Nim : 1812042001
Kelas : Pendidikan Fisika. A
Proposal Penelitian
TINDAK PEMBELAJARAN GURU FISIKA DALAM IMPLEMENTASI
STANDAR PROSES KURIKULUM 2013 ( STUDI KASUS DI KELAS XI MIA
SMA NEGERI 3 JENEPONTO)
1. Pendahuluan
A. Konteks Penelitian
Konteks penelitian (research context) merupakan uraian awal yang
mengantarkan kepada masalah penelitian. Dalam penulisan proposal penelitian
yang menggunakan pendekatan kualitatif, yang berjudul tindak pembelajaran
guru fisika dalam implementasi Standar Proses Kurikulum 2013 di kelas XI MIA
SMA Negeri 3 Jeneponto. Pada judul tersebut diharapkan mampu memberikan
gambaran yang rinci mengenai tindak pembelajaran guru fisika dalam
implementasi Standar Proses Kurikulum 2013, yang meliputi praktik-praktik baik
pembelajaran yang dilakukan guru, serta permasalahan dan kendala penerapan
Standar Proses Kurikulum 2013 yang dihadapi guru..
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada tindak pembelajaran guru fisika dalam
implementasi Standar Proses Kurikulum 2013 di kelas XI MIA SMA Negeri 3
Jeneponto. Tindak guru yang dimaksud adalah pemahaman guru tentang konsep
pembelajaran berbasis Standar Proses Kurikulum 2013; perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran berbasis Standar Proses Kurikulum 2013
yang dilakukan guru; problematika yang dihadapi guru dalam pembelajaran
fisika berbasis Standar Proses Kurikulum 2013; serta upaya yang telah dilakukan
untuk mengatasi problematika tersebut.
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pemahaman guru terhadap Standar Proses Kurikulum
2013. 2) Mendeskripsikan tindak guru dalam perencanaan pembelajaran
fisika berbasis Standar Proses Kurikulum 2013.
2. Mendeskripsikan tindak guru dalam pelaksanaan pembelajaran fisika
berbasis Standar Proses Kurikulum 2013.
3. Mendeskripsikan tindak guru dalam evaluasi pembelajaran fisika berbasis
Standar Proses Kurikulum 2013.
4. Mendeskripsikan problematika guru dalam penerapan Standar Proses
Kurikulum 2013.
5. Mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi problematika
guru dalam penerapan Standar Proses Kurikulum 2013.
D. Kerangka Teoretis
1. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2006. Tema
pengembangan Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan
peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Terdapat empat
komponen dari delapan komponen.
Standar Pendidikan Nasional yang disempurnakan dalam Kurikulum
2013, yaitu Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan
Standar Penilaian (Sutrisno, 2013). Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
mencakup kompetensi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotor) yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik
setelah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan tertentu (Kemendikbud,
2013b). SKL diimplementasikan ke dalam pembelajaran melalui Kompetensi
Inti (KI). KI merupakan tingkat kemampuan yang harus dicapai oleh peserta
didik dalam suatu jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi Inti memuat 4
aspek, yaitu (1) spiritual, (2) sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Melalui aspek-aspek tersebut, peserta didik diharapkan memiliki sikap
beriman, rendah hati, mulia, menggunakan ilmunya untuk bangsa dan negara,
serta memiliki kreativitas.
Standar Isi merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang
pendidikan tertentu (Kemendikbud, 2013c). Ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik dirumuskan dalam
Standar Isi untuk setiap mata pelajaran. Mata pelajaran tingkat SMA/MA
terdiri dari mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran
wajib terdiri dari mata pelajaran kelompok A dan kelompok B. Mata
pelajaran kelompok A terdiri dari tujuh mata pelajaran yang dikembangkan
oleh pusat dan berorientasi pada kompetensi pengetahuan dan sikap. Mata
pelajaran kelompok B terdiri dari tiga mata pelajaran yang dikembangkan
oleh pusat dan dilengkapi oleh daerah. Kelompok mata pelajaran peminatan
terdiri dari Matematika dan Sains, Ilmu Sosial dan Bahasa. Selain itu, dalam
Kurikulum 2013, peserta didik juga dapat mengikuti mata pelajaran lintas
minat.
Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan (Kemendikbud, 2013d). Pada Kurikulum 2013, tugas guru
adalah membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
memaksimalkan proses pembelajaran. Pembelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan saintifik, yaitu kegiatan pembelajaran yang
mengadopsi langkahlangkah ilmuwan dalam melakukan penelitian.
Pendekatan saintifik terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, mencoba,
menalar dan mengkomunikasikan. Semua kegiatan tersebut difasilitasi oleh
guru dalam pembelajaran agar dapat dilakukan oleh siswa. Pelaksanaan
pembelajaran daalm Kurikulum 2013 tidak berpusat pada guru, melainkan
pada peserta didik dengan harapan dapat menjadikan peserta didik aktif,
mandiri, dan disiplin dalam mencari pengetahuan, layaknya seorang
ilmuwan.
Pada Kurikulum 2013, dikembangkan pembelajaran langsung dan
pembelajaran tidak langsung. Dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013,
dijelaskan bahwa pembelajaran langsung adalah kegiatan pembelajaran yang
direncanakan oleh guru dalam RPP. Sedangkan pembelajaran tidak langsung
merupakan imbas dari pembelajaran langsung, tetapi tidak direncanakan
dalam RPP. Pembelajaran langsung berkenaan dengan KI-3 dan KI-4 yang
berturut-turut memuat kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan. Sedangkan pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan KI-
1 dan KI-2 yang memuat kompetensi sikap spiritual dan sosial. Kedua
pembelajaran ini terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah.
Standar Penilaian adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (Kemendikbud, 2013e). Proses
penilaian pada Kurikulum 2013 dilakukan dalam bentuk penilaian autentik.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang menilai keseluruhan proses
pembelajaran, mulai dari masukan (input), proses (process) dan hasil (output)
pembelajaran, yang mencakup penilaian sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dalam paparan materi tentang
implementasi Kurikulum 2013 pada Press Workshop di Pondok Cabe, 14
Januari 2014 (Kemendikbud, 2014e), menyatakan bahwa perbedaan konsep
Kurikulum 2013 dengan KBK dan Kurikulum 2006 adalah seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut.
Disamping memaparkan perbedaan konsep Kurikulum 2013 dengan
kurikulum seblumnya, Kemendikbud juga memaparkan perbedaan mata
pelajaran Kurikulum 2013 dengan Kurikulum 2006 seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 2.2 berikut.
2. Standar Proses
Kurikulum 2013 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat 1, menyatakan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Standar Proses adalah kriteria
mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, prinsip
pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum 2013 adalah
a. Dari peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu;
b. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar;
c. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
d. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi;
e. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
f. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
g. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
h. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
i. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
j. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan
(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani);
k. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
(12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas
l. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
m. Pe ngakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta
didik (Kemendikbud, 2013d). Berdasarkan prinsip pembelajaran tersebut,
dikembangkan standar proses yang mencakup perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran (supervisi akademik)
3. Karakteristik Pembelajaran Fisika
Menurut Kemendikbud (2014a), ilmu fisika merupakan (1) proses
memperoleh informasi melalui metode empiris, (2) informasi yang diperoleh
melalui penyelidikan yang kemudian ditata secara logis dan sistematis, dan
(3) suatu kombinasi proses berpikir kritis yang menghasilkan informasi yang
dapat dipercaya dan valid. Fisika sebagai proses atau metode penyelidikan
meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk
memperoleh produkproduk ilmu pengetahuan ilmiah melalui proses
observasi, pengukuran, merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan
data, bereksperimen, dan memprediksi. Dalam konteks ini, fisika bukan
sekadar cara bekerja, melihat, dan cara berpikir, melainkan ‘science as a way
of knowing’. Artinya, selain sebagai proses, fisika juga meliputi
kecenderungan sikap atau tindakan, keingintahuan, kebiasaan berpikir, dan
seperangkat prosedur.
Nilai-nilai fisika berhubungan dengan tanggung jawab moral, nilai-nilai
sosial, manfaat fisika dalam kehidupan manusia, sikap dan tindakan
seseorang dalam belajar atau mengembangkan fisika, serta terbentuknya
sikap ilmiah, misalnya keingintahuan, keseimbangan antara keterbukaan dan
skeptis, kejujuran, ketelitian, ketekunan, hati-hati, toleran, dan hemat.
Dengan demikian, fisika dapat dipandang sebagai cara berpikir untuk
memahami alam, cara untuk melakukan penyelidikan, serta sebagai
kumpulan pengetahuan. Pada tingkat SMA/MA, fisika dipandang penting
untuk diprogramkan dengan beberapa pertimbangan berikut.
Pertama, selain untuk memberikan bekal ilmu kepada siswa, mata
pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis yang berguna untuk memecahkan masalah di
dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan
untuk tujuan yang lebih khusus, yaitu membekali siswa pengetahuan,
pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, serta mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri
ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap
ilmiah, serta berkomunikasi, sebagai salah satu aspek penting kecakapan
hidup.
Tujuan pembelajaran fisika menurut Peraturan Pemerintah Nomor 59
Tahun 2014 adalah sebagai berikut.
a. Menambah keimanan siswa dengan menyadari hubungan keteraturan,
keindahan alam, dan kompleksitas alam dalam jagad raya terhadap
kebesaran Tuhan yang menciptakannya.
b. Menunjukkan perilaku ilmiah (rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, ulet, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif,
inovatif, dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap ilmiah dalam melakukan percobaan dan
berdiskusi.
c. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan
hasil percobaan.
d. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerjasama dengan orang lain.
e. Mengembangkan pengalaman untuk menggunakan metode ilmiah dalam
merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui
percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan,
mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil
percobaan secara lisan dan tertulis.
f. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif
dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk
menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik
secara kualitatif maupun kuantitatif.
g. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mata pelajaran Fisika di SMA/MA merupakan mata pelajaran peminatan
MIPA dengan ruang lingkup materi pembelajaran sebagai berikut.
a. Pengukuran berbagai besaran, karakteristik gerak, penerapan hukum
Newton, alat-alat optik, kalor, konsep dasar listrik dinamis, dan konsep
dasar gelombang elektromagnetik.
b. Gerak dengan analisis vektor, hukum Newton tentang gerak dan
gravitasi, gerak getaran, energi, usaha, dan daya, impuls dan momentum,
momentum sudut dan rotasi benda tegar, fluida, termodinamika.
c. Gejala gelombang, gelombang bunyi, gaya listrik, medan listrik,
potensial dan energi potensial, medan magnet, gaya magnetik, induksi
elektromagnetik dan arus bolak-balik, gelombang elektromagnetik,
radiasi benda hitam, teori atom, relativitas, dan radioaktivitas.
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang rinci
mengenai tindak pembelajaran guru fisika dalam implementasi Standar
Proses Kurikulum 2013, yang meliputi praktik-praktik baik pembelajaran
yang dilakukan guru, serta permasalahan dan kendala penerapan Standar
Proses Kurikulum 2013 yang dihadapi guru. Gambaran tersebut merupakan
teori emperis yang dapat dijadikan sebagai acuan oleh pemerintah dan
praktisi pendidikan fisika dalam mengembangkan pembelajaran fisika
berbasis Standar Proses Kurikulum 2013.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Hasil penelitian ini merupakan data emperis tentang praktik-
praktik baik yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran, serta
kendala-kendala penerapan Standar Proses Kurikulum 2013 yang
dihadapi guru. Data tersebut dapat dijadikan sebagai bahan refleksi
personal oleh guru. Praktik-praktik baik yang dilakukan guru dalam
pembelajaran dapat dipertahankan dan ditingkatkan, sedangkan kendala-
kendala penerapan Standar Proses Kurikulum 2013 dapat diatasi dengan
solusi yang tepat.
b. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan oleh
pemerintah dalam mengembangkan model-model pelatihan Standar
Proses Kurikulum 2013 yang tepat.
2. Metode Penelitian
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
artinya penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian.
B. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian di SMAN 3 Jeneponto
C. Sumber Data
Sumber data penelitian ini ditentukan secara purposive sampling, yaitu
dipilih berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu, dalam rangka memperoleh
ketepatan dan kecukupan informasi yang dibutuhkan (Sugiyono, 2010).
Penentuan sumber data penelitian ini juga berdasarkan pada kriteria sumber data
penelitian menurut Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono, 2010), yaitu sebagai
berikut.
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,
sehingga sesuatu itu bukan hanya sekadar diketahui, namun juga dihayati.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang tengah diteliti.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil kemasannya
sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong cukup asing dengan peneliti, sehingga
akan lebih menggairahkan untuk dijadikan narasumber. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, ditentukanlah guru, siswa, kepala sekolah, pengawas
akademik dari Dinas Pendidikan sebagai sumber data penelitian ini.
Guru yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian adalah dua orang
guru fisika yang mengajar di kelas XI MIA SMA Negeri 3 Jeneponto semester
genap Tahun Pelajaran 2020/2021. Pemilihan guru model dilakukan berdasarkan
pertimbangan senioritas dan pengalaman penerapan Standar Proses Kurikulum
2013. Sumber data siswa diperoleh dari dua orang siswa yang diajar oleh masing-
masing guru bersangkutan. Pemilihan siswa tersebut dilakukan berdasarkan
pertimbangan prestasi akademik dan jenis kelamin.
F. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (1) tahap pra lapangan, dan
(2) tahap lapangan,. Tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Tahap Pra-Lapangan
Tahap pra-lapangan merupakan tahap penyusunan, perencanaan, dan
penyiapan segala bentuk materi yang dibutuhkan pada tahap berikutnya. Pada
tahap ini dilakukan beberapa aktivitas sebagai berikut.
1. Menyusun rancangan penelitian yang di dalamnya terdapat latar belakang
masalah, kajian pustaka, penentuan instrumen, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, dan tekinik pemeriksaan keabsahan data. Rancangan
penelitian disusun selama beberapa hari.
2. Penyiapan sarana dan penentuan waktu pelaksanaan penelitian. Sarana
yang dimaksud adalah alat tulis, perekam suara, kamera, dan handycam.
3. Mengurus perizinan untuk melaksanakan penelitian. Peneliti
mempersiapan surat ijin pelaksanaan penelitian sebagai kelengkapan
administrasi sebelum terjun langsung ke lapangan.
4. Melakukan penjajakan awal dan menilai keadaan lapangan. Maksud dan
tujuannya adalah untuk mengenal segala unsur lingkungan sosial, fisik,
dan keadaan alam (Moleong, 2007).
5. Memilih dan memanfaatkan informan. Informan adalah orang-orang yang
berada dalam latar penelitian. Informan dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan dalam
penelitian ini adalah guru, siswa, kepala sekolah, dan pengawas akademik
dari Dinas Pendidikan.
6. Menentukan jadwal pelaksanaan penelitian. Jadwal pelaksanaan
penelitian di koordinasikan oleh peneliti dan informan.
2. Tahap Lapangan
Tahap lapangan merupakan tahap pengumpulan informasi secara
holistik-kontekstual, sebagai aktivitas yang memanfaatkan segala sesuatu
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini, kegiatan
lapangan dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Memahami latar penelitian. Sebelum memasuki lapangan, peneliti perlu
memahami latar penelitian terlebih dahulu. Peneliti secara fisik dan
mental, mempersiapkan diri untuk terjun ke lapangan. Dari segi fisik,
penampilan peneliti akan disesuaikan dengan kebiasaan serta norma yang
berlaku di SMA Negeri 3 Jeneponto.
2. Pengumpulan data. Pada proses pengumpulan data, peneliti menggunakan
alat-alat penelitian yang sudah dipersiapkan sebelumnya, yaitu perekam
suara, handycam, kamera, alat tulis, pedoman wawancara, dan pedoman
observasi. Pengumpulan data dilakukan dalam waktu empat bulan sampai
data yang diperoleh jenuh.
3. Analisis data di lapangan. Analisis data yang dilakukan peneliti pada
tahap ini berupa pengaturan urutan data dan pengkategorian data ke
dalam beberapa kategori sesuai dengan fokus penelitian. Analisis
terhadap data tersebut dilakukan secara lebih intensif setelah peneliti
meninggalkan tempat penelitian.