Anda di halaman 1dari 9

Karakteristik Fisiko Kimia Tepung Ikan yang Diberi Pengawet Bawang

Putih (Allium sativum) pada Masa Penyimpanan yang Berbeda


(Physicochemical characteristics of fish meal with garlic (Allium sativum) preservatives
at different storage periods)

Orlan1, Nur Santy Asminaya1 dan Firman Nasiu1


1
Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Aroma, Kadar Air (KA), Kadar Abu (KA), Lemak
karakteristik fisiko kimia tepung ikan yang diberi Kasar (LK) dan Protein Kasar (PK). Hasil penelitian
tepung bawang putih (Allium sativum) pada masa menunjukkan bahwa penambahan tepung bawang
penyimpanan yang berbeda. Rancangan putih di dalam tepung ikan dengan level 0, 1, 2 dan 3%
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak dengan lama penyimpanan yang berbeda berpengaruh
Lengkap Pola Faktorial (RALF) dengan faktor A nyata terhadap meningkatkan kadar air, tetapi
adalah tepung ikan dengan 3 level penambahan tepung menurunkan abu dan protein kasar. Interaksi antara
bawang putih (0, 1, 2 dan 3%) dan Faktor B adalah level tepung bawang putih yang ditambahkan pada
lama penyimpanan tepung ikan (1, 2, 3 dan 4 minggu). tepung ikan dan lama penyimpanan yang berbeda
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Variabel berpengaruh nyata (P˂0,05) terhadap kadar lemak
yang diamati dalam penelitian ini adalah Warna, kasar dan protein kasar.
Kata kunci : Tepung ikan, bawang putih, dan lama penyimpanan

ABSTRACT This study aimed to determine the were colour, aroma, water content (KA), ash content
physicochemical characteristics of fish meal fed with (KA), crude fat (LK) and crude protein (PK). The
garlic flour (Allium sativum) at different storage results showed that the addition of garlic flour in fish
periods. The research design used was a Factorial meal with levels 0, 1, 2 and 3% with different storage
Complete Randomized Design (RALF) with factor A periods significantly affected water content, but
being fish flour with 3 levels of adding garlic flour (0, reduced ash and crude protein. The interaction
1, 2 and 3%) and Factor B was the storage time of fish between the level of garlic flour added to fish meal
meal (1, 2, 3 and 4 weeks). Each treatment was and the different storage times significantly (P˂0.05)
repeated 3 times. The variables observed in this study on crude fat and crude protein.
Keywords: Fish flour, garlic, and duration of storage

2019 Jurnal Agripet : Vol (19) No. 1 : 68-76

PENDAHULUAN1 kadar air suatu bahan pakan, akan semakin


Pakan unggas tersusun dari berbagai besar kemungkinan terjadi kerusakan baik
jenis bahan pakan, salah satunya adalah tepung karena aktivitas biologis internal
ikan. Tepung ikan dapat diberikan pada ternak (metabolisme) maupun masuknya mikroba
sebanyak 15-20% dalam penyusunan ransum perusak (Rekianti dan Susilowati, 2015).
(Irianto dan Soesilo, 2007). Tepung ikan yang Selain itu, ketersediaan bahan pakan
bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat sumber protein hewani dalam hal ini tepung
seperti butiran halus, seragam, bebas dari sisa- ikan secara kualitas dan kuantitas masih
sisa tulang, mata ikan dan benda asing, warna menjadi kendala bagi industri pakan ternak.
halus bersih, serta bau khas amis ikan. Secara Harga yang mahal, banyaknya pemalsuan atau
umum bahan pakan bersifat mudah rusak pencampuran dengan bahan lain dan
(perishable) karena kadar air yang terkandung penyimpanan menimbulkan berbagai
di dalamnya sebagai faktor utama penyebab permasalahan seperti kerusakan (tengik),
kerusakan pakan itu sendiri. Semakin tinggi sehingga perlu dilakukan proses pengawetan.
Pengawetan merupakan salah satu upaya yang
Corresponding author: nur.asminaya@uho.ac.id dapat dilakukan untuk mencegah kontaminasi
Doi: https://doi.org/10.17969/agripet.v19i1.14147

Jurnal Agripet Vol 19, No. 1, April 2019


68
mikroorganisme perusak. Pengawetan dapat aquades, H2SO4 96-98%, campuran selen,
dilakukan dengan cara penambahan tepung asam borat 4%, HCl 0,01 N, NaOH 35%.
bawang putih untuk memperpanjang masa Alat yang digunakan adalah timbangan
simpan bahan pakan (Mirzah et al., 2014). analitik, oven 105°C, oven 60°C, cawan
Bawang putih (Allium sativum) ini porselin, gelas ukur, labu erlenmeyer, nampan,
dianggap mampu mencegah kerusakan blender, desikator, tanur, kertas saring, labu
makanan dalam konsentrasi dan kondisi Kjehdahl, pisau, kertas label, kantong plastik,
tertentu. Kandungan khas yang terdapat di tabung reaksi, gegep, seperangkat alat destilasi,
dalam bawang putih (Allium sativum) adalah erlenmeyer 125 ml, gelas piala, pipet tetes dan
sejenis minyak astiri dengan bau khas bawang sokhlet.
putih (Allium sativum) yang diberi nama
Allicin. Allicin memiliki kandungan senyawa Prosedur Penelitian
aktif yang diduga mempunyai daya Pembuatan Tepung Bawang Putih
bakteriostatik (Purwanti et al., 2008). Prosedur kerja pada penelitian ini yaitu
Mekanisme kerja Allicin yaitu dengan cara dimulai dengan pembuatan tepung bawang
merusak membran sitoplasma dari sel bakteri putih (Allium sativum). Pembuatan tepung
yang berfungsi mengatur masuknya bahan bawang putih (Allium sativum) dilakukan
makanan atau nutrisi dan menghilangkan dengan cara memilih bawang putih yang masih
komponen pada permukaan sel sehingga terjadi segar dan berwarna kekuning kuningan,
penipisan dan kematian sel. kemudian dicuci bersih dan diangin-anginkan,
Terkait dengan hal tersebut, maka perlu selanjutnya ditimbang dan diiris tipis. Hasil
dilakukan penelitian untuk melihat dari tepung bawang putih (Allium sativum)
karakteristik fisiko kimia tepung ikan yang yang telah diiris disimpan dalam oven 60°C
diberi pengawet bawang putih (Allium sativum) untuk dikeringkan selama 4 hari, kemudian
pada masa penyimpanan yang berbeda. dihaluskan kembali menggunakan blender
selama 5 menit.
MATERI DAN METODE
Penyimpanan Tepung Ikan
Waktu dan Tempat Penelitian Tepung ikan diambil dari Kecamatan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Moramo Kota Kendari, jenis ikan yang
Januari 2019 sampai bulan Februari 2019 yang digunakan ikan adalah jenis ikan beho
bertempat di Laboratorium Unit Analisis Pakan (cakalang). Kadar air awal tepung ikan
Ternak dan Laboratorium Unit Pabrikasi Pakan sebelum disimpan 10%. Tepung ikan ini
Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan, diambil sebanyak 1 kg per wadah kemudian
Universitas Halu Oleo, Kendari. ditambahkan tepung bawang putih (Allium
sativum) sebanyak 0, 1, 2 dan 3% (sesuai
Materi Penelitian dengan perlakuan) yang dibuat di Lab
Bahan yang digunakan pada penelitian Pabrikasi Pakan. Bahan tersebut dicampur
ini adalah tepung ikan yang berbahan dasar secara merata sehingga homogen. Setelah
ikan beho (cakalang) dengan ukuran 12 mess, tercampur bahan tersebut disimpan dalam
diperoleh dari Koperasi Keluarga Sejahtera toples dan dilakukan pengamatan setiap
bertempat di Kecamatan Moramo Kota minggu selama 4 minggu.
Kendari. Tepung ikan tersebut telah disimpan
di perusahaan selama 2 bulan sebelum Rancangan Penelitian
digunakan sebagai materi penelitian. Bawang Rancangan penelitian ini menggunakan
putih yang digunakan adalah bawang putih Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial
segar dengan ciri berwarna kekuning-kuningan (RALF) dengan faktor A adalah tepung ikan
yang diperoleh dari pasar tradisional Kota dengan level penambahan tepung bawang putih
Kendari. Bahan lain yang digunakan adalah (0, 1, 2 dan 3%) dan Faktor B adalah lama
penyimpanan tepung ikan (1, 2, 3 dan 4

Karakteristik Fisiko Kimia Tepung Ikan yang Diberi Pengawet Bawang Putih (Allium sativum) pada... (Orlan, et al,)
69
minggu). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 Uji Kualitas Kimia
kali. Uji kualitas kimia meliputi kadar air
(KA), bahan kering (BK), bahan organik (BO),
Variabel Penelitian kadar abu (KA), lemak kasar (LK) dan protein
Variabel yang dievaluasi dalam kasar (PK).
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Analisis Data
Uji Kualitas Fisik
Analisis data dilakukan dengan analisis
Uji kualitas fisik dilakukan setiap
ragam berdasarkan rancangan Acak Lengkap
minggu selama 4 minggu di Laboratorium
Pola Faktorial. Jika perlakuan berpengaruh
Analisis pakan Ternak dan Laboratorium Unit
nyata maka akan dilanjutkan dengan uji beda
Pabrikasi Pakan. Pengamatan uji kualitas fisik
nyata jujur (BNJ) Mattjik dan Sumertajaya
meliputi:
(2013).
a. Warna diukur dengan indra penglihatan
(mata)
Warna yang baik dari tepung ikan yang HASIL DAN PEMBAHASAN
diberi tepung bawang putih akan Uji Kualitas Fisik
memperlihatkan warna coklat dan Pengamatan fisik meliputi pengamatan
seragam (Rekianti dan Susilowati, 2015). warna dan aroma pada tepung ikan yang diberi
b. Aroma diukur dengan indera penciuman penambahan tepung bawang putih pada lama
(hidung) penyimpanan yang berbeda. Hasil pengamatan
Aroma yang baik dari tepung ikan yang fisik dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
diberi tepung bawang putih adalah bau
khas amis ikan (Rekianti dan Susilowati,
2015).

Tabel 1. Warna Tepung Ikan yang diberi Penambahan Tepung Bawang Putih pada Masa Penyimpanan yang
Berbeda
Lama Penyimpanan (Minggu)
Tepung Bawang Putih (%)
1 2 3 4
0 Coklat susu Coklat susu Coklat susu Coklat susu
1 Coklat susu Coklat susu Coklat susu Coklat susu
2 Coklat susu Coklat susu Coklat susu Coklat susu
3 Coklat susu Coklat susu Coklat susu Coklat susu
Keterangan : Tidak ada perubahan warna selama penyimpanan

Tabel 2. Aroma Tepung Ikan yang diberi Penambahan Tepung Bawang Putih pada Masa Penyimpanan yang
Berbeda
Lama Penyimpanan (Minggu)
Tepung Bawang Putih (%)
1 2 3 4
0 Bau amis Ikan Bau amis Ikan Bau amis Ikan Bau amis Ikan
1 Bau amis Ikan Bau amis Ikan Bau amis Ikan Bau amis Ikan
2 Bau amis Ikan Bau amis Ikan Bau amis Ikan Bau amis Ikan
3 Bau amis Ikan Bau amis Ikan Bau amis Ikan Bau amis Ikan
Keterangan : Tidak ada perubahan aroma selama penyimpanan

Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa lama bahwa penambahan tepung bawang putih
penyimpanan tepung ikan dengan penambahan selama penyimpanan 4 minggu tidak
level tepung bawang putih pada minggu 1-4 menyebabkan ketengikan dan perubahan warna
tidak terjadi perubahan warna selama masa tepung ikan. Menurut Ketaren (1986)
penyimpanan, dan tidak ada perubahan aroma ketengikan ditandai dengan adanya perubahan
yang terlalu tajam. Hal ini membuktikan bau dan flavour dalam bahan pakan berlemak.

Jurnal Agripet Vol 19, No. 1, April 2019


70
Penambahan antioksidan dilakukan sebagai Tepung ikan yang bermutu baik harus
usaha untuk memperlambat oksidasi. Murdinah mempunyai sifat-sifat seperti mempunyai
(2007) menyatakan bahan pakan yang baik butiran yang seragam, bebas dari sisa-sisa
adalah pakan memiliki bau yang khas, pakan tulang dan benda-benda asing (Rekianti dan
berwarna coklat dan tidak terdapat jamur di Susilowati, 2015).
pakan.
Standar warna dan aroma tepung ikan Uji Kualitas Kimia
yang baik digunakan adalah warna coklat Kadar air
kekuningan sampai coklat tua dengan aroma Rataan kandungan air pada tepung ikan
bau khas amis ikan. Pada penelitian ini warna dengan perlakuan tepung bawang putih (Allium
tepung ikan yang diberi pengawet tepung sativum) dan lama penyimpanan yang berbeda
bawang putih adalah coklat susu atau sesuai dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
dengan standar warna tepung ikan yang baik.

Tabel 3. Rataan Kandungan Air (%) pada Tepung Ikan dengan Perlakuan Tepung Bawang Putih (Allium
Sativum) dan Lama Penyimpanan yang Berbeda
Tepung Bawang Putih Lama Penyimpanan (Minggu)
Rata-rata
(%) 1 2 3 4
0 18,89 19,37 19,04 19,11 19,10
1 19,12 18,70 19,23 19,24 18,97
2 18,90 19,05 18,97 19,22 19,03
3 18,88 19,09 19,29 19,32 19,10
Rata-Rata 18,86ª 19,05ab 19,08ab 19,21b
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menyatakan perbedaan nyata (P<0.05)

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa bahwa perubahan aktivitas air bahan pakan
lama penyimpanan tepung ikan yang diberi dengan penambahan 1% bawang putih
penambahan tepung bawang putih pada dipengaruhi oleh kandungan bawang putih,
minggu 1 (18,86%) tidak berbeda dengan yaitu anti oksidan dan anti bakteri yang dapat
minggu 2 (19,05%) dan minggu 3 (19,08%), meningkatkan kadar air suatu bahan pakan.
akan tetapi berbeda dengan minggu ke-4 Perubahan kadar air disebabkan oleh pengaruh
(19,21%). Lama penyimpanan pada minggu suhu dan kelembaban selama penyimpanan.
ke-4 tidak berbeda dengan minggu ke-2 dan Nilai kadar air pada penelitian ini (18,97-
minggu ke-3. Nilai rata-rata kadar air tepung 19,10%) lebih tinggi dari pada murtidjo (2001)
ikan yang diperoleh Norman et al. (2006) yaitu yakni 6-10%. Standar SNI yang menyatakan
berkisar antara 4,14-4,35%. Hal ini dapat batas air maksimum yang aman untuk
disebabkan karena penambahan tepung bawang penyimpanan adalah 13-14%. Nilai kadar air
putih dapat memberikan perubahan aktivitas ini dapat menurunkan kualitas tepung ikan.
air (mengikat air) pada bahan pakan sehingga Interaksi antara level tepung bawang
aktivitas air meningkat pada tiap minggunya. putih pada tepung ikan dan lama penyimpanan
Selanjutnya dinyatakan bahwa peningkatan yang berbeda menunjukkan tidak adanya
kadar air bahan pakan akan meningkat setelah pengaruh antar perlakuan (P>0,05). Hal ini
pakan disimpan. berarti tepung ikan tersebut lebih baik jika
Pemberian level tepung bawang putih (0, tidak mengalami penyimpanan, sebab akan
1, 2 dan 3%) dalam tepung ikan selama masa meningkatkan nilai kadar air tepung ikan.
penyimpanan yang berbeda tidak menunjukkan Menurut Murtidjo (2001), kadar air tepung
perbedaan yang nyata. Nilai kadar air pada ikan <6% jarang dijumpai karena pada tingkat
penelitian ini berkisar antara 18,97-19,10%. ini tepung ikan bersifat higroskopis. Apabila
Hal ini dikarenakan semakin lama kadar airnya terlalu sedikit, maka akan terjadi
penyimpanan, kadar air semakin meningkat. keseimbangan dengan kelembapan tempat
Winarno dan Koswara (2002), menyatakan penyimpanan. Begitu pula sebaliknya, jika

Karakteristik Fisiko Kimia Tepung Ikan yang Diberi Pengawet Bawang Putih (Allium sativum) pada... (Orlan, et al,)
71
kadar air tepung ikan lebih dari 10% maka Bahan Organik
akan menurunkan mutu tepung ikan karena Rataan bahan organik pada tepung ikan
dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme dengan perlakuan tepung bawang putih (Allium
khususnya bakteri Salmonella. sativum) dan lama penyimpanan dapat dilihat
pada Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Rataan Bahan Organik (%) pada Tepung Ikan dengan Perlakuan Tepung Bawang Putih (Allium
Sativum) dan Lama Penyimpanan yang Berbeda
Tepung Bawang Putih Lama Penyimpanan (Minggu) Rata-rata
(%) 1 2 3 4
0 79,78 79,70 79,65 79,77 79,72a
1 79,85 79,78 79,89 79,88 79,85ab
2 79,90 79,88 79,80 80,00 79,89b
3 79,62 79,97 79,92 80,07 79,89b
Rata-Rata 79,79 79,83 79,81 79,93
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menyatakan perbedaan nyata (P<0.05)

Data pada Tabel 4 memperlihatkan bawang putih dapat meningkatkan bahan


bahwa lama penyimpanan tepung ikan dengan organik tepung ikan selama masa
penambahan tepung bawang putih tidak penyimpanan.
menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) Interaksi antara level tepung bawang
yaitu berkisar 79,79-79,93%. Hal ini putih pada tepung ikan dan lama penyimpanan
menunjukkan bahwa lama penyimpanan tidak yang berbeda menunjukkan tidak adanya
mempengaruhi kandungan bahan organik pengaruh antar perlakuan (P>0,05). Nilai
tepung ikan yang diberi level tepung bawang bahan organik tepung ikan yang diberi level
putih. Menurut Murni dan Okrisandi (2012) tepung bawang putih pada penelitian ini tidak
tinggi rendahnya bahan organik akan jauh berbeda dari hasil penelitian Abun et al.
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya bahan (2004) yaitu berkisar 73,37%.
kering. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar
komponen bahan kering terdiri dari komponen Kadar Abu
bahan organik, perbedaan keduanya terletak Hasil analisis kadar abu dari tepung ikan
pada kandungan abunya selama proses yang diberikan penambahan tepung bawang
penyimpanan. putih (Allium sativum) pada lama penyimpanan
Sutardi (1980) menyatakan bahwa bahan berbeda disajikan pada Tabel 5 berikut :
organik berkaitan erat dengan bahan kering Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa
karena bahan organik merupakan bagian dari lama penyimpanan tepung ikan dengan
bahan kering. Selanjutnya Tillman et al. penambahan tepung bawang putih pada
(1991), bahan kering terdiri dari bahan organik minggu ke-1 tidak berbeda dengan minggu ke-
dan bahan anorganik, dimana bahan organik 2 dan 3, akan tetapi penyimpanan minggu ke-2
terdiri dari karbohidrat, serat kasar, lipid dan (9,37%) dan ke-3 (9,39%) berbeda dengan
vitamin sedangkan bahan anorganik terdiri dari minggu ke-4.
mineral. Penambahan tepung bawang putih (0, 1,
Penambahan level tepung bawang putih 2 dan 3%) pada tepung ikan menunjukkan
(0, 1, 2 dan 3%) pada tepung ikan adanya perbedaan sangat nyata terhadap kadar
menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05). abu. Penambahan tepung bawang putih sebesar
Pemberian tepung bawang putih 1% (79,85%) 3% (9,25%) tidak berbeda dengan 2% (9,31%),
tidak berbeda dengan kontrol, akan tetapi demikian pula dengan level 2 dan 1% tidak
berbeda dengan level 2% (79,89%) dan 3% berbeda nyata. Akan tetapi berbeda dengan
(79,89%). Penambahan level 3% sama dengan level 1% (9,35%) dan 0% (9,48%).
level 1% dan 2%. Hal ini disebabkan oleh Interaksi antara level tepung bawang
senyawa fitokimia yang terdapat dalam tepung putih pada tepung ikan dan lama penyimpanan

Jurnal Agripet Vol 19, No. 1, April 2019


72
yang berbeda menunjukkan tidak adanya Nasional Indonesia tentang standar mutu
pengaruh antar pelakuan (P>0,05). Kadar abu tepung ikan, kadar abu yang terkandung dalam
menunjukkan besarnya jumlah mineral yang tepung ikan maksimal 20%, sehingga kadar
terkandung dalam bahan pangan tersebut. abu tepung ikan memenuhi standar mutu
Nilai kadar abu pada penelitian ini tepung ikan sesuai dengan SNI 01-2715- 1996.
berkisar antara 9,27-9,39%. Menurut Standar

Tabel 5. Rataan Kadar Abu (%) pada Tepung Ikan dengan Perlakuan Tepung Bawang Putih (Allium
Sativum) dan Waktu Penyimpanan yang Berbeda
Tepung Bawang Putih Lama Penyimpanan (Minggu)
Rata-rata
(%) 1 2 3 4
0 9,42 9,50 9,55 9,43 9,48c
1 9,35 9,42 9,31 9,32 9,35b
2 9,30 9,32 9,40 9,20 9,31ab
3 9,34 9,23 9,28 9,13 9,25a
b b b a
Rata-Rata 9,35ª 9,37 9,39 9,27
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menyatakan perbedaan nyata (P<0.05)

Lemak Kasar lemak selama penyimpanan (Fahmi et al.,


Rataan lemak kasar tepung ikanyang 2015).
diberitepung bawang putih (Allium sativum) Penambahan tepung bawang putih (0, 1,
pada lama penyimpanan yang berbeda dapat 2 dan 3%) pada tepung ikan tidak memberikan
dilihat pada Tabel 6 berikut : pengaruh sangat nyata (P>0,05). Nilai
Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa kandungan lemak kasar tepung ikan yang
lama penyimpanan tepung ikan pada minggu 1- diberi level tepung bawang putih pada
4 tidak berbeda nyata. Nilai rataan lemak kasar penelitian ini berkisar antara 18,37-19,02%.
pada lama penyimpanan yang berbeda berkisar Nilai tersebut memperlihatkan bahwa semakin
antara 18,97-18,17%. Hal ini dapat disebabkan tinggi level tepung bawang putih semakin
oleh penambahan tepung bawang putih dapat tinggi nilai kadar lemak kasar yang berpotensi
mencegah proses oksidasi lipid pada tepung untuk menimbulkan oksidasi lemak. Akan
ikan selama proses penyimpanan. Hal ini tetapi, pada penelitian ini belum terjadi
sesuai dengan Rohman dan Sugeng (2010) oksidasi karena uji fisik menunjukkan bahwa
bahwa antioksidan sebagai senyawa yang dapat aroma tepung ikan dengan level perlakuan
menunda, memperlambat dan mencegah proses tepung bawang putih masih bau amis ikan.
oksidasi lipid. Kadar lemak yang tinggi Interaksi antara level tepung bawang
mengakibatkan tepung cepat tengik atau putih pada tepung ikan dan lama penyimpanan
mudah mengalami oksidasi lemak. Kadar yang berbeda menunjukkan adanya pengaruh
lemak yang rendah membuat mutu relatif lebih antar perlakuan (P<0,05) (Gambar 1). Hal ini
stabil dan tidak mudah rusak. Kadar lemak dipengaruhi oleh tepung bawang putih selama
yang tinggi dapat menyebabkan tepung proses penyimpanan mampu menekan laju
mempunyai cita rasa ikan (fish taste) dan oksidasi lemak sehingga kerusakan lemak pada
menyebabkan terjadinya oxydative rancidity bahan pakan selama penyimpanan akan lebih
sebagai akibat oksidasi lemak (Almatsier, kecil. Berdasarkan hasil analisis menyatakan
2002). Hal ini dapat disebabkan karena bahwa terdapat interaksi pada minggu ke-4
penurunan kandungan lemak pada tepung ikan pada level 1% dan minggu ke-2 pada level 3%.
dapat terjadi adanya reaksi-reaksi oksidasi

Karakteristik Fisiko Kimia Tepung Ikan yang Diberi Pengawet Bawang Putih (Allium sativum) pada... (Orlan, et al,)
73
Tabel 6. Rataan Lemak Kasar (%) pada Tepung Ikan dengan Perlakuan Tepung Bawang Putih (Allium
Sativum) dan Lama Penyimpanan yang Berbeda
Tepung Bawang Putih Lama Penyimpanan (Minggu)
Rata-rata
(%) 1 2 3 4
0 18,41 21,21 16,91 16,96 18,37
1 20,29 19,09 17,88 17,46* 18,68
2 18,38 19,31 18,83 18,88 18,85
3 18,79 18,76* 19,15 19,38 19,02
Rata-Rata 18,97 19,59 18,19 18,17
Keterangan : Superskrip yang tidak berbeda pada baris yang sama menyatakan perbedaan yang tidak nyata
(P>0,05). Terdapat interaksi pada perlakuan *

Gambar 1. Interaksi Bawang Putih dan Lama Penyimpanan yang Berbeda pada Tepung IkanTerhadap
Lemak Kasar

Protein Kasar level 1% (29,02%) tidak berbeda dengan


Rataan protein kasar tepung ikan yang kontrol (29,99%) dan 3% (28,78%), akan tetapi
diberi tepung bawang putih (Allium sativum) berbeda dengan level 2% (27,57%), sedangkan
pada lama penyimpanan dapat dilihat pada level 2%, sama dengan level 1% dan 3%. Hal
Table 7 berikut : ini disebabkan karena penambahan bawang
Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa putih dalam tepung ikan mengalami oksidasi
lama penyimpanan tepung ikan dengan protein selama proses penyimpanan. Hal ini
penambahan tepung bawang putih pada sesuai dengan Winarno dan Koswara (2002)
minggu ke-1 (30,74%) tidak berbeda dengan menyatakan bahwa bawang putih mengandung
minggu ke-2 (30,03%) dan ke-3 (31,15%), asam amino sistein yang merupakan penentu
akan tetapi berbeda dengan minggu ke-4 komponen bioaktif bawang putih. Sistein
(23,45%). Nilai kadar protein pada penelitian teralkalisasi dan kemudian mengalami oksidasi
ini nyata (P<0,05) menurun pada lama akan menghasilkan protein Alicin. Alicin
penyimpanan 4 minggu. Hal ini disebabkan merupakan prekursor tak berwarna dan tak
karena semakin tinggi penambahan level berbau pada bawang putih, namun apabila
tepung bawang putih dan lama penyimpanan bawang putih diiris atau dihancurkan maka
semakin lama dapat menurunkan kandungan akan timbul aktivitas suatu enzim yaitu
protein tepung ikan, dimana kandungan Allicin Allinase. Menurut Miron et al. (2000), bawang
yang terdapat pada tepung bawang putih putih dapat merusak dinding sel dan
bekerja sebagai penghancur kelompok menghambat sintesis protein. Allicin memiliki
sulfhidril dan disulfide yang terkait pada permeabilitas yang tinggi dalam menembus
protein sehingga kandungan protein tepung dinding sel bakteri sehingga struktur dinding
ikan dapat menurun. sel bakteri rusak dan pertumbuhannya
Penambahan level tepung bawang pada terhambat.
tepung ikan menunjukkan perbedaan yang Interaksi antara level tepung bawang
nyata (P<0,05) terhadap kandungan protein putih pada tepung ikan dan lama penyimpanan
kasar. Pemberian tepung bawang putih dengan yang berbeda menunjukkan adanya pengaruh

Jurnal Agripet Vol 19, No. 1, April 2019


74
antar pelakuan (P<0,05) (Gambar 2). Pada aktivitas enzim selulosa yang dihasilkan oleh
Tabel 7 terlihat bahwa semakin tinggi level mikroorganisme pengawet sehingga
tepung bawang putih dan lama penyimpanan menyebabkan protein yang terkait pada lignin
maka semakin rendah nilai protein kasar menjadi bebas sehingga terjadi penurunan.
tepung ikan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya Berdasarkan hasil analisis menyatakan bahwa
penggolongan isi sel dari enzim yang terdapat interaksi pada level 3% minggu 1, 2
dihasilkan oleh mikroorganisme pada bawang dan 3 serta 0,1 dan 2% memiliki interaksi pada
pitih. Hal ini sesuai dengan Ismartoyo et al. minggu ke-4. Level yang baik pada level 3% di
(1993), bahwa adanya pelonggaran ikatan minggu ke-3 dimana protein pada tepung ikan
ligoselulosa dan lignohemiselulosa oleh meningkat (Field, 2009).

Tabel 7. Rataan Protein Kasar (%) pada Tepung Ikan dengan Perlakuan Tepung Bawang Putih (Allium
Sativum) dan Lama Penyimpanan yang Berbeda
Tepung Bawang Putih Lama Penyimpanan (Minggu) Rata-rata
(%) 1 2 3 4
0 33,59 30,22 30,92 25,22* 29,99b
1 30,09 30,42 29,63 25,88* 29,02ab
2 27,76 29,26 31,94 21,33* 27,57 a
3 31,50* 30,21* 32,05* 21,38* 28,78 ab
b b b a
Rata-Rata 30,74 30,03 31,15 23,45
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menyatakan perbedaan nyata (P<0,05).
Terdapat interaksi pada perlakuan *

Gambar 2. Interaksi Bawang Putih dan Lama Penyimpanan yang Berbeda pada Tepung Ikan Terhadap
Protein Kasar

Nilai protein kasar tepung ikan yang bawang putih di dalam tepung ikan sampai
diberi level tepung bawang putih pada level 3% dengan lama penyimpanan yang
penelitian ini lebih tinggi dibandingkan berbeda berpengaruh nyata meningkatkan
Norman et al. (2006) yakni 20,73-21,32% dan kadar air dan bahan organik, tetapi
lebih rendah dari standar SNI yakni 45-65%. menurunkan kadar abu dan protein kasar.
Penurunan kadar protein akibat penambahan Interaksi antara level tepung bawang putih
tepung bawang putih menyebabkan pada tepung ikan dan lama penyimpanan yang
penggunaan tepung bawang putih tidak berbeda berpengaruh nyata (P˂0,05)
direkomendasikan sebagai pengawet pada menurunkan lemak kasar dan protein kasar.
tepung ikan.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Abun, D.R. dan Saefulhadjar, D., 2004.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Pengaruh cara pengolahan limbah ikan
disimpulkan bahwa penambahan tepung

Karakteristik Fisiko Kimia Tepung Ikan yang Diberi Pengawet Bawang Putih (Allium sativum) pada... (Orlan, et al,)
75
tuna (Thunus atlanticus) terhadap dengan kapang Phanerochaete
kandungan gizi dan nilai energi chrysosporium sebagai pengganti
metabolisme pada ayam pedaging. hijauan dalam ransum ternak kambing.
Universitas Padjadjaran. Bandung. Agrinak. (2):6-10.
Almatsier, S., 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Murtidjo, B. A., 2001. Beberapa Metode
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Pengolahan Tepung Ikan. Kanisius,
Yogyakarta.
Fahmi., Syahrul., Laksono, T., 2015. Pengaruh
pengolahan tepung ikan selama masa Norman, H., Hasanah, R. dan Kusumaningrum,
penyimpanan. Jurnal perikanan dan I., 2006. Penaruh Lama Perebusan
kelautan. 3(4):41-50. terhadap Karakteristik Tepung Tulang
Ikan Belida (Chitala sp.). Fakultas
Field, A., 2009. Discovering Statistics Using
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
SPSS. Volume 52. Sage Publication.
Universitas Mulawarman.
Inc., Thousand Oaks.
Purwanti, Mutia, S., Widhyari, R., dan
Irianto, H.E., dan Soesilo, I., 2007. Dukungan
Winarsih, W., 2008. Kajian efektivitas
teknologi penyediaan produk perikanan.
kunyit, bawang putih dan mineral, zink
Makalah pada Seminar Nasional Hari
terhadap performa, kolesterol karkas dan
Pangan Sedunia 2007. Bogor.
status kesehatan broiler. Prosiding
Ismartoyo, T. Acamovic, and C.S. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
Stewart.1993. The effect of gossypol on dan Veteriner Inovasi Teknologi
the rumen microbial degradation of grass Mendukung Pengembangan Agribisnis
hay (GH) under consecutive batch Peternakan Ramah Lingkungan Bogor.
culture (CBC). Animal Production, 56: Hal: 690-695.
462 (A).
Rekianti., Susilowati, A., 2015 Efektivitas
Ketaren, 1986. Penggunaan Kemasan Plastik penetrasi bawang putih (Allium sativum
dan Penambahan Antioksidan untuk Linn.) dan kunyit (Curcuma domestica
Mempertahankan Mutu Pakan. Skripsi. Val) terhadap kadar air ikan bandeng
Fakultas Teknologi Pertanian IPB, (Chanos chanos Forsk.) duri lunak.
Bogor. Jurnal Balik Diwa Makasar. 6(2): 20-25.
Miron, T., Rainbow, A., Mirelman, D., Abdul, R., Sugeng, R., 2005. Antioxidant
Wilchek, M., Weiner., 2000. The mode activity of mengkudu (Morinda citrifolia
of action allicin: its ready permeability L) fruit. Agritech. 25(3): 131-136.
through phospholipid membranes may
SNI 01-2715. 1996. Tentang Kandungan
contribute to its biological activity.
Nutrisi Tepung Ikan
Biochim. Biopys. Acta.1463(1):20-30.
Sutardi, 1980. Peningkatan Mutu Hasil Limbah
Mirzah, E.I., Saladin, R., 2014. Berbagai
Lignoselulosa sebagai Makanan Ternak.
teknik pengolahan terhadap kualitas ikan
Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
tongkol (Eutynnus sp) afkir sebagai
pakan ternak. Jurnal Peternakan.
Tillman, A. D., Hartadi, H. , Reksohadiprojo,
11(1):1-7.
S., Prowirokusumo, S., dan
Murdinah, 2007. Studi Stabilitas dalam Air dan Lebdosoekojo, S., 1991. Ilmu Makanan
Daya Pikat Udang Berbentuk, Disertasi Ternak Dasar. Cet-5. Gadjah Mada
S3 (Tidak Dipublikasikan). Program University Press, Yogyakarta.
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor,
Winarno, F. G., dan Koswara. 2002. Kimia
Bogor.
Pangan dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.
Murni, R.A., Okrisandi, Y., 2012. Pemanfaatan
kulit buah kakao yang difermentasi

Jurnal Agripet Vol 19, No. 1, April 2019


76

Anda mungkin juga menyukai