Anda di halaman 1dari 10

F.

Prosedur Pengembangan Instrumen Penelitian ini mengadopsi model pengembangan


instrumen yang dikembangkan oleh Djemari Mardapi sehingga prosedur atau tahap-tahap
pengembangan instrumennya sebagai berikut:

(1) Tahap pendahuluan. Tahap pendahuluan dimulai dengan menyusun spesifikasi tes seperti
telaah pada teori/konsep, konstruk variable penelitian dan pembuatan kisi-kisi instrumen.

(2) Tahap pengembangan. Tahap ini dilakukan penulisan naskah soal yang kemudian dilanjutkan
telaah butir tes berupa uji validitas oleh dua pakar terhadap butir instrumen yang telah dibuat. (3)
Tahap uji coba lapangan. Pada tahap ini dilakukan uji coba lapangan terhadap instrumen yang
telah melalui validasi pakar. Hasil dari ujicoba lapangan dilakukan analisis butir soal tes secara.
kualitatif seperti menghitung taraf kesukaran, daya pembeda, efektivitas pengecoh serta validitas
dan reltabilitas instrumen. Butir instrumen yang tidak valid dilakukan perbaikan/revisi butir soal,
yang selanjutnya dilakukan ujicoba lapangan sampai butir instrumen jenuh atau dirasa cukup dan
terdapat produk berupa butir tes yang sudah final.

4) Tahap Akhir. Merupakan tahap sosialisasi butir soal kepada pihak sekolah

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Validasi Instrumen Secara Teoretik a. Validasi Pakar

   Setelah pembuatan instrumen oleh peneliti, hadirlah 2 bentuk instrumen yakni instrumen tes
yang terdiri 32 butir soal dalam bentuk pilihan ganda dan instrumen dalam bentuk non tes yang
terdiri dari 34 butir pernyataan. Proses validasi instrumen diawali dengan pemberian lembar
validasi isi lengkap dengan kisi-kisi instrumen dari peneliti kepada 2 orang ahli atau pakar untuk
dinilai yang kemudian hasil dari peniaian pakar tersebut akan ditentukan koefisien kekonsistenan
antar pakar dengan menggunakan analisis Gregory sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Analisis Gregory Intrumen Tes Hasil Belajar Kognitif ...

   Berdasarkan hasil perhitungan koefisien kekonsistenan antar pakar maka diperoleh nilai
sebesar 1. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang dikembangkan telah memenuhi
kriteria dan dinyatakan valid secara teoritik dan
Siap untuk melanjutkan ke tahap uji lapangan. Hasil analisis secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran (C1: 77-79).

b. Validasi Logik

Validasi logik terpenuhi jika semua indikator terwakili. Hal ini dapat dilihat dengan
membandingkan kisi-kisi awal dengan kisi-kisi akhir instrumen tes hasil belajar fisika pada ranah
kognitif, dimana setiap indikator terdapat setidaknya satu butir soal yang mewakili indikator
tersebut. 2. Hasil Validasi Secara Empirik

Validasi secara empirik atau uji coba lapangan dilakukan sebanyak dua kali dengan melakukan
analisis secara kuantitatif, pengujian validitas, dan reliabilitas instrumen pada setiap uji
cobannya. adapun hasilnya sebagai berikut ;

a. Uji Tabap I

Tahap uji coba lapangan pertama, sebanyak 32 butir soal diuji cobakan kepada 68 Peserta didik
sebagai subjek uji coba penelitian yang dilakukan selama 2 Hari di kelas XI MIPA 4 dan kelas
XI MIPA 2. Dari hasil uji coba lapangan maka diperoleh hasil analisis butir soal sebagai berikut :
Tabel 4.2 dan tabel 4.3 serta tabel 4.4 berikut menunjukkan hasil uji coba empirik pada 68
peserta didik.

Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Pertama ...

Analisis validitas butir instrumen uji coba lapangan yang pertama dapat dilihat pada lampiran C3
: 83-88. Berdasarkan nilai korelasi item, terdapat 4 (tiga) butir soal dengan besar indeks korelasi
di bawah standar minimal (0,2352). Butir yang tidak valid yakni butir soal nomor 6, 7,8 dan 14.

n  Butir soal 6, 7, 8 dan 14 masing-masing memiliki koefisien korelasi 0,233 yang tidak
mencapai standar minimal kategori valid. Butir soal tidak valid karena berdasarkan hasil analisis
soal tersebut merupakan soal yang sukar bagi para peserta didik. Selain dari tinjauan tingkat
kesukaran, faktor penyebab invalid-nya soal tersebut disebabkan oleh daya pembeda yang jelek.

Setelah analisis validitas butir kemudian dilakukan analisis reliabilitas instrumen. Butir soal 6, 7,
8 dan 14 dikeluarkan dari analisis. Kemudian dilakukan perhitungan analisis reliabilitas untuk 28
butir soal. Hasi analisis reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Hasil Analisis Reliabilitas....

Selain analisis validitas dan reliabilitas dilakukan pula analisis butir berupa analisis tingkat
kesukaran butir, analisis daya pembeda soal dan analisis efektivitas pengecoh. Adapun tingkat
kesukaran yang hasil analisisnya dapat dilihat pada lampiran C4:89-92.

Tabel 4.4 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir ...

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebanyak 41% butir soal pada kategori sukar, 59% pada kategori
sedang sedang, dan 0% pada kategori sangat mudah. Hal ini menandakan bahwa soal yang
dikembangkan oleh peneliti rata-rata merupakan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang
“sedang”.

Selain tingkat kesukaran, juga dilakukan analisis terkait daya pembeda soal untuk melihat sejauh
mana soal yang dikembangkan dapat membedakan antara peserta didik yang memiliki
kemampuan tinggi dan peserta didik yang memiliki kemampuan rendah. Berikut hasil analisis uji
daya beda soal yang secara lengkap terdapat pada lampiran C5:93-95.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Daya Pembeda..

Tabel 4.5 menyajikan hasil analisis daya pembeda dan terlihat bahwa 7 butir soal (21,88%)
berada pada kategori jelek hal ini dikarenakan butir soal hanya dapat dijawab benar oleh
maksimal 7 orang peserta didik dan kebanyakan butir

soal tersebut dijawab benar oleh peserta didik kelompok bawah, 4 butir soal (12,50%) berada
pada kategori cukup, 7 butir soal (21,88%) berada pada kategori baik dan 14 butir soal (43,75%)
berada pada kategori sangat baik yang berarti bahwa rata-rata soal tersebut dijawab benar oleh
kelompok atas. Pada efektivitas pengecoh terdapat 3 buah butir soal tidak berfungsi dengan baik
karena terdapat pengecoh yang dipilih kurang dani 5% oleh peserta tes (peserta didik). Hasil
analisis butir soal terkait efektifias pengecoh uji coba tersebut, dapat dilihat secara lengkap pada
lampiran C6:96.
b. Uji Tahap II

Tahap uji coba lapangan yang kedua, sebanyak 29 butir soal diuji cobakan kepada 85 Peserta
didik sebagai sampel penelitian yang dilakukan selama 2 Hari di kelas XI MIPA 1, XI MIPA 5
dan XI MIPA 5. Dari hasil uji coba lapangan yang kedua maka diperoleh hasil analisis butir soal
sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Coba Kedua ....

Analisis validitas butir instrumen akhir dapat dilihat pada lampiran C8:101-104. Berdasarkan
nilai korelasi item, terdapat 5 (lima) butir soal dengan besar indeks korelasi di bawah standar
minimal (0,2108). Butir yang tidak valid yakni butir soal nomor 1,12,24,26 dan 29.

Setelah analisis validitas butir kemudian dilakukan analisis reliabilitas instrumen. Butir soal
1,12,24,26 dan 29 dikeluarkan dari analisis. Kemudian dilakukan perhitungan analisis reliabilitas
untuk 24 butir soal. Hasi analisis reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Hasil Analisis Reliabilitas  ...

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa instrumen akhir yang dikembangkan telah reliabel, adapun hasil
analisis lengkap dapat dilihat pada lampiran C8 : 101-104.

Tabel 4.8 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Butir Uji Coba Dua .....

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebanyak 0% butir soal pada kategori sukar, 78,125% pada
kategori sedang sedang, dan 12,5% pada kategori mudah. Hasil analisis butir soal pada tabel 4.8,
dapat dilihat secara lengkap pada lampiran C9 : 105-107.

Tabel 4.9 Hasil Analisis Daya Pembeda Uji Coba Dua .....
Tabel 4.9 menyajikan analisis daya pembeda dan dapat dilihat bahwa sebanyak 18,75% butir
soal memiliki daya pembeda pada kategori jelek, 6,25% pada kategori sedang cukup, 28,125%
pada kategori baik dan 37,5% pada kategori sangat baik. Hasil analisis butir soal pada tabel 4.9
diatas, dapat dilihat secara lengkap pada lampiran C10 : 108-112.

   Analisis efektivitas pengecoh, dari 29 butir soal yang dijadikan tes uji coba lapangan yang
kedua, sebanya 13 butir soal pengecoh tidak berfungsi dengan batk karena terdapat pengecoh
yang dipilih kurang dari 5% oleh peserta tes (peserta didik). Butir soal yang dimaksud adalah
nomor 1,15,16, dan 24. Selain itu, sebanyak 16 butir soal yang memiliki pengecoh yang baik
karena dipilih oleh lebih dari 5% peserta didik. Hasil analisis butir soal terkait efektiftas
pengecoh uji coba tersebut, dapat dilihat secara lengkap pada lampiran C11 :113.

3. Eektifitas Instrumen

Efektifitas instrmen diketahui bedasarka hasil kuesioner guru. Kuesioner ini diberikan kepada 2
(dua) orang guru fisika. Kuesioner berjumlah 34 butir pertanyaan terkait dengan instrumen hasil
belajar kognitif peserta didik yang telah dikembangkan berdasarkan 4 indikator yaitu objektif,
praktis, sistematis dan ekonomis. Skor penilaian yang digunakan adalah skor 1 untuk Tidak
Setuju, 2 untuk Kurang Setuju, 3 untuk Setuju, dan 4 untuk Sangat Setuju. Hasil penilaian guru
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Hasil Penilaian Guru...

Berdasarkan tabel diatas maka:

                 (rumussss)

Hasil 94.85% berada pada kateori sangat efektif, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen
kemampuan kognitif peserta didik yang dikembangkan 94,85% disetujui oleh guru fisika SMAN
2 Majene. Untuk hasil lengkap dapat dilihat pada lampiran C12 : 114-115.

B. Pembahasa
   Instrumen tes hasil belajar yang dikembangkan pada penelitian ini dari 32 butir soal yang
tersebar kedalam 26 butir soal untuk ranah kognitif menerapkan (C3), dan 6 butir soal untuk
ranah kognitif menganalisis (C4). Peneliti mengembangkan 2 butir soal untuk masing-masing
indokator guna mengantisipasi butir soal yang drop ketika uji validitas secara teoretik maupun
uji validitas secara empirik. Validasi secara teoretik, ditempur dengan cara memberikan lembar
validasi kepada 2 pakar dan untuk validasi secara empirik dilakukan uji coba lapangan sebanyak
dua kali.

Tabel 4.1 menunjukkan tingkat kesepahaman antarpakar terkait instrumen tes hasil belajar yang
dikembangkan. Hasil dari penilai pakar, terdapat 32 butir soal

yang bernilai D ini menunjukkan bahwa dari kedua pakar menyetujui butir soal tersebut. Dari
hasil analisis Gregory maka diperoleh nilai koefisien kesepahaman antarpakar sebesar 1. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa instrumen tersebut telah valid. Valid dimaksudkan yakni sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi
ukurnya. Sehingga instrumen selanjutnya dapat untuk di ujicobakan namun sebelum di uji
cobakan peneliti melakukan revisi beberapa butir instrumen berdasarkan saran dan masukan dari
pakar.

Butir soal yang telah dinyatakan valid secara teoretik selajutnya masuk dalam tahap uji coba
lapangan. Pada uji coba lapangan pertama, sebanyak 32 butir soal di uji cobakan kepada 68
Peserta didik yang tersebar dalam XI MIPA 2, XI MIPA 4, dengan estimasi waktu sebanyak 1
hari dalam pelaksanaannya. Berdasarkan tabel 4.2 sesuai dengan nilai korelasi item, terdapat 4
(empat) butir soal dengan besar indeks korelasi di bawah standar minimal (0,2352). Butir yang
tidak valid yakni butir soal nomor 6, 7, 8 dan 14.

Butir soal 6, 7,8 dan 14 masing-masing memiliki koefisien korelasi dibawah 0,233 yang jauh
dari nilai valid. Butir soal tidak valid karena berdasarkan hasil analisis soal tersebut merupakan
soal yang sukar bagi para peserta didik. Selain dari tinjauan tingkat kesukaran, faktor penyebab
irvalid-nya soal tersebut disebabkan oleh daya pembeda yang jelek. Dropnya butir 7 dan 8
mengakibatkan 4 indikator soal drop, sehingga peneliti melakukan revisi terhadap butir nomor 8
direvisi agar setiap indikator terdapat soal yang mewakili. Butir 8 dipilih karena memiliki nilai
koefisien biseral lebih tinggi dibandingkan butir soal 7

Setelah analisis validitas butir kemudian dilakukan analisis reliabilitas instrumen. Perhitungan
analisis reliabilitas hanya untuk butir yang diyatakan valid sebanyak 28 butir soal sehingga
diperoleh koefisien reliabilitas instrumen tes sebesar 0,664. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
instrumen tes yang dikembangkan merupakan instrumen reliabel yang berarti bahwa jika
instrumen diuji cobakan lebih dari satu kali pada subyek yang sama akan menghasilkan nilai
yang relatif sama.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebanyak 41% butir soal pada kategori sukar, 59% pada kategori
sedang sedang, dan 0% pada kategori sangat mudah. Hal ini menandakan bahwa soal yang
dikembangkan oleh peneliti rata-rata merupakan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang
“sedang”. Pada tabel 4.4 hasil analisis daya pembeda terlihat bahwa 7 butir soal (21,88%) berada
pada kategori jelek hal ini dikarenakan butir soal hanya dapat dijawab benar oleh maksimal 7
orang peserta didik dan kebanyakan butir soal tersebut dijawab benar oleh peserta didik
kelompok bawah, 4 butir soal (12,50%) berada pada kategori cukup, 7 butir soal (21,88%)
berada pada kategori baik dan 14 butir soal (43,75%) berada pada kategori sangat baik yang
berarti bahwa rata-rata soal tersebut dijawab benar oleh kelompok atas. Rata-rata butir soal yang
dikembangkan memiliki daya pembeda yang “sangat baik”. Hal ini dikarenakan meskipun soal
yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda dimana soal tersebut memudahkan para peserta tes
untuk melakukan kecurangan atau menyontek, akan tetapi dilakukan pengawasan yang ketat
dalam melakukan uji coba tes terhadap peserta tes. Analisis butir soal yang terakhir pada uji coba
lapangan tahap pertama adalah analisis efektifitas pengecoh,

dimana semua pengecoh dalam tiap butir soal yang berjumlah 32 butir berfungsi dengan baik
atau dengan katalain dipilih oleh lebih dari 5 % peserta tes.

Uji coba lapangan untuk tahap kedua dilaksanakan dikelas yang berbeda ‘yakni pada kelas XI
MIPA 1, XI MIPA 5 dan kelas XI MIPA 3 di SMAN 2 Majene dengan jumlah butir soal yang
diujicobakan sebanyak 29 Butir. Pasca uji coba dilakukan analisis butir secara empirik.
Berdasarkan tabel 4.5, sesuai dengan nilai korelasi item, terdapat 5 (lima) butir soal dengan besar
indeks korelasi di bawah standar minimal (0,2108). Butir yang tidak valid yakni butir soal nomor
1, 12, 24, 26 dan 29.

Setelah analisis validitas butir kemudian dilakukan analisis reliabilitas instrumen. Butir soal 1,
12, 24, 26 dan 29 dikeluarkan dari analisis. Kemudian dilakukan perhitungan analisis reliabilitas
untuk 24 butir soal. Koefisien reliabilitas instrumen tes sebesar 0,6541. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa instrumen tes yang dikembangkan merupakan instrumen reliabel yang
berarti bahwa jika instrumen diuji cobakan lebih dari satu kali pada subyek yang sama akan
menghasilkan nilai yang relatif sama.

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebanyak 0% butir soal pada kategori sukar, 78,125% pada
kategori sedang sedang, dan 12,5% pada kategori mudah. Hal ini menandakan bahwa soal yang
dikembangkan oleh peneliti rata-rata merupakan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang
“sedang”.

Selanjutnya untuk uji analisis daya beda Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa sebanyak
18,75% butir soal memiliki daya pembeda pada kategori jelek, 6,25% pada kategori sedang
cukup, 28,125% pada kategon bask dan 37,5%

pada kategori sangat baik. Hal ini menandakan bahwa instrumen akhir yang dikembangkan
sangat baik membedakan antara peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dan peserta
didik yang memiliki kemampuan rendah. Pada efektifitas pengecoh, dari 29 butir soal yang
dijadikan tes uji coba lapangan yang kedua, sebanya 4 butir soal pengecoh tidak berfungsi
dengan baik karena terdapat pengecoh yang dipilih kurang dari 5% oleh peserta tes (peserta
didik). Butir soal yang dimaksud adalah nomor 1,15,16, dan 24. Selain itu, sebanyak 25 butir
soal yang memiliki pengecoh yang baik karena dipilih oleh lebih dari 5% peserta didik. Hal ini
menandakan bahwa pada butir soal bagian awal tidak bisa membedakan peserta didik yang benar
paham akan konsep yang terdapat dalam soal sehingga jawaban peserta didik kebanyakan
mengarah pada kunci jawaban.

  Proporsi jumlah soal yang disusun oleh peneliti disesuaikan dengan kompentensi dasar (KD).
KD yang dikembangkan terdiri atas 3 KD tentang penerapan, 1 KD tentang analisis. Sehingga
jumlah soal-soal penerapan tidak jauh berbeda dengan jumlah soal analisis. Terdapat pula
beberapa KD yang memiliki jumlah soal lebih banyak dari KD yang lainnya, hal ini dikarenakan
penyusunan soal juga mempertimbangkan tentang cakupan materi pada KD tersebut.

Keseluruhan butir soal yang telah dianalisis dan diperbaiki kemudian disusun menjadi satu
kesatuan setelah melalui dua kali tahap ujicoba. Peneliti mencukupkan dua kali ujicoba
dikarenakan pada saat ujicoba kedua telah mewakili smua subjek penelitian dengan nilai
reliabilitas masing-masing ujicoba relative sama sehingga diperoleh 24 butir soal sebagai
instrument akhir atau produk. Instrumen akhir terdiri atas 9 butir soal pada materi keseimbangan
dan

dinamika rotasi, 5 butir soal pada materi elastisitas dan hukum Hooke, 10 butir soal pada materi
fluida. Instrumen tes hasil belajar kognitif fisika yang telah dikembangkan oleh peneliti
(instrumen akhir) dan siap digunakan dapat dilihat selengkapnya pada lampiran C13:116.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan Hasil pengembangan instrumen tes hasil belajar fisika pada aspek kognitif

Diberikan simpulan sebagai berikut :

1. Instrumen tes hasil belajar fisika pada aspek kognitif yang dikembangkan oleh peneliti untuk
peserta didik kelas XI MIPA semester ganjil di SMA Negeri 2 Majene, memenuhi kriteria valid
ditinjau secara empirik yang terdiri dari 24 butir nilai reliabilitas sebesar 0,6541.

2. Dari hasil analisis secara kulitatif diketahui bahwa tingkat kesukaran butir hasil
pengembangan instrumen tes hasil belajar fisika dalam ranah kognitif bagi peserta didik kelas XI
MIPA SMA Negeri 2 Majene. yakni 0 butir soal pada kategori sukar ; 25 butir soal pada kategori
sedang; dan 4 Butir soal pada kategori mudah

3. Dari hasil analisis secara kulitatif diketahui bahwa daya pembeda butir pada hasil
pengembangan instrumen tes hasil belajar fisika dalam ranah kognitif bagi peserta didik kelas XI
MIPA SMA Negeri 2 Majeneyakni 6 butir soal pada kategori jelek ; 2 butir soal pada kategori
cukup; dan 9 Butir soal pada kategori baik dan 12 butir pada kategori sangat baik.

4. Dari hasil analisis secara kulitatif diketahui bahwa efektivitas pengecoh untuk setiap butir
pada hasil pengembangan instrumen tes hasil belajar fisika dalam ranah kognitif bagi peserta
didik kelas XI MIPA SMA Negeri 2 Majene. berfungsi dengan baik.

5. Instrumen tes hasil belajar fisika pada aspek kognitif yang dikembangkan oleh peneliti untuk
peserta didik kelas XI MIPA semester ganjil di SMA Negeri 2 Majene, secara teoretik telah valid
dan untuk secara empirik, telah valid dengan nilai reliabilitas sebesar 0,6541.
6. Efektivitas hasil pengembangan instrumen tes hasil belajar fisika didapatkan hasil sebesar
94,85 % yang berada pada kategori “sangat efektif’ sehingga disimpulkan bahwa instrumen hasil
belajar yang dikembangkan peneliti disetujui oleh guru fisika SMA Negeri 2 Majene.

B. Saran

Adapun saran dari peneliti terkait dengan penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Bagi mahasiswa yang hendak melakukan penelitian serupa, baiknya mengembangkan


kompetensi dasar (KD) dalam 1 semester.

2. Bagi mahasiswa yang hendak melakukan penelitian serupa, baiknya membuat butir soal
sekurang-kurangnya tiga butir untuk setiap indikator guna sebagai bentuk antiisipasi indikator
yang tidak memiliki perwakilan soal.

3. Bagi mahasiswa yang hendak melakukan penelitian serupa agar kiranya memperhatikan
proporsi jumlah soal untuk setiap aspek ranah kognitif yang dikembangkan.

4. Untuk proses uji coba, baiknya dilakukan per kompetensi dasar dengan harapan untuk
mendapatkan data yang baik sehingga memilimalisir jumlah butir yang drop (/nvalid) dan selain
itu juga memperhitungkan waktu pengerjaan soal yang disesuaikan dengan jam pelajaran.

5. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian serupa
dengan melanjutkan untuk Kompetensi Dasar (KD) selanjutnya di semester genap kelas XI
MIPA.

Anda mungkin juga menyukai