PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR
Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan nonformal seperti yang
tertera dalam pasal 26 ayat (5) Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa: “Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi
masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap
untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”. Program-program yang dapat
diselenggarakan oleh lembaga kursus dan pelatihan ini adalah pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan kepemudaan, pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan kerja, pendidikan kesetaraan dan/atau pendidikan nonformal lain yang diperlukan
masyarakat.
Lembaga kursus seharusnya memenuhi standar lembaga pendidikan, sehingga dapat
meluluskan peserta didik yang memiliki kompetensi seperti yang diharapkan DUDI. LKP yang
memenuhi standar lembaga pendidikan yaitu LKP yang sesuai dengan standar kualitas. Standar
kualitas pengelolaan pendidikan dapat kita rujuk dari standar national pendidikan yang
tercantum Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003. Standar
Nasional Pendidikan tersebut mencakup : standar kualitas isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan standar nasional
pendidikan
Keragaman kualitas LKP tersebut antara lain dipengaruhi oleh mutu tenaga pendidik,
kurikulum, sarana dan prasarana, manajemen pengelolaan, dan proses pembelajaran. Mutu
penyelenggaraan dan lulusan yang berkualitas telah menjadi kebutuhan masyarakat dan
tuntutan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) yang mensyaratkan kompetensi tertentu yang
harus dimiliki oleh lulusan kursus. Salah satu kursus yang cukup diminati masyarakat adalah
kursus menjahit. Lulusan kursus diharapkan memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan
Dunia Usaha dan Industri (DUDI). Untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan tersebut,
tidak ada upaya lain yang dapat dilakukan kecuali menyelenggarakan pelayanan kursus sebaik-
baiknya. Sebagai lembaga kursus yang bermisi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
kepada peserta didik.
LKP Kutilang adalah salah satu lembaga non pemerintah yang menyelenggarakan kursus
dibidang keterampilan menjahit pakaian khusus wanita dan anak-anak yang ada di kota Medan.
LKP ini memberikan pendampingan kepada peserta didik agar memiliki kompetensi,
bersertifikat, dan terserap dunia kerja atau berwirausaha. Selain itu LKP merupakan usaha yag
bergerak pada busana. Usaha dikatakan layak jika ketika dijalankan menghasilkan keuntungan
tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, tetapi juga bagi investor, kreditor,
pemerintah dan masyarakat luas. Pengertian keuntungan dapat diartikan berbeda menurut
pihak-pihak tertentu yang terdampak oleh investasi yaitu kelayakan bisnis adalah suatu
kegiatan yang menganalisis secara mendalam mengenai suatu usaha manfaatnya secara
ekonomis maupun dampak investasi terhadap lingkungan sekitar. Dari uraian diatas penulis
tertarik melakukan observasi dengan judul “Menganalisis Kelayakan Usaha di Lembaga
Kursus dan Pelatihan (LKP) Kutilang Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
layak atau tidaknya pendirian LKP Kutilang Medan ditinjau dari syarat syarat kelayakan usaha
LKP secara umum, di mana hasil penelitian ini nantinya akan berguna sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan bagi peserta didik untuk mengetahui kelayakan di LKP
Kutilang ini
B. Rumusan Masalah
1. Apakah LKP Kutilang ini dapat dikatakan sebagai LKP sebenarnya?
2. Syarat apa saja yang telah ada dalam LKP Kutilang tersebut?
A. Pendidikan Nonformal
1. Pengertian Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem
pendidikan persekolahan yang berorientasi pada pemberian layanan pendidikan kepada
kelompok masyarakat yang karena sesuatu hal tidak dapat mengikuti pendidikan formal di
sekolah. Pendidikan nonformal, dalam Undang- Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nonformal, diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan
sikap dan kepribadian professional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditunjukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
2. Ciri-ciri Pendidikan Nonformal
Dalam Sutarto (2007) dikemukakan ciri-ciri pendidikan nonformal adalah sebagai berikut
a) Program kegiatannya disesuaikan dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan peserta didik
yang sifatnya mendesak dan memerlukan pemecahan yang sesegera mungkin.
b) Materi pelajarannya bersifat praktis pragmatis dengan maksud agar segera dapat
dimanfaatkan (quicklyelding) dalam menunjang kehidupan atau pekerjaan sehari-hari.
c) Waktu belajarnya singkat dalam arti dapat diselesaikan dengan cepat.
d) Tidak banyak menelan biaya, dalam arti kegiatan itu bisa dilaksanakan dengan biaya
murah namun besar faedahnya
e) Tidak mengutamakan kridensial dalam bentuk ijazah ataupun sertifikat, yang lebih
penting adalah bisa diperolehnya peningkatan dalam pengetahuan dan keterampilan.
f) Dalam pendidikan nonformal ini masalah usia peserta didik tidak begitu dipersoalkan,
demikian pula dengan jenis kelaminnya
g) Juga tidak mengenal kelas atau tingkatan secara kronologis, kalaupun ada penjenjangan
tidak seketat seperti dalam pendidikan formal.
h) Seperti dalam pendidikan formal, program kegiatannya dilaksanakan secara berencana,
teratur dan sengaja, namun penyelenggaraannya lebih luwes dengan mempertimbangkan
kesempatan peserta didik.
i) Terjadi suasana belajar yang saling belajar dan saling membelajarkan diantara peserta
didik. Tujuan programnya dirancang dan diarahkan pada upaya untuk memperoleh
lapangan kerja dalam usaha meningkatkan pendapatan dan taraf hidup.
j) Waktu dan tempat belajar disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta
lingkungannya.
k) Pada umumnya kegiatan pendidikan nonformal tidak terlalu banyak menuntut tersedianya
prasarana dan sarana belajar yang komplit/lengkap, dimanapun dan dengan peralatan
yang sederhana sekalipun program ini sudah dapat diselenggarakan.
l) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
m) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
n) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain
yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
o) Sedangkan satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan
pendidikan yang sejenis.
METODE PENELITIAN
A. Pelaksanaan Observasi
Penelitian ini dilakukan di tempat kursus Menjahit LKP ( Lembaga Kursus dan
Pelatihan ) Kutilang Di Jl.Perjuangan No 45 Kec Medan Perjuangan, dengan pemiliki usaha
yaitu Ibu Hj. Zulfi Zahara Nasution. Penelitian ini di lakukanb pada hari sabtu tanggal 22
febuari 2020 pada jam 10.00-11.00.
C. Analisis Data
Pengumpulan data yang penulistuliskan dalam laporan bersumber dari pemiliki Usaha
LKP tersebut. Di mana penulis memperoleh data kelengkapan berkas yang menjadi hak paten
LKP tersebut.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini tentang menganalisis apakah tempat kursus yang kami observasi sudah
termasuk tempat yang layak untuk disebut sebagai tempat kursus menjahit ( LKP). Tempat
kursus menjahit (LKP) yang layak memiliki syarat-syarat pendirian dari dinas pendidikan
yaitu:
1. Surat permohonan yang di tujukan kepada dinas pendidikan kabupaten melalui kepala
seksi KF & PSM bidang Pendidikan Luar Sekolah (PLS).
2. Profil Lembaga Kursus.
3. Foto Copy Akta Pendirian / Notaris (atas nama lembaga/LKP)
4. Bukti kepemilikan tempat kursus (Milik Sendiri/Sewa)
5. Struktur Organisasi Pengelola LKP
6. Daftar tenaga pengajar/penguji
7. Daftar Riwayat Hidup Pimpinan LKP
8. Daftar Riwayat Hidup Pengajar/Penguji
9. Foto Copy Ijasah Terahir Pimpinan LKP
10. Foto Copy Ijasah Terahir Pengajar/Penguji
11. Daftar Sarana dan Prasarana
12. Foto copy kurikulum / silabus / program pembelajaran
13. Tata tertib kursus
14. Pas Foto Pimpinan LKP ukuran 3X4 sebanyak 2 buah (berwarna)
15. Foto Copy KTP (Ketua, Sekertaris dan Bendahara)
16. Peta / Denah Lokasi LKP
17. Surat Keterangan Domisili
Dari hasil observasi, kami mendapatkan informasi bahwa pemilik LKP Kutilang telah
menempuh pendidikan di SMK 10 Medan dan telahberdiri sejak tahun 1996 dan telah memiliki
surat permohonan dari dinas pendidikan yang memiliki Akreditasi B yang berlaku sejak 2009-
2024. LKP Kutilang juga menerima siswa SMK yang akan melaksanakan PKL.
Berikut terdapat beberapa uji kompetensi yang harus dicapai oleh setiap anggota LKP
Kutilang dan memiliki struktur organisasi pada LKP Kutilang tersebut:
LKP Kutilang ini sudah dapat dikatakan sebagai LKP sebenarnya karena LKP telah
memiliki syarat-syarat yang telah ditetapkan.