toba sebagai danau yang sangat
bermanfaat untuk sumber kehidupan dari hasil yang ada di dalam danau ini,
seperti suber air bersih, ikan-ikan dan sebagai aset pariwisata karena
pemandangannya yang menawan di sekitar danau ini.Di tengah-tengah danau tuba
ini terdapat sebuah pulau yang dinamakan Pulau Samosir (menurut sejarah
sesungguhnya dahulu tidak benar-benar terpisah dengan dataran disekeliling
Danau Toba artinya tidak benar-benar sebagai sebagai sebuah pulau).Masyarakat
Batak merupakan masyarakat perantau yang diwarisi dengan sifat pekerja keras,
berani, jujur dan pantang menyerah. Keinginan untuk memperoleh kehidupan
yang lebih baik selalu ditanamkan kepada generasi muda sehingga demi mencapai
impian,seorang pemuda atau pemudi batak harus bersedia meninggalkan kampung
halaman tercinta untuk merantau ke negeri/daerah orang yang jauh. Akan tetapi
kerinduan akan kampung halaman masih akan selalu melekat di hati. Tak heran
saat ini banyak orang Batak yang berhasil dan sukses tersebar di seluruh penjuru
dunia.
 
C.     Bahasa Suku Batak
Sistem tradisi penulisan didalam bahasa Batak diduga telah ada sejak abad
ke-13, dengan aksara yang mungkin berasal dari aksara Jawa Kuna, melalui
aksara Sumatera Kuna. Aksara ini bersifat silabis artinya tanda untuk
menggambarkan satu suku kata/silaba atau silabis. Jumlah lambang atau tanda itu
sebanyak 19 buah huruf yang disebut juga induk huruf dan ditambah 7 jenis anak
huruf. Pada dasarnya huruf /ka/ tidak pernah ditemukan dalam bahasa Batak
Toba, misalnya orang Batak Toba pada mulanya bila menyebutkan kopi adalah
hopi, dan hoda [bukan kuda]. Tetapi sekarang ini orang Batak tidak lagi
menyebutnya hopi melainkan kopi, itulah perubahan pelafalan dalam bahasa
Batak Toba.
 
D.    Baju Adat Suku Batak
Baju adat batak adalah ulos. Ulos dipergunakan di semua acara adat,
meskipun untuk pemakaiannya tiap ulos memiliki aturannya sendiri. Ulos itu dapat
dipadukan dengan pakaian modern, misalnya jas atau dipadukan dengan kebaya.
Sebagai baju adat batak toba, ulos juga dapat dikombinasikan dengan sortali.
Sortali itu sendiri adalah ikat kepala yang fungsinya seperti mahkota.
Biasanya dibuat dari bahan tembaga yang disepuh dengan emas, lalu dibungkus
dengan kani merah. Sortali ini digunakan pada pesta-pesta besar. Sortali
digunakan laki-laki dan perempuan. Akan tetapi sama seperti ulos, penggunaan
sortali tidak sembarangan dan memiliki aturan sendiri.
Ulos itu sendiri sebenarnya tidak hanya berupa kain tenun, tapi dapat juga
berupa tanah (ulos na so ra buruk), uang (ulos tonunan sadari atau berupa
makanan dan doa restu. Sebagai baju adat batak toba, maka ulos yang berupa kain
tenun (ulos herbang)
 
E.     Sistem Kepercayaan Suku Batak
Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat tradisional Batak adalah
kepercayaan terhadap Mulajadi Na Bolon yang dipercayai oleh orang Batak
sebagai dewa tertinggi mereka pencipta 3(tiga) dunia:
        dunia atas (banua ginjang)
        dunia tengah (banua tonga)
        dunia bawah (banua toru)
Manusia dipercaya hidup di tengah, tidak terpisah dari alam, manusia satu
dengan kosmos. Adat memimpin hidup manusia perseorangan, sedangkan
masyarakat adalah simbol ketertiban kosmos. Tiga golongan fungsional dalam
masyarakat adat Batak yang disebut Dalihan Na Tolu dipercaya sebagai refleksi
kerjasama ketiga dunia itu. Dalam sistem adat istiadat orang Batak dikenal adanya
Dalihan na Tolu yang berarti Tiga nan Satu. Tiga unsur penting dalam sistem
kekerabatan masyarakat berdasarkan asas Dalihan Na Tolu berlaku secara umum
dalam semua sub suku walaupun berbeda-beda dalam penamaannya, saling
mendukung satu dengan yang lainnya. Dalihan Na Tolu berasal dari kata
”dalihan” yang berarti tungku dan ”na tolu” artinya nan tiga. Tungku nan tiga
melambangkan terdapat tiga buah batu sebagai tungku yang menopang kuali
(lambang kehidupan sehari-hari). Hal ini mencerminkan kehidupan sehari-hari
orang Batak Toba yang ditopang oleh prinsip Dalihan Na Tolu. Sistem Dalihan Na
Tolu menentukan kedudukan, hak dan kewajiban orang Batak dalam
lingkungannya. Dalam sistem masyarakat orang Batak Toba ketiga unsur ini
digambarkan sebagai Hula-hula, Dongan Sabutuha dan Boru. Prinsip Dalihan Na
Tolu memiliki kaitan erat dengan sistem marga dan silsilah. Seorang anak harus
mengetahui asal-usul klan marga keluarganya dan juga urutan silsilahnya sehingga
setiap orang dapat menempatkan diri dengan baik dalam tatanan pergaulan di
masyarakat. Salah satu contoh penerapan prinsip Dalihan Na Tolu ini dapat dilihat
dalam penggunaan ulos yang erat kaitannya dengan kehidupan adat orang Batak
Toba maupun sub suku Batak Toba dan juga lainnya. Dalam masyarakat Batak
Toba pemberian ulos ditujukan sebagai perlambang yang akan mendatangkan
kesejahteraan jasmani dan rohani dan hanya digunakan pada upacara khusus.
 
F.      Sistem Kekerabatan Suku Batak
Sistem kekerabatan memegang peranan penting dalam jalinan hubungan
baik antara individu dengan individu ataupun individu dengan masyarakat
lingkungannya. Dari sistem ini biasanya bersumber masalah lain dalam sistem
kemasyarakatan, seperti sistem daur hidup, kesatuan hidup setempat dan
stratifikasi sosial. Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak Toba berdiam di
daerah pedesaan yang disebut huta (kampung). Biasanya satu Huta didiami oleh
keluarga dari satu marga. Marga (klan) tersebut terikat oleh simbol-simbol
tertentu misalnya nama marga yang membentuk sebuah klan kecil. Klan kecil tadi
merupakan kerabat patrilineal (garis keturunan ayah) yang masih berdiam dalam
satu kawasan areal yang menciptakan sosial budaya. Sebaliknya klen besar yang
anggotanya sudah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka
dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan
dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat
prinsip yaitu :
        perbedaan tigkat umur
        perbedaan pangkat dan jabatan
        perbedaan sifat keaslian
        status kawin.
Pada umumnya perkawinan Batak adalah monogami. Tetapi karena faktor
keturunan laki-laki dianggap penting membawa garis keturunan, maka apabila
sebuah keluarga di dalam perkawinan belum mempunyai anak laki-laki sering
sekali terjadi poligami yang tujuannya agar garis keturunan yetap berlanjut.
Perkawinan sangat erat kaitannya dengan keluarga, sedang perceraian sangat
jarang terjadi dan sejauh mungkin diusahakan jangan sampai terjadi. Hal ini
terjadi karena adat. Bila seorang istri yang diceraikan suaminya cenderung tidak
akan mempunyai hubungan lagi dengan keluarga laki-laki baik anak sendiri,
maupun keluarga lain. Berpoligami sebenarnya sangat tidak diinginkan di dalam
status sosial pada masyarakat Batak. Dalam kehidupan sehari-hari orang yang
berpoligami itu selalu kurang mendapat penghargaan dari masyarakat sekitar dan
juga status sosialnya dianggap kurang baik.Pandangan masyarakat Batak bahwa
anak (laki-laki dan perempuan) merupakan harta yang paling berharga baginya di
dalam keluarga. Hal ini dapat di lihat dari semboyan di masyarakatnya yaitu
anakhonki do hamoraon di au (anak adalah kekayaan yang dimiliki). Keturunan-
keturunan dari orang yang berpoligami dalam kenyataannya lebih banyak
menderita karena percekcokan antara anak pihak istri yang pertama dengan pihak
istri kedua. Dengan demikian pada prinsipnya masyarakat Batak Toba tidak
menginginkan adanya poligami dari pihak suami , kecuali jika tidak ada
keturunan, apalagi tidak mempunyai keturunan laki-laki yang dianggap anak laki-
laki merupakan penerus kesinambungan secara genetika
 
G.    Bentuk Kesenian Suku Batak
Seni pada masyarakat Batak umumnya meliputi seni musik, seni sastra, seni
tari, seni bangunan dan seni kerajinan tangan. Walaupun bagaimana sederhananya
sesuatu suku bangsa di dunia ini, mereka pasti terlibat dengan jenis-jenis seni
tersebut. Seni-seni ini pun merupakan seni yang dimiliki desa Lumban Gaol.
Seni Sastra
Pada masyarakat Batak Toba terkenal cerita Si Boru Tumbaga dan
terjadinya Danau Toba. Bahwa ceritra Si Boru Tumbaga ini menggambarkan
perbedaan antara anak laki-laki dan wanita yang masih tumpang, terutama dalam
hal hak waris. Cerita terjadinya Danau Toba menggambarkan bahwa seseorang
yang melanggar janji akan dikutuk. Kutukan itu datangnya dari Tuhan berupa
keajaiban atau dalam bentuk yang lain.Sastra Batak, khususnya cerita rakyat
dalam bahasa Toba disebut turi-turi. Masyarakat Batak dikatakan kaya raya akan
dongeng-dongeng. Cerita seperti ini masih populer, khususnya oleh para nenek-
nenek terhadap cucu-cucunya ataupun orang tua terhadap anak-anaknya pada
waktu senggang. Seni sastra ini dapat diungkapkan berupa umpama (pantun).
Bentuknya sama dengan pantun Melayu, berbaris empat, mengandung sampiran
dan sajaknya adalah ab-ab. Pantun Batak bermacam-macam jenisnya menurut
isinya. Ada pantun yang biasa dipergunakan pada pidato-pidato, dalam upacara-
upacara hukum adat dan ada pula yang mengenai percintaan antara muda-
mudi.Tonggo-tonggo adalah ucapan yang disusun secara puitis dan biasanya
diungkapkan pada waktu mengadakan upacara-upacara rituil. Adakalanya
kalimatnya panjang-panjang, isinya penuh mengandung gaya bahasa yang indah
dengan aliterasi dan praktisme. Pada umumnya jarang orang yang bisa
mengucapkan hal tersebutdan hanya orang-orang tertentulah yang mengetahuinya.
Teka-teki yang singkat dalam bahasa bahasa Batak Toba disebut huling- hulingan.
Kalau teka-teki itu memerlukan jawaban, berupa ceritra dinamakan torkan-
torkan. Hal ini umpama oleh para orang tua terhadap anak-anak.
Seni Musik
Musik adalah suara yang dapat memuaskan perasaan dan menggembiakan
isi jiwa (ekspresi). Kesenian khususnya dalam bidang seni musik telah mengalami
perkembangan yang pesat di dalam masyarakat Batak. Biasanya pada waktu habis
panen berbagai desa di daerah Batak selalu dikunjungi oleh opera-opera Batak.
Dalam upacara-upacara adat yang besar selalu dibunyikan gondang sebangunan
yaitu seperangkat musik tradisional Batak. Musik tradisional Batak boleh
dikatakan kaya dalam bunyi-bunyian, di samping gong (ogung) trum (taganing dan
gordang) dan klarinet (serunai), juga dikenal garantung (sejenis taganing dari
kayu), hasapi (kecapi), sordam (sejenis seruling tapi diembus dari ujung), sulim
(seruling), tuila (dari bambu kecil pendek dan diembus pada bagian tengah), dll.
Seni Tari
Seni tari (tor-tor) adalah ekspresi gerakan yang estetis dan artistik akan
menjelma dalam yang teratur, sesuai dengan isi irama yang menggerakan.
Gerakan teratur ini dapat dilakukan oleh perorangan, berpasangan ataupun
berkelompok. Tarian perorangan misalnya yang berhubungan dengan ritus.
Tarian tunggal panaluan, dimana sang dukun menari, berdoa dan sambil
memegang tongkat sihir tersebut. Tarian bersama dalam upacara-upacara adat
menurut tradisinya merupakan tarian dari masing-masing unsur Dalihan Natolu
pelaku gerakan tortor ini. Karena ketiga unsur ini secara fungsional dalam
masyarakat bersama-sama mendukung upacaranya.
Biasaya bentuk tarian ketiga unsur Dalihan Na Tolu ini, adanya pemimpin
tortor yang mengatur gerakan yang sesuai dan selaras dengan pola gerakan etika
di dalam tortor.
Seni Bangunan dan Ukir-ukiran
Rumah adat tradisional Batak terbuat dari kayu dengan tiang-tiang yang
besardan kokoh. Atapnya terbuat dari bahan ijuk dan bentuk atapnya adalah
melengkung. Di ujung atap bagian depan terdapat tanduk kerbau. Pada umumnya
rumah-rumah adat Batak selalu dihiasi dinding depan dan samping. Dengan
berbagai macam atau ornamen, yang terdiri dari warna merah, hitam dan putih.
Merah melambangkan benua tengah, hitam melambangkan benua atas dan putih
melambangkan benua bawah. Sekarang ini, rumah adat tradisional sudah mulai
menuju kepunahan dari daerah Batak.
Seni Kerajinan Tangan (Ulos)
Seni kerajinan tangan khususnya ulos selalu dikaitkan dengan angka,
warna, struktur sosial, religius yakni tiga, lima, hitam dan putih, atas tengah dan
bawah dan segi tiga, garis tiga, manunggal dan lain sebagainya. Setiap ulos
mempunyai pola dasar tertentu dan berdasarkan itulah namanya disebutkan,
sesuai rencana pemula dari yang mengerjakan. Ulos dipergunakan pada waktu
upacara, kepercayaan dan adat istiadat serta belakangan ini bernilai ekonomis
(sebagai mata pencaharian). Pada setiap ujung pangkal ulos terdapat rambu, yakni
benang yang dipintal (dipulos) berjumlah sepuluh atau lima tergantung besar
benangnya. Antara badan ulos dan rambu selalu dibuat sirat (corak) sebagai
hiasan untuk memperindah, juga berfungsi untuk menyatukan ulos itu sendiri agar
benang-benangnya jangan lepas. Pada bagian tengah ada juga hiasan lukisan yang
bertempel yang disebut dengan jungkit

H.    Makanan Khas Suku Batak


Lapet atau juga akrab disebut ombus-ombus yang artinya masih tetap
hangat, adalah makanan khas Suku Batak yang berasal dari daerah Siborong-
Borong. Bahan dasar lapet adalah itak yang merupakan beras yang dihaluskan
secara manual dengan peralatan seadanya yang masih sangat tradisional. Setelah
itak sudah benar-benar halus, itak tersebut diadon dengan kelapa muda, gula
pasir, dan terkadang gula aren. Adonan tersebut kemudian dibungkus dengan
daun pisang sebelum akhirnya dikukus.
Rasa lapet tentu saja menjadi manis bercampur gurih karena dipadukan
dengan kelapa muda dan gula. Terdapat legenda suku Batak yang mengatakan
bahwa lapet yang paling enak adalah lapet yang dimasak oleh wanita bermarga
Sihombing. Terlepas
 
I.       Rumah Adat Suku Batak
Kebanyakan rumah tradisional yang ada di Nusantara kita ini tidak hanya
sekedar sebagai tempat tinggal tapi juga sebagai media atau simbolisasi
perwujutan dari filosofi atau adat budaya yang berlaku pada daerah atau suku-
suku yang ada di bumi Indonesia ini. Kita sebagai bangsa yang besar sudah
sewajarnya bangga akan kekayaan budaya kita dan sewajarnya pula kita sebagai
penerus bangsa melestarikannya dan selalu mengabadikannya untuk anak cucu
kita nanti, dan mengenalkan kepada mereka identitas kita sebagai negara yang
besar. Kali ini kita membahas rumah adat suku Batak di Sumatera Utara. Rumah
Adat Batak mengandung filosofi pedoman hidup suku Batak.
Dalam kesempatan ini kita akan mengupas nilai flosofi, makna dan sejarah
dari rumah adat Batak tersebut sebagai bentuk cagar budaya, yang kita harapkan
dapat menjadi sarana pelestarian budaya, agar kelak para generasi penerus kita
tidak kehilangan identitas bangsa kita tercinta ini.
Perkampungan suku Batak Toba mengikuti pola berbanjar (kampung),
yaitu suatu tata ruang lingkungan dengan komunitas yang utuh dan kuat
solidaritasnya. Desa atau kampung pada suku batak disebut lumban/ huta. di setiap
masing-masing desa / kampung dilengkapi 2 pintu gerbang (bahal) pada sisi bagian
utara dan selatan. Sekeliling kampung dipagar batu setinggi 2 m, yang disebut
parik. Di setiap sudut pagar berdiri menara penjagaan yang berfungsi untuk
mengintai musuh atau bertahan. Pada sejarah masa lalu, di suku Batak sering
sekali peperangan antar kampung.
Oleh karena itu kenapa kampung suku Batak berpagar keliling dan ada
menara penjaganya seperti benteng, Huta masih dapat disaksikan di Kabupaten
Tapanuli Utara di desa-desa Tomok, Ambarita, Silaen, dan Lumban Nabolon
Parbagasan. Desa-desa tersebut merupakan daya tarik wisata budaya yang banyak
dikunjungi wisatawan.
 
 
BAB III
PENUTUP
 
A.     Kesimpulan
Berdasarkan paparan dan analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diangkat
yaitu antara lain:
a.      Sebagian masyarakat suku batak pada dasarnya masih sangat menghargai
kebudayaan tersebut dan juga sangat menghormati leluhur mereka, karena
dalam kehidupan mereka sangat percaya pada leluhur mereka, apapun yang
ditinggalkan oleh leluhur mereka itulah yang wajib dikerjakan dan mereka
beranggapan bahwa bila ini tidak dijalankan maka aka nada bencana bagi
keluarga mereka dan juga orang yang ada disekitar mereka .
b.      Sistem kekerabatan suku dayak yaitu menggunakan sistem kemasyarakatan
 
B.     Saran
Sebagai warga Negara Indonesia kita perlu mengetahui kebudayaan-
kebudayaan yang ada di Negara kita sendiri. Kadang kita lebih mengenal budaya
yang ada di Negara barat melainkan budaya kita sendiri. Salah satu budaya dari
Negara kita adalah budaya suku batak. Tentu bukan hanya budaya suku batak
yang ada di negara Indonesia, melainkan masih banyak budaya-budaya yang
belum kita ketahui . Maka dari itu kita harus mengenal budaya kita sendiri mulai
memberikan wawasan kepada anak-anak sejak dini agar memahami beragam
budaya yang ada di Negeri tercinta ini.
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
 
http://ksupointer. Com/2009/ suku batak/www.samosir.info
http: // ragambudayanusantara.blogspot.com//,  Senin, 25 Agustus 2008
http : //jfchatib.blogspot.com/ 2009/03/ arsitektur-traditional-batak.html,

Anda mungkin juga menyukai