K O N S E P D AS AR
P E L AP O R AN
K E U AN G AN
S tr uktur M et od e &
T eor i T ek n ik
Ak u n t a n si Ak u n t a n si
T u ju a n P r in sip -
L a p or a n P r in sip
K eu a n ga n Ak u n t a n si
Asu m si-
Asu m si
Ak u n t a n si
KONSEP DASAR PELAPORAN KEUANGAN
C. Asumsi-asumsi Akuntansi
D. Prinsip-prinsip akuntansi
Dalam penyusunan laporan keuangan harus menggunakan prinsip – prinsip dasar
laporan keuangan, sehingga menjamin keseragaman atas penyajian dalam interpretasi
atas laporan keuangan untuk pihak eksternal. Jika prinsip – prinsip ini tidak
ditetapkan atau tidak dipatuhi maka akibatnya akan terjadi perbedaan interpretasi
yang akan membingungkan sehingga mempengaruhi keputusan yang akan dibuat.
Berikut prinsip – prinsip akuntansi yang digunakan :
Prinsip Entitas Usaha (Business Entity Principle)
Prinsip Entitas Ekonomi atau yang sering juga disebut prinsip kesatuan entitas
merupakan konsep kesatuan usaha dimana akuntansi menganggap bahwa
perusahaan adalah sebuah kesatuan ekonomi yang berdiri sendiri dan terpisah
dengan pribadi pemilik ataupun entitas ekonomi yang lain.
Prinsip Kelangsungan Usaha (Continuity Priinciple)
Prinsip atau dasar pemikiran yang menyatakan bahwa suatu perusahaan
didirikan untuk jangka waktu tak terbatas. Inilah yang menjadi dasar bagi
adanya penggolongan aset jangka panjang maupun jangka pendek, adanya
masa manfaat ekonomi yang bisa habis atau dikenal dengan penyusutan.
Prinsip Dasar Keuangan (Monetary Principle)
Dalam prinsip ini mewajibkan dalam setiap pelaporan keuangan harus
disajikan dengan menggunakan satuan unit keuangan sehingga tercipta
kesepahaman bagi para pembaca laporan keuangan.
Prinsip Realisasi Penghasilan (Revenue Realization Principle)
Menurut penulis prinsip realisasi penghasilan ini merupakan dasar pemikiran
dalam sistim pencatatan accrual basis dalam hal penjualan atau pendapatan
dimana realisasi dari penghasilan diakui ketika terjadinya penjualan atau
penyerahan jasa, bukan saat pembayarannya.
Prinsip Harga Pokok (Cost Principle)
Di dalam cost principle ini menghendaki adanya pengukuran terhadap aset
sebesar nilai perolehannya (historical cost) dan pengakuan kewajibannya
sebesar nilai yang harus dibayarkan ketika jatuh tempo.
Prinsip Menandingkan (Matching Principle)
Sesuai dengan namanya, prinsip ini mengharuskan akuntan untuk
menyandingkan antara pendapatan dan biaya untuk periode yang sama. Untuk
menjawab kebutuhan ini, maka akuntan dapat memilih untuk menggunakan
pencatatan atas dasar kas (cash basis) atau atas dasar terjadinya transaksi
(accrual basis).
Prinsip Tidak Memihak (Objektivity PrincipleI)
Prinsip ini menjelaskan bahwa setiap pos dalam laporan keuangan harus
memiliki bukti transaksi sebagai dasar pencatatan dan perhitungan yang kuat
atau dapat diterima kebenarannya.
Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Dalam setiap pencatatan harus menggunakan metode – metode akuntansi yang
tersedia secara tepat dari satu periode ke periode selanjutnya. Jika terpaksa
melakukan perubahan terhadap metode yang digunakan, maka harus di beri
penjelasan mengenai pengaruhnya terhadap laporan keuangan tersebut.
Prinsip Pengungkapan (Disclosure Principle)
Dalam prinsip ini informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan
harus jelas dan lengkap. Artinya pos – pos yang tersaji dalam laporan
keuangan harus disertai keterangan – keterangan seperti metode – metode
yang digunakan, adanya perubahan porsi kepemilikan atau tidak, dan lain –
lain.
Prinsip Materialitas (Materiality Principle)
Prinsip materialitas ini merupakan pelengkap dari prinsip pengungkapan
dimana hal – hal yang bersifat material atau berbobot, baik jumlah maupun
keadaannya harus dijelaskan secara memadai atau sesuai syaratnya.
Prinsip Hati – Hati (Conservatism Principle)
Maksud dari prinsip kehati – hatian ini ialah perusahaan tidak terburu – buru
dalam mengakui dan mengukur aktiva dan laba serta segera mengakui
kerugian dan hutang yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk terjadi.