Anda di halaman 1dari 18

KONSEPSI AL-QUR’AN TENTANG FUNGSI

KELUARGA

Oleh
M-18

MUSABAQAH TILAWATIL QUR’AN


TINGKAT PRIVINSI SULAWESI SELATAN XXX
2018
KATA PENGANTAR

‫ و الصالة و السالم على اشرف االنبياء و املرسلني سيدنا‬,‫احلمد هلل رب العاملني‬


‫ اما بعده‬.‫حممد) و على اله و اصحابه امجعني‬
Segala puji bagi Allah Rabb al-alamin. Atas izin, bimbingan dan
pertolonganNyalah, sehingga tulisan ini bisa diselesaikan. Mudah-mudahan dengen
tulisan ini dapat menyadarkan kita akan pentingnya mengetahui fungsi keluarga
sehingga menumbuhkan perhatian kita untuk membina keluarga yang dicita-citakan
oleh al-Qur’an yaitu keluarga yang sakinah mawadda wa rahmah.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari
para offisial, yang mengorbankan segenap tenaga, materi dan waktunya demi
membantu penulis sampai tulisan ini dapat diselesaikan. Untuk itu kami ucapkan
banyak terimaksaih.

Begitu pula ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang
telah memberi arahan dalam penulisan ini terutama dewan hakim cabang MMQ serta
segenap panitia dan panitra yang menengani cabang lomba MMQ. Penulis hanya bisa
memanjatkan doa jazakumullah khairan jaza.

Malili, 5 April 2018

Penulis

M-18
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................i
BAB I :PENDAHULUAN...................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Metode Penyusunan....................................................................2
D. Tujuan Penulisan.........................................................................2
BAB II :HAKIKAT KELUARGA......................................................3
A. Pengertian Keluarga....................................................................3
B. Term-term Keluarga dalam al-Qur’an.........................................4
1. ‫اهل‬..........................................................................................4
2. ‫ذرية‬.........................................................................................4
3. ‫اشرية‬........................................................................................4
4. ‫بىن‬........................................................................................... 4
BAB III :KELUARGA-KELUARGA YANG DISEBUT DI
DALAM AL-QUR’AN.........................................................6
A. Keluarga Nabi Ibrahim as...........................................................6
B. Keluarga Nabi Ya‘qub as............................................................6
C. Keluarga Nabi Daud as...............................................................7
D. Keluarga Luqman........................................................................7
E. Keluarga Firaun...........................................................................7
BAB IV : FUNGSI KELUARGA ......................................................9
A. Fungsi Pendidikan.......................................................................9
B. Fungsi Penjagaan.........................................................................11
C. Fungsi Menyiapkan Generasi......................................................11
D. Fungsi Membangun Insan Sakinah Mawadda wa Rahmah
(SAMARA)................................................................................12
BAB V : PENUTUP...........................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................13
B. Implikasi......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama peripurna, ia lahir sebagai agama yang syari’atnya
menyempurnakan syari’at-syari’at yang datang sebelumnya. Kehadiran Islam di
tengah-tengah masyarakat Arab berperan penting untuk mengubah tradisi-trdisi yang
dikenal dengan tradisi jahiliyah yang kurang beradap menuju tradsisi Islamiyah yang
beradab. Islam dengan syari’atnya mengatur semua aspek kehidupan, mulai hal-hal
yang terkecil sampai yang terbesar, mulai kehidupan pribadi sampai kehidupan
bernegara. Termasuk al-Qur’an membincangkan persoalan-persoalan rumah tangga
yang merupakan akar bagi terbentuknya masyarakat, bangsa dan bahkan peradaban. 1
Jika suatu keluarga menjalani kehidupan rumah tangga dengan berdasar kepada nilai-
nilai al-Qur’an maka pastilah keluarga tersebut akan mendapatkan kehidupan yang
harmonis di dunia dan di akhirat.
Namun, hal yang bertolak belakang sering dijumpai di tengah-tengah
masyarakat. Maraknya terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), ketidak
harmonisan sebuah keluarga bahkan sampai pada perceraian. Seperti yang dimuat
oleh TRIBUNNEWS BITUNG pada selasa 23 januari 2018 seorang warga maesa,
Bitung, Sulut melakukan KDRT terhadap istrinya dan mencabuli anaknya sendiri. 2
Perseoalan yang serupa juga terjadi di Jatinegara pada 21 Maret 2018 seorang suami
aniaya istrinya yang sedang hamil sampai ketuban istrnya pecah.3
Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi karena ketidak pahaman mereka tentang
etika berkeluarga, emosi yang tidak terkontrol serta tidak mengetahui fungsi dan
tujuan berumah tangga. Olehnya itu, penulis merasa terpanggil untuk mengkaji dan
menulusiri konsepsi al-Qur’an tentang fungsi keluarga. Denga memahami fungsi
keluarga dan sadar akan etika dan aturan-aturan berumah tangga maka KDRT,
ketidak harmonisan keluarga tidak akan terjadi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakikat Keluarga?
2. Bagaimana Wujud Keluarga dalam al-Qur’an?
3. Bagaimana Fungsi Keluarga dalam al-Qur’an?

C. Metode Penyusunan

1
Ahmad Faiz, Cita Keluarga Islam (Cet. II; Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002), h. 9.
2
Tribunnews, Bitung-Sulut selasa 23 Januari 2018
3
Tribunnews, Jakarta, Rabu 21 Maret 2018
Metode penyusunan yang digunakan dalam makalah ini adalah metode
maud}u>‘I (tematik) yaitu metode tafsir yang menonjolkan tema, judul atau topik
pembahasan sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa metode ini juga disebut
dengan metode “topikal”. 4
Seorang mufassir mencari tema-tema atau topik yang ada di tengah realitas
kehidupannya. Atau di internal al-Qur’an itu sendiri, yang kemudian dikaji secara
tuntas dan komprehensif (menyeluruh) dari berbagai aspek sesuai dengan kapasitas
dan petunjuk yang termuat dalam ayat-ayat yang ditafsirkan tersebut. Penggunaan
metode ini dianggap lebih relevan untuk konteks dewasa ini dengan beberapa alas an
di antaranya :
1. Menjawab tantangan zaman
2. Praktis dan sistematis
3. Dinamis
4. Membuat pemahaman yang utuh

D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Diajukan dalam lomba Musabaqah Makalah al-Qur’an pada Musabaqah
Tilawatil Qur’an yang ke-30 Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Sebagai bahan kajian dan rujukan bagi para pembaca dan peneliti selanjutnya.
3. Sebagai bahan renungan bagi masyarakat yang mempunya keinginan untuk
mengetahui konsepsi al-Qur’an tentang fungsi keluarga.

4
Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2000), h. 22.
BAB II
HAKIKAT KELUARGA
A. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit, terdiri dari beberapa orang yang masing-masing
mempunyai kedudukan dan peranan tertentu. Keluarga dibina oleh sepasang manusia
yang telah sepakat untuk mengarungi hidup bersama dengan tulus dan setia, didasari
keyakinan yang dikukuhkan melalui janji suci yang terikrarkan dalam akad
pernikahan, dipatri dengan kasih saying, ditunjuk untuk saling melengkapi dan
meningkatkan diri dalam menuju rida Allah.5
Menurut sayekti dalam bukunya yang berjudul Bimbingan dan Konseling
Keluarga mengartikan keluarga adalah suatu ikatan perseketuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama, atau
seorang laki-laki dan seorang perempuan yang sendiri atau yang punya anak, baik
anak sendiri maupun anak adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga.6
Sofan Wilis dalam buku yang berjudul Keluarga Sakinah dalam Perspektif
Islam karya Ulfatmi menyatakan bahwa keluarga adalah multibodied organism
(organisasi yang terdiri dari banyak badan). Keluarga adalah satu kesatuan atau
orgenisme, mempunyai komponen-komponen yang membentuk orgnisme keluarga.7
Dalam kitab tafsir Ru>h} al-Baya>n ketika menafsirkan QS al-Tah}ri>m: 6
disinggung tentang pengertian keluarga. Keluarga adalah tiap-tiap orang yang berada
dalam tanggungan dan nafkah seorang laki-laki, mulai dari istri, anak, saudara laki-
laki, saudara perempuan, paman, ponakan dan pembantu. 8 Sementara itu, M. Quraish
Shihab dalam kitab tafsirnya al-Mishbah menyatakan bahwa keluarga adalah istri,
anak-anakmu dan seluruh yang berada di bawah tanggung jawab kamu9
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil sebuah kesimpulan
bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang masing-masing mempunyai
kedudukan, tanggung jawab yang tinggal dalam sebuah rumahtangga. Lebih lanjut,

5
Soelaeman, Pendidikan Dalam Keluarga (Bandung: Alfabet, 1994), h. 152.
6
Sayekti Pujo Suwarno, Bimbingan dan Konseling Keluarga (Yogyakarta: Menara Mas
Offset, 1994), h. 11.
7
Utami, Keluarga Sakinah dalam Perspektif al-Qur’an (Jakarta: Kementerian Agama RI,
2011), h. 20.
8
Isma‘i>l H}aq bin Mus}t}a>fa> al-H}anafi>, Ru>h} al-Baya>n (Lebanon: Da>r Kutub
al-‘Ilmiah, t.th.), h. 58.
9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 326.
bahwa keluarga adalah jiwa masyarakat dan tulang punggungnya. Kesejahteraan lahir
dan batin yang dinikmati suatu bangsa, atau sebaliknya, kebodohan dan
keterbelakangannya, adalah cerminan dari keadaan keluarga-keluarga yang hidup
pada masyarakat bangsa tersebut.
B. Term-term Keluarga dalam al-Qur’an

1. ‫ اهل‬: kata ini mempunyai dua akar kata dengan pengertian yang jauh berbeda.
Akar kata yang pertama adalah ‫ اهالة‬yang secara etimologis berarti lemak yang
diiris dan dipotong-potong menjadi kecil. Sedang akar kata kedua kata ‫اهل‬
yang baru bias dipahami pengertiannya setelah dirangkai dengan kata lain
sehingga membentuk suatu kata majemuk. Kata ‫اهل‬ yang kedua inilah yang
disebutkan dalam al-Qur’an.10
2. ‫ذرية‬: menurut Mus}t}a>fa al-Mara>gi, kata tersebut secara lugah berasal dari
pemaknaan ‫ الص))غار من االوالد‬anak-anak yang masih kecil. Kemudian kata ini
digunakan dengan makna yang secara ‘urf sebagai anak-anak, orang dewasa,
baik seorang maupun berjumlah banyak.11
3. ‫عش))رية‬: al-Ragib al-As}fah}a>ni> menyebutkan bahwa kata tersebut keluarga
seketurunan yang berjumlah banyak, hal ini berdasar dari kata ‫ عش))رة‬kata ini
menunjuk pada bilangan yang banyak.12
4. ‫بىن‬: kata ini berasal dari kata ‫ بنو‬yang mempunyai makna dasar ‫شيئ يتولد من‬
‫ شيئ‬sesuatu yang dilahirkan dari sesuatu.13 Secara umum kata ibn dalam al-
Qur’an mengacu pada status anak, baik ia disandarkan kepada nama bapak
ataupun sebutan lainnya. Sedangkan kata ‫ بين‬berarti putra putrid.14

10
Abu> al-H}usain Ah}mad bin Fa>ris bin Z|akariya, Mu‘jam al-Maqais fi> al-Lugah
(Beirut: Da>r al-Fikr, 1415 H/1994), h. 95. Lihat juga H. Salman Herun (ed), Ensiklopedia al-Qur’an:
Kajian Kosakata dan Tafsirnya (Jakarta: PT Intermasa, 1997), h. 6.
11
Must}a>fa> al-Mara>gi>, Tafsi> al-Mara>gi> (t.d.), h. 218.
12
Al-Ra>gib al-As}fah}a>ni, Mu‘jam Mufrada>t Alfa>z} al-Qur’a>n (Beirut: Da>r al-Kutub
al-‘Ilmiah, 2004), h. 375.
13
Sahabuddin dkk., Ensiklopedia: Kajian Kosa Kata(Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 337.
14
Jala>luddin Muh}ammad bin Ah}mad bin Muh}ammad al-Mah}alli> dan Jala>luddin
‘Abdurrah}ma>n bin Abi> Bakr al-Suyu>t}i>, Tafsi>r Jala>lain (Cet. III; Saudi Arabiah: Da>r al-
Sala>m, 1422 H/2002), h. 34.
Berdasarkan uraian di atas, term-term tersebut dapat dibedakan sebagai
berikut: pada kata ‫اهل‬ yaitu lebih berorientasi pada kepemilikan, baik kepemilikan
tanggung jawab oleh seorang suami maupun kepemilikan hak dalam
mempertahankan tali ikatan pernikahan, pada kata ‫ ذرية‬lebih menekankan pada aspek
anak atau keturunan baik yang dekat maupun yang jauh, kata ‫ عشرية‬lebih menekankan
pada aspek sejumlah orang yang berkumpul dalam sebuah rumah tangga dan kata ‫بين‬
lebih menekankan pada aspek anak secara biologis (kandung).
BAB III
KELUARGA-KELUARGA YANG DISEBUT DI DALAM AL-QUR’AN
A. Keluarga Nabi Ibrahim as.
Dari sekian potret keluarga yang disebut dalam al-Qur’an, keluarga Nabi
Ibrahimlah yang banyak medapat sorotan. Bahkan dimulai sejak Nabi Ibrahim masih
muda ketika ia dengan gagah berani menghancurkan berhala-berhala kaum musyrikin
sampai ia dikaruniai anak di masa-masa senjanya. Keluarga Nabi Ibrahim adalah
keluarga pilihan di seluruh alam semesta.15 Dari sekian episode kisah perjalanan
keluarga Ibrahim paling tidak ada tiga sikap kretif dan proaktif dalam jiwa anak di
tengah-tengah masyarakat:
1. Kesabaran Isma’il dalam menjalankan perintah Allah untuk menyembelih
dirinya. Adalah sesuatu yang amat berat untuk dijalankan,apalagi dari seoarang
anak yang masih belia.
2. Kesabaran dan ketabahan dalam menjalankan perintah Allah akan selalu
mendatangkan hasil yang terbaik.
3. Cinta pada anak adalah ujian. Oleh karena itu Allah swt berfirman bahwa anak-
anak dan istri bias menjadi musuh bagi seseorang jika semua itu akan
melalaikannya dari mengingat Allah swt.
B. Keluarga Nabi Ya‘qub as.
Nabi Ya‘qub adalah putra Nabi Ish}ak dan Cucu Nabi Ibrahim as. Dia
merupakan seorang nabi yang telah diinformasikan kelahirannya sebagai kabar
gembira sebelum ayahnya dilahirkan. Karena itu malaikat menginformasikan kepada
Ibrahim tentang kelahiran Ishaq, pada saat itu juga Allah memberitahukan tentang
kelahiran Ya‘qub sebelum ayahnya dilahirkan. Ya’qub adalah nabi yang diberikan
berkah oleh Allah sebelum lahir, panjang umur dan setelah ia meninggal. Ya’qub
termasuk nabi pilihan yang suci. Leluhurnya adalah para nabi dengan kakek yang
bernama Ibrahim as. sedangkan keturunan setelahnya terus berkembang. Sampai dia
mendapatkan keturunan juga seorang nabi yaitu Yusuf as. yang kisahnya dijuluki
dengan ah}san al-qas}as} (kisah terbaik)

15
Kha>lid Abu> Sya>di, H}abb ya> Ri>h} Ima>n (Kairo: Da>r al-Ra>yah, 2004), h. 62.
C. Keluarga Nabi Daud as.
Nama lengkapnya adalah Daud bin Isya bin Ubaid bin Bu’iz bin Salamun bin
Hasyun bin Amina Dab bin Aram bin Hasrun bin Farish bin Yahudza bin Ya‘qub bin
Ishaq bin Ibrahim.16
Daud adalah anak bungsu dari dua belas bersaudara laki-laki. Daud adalah
hamba yang sangat bersyukur dan rendah hati. Allah swt. mengarunianya kekuatan
untuk melemahkan besi. Di tangannya besi laksana adonan roti untuk dibentuk
apapun, sehingga ia bias mendulang banyak harta. Namun tidak terperdaya dengan
kekuatannya dan tidak kufur atas nikmat yang diterimanya.17
D. Keluarga Luqman
Sebagian besar ayat-ayat al-Qur’an dalam surah Luqman bercerita tentang
nasihat-nasihat luqman kepada anaknya. Pelajaran yang berharga yang dapat kita
ambil di sini adalah seyogyanya pendidikan dasar pertama yang paling bertanggung
jawab untuk mendidik dan mengarahkan anaknya kejalan yang baik adalah keluarga.
Jadi selayaknya orang tua selalu memberikan nasehat berharga kepada anak-anaknya
sejak mereka masih kecil. Karena pada masa-masa itu ingatan mereka masih sanga
kuat untuk merekam apa saja yang disampaikan kepada mereka. 18 Dalam usia-usia
tersebut, mereka ibarat kertas putih yang bias ditulis dengan apa saja. Alangkah
baiknya bila orang tua memanfaatkan masa-masa itu untuk membentuk karakter-
karakter dan pribadi anak-anaknya dalam bingkai keimanan dan akhlak yang mulia.
E. Keluarga Fir‘aun
Perumpamaan tentang seorang wanita yang taat kepada Allah dan tidak
terpengaruh oleh suaminya yang durhaka. Dapat diambil pelajaran bagi orang-orang
beriman, yaitu perihal istri Firaun yang bernama Asiah dan suamianya adalah seorang
penguasa Mesir yang sangat kejam dan mengaku sebagai Tuhan perumpamaan itu
ketika ia berkata “ya Rabb-ku bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisimu dalam
firdaus dan selamatkanlah aku dari firaun dan perbuatannya, sehingga aku tidak
tekena dampak buruknya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim”.19
Nasihat yang dapat dipetik dari kisah perjalanan keluarga ini adalah seorang
muslimah dituntut untuk senantiasa bersungguh-sungguh menjaga dirinya agar tidak
terpuruk dalam kejelekan dan keburukan yang berakibat kehinaan bagi dirinya. Dan

16
Hilmi Ali Sya’ban, Nabi Daud (Cet. IV; Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2015), h. 10.
17
Hilmi Ali Sya’ban, Nabi Daud, h. 10.
18
Ibn Mushtafa, Keluarga Islam Menyongsong Abad 21 (Jakarta: al-Baya>n, 1992), h. 73.
19
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, h. 186.
Asiah adalah contoh yang bisa dijadikan contoh teladan dalam hidup untuk mencapai
kemuliaan.
Berdasarkan kisah-kisah perjalanan rumah tangga di atas maka hendaklah
diambil sebagai pelajaran untuk membentuk rumah tangga yang harmonis atau
sakinah mawadda wa rahmah.
BAB IV
FUNGSI KELUARGA MENURUT AL-QUR’AN
Fungsi keluarga adalah ukuran dari bagaimana sebuah keluarga beroperasi
sebagai unit dan bagaimana anggota keluarga berinteraksi satu sama lain. Hal ini
mencerminkan gaya pengasuhan, konflik keluarga dan kualitas hubungan keluarga.
Fungsi keluarga mempengaruhi kapasitas kesehatan dan kesejahteraan seluruh
anggota keluarga. Dalam hal ini, akan diklasifikasi ayat-ayat yang berhubungan
dengan fungsi keluarga. Setidaknya ada beberapa fungsi keluarga jika didasarkan
pada ayat-ayat al-Qur’an antara lain:
A. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan dalam al-Qur’an diurai dalam QS Luqma>n/31: 13-19

Terjemahnya:
Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia member
pelajaran kepadanya “wahai anakku janganlah engkau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya memperekutukan Allah benar-benar kezaliman yang besar (13)
dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang
tuanya. Ibnunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan
kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. (14) dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
engaku tidak memiliki ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepadaKu. Kemudian hanya kepadaKu tempat kembalimu
maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (15)
Luqman berkata “wahai anakku! Sungguh, jika ada sesuatu perbuatan seberat
biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan
memberinya balasan sesungguhnya Allah maha luas mahateliti (16) wahai
anakku laksanakanlah salat dan seruhlah manusia berbuat makruf dan cegahlah
mereka dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu
sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting (17) dan
janganlah engkau memalingkan wajah dari manusia karena sombong dan
janganlah berjalan di bumi dengan angkuh Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membanggakan diri (18) dan sederhanakanlah dalam
berjalan dan lunakkanlah suaramu sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah
suara keledai. (19)20

Berdasarkan ayat tersebut terdapat tiga komponen pokok dalam pendidikan


sehingga dapat berkembang secara maksimal yaitu dari aspek jasmani, akal dan
rohani.21 Berikut penjelasan mengenai tiga hal pokok tersebut:
1. Akidah (keimanan)
Pendidikan akidah adalah pendidikan yang pertama dan utama yang dilakukan
oleh Luqman al-Hakim kepada anaknya, yaitu terdapat pada ayat yang ke-13.
Pendidikan ini bertujuan untuk liberasi diupayakan untuk melalui usaha menanamkan
keimanan kepada Allah swt. dan melarang syirik.
2. Syari’at (Ibadah)
Secara sistematis syari’at Islam dibagi menjadi dua bagian: pertama ibadah
dalam arti khusus (ibadah mahd}ah) kedua muamalah (ibadah gair mahd}ah). Kedua
bentuk ibadah ini diajarkan Luqman kepada anaknya yaitu pada ayat yang ke 17.
3. Akhlak
Secara umum, dapat dilihat bahwa ruang lingkup pengajaran akhlak meliputi
berbagai aspek yang menentukan dan menilai batin seseorang. Untuk ini dibicarakan
tentang patokan nilai tentang sifat-sifat batin seseorang (kepribadian). Hal ini
diajarkan luqman pada ayat yang ke-17-19.

20
Kementerian Agama RI, AL-Qur’an Terjemah Perkata: Asbabun Nuzul dan Tafsir bil Hadis
(Bandung: Semesta al-Qur’an), h. 412.
21
Roger F. Kauman, Educational System Planing (New Jersey: Englewood Cliffs, 1972), h.
10.
B. Fungsi Penjagaan (protektif)
Fungsi penjagaan terhadap keluarga dapat ditemukan uraiannya dalam QS al-
Tah}ri>m/66: 6

Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah
malaikat yang kasar dank eras yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa
yang ia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.22
Makana kata “peliharalah” dalam ayat di atas mengandung makna perintah,
yang maksudnya bahwa Allah memerintahkan agar setiap orang menjaga
keluarganya.23 Kepala keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam
penjagaan keluarga, dengan dengan memberikan pendidikan kepada anak dan seluruh
keluarganya maka kepala keluarga telah menjalankan perintah Allah dan menjaukan
anggota keluarga dari api neraka.
C. Fungsi Menyiapkan Generasi
Berkenaan dengan fungsi ini dapat dilihat dalam QS al-Nisa>/4: 9

Terjemahnya:
Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.24
Tugas dan tanggung jawab pembinaan generasi muda, secara mikro adalah
amanah Allah kepada orang tua dalam rumah tangga, namun secara makro, hal
22
Kementerian Agama RI, AL-Qur’an Terjemah Perkata: Asbabun Nuzul dan Tafsir bil
Hadis, h. 560.
23
Abu> Ish}aq Ah}mad bin Muh}ammad bin Ibra>hi>m al-S|a’labi, al-Kasyf wa al-Baya>n
(Lebanon: Da>r Kutub al-Ilmiah, t.th.), h. 130. Lihat juga ‘Alauddin ‘A>li bin Muh}ammad al-
Bagdadi, Tafsi>r al-Kha>zin (Lebanon: Da>r Kutub al-Ilmiah, t.th.), h. 234.
24
Kementerian Agama RI, AL-Qur’an Terjemah Perkata: Asbabun Nuzul dan Tafsir bil
Hadis, h. 78.
tersebut merupakan tanggung jawab bersama orang tua di rumah tangga, guru-guru di
sekolah serta tokoh agama dan tokoh masyarakat di lingkungan masyarakat.25

Abdullah Nasih Ulwan menyatakan sesungguhnya anak adalah amanah Allah


yang harus dibina, dipelihara dan diurus secara seksama serta sempurna agar kelak
menjadi insane kamil, berguna bagi agama, bangsa dan Negara, dan secara khusus
dapat menjadi pelipur lara orang tua, penenang hati ayah dan bunda serta sebagai
kebanggaan keluarga.

D. Fungsi Membangun Insan Sakinah Mawadda wa Rahmah (SAMARA)

Fungsi selanjutnya keluarga berdasarkan al-Qur’an adalah menciptakan


keluarga yang sakinah mawadda wa rahmah, fngsi ini dapat ditemukan uraiannya
dalam QS al-Ru>m/30:21

Terjemahnya:

Dan diantara tanda-tanda kebesaranNya adalah Dia menciptakan pasangan-


pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih saying.
Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi
kaum yang berpikir.26
Dari ulasan panjang lebar penafsiran HAMKA tentang ayat-ayat keluarga
SAMARA, HAMKA mengungkap bagaimana kriteria tentang keluarga SAMARA
sebagai berikut:

1. Beriman
2. Ketenangan
3. Tanggung Jawab
4. Mu‘a>syarah bi al-ma‘ru>f

25
Muzakkir, Pembinaan Generasi Muda: Kajian dari Segi Pendidikan Islam (Cet. I;
Makassar: Alauddin University Press, 2011), h. 7-8.
26
Kementerian Agama RI, AL-Qur’an Terjemah Perkata: Asbabun Nuzul dan Tafsir bil
Hadis, h. 560.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan
bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang masing-masing mempunyai
kedudukan, tanggung jawab yang tinggal dalam sebuah rumah tangga. Al-Qur’an
menyebut banyak jenis-jenis keluarga, mulai dari keluarga yang banyak disoroti al-
Qur’an seperti keluarga Nabi Ibrahim as., keluarga terbaik; keluarga Nabi Ya‘qub,
keluarga bangsawan yang tawadhu; keluarga Daud as, keluarga yang berbeda akidah;
Fir’aun. Penyebutan-penyebutan jenis keluarga ini tiada lain al-Qur’an menginginkan
kepada umat manusia untuk mengambil pelajaran terhadap penyebutan keluarga
tersebut.
Paling tidak ada empat poin utama konsepsi al-Qur’an tentang fungsi keluarga
yaitu fungsi pendidikan, penjagaan, menyiapkan generasi dan membangun insan
sakinah mawadda wa rahmah. Ketika setiap keluarga sadar akan fungsi-fungsi ini
dan menjalankannya maka perjalanan bahtera keluarga akan menemui puncak
kebahagiaan dan keharmonisan.
B. Implikasi
Tulisan ini diharapkan menjadi sebuah perenungan kepada sebuah keluarga,
mereka diharapkan untuk menjalankan fungsi-fungsi keluarga sebagaimana yang
dikandung oleh al-Qur’an. Jika keluarga telah mencapai keharmonisan maka barang
tentu masyarakat secara luas bahkan Negara akan ikut harmonis pula.
DAFTAR PUSTAKA
Abu> Sya>di, Kha>lid. H}abb ya> Ri>h} Ima>n. Kairo: Da>r al-Ra>yah, 2004.

Ah}mad bin Fa>ris bin Zakariya, Abu> al-H}usain. Mu‘jam al-Maqais fi> al-Lugah.
Beirut: Da>r al-Fikr, 1415 H/1994.

Ah}mad bin Muh}ammad bin Ibra>hi>m al-S|a’labi, Abu> Ish}aq. al-Kasyf wa al-
Baya>n (Lebanon: Da>r Kutub al-Ilmiah, t.th.

Ali Sya’ban, Hilmi. Nabi Daud. Cet. IV; Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2015.

al-As}fah}a>ni, Al-Ra>gib. Mu‘jam Mufrada>t Alfa>z} al-Qur’a>n. Beirut: Da>r


al-Kutub al-‘Ilmiah, 2004.

al-Bagdadi, ‘Alauddin ‘A>li bin Muh}ammad. Tafsi>r al-Kha>zin. Lebanon: Da>r


Kutub al-Ilmiah, t.th.

Faiz, Ahmad. Cita Keluarga Islam. Cet. II; Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002.

H}aq bin Mus}t}a>fa> al-H}anafi>, Isma‘i>l. Ru>h} al-Baya>n. Lebanon: Da>r


Kutub al-‘Ilmiah, t.th.

Herun, H. Salman (ed). Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata dan Tafsirnya.


Jakarta: PT Intermasa, 1997.

Kauman, Roger F. Educational System Planing. New Jersey: Englewood Cliffs,


1972.

Kementerian Agama RI, AL-Qur’an Terjemah Perkata: Asbabun Nuzul dan Tafsir bil
Hadis. Bandung: Semesta al-Qur’an, 2013.

al-Mara>gi>, Must}a>fa>. Tafsi> al-Mara>gi> t.d.


Muh}ammad bin Ah}mad bin Muh}ammad al-Mah}alli, Jala>luddin > dan
Jala>luddin ‘Abdurrah}ma>n bin Abi> Bakr al-Suyu>t}i>, Tafsi>r
Jala>lain. Cet. III; Saudi Arabiah: Da>r al-Sala>m, 1422 H/2002.

Mushtafa, Ibn. Keluarga Islam Menyongsong Abad 21. Jakarta: al-Baya>n, 1992.

Muzakkir, Pembinaan Generasi Muda: Kajian dari Segi Pendidikan Islam. Cet. I;
Makassar: Alauddin University Press, 2011.

Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Cet. II; Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2000.

Pujo Suwarno, Sayekti. Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta: Menara


Mas Offset, 1994.
Sahabuddin dkk., Ensiklopedia: Kajian Kosa Kata. Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an.


Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Soelaeman, Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung: Alfabet, 1994).

Tribunnews, Bitung-Sulut selasa 23 Januari 2018

Tribunnews, Jakarta, Rabu 21 Maret 2018

Utami, Keluarga Sakinah dalam Perspektif al-Qur’an. Jakarta: Kementerian Agama


RI, 2011.

Anda mungkin juga menyukai