Anda di halaman 1dari 49

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1. Fase Investigasi

Fase pertama dalam penelitian pengembangan ini adalah fase


invertigasi. Istilah preliminary investigation juga disebut sebagai analisis
kebutuhan atau analisis masalah. Investigasi unsur-unsur penting adalah
mengumpulkan dan menganalisis informasi, definisi masalah dan rencana
lanjutan dari proyek. Fase investigasi dilakukan mulai pada bulan Desember
2018. Data-data pendukung yang kemudian dianalisis sebagai definisi masalah
diantaranya yaitu data ulangan harian sebelumnya, data ulangan harian kelas 12
bab redoks dan elektrolisis, data hasil ujian nasional, dan hasil wawancara
peneliti dengan guru terkait. Selain itu analisis silabus juga diperlukan sebagai
dasar pengetahuan penilaian materi yang akan dilakukan. Pengumpulan data
ulangan harian sebelumnya, data ulangan harian kelas 12 bab redoks dan
hidrolisis, dan data ujian nasional dilakukan dengan tujuan untuk melihat
ketercapaian kompetensi dasar di setiap kelas dan menganalisis permasalahan
yang ada terkait pemahaman konsep yang dimiliki peserta didik dalam
memahami konsep-konsep atau teori kimia. Sedangkan kegiatan wawancara
dilakukan untuk memperoleh hal-hal yang mendukung fakta dari analisis hasil
ulangan harian dan ujian nasional terkait pemahaman konsep peserta didik
dalam memahami materi kimia.

4.1.2. Fase Desain

Fase investigasi yang dilakukan telah memberikan gambaran mengenai


definisi permasalahan, yaitu banyak terjadi miskonsepsi pada peserta didik dalam
memahami konsep materi kimia, salah satunya pada materi reaksi redoks.
Sehingga diperlukanya sebuah instrument tes yang dapat dijadikan alat untuk
menganalisis pemahaman konsep peserta didik dengan cepat dan tepat.
Selanjutnya adalah tahap desain, peneliti memulai desain instrument e-diagnostic
test berupa three-tiers multiple choice (TTMC) sebagai instrument untuk
menganalisis pemahaman konsep dan ketercapaian kompetensi dasar secara
kognitif. Tahap desain ini diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal tentang materi
pokok redoks dan tata nama senyawa sesuai dengan konpetensi dasar kurikulum
2013. Kisi-kisi ini meliputi dua indikator yaitu indikator pembelajaran dan
indikator pemahaman konsep. Indikator pembelajaran berfungsi untuk acuan butir
soal yang dihasilka sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai,
sedangan indikator pemhaman konsep agar butir soal yang disusun dapat
menganalisis pemahaman konsep peserta didik. Sehingga secara keseluruhan kisi-
kisi butir soal ini disusun agar benar-benar mewakili seluruh uraian materi pokok
redoks dan tata nama senyawa.

4.1.3. Fase Realisasi

Kisi-kisi soal pada tahap sebelumnya kemudian dijadikan pedoman


untuk merealisasikan instrumen soal pendeteksi pemahaman konsep. Pada
tahap realisasi ini mulai dilakukan pembuatan butir soal produk instrument
yang dikembangkan. Instrumen tes yang dikembangkan pertama berisi
petunjuk umum pengerjaan soal yang harus dibaca peserta didik sebelum
mengerjakan soal., di mana bagian terakhir dari petunjuk umum berisi
mengenai penskoran nilai jawaban peserta didik. Produk instrument tes tersebut
berupa soal pilihan ganda bertingkat model three tiers multiple choice (TTMC)
yang terdiri dari 30 butir soal. Di mana setiap butirnya memiliki tiga bagian,
yang pertama adalah pertanyaan utama mengenai materi redoks, bagian kedua
adalah pilihan alasan memilih jawaban pada bagian pertama, dan bagian ketiga
adalah keyakinan atas pilihan yang telah dipilih oleh peserta didik tersebut.

Produk instrumen tes ini dikembangkan untuk membantu guru dalam


menganalisis pemahaman konsep peserta didik yang dialami pada materi
redoks. Penyusunan produk awal instrument tes ini didasari oleh kisi-kisi yang
telah disusun berdasarkan analisis silabus pada kurikulum 2013 yaitu pada
kompetensi dasar 3.9. Konsep-konsep yang terdapat pada produk instrument tes
yang dikembangkan meliputi konsep reaksi oksidasi-reduksi, bilangan oksidasi
ion atau senyawa, reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari, dan kaidah tata
nama senyawa dengan jumlah indikator kompetensi dasar sebanyak 7 indikator
kompetensi dasar (IKD). Untuk mengetahui kelayakan instrument tersebut
maka dilakukan validasi terhadap produk. Contoh bentuk instrument soal
ditunjukan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Cuplikan instrumen tes

4.1.4. Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi


Pada tahap ini, instrument yang telah dikembangkan dilakukan validasi
kelayakan isi dan dilanjutkan revisi. Selain itu untuk validasi empiris akan
dilakukan uji skala kecil dan uji skala besar. Validasi kelaykan isi yang dilakukan
meliputi validasi instrument tes analisis pemahaman konsep, angket tanggapan
peserta didik, dan tanggapan guru.

4.1.4.1. Validasi dan Revisi Instrumen


4.1.4.1.1. Instrumen Tes
Validasi pertama yang dilakukan yaitu validasi instrument tes analisis
pemahaman konsep. Validasi instrument dilakukan oleh pakar/ahli yaitu dua
dosen jurusan kimia Universitas Negeri Semarang dan satu guru sekolah yang
bersangkutan. Penilaian vallidasi instrument tes terdiri dari 8 butir pertanyaan
yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek isi, konstruksi, dan bahasa. Hasil
penilaian kelayakan instrument tes untuk analisis pemahaman konsep pada materi
reaksi redoks ditunjukan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Validasi instrumen tes analisis pemahaman konsep

Total Skor Validator Skor


Aspek
I II III Maksimal
Isi 10 9 9 12
Konstruksi 10 10 9 12
Bahasa 7 6 6 8
Total 27 25 24 32
Keterangan Sangat valid Valid Valid

Berdasarkan tabel 4.1. diketahui total skor ketiga aspek dari validasi ahli
berturut-turut adalah 27, 25, 24 dengan skor maksimal 32 yang menunjukan
bahwa instrument tes tersebut dalam kriteria valid. Hasil penilaian menunjukan
bahwa pakar memberikan respon baik dan instrument tes yang dikembangkan
telah layak meskipun masih perlu adanya perbaikan pada beberapa soal untuk
menyempurnakan produk. Desain instrument tes dilakukan revisi sesuai saran
oleh pakar/ahli. Saran yang diberikan oleh pakar/ahli ditunjukan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Saran pakar/ahli terhadap instrumen tes


Validator Saran
Validator 1 Periksa kembali kesesuaian soal dengan indikator-
indikatornya
Pilihan alasan harus mengungkapkan pemahaman konsep
peserta didik
Validator 2 Periksa kembali reaksi yang disajikan
Pemilihan kata dalam soal harus lebih sesuai
Validator 3 Kisi-kisi soal dijabarkan setiap butir soal
Terdapat materi yang tidak diberikan maka harus diganti
dengan soal baru

Dari hasil validasi dan saran dari para pakar/ahli maka selanjutnya peneliti
melakukan revisi untuk memperbaiki instrument tes yang telah dikembangkan
sesuai dengan koreksi dan saran tersebut. Revisi yang telah dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut.

Pada butir soal nomor 2, validator ahli memberikan komentar diantaranya


yaitu, (1) penulisan kata dalam soal sering kali terjadi kesalahan sehingga kata
yang digunakan tidak baku lagi, (2) pilihan alasan yang diberikan belum cukup
menggambarkan pemahaman konsep peserta didik. Berdasarkan masukan di atas
maka soal butir satu telah direvisi sesuai dengan masukan tersebut. Revisi yang
dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Revisi butir soal nomor 2


Pada butir soal nomor 3, validator ahli memberikan komentar mengenai
penggunaan kata hubung yang digunakan dalam soal kurang sesuai, karena
bilangan oksidasi mengalami perubahan bukan mengalami perpindahan.
Berdasarkan komentar di atas maka butir soal nomor 3 telah direvisi sesuai
dengan komentar tersebut. Revisi yang dilakukan dapat dilakukan dapat dilihat
pada Gambar 4.3.
Butir Soal Nomor 3 (Sebelum Revisi)
(3) Pertanyaan
Perhatikan reaksi berikut ini!
3K2MnO4(aq) + 2H2SO4(aq)  2KMnO4(aq) + MnO2(s) + 2K2SO4(aq) + 2 H2O(l)
Zat yang mengalami peristiwa oksidasi
A. K2MnO4 menuju ke KMnO4
B. K2MnO4 menuju ke MnO2
C. H2SO4 menuju ke K2SO4
D. K2MnO4 menuju ke K2SO4
E. H2SO4 menuju ke H2O
Alasan
1. Karena perubahan biloks unsur Mn dari +6 ke +7
2. Karena perubahan biloks unsur Mn dari +4 ke +6
3. Karena perubahan biloks unsur S dari +4 ke +6
4. Karena perubahan biloks unsur K dari +1 ke +2

Butir Soal Nomor 3 (Setelah Revisi)


(3) Pertanyaan
Perhatikan reaksi berikut ini!
3K2MnO4(aq) + 2H2SO4(aq)  2KMnO4(aq) + MnO2(s) + 2K2SO4(aq) + 2 H2O(l)
Zat yang mengalami peristiwa oksidasi
A. K2MnO4 menjadi ke KMnO4
B. K2MnO4 menjadi ke MnO2
C. H2SO4 menjadi ke K2SO4
D. K2MnO4 menjadi ke K2SO4
E. H2SO4 menjadi ke H2O
Alasan
1. Karena perubahan biloks unsur Mn dari +6 ke +7
2. Karena perubahan biloks unsur Mn dari +4 ke +6
3. Karena perubahan biloks unsur S dari +4 ke +6
4. Karena perubahan biloks unsur K dari +1 ke +2

Gambar 4.3. Revisi butir soal nomor 3


Pada butir soal nomor 5, validator ahli memberikan koreksi terhadap
reaksi yang disajikan dalam soal masih kurang sesuai maka perlu diperiksa
kembali. Sesuai koreksi di atas maka butir soal nomor 5 telah direvisi sesuai
dengan koreksi tersebut. revisi yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Butir Soal Nomor 5 (Sebelum Revisi)
(5) Pertanyaan
Sn(s) + 4HNO3(aq)  Sn(NO3)4(aq) + NO2(g) + H2O
Reaksi di atas termasuk reaksi redoks. Zat yang berperan sebagai reduktor dalam reaksi
tersebut adalah
A. Sn
B. HNO3
C. Sn(NO3)4
D. NO2
E. H2O
Alasan
1. Reduktor adalah suatu zat dalam reaksi redoks yang mengalami pengikatan atau
pelepasan oksigen
2. Reduktor adalah suatu zat dalam reaksi redoks yang mengalami kenaikan
bilangan oksidasi
3. Reduktor adalah suatu zat dalam reaksi redoks yang mengalamipengikatan dan
pelepasan elektron
4. Reduktor adalah suatu zat dalam reaksi redoks yang mengalami penurunan
bilangan oksidasi
Butir Soal Nomor 5 (Setelah Revisi)
(5) Pertanyaan
Sn(s) + 4HNO3(aq)  H2SnO3(aq) + 4NO2(g) + H2O
Reaksi di atas termasuk reaksi redoks. Zat yang berperan sebagai reduktor dalam reaksi
tersebut adalah
A. Sn
B. HNO3
C. Sn(NO3)4
D. NO2
E. H2O
Alasan
1. Reduktor adalah suatu zat dalam reaksi redoks yang mengalami pengikatan atau
pelepasan oksigen
2. Reduktor adalah suatu zat dalam reaksi redoks yang mengalami kenaikan
bilangan oksidasi
3. Reduktor adalah suatu zat dalam reaksi redoks yang mengalamipengikatan dan
pelepasan elektron
4. Reduktor adalah suatu zat dalam reaksi redoks yang mengalami penurunan
bilangan oksidasi

Gambar 4.4. Revisi butir soal nomor 5


Pada butir soal nomor 6, validasi ahli memberikan komentar untuk
penggunaan istilah lebih diperjelas tidak menggunakan akronim. Sesuai dengan
komentar di atas maka butir soal nomor 6 direvisi sesuai dengan komentar
tersebut. Revisi yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Butir Soal Nomor 6 (Sebelum Revisi)


(6) Pertanyaan
Diketahui senyawa-senyawa yang mengandung unsur Mn sebagai berikut
(1) MnO2
(2) KMnO4
(3) Mn2(SO4)3
(4) Mn(NO3)2
Urutan biloks unsur Mn dari yang tertinggi ke yang terendah adalah
A. (1), (2), (3), (4)
B. (2), (1), (3), (4)
C. (3), (1), (4), (2)
D. (1), (2), (4), (3)
E. (3), (2), (4), (1)
Alasan
1. Urutan bilangan oksidasi Mn +6, +4, +3, +2
2. Urutan bilangan oksidasi Mn +5, +3, +2, +1
3. Urutan bilangan oksidasi Mn +7, +4, +3, +2
4. Urutan bilangan oksidasi Mn +7, +5, +3, +1
Butir Soal Nomor 6 (Setelah Revisi)
(6) Pertanyaan
Diketahui senyawa-senyawa yang mengandung unsur Mn sebagai berikut
(1) MnO2
(2) KMnO4
(3) Mn2(SO4)3
(4) Mn(NO3)2
Urutan bilangan oksidasi unsur Mn dari yang tertinggi ke yang terendah adalah
A. (1), (2), (3), (4)
B. (2), (1), (3), (4)
C. (3), (1), (4), (2)
D. (1), (2), (4), (3)
E. (3), (2), (4), (1)
Alasan
1. Urutan bilangan oksidasi Mn +6, +4, +3, +2
2. Urutan bilangan oksidasi Mn +5, +3, +2, +1
3. Urutan bilangan oksidasi Mn +7, +4, +3, +2
4. Urutan bilangan oksidasi Mn +7, +5, +3, +1

Gambar 4.5. Revisi butir soal nomor 6


Pada butir soal nomor 7, validator ahli memberikan komentar mengenai
susunan kalimat yang kurang sesuai dapat menjadikan makna yang ambigu.
Sesuai dengan komentar tersebut maka butir soal nomor 7 telah direvisi sesuai
dengan komentar tersebut. Revisi yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Butir Soal Nomor 7 (Sebelum Revisi)


(7) Pertanyaan
Diketahui unsur Cl dalam suatu senyawa sebagai berikut :
(1) AlCl3
(2) Cl2
(3) HClO3
(4) KClO2
Unsur Cl yang memiliki harga bilangan oksidasi terendah dan tertinggi ditunjukkan pada
senyawa
A. AlCl3 dan HClO3
B. AlCl3 dan KClO2
C. Cl2 dan HClO3
D. Cl2 dan KClO2
E. Cl2 dan AlCl3
Alasan
1. Karena bilangan oksidasinya 0 dan +5
2. Karena bilangan oksidasinya -1 dan +5
3. Karena bilnangan oksidasinya -3 dan +7
4. Karena bilangan oksidasinya -2 dan +5
Butir Soal Nomor 7 (Setelah Revisi)
(7) Pertanyaan
Berikut senyawa-senyawa yang mengandung unsur Cl :
(1) AlCl3
(2) Cl2
(3) HClO3
(4) KClO2
Bilangan oksidasi unsur Cl dari terendah sampai tertinggi berturut-turut terdapat pada
senyawa….
A. AlCl3 dan HClO3
B. AlCl3 dan KClO2
C. Cl2 dan HClO3
D. Cl2 dan KClO2
E. Cl2 dan AlCl3
Alasan
1. Karena bilangan oksidasinya 0 dan +5
2. Karena bilangan oksidasinya -1 dan +5
3. Karena bilnangan oksidasinya -3 dan +7
4. Karena bilangan oksidasinya -2 dan +5

Gambar 4.6. Revisi butir soal nomor 7

Pada butir soal nomor 8, validasi ahli memberikan komentar mengenai


penggunaan pertanyaan dengan kata negatif perlu diberikan sebuah penekanan,
maka kata tidak dalam soal dibuat tebal ataupun cetak miring. Sesuai dengan
komentar di atas maka butir soal nomor 8 telah direvisi sesuai dengan komentar
tersebut. Revisi yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.7
Butir Soal Nomor 8 (Sebelum Revisi)
(8) Pertanyaan
Perhatikan reaksi kimia berikut ini!
(1) C(s) + O2(g)  CO2(g)
(2) N2 g) + 3H2(g)  2NH3(g)
(3) Ag2O(aq) + C(s)  2Ag(s) + CO(g)
(4) CuO(aq) + 2HNO3(aq)  Cu(NO3)2(aq) + H2O(l)
(5) AgNO3(aq) + NaCl(aq)  AgCl(s) + NaNO3(aq)
Berdasarkan beberapa reaksi kimia di atas yang tidak termasuk reaksi redoks adalah
A. (1) dan (2)
B. (2) dan (3)
C. (3) dan (4)
D. (4) dan (5)
E. (1) dan (5)
Alasan
1. Karena hanya mengalami peristiwa oksidasi
2. Karena tidak terjadi kenaikan maupun penurunan biloks
3. Karena hanya mengalami peristiwa reduksi
4. Karena terjadi peristiwa kenaikan dan penurunan biloks
Butir Soal Nomor 8 (Setelah Revisi)
(8) Pertanyaan
Perhatikan reaksi kimia berikut ini!
(1) C(s) + O2(g)  CO2(g)
(2) N2 g) + 3H2(g)  2NH3(g)
(3) Ag2O(aq) + C(s)  2Ag(s) + CO(g)
(4) CuO(aq) + 2HNO3(aq)  Cu(NO3)2(aq) + H2O(l)
(5) AgNO3(aq) + NaCl(aq)  AgCl(s) + NaNO3(aq)
Berdasarkan beberapa reaksi kimia di atas yang tidak termasuk reaksi redoks adalah
A. (1) dan (2)
B. (2) dan (3)
C. (3) dan (4)
D. (4) dan (5)
E. (1) dan (5)
Alasan
1. Karena hanya mengalami peristiwa oksidasi
2. Karena tidak terjadi kenaikan maupun penurunan biloks
3. Karena hanya mengalami peristiwa reduksi
4. Karena terjadi peristiwa kenaikan dan penurunan biloks
Gambar 4.7. Revisi butir soal nomor 8
Pada butir soal nomor 9, validasi ahli memberikan komentar pemilihan
kalimat dalam opsi alasan belum bisa mengungkapkan pemahaman konsep peserta
didik, maka diperlukan pengubahan dalam opsi alasan. Berdasarkan masukan di
atas maka soal butir satu telah direvisi sesuai dengan masukan tersebut. Revisi
yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Butir Soal Nomor 9 (Sebelum Revisi)


(9) Pertanyaan
Reaksi di bawah ini yang merupakan reaksi disproporsionasi adalah
A. Ag2O(aq) + C(s)  2Ag(s) + CO(g)
B. 2 KI(aq) + Cl2(g)  I2(g) + 2KCl(aq)
C. Sn(s) + Hg(NO3)2(s)  Sn(NO3)2(aq) + Hg(s)
D. 4HCl(aq) + 2 Na2S2O3(aq)  2S(s) + 2SO2(g) + 2H2O(l) + 4NaCl(aq)
E. Mg(s) + H2O(g)  MgO(s) + H2(g)
Alasan
1. Suatu reaksi redoks dimana zat dalam reaksi dapat mengoksidasi atau mereduksi
zat lain
2. Suatu unsur yang berperan sebagai oksidator dan hasil reduktor
3. Suatu unsur yang berperan sebagai hasil oksidator dan reduktor
4. Suatu reaksi redoks dimana zat dalam reaksi dapat mengoksidasi atau mereduksi
dirinya sendiri
Butir Soal Nomor 9 (Setelah Revisi)
(9) Pertanyaan
Reaksi di bawah ini yang merupakan reaksi disproporsionasi adalah
A. Ag2O(aq) + C(s)  2Ag(s) + CO(g)
B. 2 KI(aq) + Cl2(g)  I2(g) + 2KCl(aq)
C. Sn(s) + Hg(NO3)2(s)  Sn(NO3)2(aq) + Hg(s)
D. 4HCl(aq) + 2 Na2S2O3(aq)  2S(s) + 2SO2(g) + 2H2O(l) + 4NaCl(aq)
E. Mg(s) + H2O(g)  MgO(s) + H2(g)
Alasan
1. Disproporsionasi merupakan suatu reaksi redoks di mana zat dalam reaksi dapat
mengoksidasi atau mereduksi zat lain
2. Disproporsionasi merupakan suatu zat yang berperan sebagai oksidator dan hasil
reduktor
3. Disproporsionasi merupakan reaksi redoks dengan satu zat yang mengalami
oksidasi dan reduksi sekaligus membentuk dua produk yang berbeda
4. Disproporsionasi merupakan suatu reaksi redoks di mana zat dalam reaksi dapat
mengoksidasi atau mereduksi dirinya sendiri

Gambar 4.8. Revisi butir soal nomor 9


Pada butir soal nomor 10, menurut validasi ahli materi komproporsionasi
tidak diberikan kepada peserta didik maka soal ini tidak dapat digunakan atau
harus diganti dengan yang lain. Berdasarkan komentar di atas maka butir soal
nomor 10 telah direvisi sesuai dengan komentar tersebut. Revisi yang dilakukan
dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Butir Soal Nomor 10 (Sebelum Revisi)


(10) Pertanyaan
Perhatikan reaksi kimia di bawah ini!
(1) Cl2(g) + 2NaOH(aq)  NaCl(aq) + NaClO(aq) + H2O(l)
(2) 2H2S(aq) + SO2(g)  3S(s) + 2H2O(l)
(3) Cu(s) + 4 HNO3(aq)  Cu(NO3)2(aq) + 2NO2(g) + 2H2O(l)
(4) 5KI(aq) + KIO3(aq) + 3H2SO4 (aq)  3K2SO4(aq) + 3I2(s) + 3H2O(l)
Berdasarkan reaksi-reaksi tersebut yang termasuk reaksi komproporsionasi adalah….
A. (1) dan (2)
B. (2) dan (3)
C. (3) dan (4)
D. (2) dan (4)
E. (1) dan (3)
Alasan
1. Karena mengalami perubahan biloks dari -1 dan +1 menjadi 0 serta -4 dan +4
menjadi 0
2. Karena mengalami perubahan biloks dari -2 dan +4 menjadi 0 serta -1 dan +5
menjadi 0
3. Karena mengalami perubahan biloks dari -1 dan +3 menjadi 0 serta -1 dan +2
menjadi 0
4. Karena mengalami perubahan biloks dari -1 dan +1 menjadi 0 serta -1 dan +1
menjadi 0
Butir Soal Nomor 10 (Setelah Revisi)
(10) Pertanyaan
Perhatikan reaksi kimia di bawah ini!
(1) Cl2(g) + 2NaOH(aq)  NaCl(aq) + NaClO(aq) + H2O(l)
(2) 2H2S(aq) + SO2(g)  3S(s) + 2H2O(l)
(3) 2Na2S2O3(aq) + 4HCl(aq)  2S(s) + 2SO2(g) + 2H2O(l) + 4NaCl(aq)
(4) 5KI(aq) + KIO3(aq) + 3H2SO4 (aq)  3K2SO4(aq) + 3I2(s) + 3H2O(l)
Berdasarkan reaksi-reaksi tersebut yang termasuk reaksi disproporsionasi adalah….
A. (1) dan (2)
B. (2) dan (3)
C. (3) dan (4)
D. (2) dan (4)
E. (1) dan (3)
Alasan
1. Karena mengalami perubahan biloks dari 0 menjadi -1 dan +1 serta 0 menjadi -3
dam +3
2. Karena mengalami perubahan biloks dari -2 dan +4 menjadi 0 serta -1 dan +5
menjadi 0
3. Karena mengalami perubahan biloks dari +2 menjadi 0 dan +4 serta 0 menjadi
-1 dan +1
4. Karena mengalami perubahan biloks dari -1 dan +1 menjadi 0 serta -1 dan +1
menjadi 0

Gambar 4.9. Revisi butir soal nomor 10


Pada butir soal nomor 12, validator ahli memberikan koreksi terhadap
reaksi yang disajikan dalam soal masih kurang sesuai maka perlu diperiksa
kembali. Sesuai koreksi di atas maka butir soal nomor 12 telah direvisi sesuai
dengan koreksi tersebut. Revisi tang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Butir Soal Nomor 12 (Sebelum Revisi)


(12) Pertanyaan
Perhatikan reaksi berikut ini :
Cu(OH)2(aq) + HI(aq)  CuI2(s) + H2O(l)
Nama senyawa garam yang dihasilkan adalah
A. Tembaga iodida
B. Tembaga(I) iodida
C. Tembaga(II) iodida
D. Temaga diodida
E. Tembaga iodida(II)
Alasan
1. Tembaga memiliki satu bilangan oksidasi
2. Tata nama senyawa logam dan non logam menyertakan jumlah unsur dengan istilah
di, tri, dst
3. Unsur yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu termasuk ikatan ion
ditulis menggunakan angka romawi di belakang unsur logam
4. Unsur yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu ditulis menggunakan angka
romawi di depan nama unsur
Butir Soal Nomor 12 (Setelah Revisi)
(12) Pertanyaan
Perhatikan reaksi berikut ini :
2Cu(OH)2(aq) + 4HI(aq)  2CuI2(s) + I2(aq) + 4H2O(l)
Nama senyawa garam yang dihasilkan adalah
A. Tembaga iodida
B. Tembaga(I) iodida
C. Tembaga(II) iodida
D. Temaga diodida
E. Tembaga iodida(II)
Alasan
1. Tembaga memiliki satu bilangan oksidasi
2. Tata nama senyawa logam dan non logam menyertakan jumlah unsur dengan istilah
di, tri, dst
3. Unsur yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu termasuk ikatan ion
ditulis menggunakan angka romawi di belakang unsur logam
4. Unsur yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu ditulis menggunakan angka
romawi di depan nama unsur

Gambar 4.10. Revisi butir soal nomor 12

Pada butir soal nomor 17, validasi ahli memberikan komentar (1)
mengenai penguunaan pertanyaan dengan kata negatif perlu diberikan sebuah
penekanan, maka kata ‘tidak’ dalam soal dibuat cetak tebal atau cetak miring, (2)
opsi jawaban yang tepat masih perlu diperjelas lagi jenis larutan garamnya. Sesuai
dengan komentar di atas maka butir soal nomor 17 telah direvisi sesuai dengan
komentar tersebut. Revisi yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.11.

Butir Soal Nomor 17 (Sebelum Revisi)


(17) Pertanyaan
Aplikasi reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak. Berikut ini peristiwa
yang menggambarkan proses oksidasi-reduksi dalm kehidupan sehari-hari, kecuali….
A. Perubahan warna pada buahyang sudah dibiarkan terbuka
B. Ledakan mercon dan bom konvensional
C. Pelarutan garam
D. Proses pembakaran bahan bakar
E. Perkaratan logam
Alasan
1. Perubahan warna pada buah yang sudah dibiarkan terbuka tidak termasuk reaksi
redoks karena hanya mengalami reaksi oksidasi
2. Pada pelarutan garam tidak mengalami proses reduksi dan oksidasi karena
tidak terjadi perubahan bilangan oksidasi
3. Proses pembakaran bahan bakar bukan merupakan reaksi redoks karena tidak
terjadi perubahan bilangan oksidasi
4. Pada perkaratan logam bukan merupakan reaksi redoks karena hanya terjadi
oksidasi
Butir Soal Nomor 17 (Setelah Revisi)
(17) Pertanyaan
Aplikasi reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak. Berikut ini peristiwa
yang menggambarkan proses oksidasi-reduksi dalm kehidupan sehari-hari, kecuali….
A. Perubahan warna pada buahyang sudah dibiarkan terbuka
B. Ledakan mercon dan bom konvensional
C. Pelarutan garam dapur
D. Proses pembakaran bahan bakar
E. Perkaratan logam
Alasan
1. Perubahan warna pada buah yang sudah dibiarkan terbuka tidak termasuk reaksi
redoks karena hanya mengalami reaksi oksidasi
2. Pada pelarutan garam tidak mengalami proses reduksi dan oksidasi karena
tidak terjadi perubahan bilangan oksidasi
3. Proses pembakaran bahan bakar bukan merupakan reaksi redoks karena tidak
terjadi perubahan bilangan oksidasi
4. Pada perkaratan logam bukan merupakan reaksi redoks karena hanya terjadi
Gambar 4.11. Revisi butir soal nomor 17

Pada butir soal nomor 18, validator ahli memberikan komentar fase pada
senyawa-senyawa hasil reaksi masih kurang tepat maka perlu diteliti kembali.
Berdasarkan komentar di atas maka butir soal nomor 18 telah direvisi sesuai
dengan komentar tersebut. Revisi yang dilkaukan dapat dilihat pada Gambar 4.12.

Butir Soal Nomor 18 (Sebelum Revisi)


(18) Pertanyaan
Jika logam alumunium direaksikan dengan air raja maka akan terjadi reaksi sebagai berikut
Al(s) + 3HCl(aq) + HNO3(aq)  AlCl3(s) + NO(g) + 2H2O(g)
Unsur yang mengalami reduksi adalah….
A. Cl dalam HCl
B. N dalam HNO3
C. Al dalam logam Al
D. O dalam HNO3
E. Cl dalam AlCl3
Alasan
1. Al dalam logam Al memiliki bilangan oksidasi 0 dan mengalami penurunan bilangan
oksidasi menjadi -3 pada AlCl3
2. Cl termasuk unsur golongan VIIA sehingga mengikat 1e- dan memiliki bilangan oksidasi
+1
3. O dalam HNO3 mengalami perubahan bilangan oksidasi dari -2 menjadi -1
4. N pada ion NO3- jumlah bilnagan oksidasi (1 atom N) + (3 atom O) = -1 dan
mengalami perubahan bilangan oksidasi menjadi +2
Butir Soal Nomor 18 (Setelah Revisi)
(18) Pertanyaan
Jika logam alumunium direaksikan dengan air raja maka akan terjadi reaksi sebagai berikut
Al(s) + 3HCl(aq) + HNO3(aq)  AlCl3(aq) + NO(g) + 2H2O(l)
Unsur yang mengalami reduksi adalah….
A. Cl dalam HCl
B. N dalam HNO3
C. Al dalam logam Al
D. O dalam HNO3
E. Cl dalam AlCl3
Alasan
1. Al dalam logam Al memiliki bilangan oksidasi 0 dan mengalami penurunan bilangan
oksidasi menjadi -3 pada AlCl3
2. Cl termasuk unsur golongan VIIA sehingga mengikat 1e- dan memiliki bilangan oksidasi
+1
3. O dalam HNO3 mengalami perubahan bilangan oksidasi dari -2 menjadi -1
4. N pada ion NO3- jumlah bilnagan oksidasi (1 atom N) + (3 atom O) = -1 dan
mengalami perubahan bilangan oksidasi menjadi +2

Gambar 4.12. Revisi butir soal nomor 18


Pada butir soal nomor 29, validator ahli memberikan koreksi terhadap
reaksi yang disajikan dalam soal masih kurang sesuai maka perlu diperiksa
kembali. Sesuai koreksi di atas maka butir soal nomor 29 telah direvisi sesuai
dengan koreksi tersebut. Revisi yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.13.

Butir Soal Nomor 29 (Sebelum Revisi)


(29) Pertanyaan
Gas nitrit (NO2) dapat dibuat dengan mereaksikan logam timah dan asam nitrat sesuai persamaan
reaksi berikut
Sn(s) + 4HNO3(aq)  SnO2(aq) + 4NO2(g) + 2H2O(l)
Zat yang berperan sebagai oksidator dalam reaksi tersebut adalah
A. Sn
B. NO2
C. H2O
D. SnO2
E. HNO3
Alasan
1. Oksidator merupakan zat yang mereduksi zat lain dalam suatu reaksi redoks, unsur Sn
mengalami kenaikan biloks dari 0 ke +4
2. Oksidator merupakan zat yang mereduksi zat lain dalam suatu reaksi redoks, unsur N
mengalami penurunan biloks dari +5 ke +4
3.
4. Oksidator merupakan zat yang mengoksidasi zat lain dalam suatu reaksi redoks, unsur
Sn mengalami kenaikan biloks dari 0 ke +4
5. Oksidator merupakan zat yang mengoksidasi zat lain dalam suatu reaksi redoks,
unsur N mengalami penurunan biloks dari +5 ke +4
Butir Soal Nomor 29 (Setelah Revisi)
(29) Pertanyaan
Gas nitrit (NO2) dapat dibuat dengan mereaksikan logam timah dan asam nitrat sesuai
persamaan reaksi berikut
Sn(s) + 4HNO3(aq)  H2SnO3(aq) + 4NO2(g) + 2H2O(l)
Zat yang berperan sebagai oksidator dalam reaksi tersebut adalah
A. Sn
B. NO2
C. H2O
D. SnO2
E. HNO3
Alasan
1. Oksidator merupakan zat yang mereduksi zat lain dalam suatu reaksi redoks, unsur Sn
mengalami kenaikan biloks dari 0 ke +4
2. Oksidator merupakan zat yang mereduksi zat lain dalam suatu reaksi redoks, unsur N
mengalami penurunan biloks dari +5 ke +4
3. Oksidator merupakan zat yang mengoksidasi zat lain dalam suatu reaksi redoks, unsur
Sn mengalami kenaikan biloks dari 0 ke +4
4. Oksidator merupakan zat yang mengoksidasi zat lain dalam suatu reaksi redoks,
unsur N mengalami penurunan biloks dari +5 ke +4

Gambar 4.13. Revisi butir soal nomor 29


4.1.4.1.2. Instrumen Angket Peserta Didik
Validasi selanjutnya yang dilakukan yaaitu validasi angket respon peserta
didik. Validasi bertujuan untuk menentukan tingkat kelayakan angket peserta
didik yang dilakukan oleh 2 pakar/ahli yaitu dua dosen jurusan kimia Universitas
Semarang. Hasil penilaian kelayakan angket respon peserta didik ditunjukan pada
Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Validasi terhadap angket respon peserta didik

Total Skor Validator


Aspek Nilai Maksimal
I II
Isi 15 15 20
Konstruktif 7 7 8
Bahasa 6 6 8
Total 28 28 36
Keterangan Dapat digunakan Dapat digunakan
tanpa revisi dengan sedikit
revisi
Lembar penilaian kelayakan angket respon peserta didik terdiri atas 9 butir
pernyataan yang terbagi menjadi tiga aspek meliputi aspek isi, konstruktif, dan
bahasa. Dari Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa hasil validasi menyatakan instrument
angket respon peserta didik valid dan layak untuk digunakan. Namun ada
perbaikan yang disarankan oleh pakar/ahli yaitu penggunaan kata e-diagnostic
test diperbaiki menjadi soal evaluasi berbasis CBT. Perbaikan tersebut
dikarenakan kata yang semula digunakan kurang sesuai jika ditujukan kepada
peserta didik. Perbaikan yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.14.

Angket Respon Peserta Didik (Sebelum Revisi)

No Pernyataan

1 Penggunaan instrumen e-diagnostic test dapat membuat saya lebih


serius dalam mengerjakan soal
2 Penggunaan instrumen e-diagnostic test dapat membuat saya lebih
disiplin dalam mengerjakan soal
3 Penggunaan instrumen e-diagnostic test membuat saya merasa
nyaman dalam mengerjaan soal
4 Saya setuju penggunaan e-diagnostic test diterapkan pada materi
lainya
5 Tampilan dan kalimat yang ada pada e-diagnostic test jelas dan
mudah dimengerti sehingga mempermudah dalam memahami soal
6 Pengaksesan instrumen e-diagnostic test mudah dilakukan
7 Penggunaan instrumen e-diagnostic test lebih praktis dibandingkan
dengan penggunaan kertas

Angket Respon Peserta Didik (Setelah Revisi)

No Pernyataan

1 Penggunaan instrumen soal evaluasi berbasis CBT dapat membuat


saya lebih serius dalam mengerjakan soal
2 Penggunaan instrumen soal evaluasi berbasis CBT dapat membuat
saya lebih disiplin dalam mengerjakan soal
3 Penggunaan instrument soal evaluasi berbasis CBT membuat saya
merasa nyaman dalam mengerjaan soal
4 Saya setuju penggunaan soal evaluasi berbasis CBT
diterapkan pada materi lainya
5 Tampilan dan kalimat yang ada pada soal evaluasi berbasis CBT
jelas dan mudah dimengerti sehingga mempermudah dalam
memahami soal
6 Pengaksesan instrument soal evaluasi berbasis CBT mudah
dilakukan
7 Penggunaan instrument soal evaluasi berbasis CBT lebih praktis
dibandingkan dengan penggunaan kertas
Gambar 4.14. Revisi angket respon peserta didik
4.1.4.1.3. Instrumen Angket Guru
Validasi angket kedua yang dilakukan validasi yaitu angket tanggapan
guru. Validasi bertujuan untuk menentukan tingkat kelayakan angket tanggapan
guru yang dilakukan oleh 2 pakar/ahli yaitu dua dosen jurusan kimia Universitas
Semarang. Lembar penilaian kelayakan angket tanggapan guru terdiri atas 9 butir
pernyataan yang terbagi menjadi tiga aspek meliputi aspek isi, konstruktif, dan
bahasa. Hasil validasi pakar/ahli yang diproleh menyatakan instrumen angket
tanggapan guru valid dan layak digunakan. Hasil penilaian kelayakan angket
tanggapan guru ditunjukan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil validasi terhadap angket tanggapan guru

Total Skor Validator


Aspek Nilai Maksimal
I II
Isi 15 16 20
Konstruktif 7 8 8
Bahasa 6 6 8
Total 28 30 36
Keterangan Dapat digunakan Dapat digunakan
tanpa revisi tanpa revisi

4.1.4.2. Uji Coba Skala Kecil


Instrumen yang telah divalidasi oleh pakar/ahli dan direcisi sesuai
komentar dan saran kemudian diujicobakan pada tahap uji coba skala kecil. Tahap
uji coba skala kecil ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan waktu pengerjaan
tes selama 75 menit dengan jumlah butir soal yang diberikan sebanyak 30 soal.
Objek dari uji coba skala kecil ini adalah peserta didik XI MIA 5 SMA Islam
Sultan Agung 1 Semarang pada tanggal 14 Februari 2019.

Pelaksanaan uji coba skala kecil ini diawali dengan pembagian soal tes dan
peserta didik diminta untuk membaca petunjuk umum pengisisan. Namun
setelahnya tetap dijelaskan secara singkat mengenai jenis soal yang sedang
mereka hadapi dan cara pengisianya. Menurut pengamatan peneliti beberapa
permasalahan dalam pelaksanaan uji coba skala kecil ini di antaranya adalah (1)
semua peserta didik mengeluh soalnya terlalu banyak; (2) peserta didik masih
menganggap mengerjakan soal tersebut seperti mengerjakan dua kali lipat dari
jumlah soal; (3) peserta didik tidak keseluruhan mengerjakan dengan serius
dimana di menit-menit terakhir cenderung menebak jawaban. Melihat hal tersebut
maka soal akan direduksi menjadi 15-20 tergantung pada hasil pengerjaan peserta
didik pada uji skala kecil.

Dari uji coba skala kecil kemudian dilakukan analisis data untuk
mengetahui validitas empiris dan reabilitas dari butir soal yang telah
dikembangkan. Hasil iji validitas empiris menggunakan IBM SPSS menunjukan
bahwa 15 butir soal dinyatakan valid dan 15 soal lainya tidak valid. Soal yang
tidak valid tersebut tidak akan digunkan untuk produk instrument tes berikutnya.
Soal yang valid meliputi butir soal nomor 1, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 22,
25, 27, dan 29. Hasil analisis uji validitas empiris ditunjukan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Hasil analisis validasi uji skala kecil

Butir Person Keputusan Butir Person Keputusan


Soal Correlation Tingkat Soal Correlation Tingkat
Signifikasi Signifikasi
0,388 (0,05) 0,388 (0,05)
S1 0,671 Valid S16 0,882 Valid
S2 0,303 Tidak Valid S17 0,729 Valid
S3 0,213 Tidak Valid S18 0,801 Valid
S4 0,756 Valid S19 0,379 Tidak Valid
S5 0,151 Tidak Valid S20 0,005 Tidak Valid
S6 0,769 Valid S21 0,154 Tidak Valid
S7 0,769 Valid S22 0,548 Valid
S8 0,673 Valid S23 0,368 Tidak Valid
S9 0,592 Valid S24 0,080 Tidak Valid
S10 0,667 Valid S25 0,626 Valid
S11 0,005 Tidak Valid S26 0,189 Tidak Valid
S12 0,379 Tidak Valid S27 0,580 Valid
S13 0,273 Tidak Valid S28 0,227 Tidak Valid
S14 0,324 Tidak Valid S29 0,493 Valid
S15 0,698 Valid S30 0,300 Tidak Valid

Selain mencari validitas dari suatu produk peneliti juga mencari


reabilitas dari produk yang sudah dikembangkan. Analisis reabilitas ini digunakan
untuk mengetahui ketetapan atau keajegan hasil yang diperoleh dari suatu alat
dalam menilai apa yag dinilainya (Sugiyono, 2016). Berdasakan analisis data yang
dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil bahwa produk instrument yang
dikembangkan memiliki koefisien cronbachs alpha sebesar 0,893 (>0,744),
artinya produk instrument yang dikembangkan memiliki kriteria reabilitas tinggi
dan dapat digunakan sebagai instrument tes untuk analisis pemahaman konsep
peserta didik.

4.1.4.3. Uji Coba Skala Besar


Setelah melakukan uji skala kecil, selanjutnya dilakukan uji coba skala
besar untuk menguji produk kedua dari pengembangan instrument tes. Objek dari
pelaksanaan uji coba skala besar ini adalah peserta didik kelas XI MIA 1 dan XI
MIA 3 berjumlah 55 orang pada tanggal 20 Februari 2019. Sesuai dengan hasil
pengamatan pada uji skala kecil, di mana pengerjaan soal dengan jumlah 30 butir
soal dalam waktu 75 menit peserta didik masih merasa keberatan. Maka jumlah
butir soal harus direduksi. Dan peneliti mengurangi jumlah butir soal sesuai
dengan hasil validasi empiris yang dilakukan pada uji coba skala kecil, sehingga
jumlah soal untuk uji coba skala besar berjumlah 15 soal.

Tabel 4.6. Hasil analisis validitas uji skala besar

Butir Soal Person Correlation Keputusan


Tingkat Signifikasi 0,266 (0,05)
S1 0,576 Valid
S2 0,674 Valid
S3 0,717 Valid
S4 0,600 Valid
S5 0,432 Valid
S6 0,563 Valid
S7 0,569 Valid
S8 0,802 Valid
S9 0,581 Valid
S10 0,696 Valid
S11 0,336 Valid
S12 0,509 Valid
S13 0,411 Valid
S14 0,271 Valid

Sama halnya dengan pelaksanaan uji coba skala kecil, pelaksanaan uji
coba skala besar ini diawali dengan pembagian soal tes dan peserta didik diminta
untuk membaca petunjuk umum pengisisan. Namun setelahnya tetap dijelaskan
secara singkat mengenai jenis soal yang sedang mereka hadapi dan cara
pengisianya. Dari uji coba skala besar kemudian dilakukan analisis data untuk
mengetahui validitas empiris dan reabilitas dari butir soal yang telah
dikembangkan untuk menjadi produk kedua pengembangan instrument tes ini.
Hasil iji validitas empiris menggunakan IBM SPSS menunjukan bahwa 15 butir
soal yang diujicobakan semuanya dinyatakan valid. Tabel hasil analisis validitas
produk kedua instrument tes yang telah dikembangkan ditunjukan pada Tabel 4.6.

Selain mencari validitas dari suatu produk peneliti juga mencari reabilitas
dari produk yang sudah dikembangkan. Analisis reabilitas ini digunakan untuk
mengetahui ketetapan atau keajegan hasil yang diperoleh dari suatu alat dalam
menilai apa yag dinilainya (Sugiyono, 2016). Berdasakan analisis data yang
dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil bahwa produk instrument yang
dikembangkan memiliki koefisien cronbachs alpha sebesar 0,859 (>0,736),
artinya produk instrument yang dikembangkan memiliki kriteria reabilitas tinggi
dan dapat digunakan sebagai instrument tes untuk analisis pemahaman konsep
peserta didik.

4.1.5. Fase Implementasi


Fase implementasi ini dilaksanakan sebagai ulangan harian kelas X pada
tanggal 2 Mei 2019 di SMA Islam Sultan Agung Semarang. Pelaksanaan
implementasi menggunakan produk instrumen tes berupa three-tiers multiple
choices (TTMC) yang sudah dikembangkan sebanyak 15 butir soal dan diinput
dalam program web yaitu e-project-tech.com. Tampilan instrumen tes dalam web
e-project-tech.com ditunjukan pada Gambar 4.15.

Gambar tampilan awal sebelum masuk pada soal


Gambar pertanyaan dan pilihan jawaban

Gambar pilihan alasan

Gambar pilihan keyakinan

Gambar 4.15. Tampilan web e-project-tech.com


4.2. Pembahasan
4.2.1. Kelayakan Instrumen Tes

Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek yang perlu mendapatkan


perhatian di dalam pembelajaran karena akan berujung pada hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa diorientasikan sebagai refleksi untuk mengetahui ketuntasan
belajar siswa maupun penguasaan siswa terhadap suatu materi (Sastrika, 2013).
Pemahaman konsep dengan benar merupakan landasan dalam memahami fakta,
hukum, prinsip dan teori dalam ilmu kimia (Jannah, 2010). Materi yang diajukan
dalam instrument tes analisis pemahmaan konsep yaitu reaksi redoks.
Penyususnan instrumen tes dilakukan sesuai dengan silabus kurikulum 2013
khususnya pada kompetensi dasar 3.9. Maka dari itu perlu diadakan analisis
silabus untuk menentukan indikator kompetensi dasar siswa pada materi reaksi
redoks. Indikator kompetensi dasar digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
kisi-kisi soal.

Kelayakan instrumen tes yang dikembangkan dapat diketahui dari


penilaian pakar/ahli. Dari data tersebut digunakan untuk menentukan validitas
(kelayakan) instrumen yang dikembangkan (Setiawan,2017). Metode dalam
proses penelitian validasi adalah Delphi yang merupakan suatu teknik validasi ahli
untuk mendapatkan tanggapan dan perbaikan dari ahli untuk mendapatkan
tanggapan dan perbaikan dari ahli melalui pendekatan intuitif. Prosedur teknik ini
terdiri dari (1) menentukan tujuan yang akan dicapai (produk yang dibuat), (2)
menyusun kuidioner, (3) menentukan pakar/ahli, (4) memberikan kuisioner pada
ahli, (5) mereview hasil tanggapan ahli dan mengklarifikasikan perbaikan-
perbaikan yang diperlukan, dan (6) menyimpulkan hasil (Daryanto, 2010).

Berdasarkan hasil analisis penilaian pakar/ahli terhadap instrument tes


yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria valid. Sebuah instrument dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2012). Hasil
penelitian menunjukan bahwa instrument tes yang dikembangkan sudah layak
digunakan untuk menganalisis pemahaman konsep. Kelayakan instrument juga
dapat dilihat dari reabilitas instrument yang dikembangkan. Karakteristik
instrument yang baik harus mencakup validitas dan reabilitas yang baik (Arifin,
2012). Hasil uji reabilitas menunjukan bahwa instrument yang dikembangkan
telah reliabel dengan angka reablititasnya sebesar 0,859. Seperangkat tes
dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap,
artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subjek yang sama pada
waktu yang lain, maka hasilnya akan tetap atau relatif sama (Arikunto, 2012).

Perbaikan pada tahap validasi dilakukan dengan mempertimbangkan saran


dan komentar dari pakar/ahli. Instrumen tes yang sudah diperbaiki diujikan pada
tahap uji coba skala kecil. Pengujian skala kecil digunakan untuk mengetahui
keefektifan waktu pengerjaan soal. Perbaikan yang dilakukan pada tahap uji skala
kecil yaitu melakukan pengurangan jumlah soal menjadi 15 butir melalui uji
validitas empiris. Kemudian dari hasil pengurangan itulah instrumen yang
digunakan pada tahap uji skala besar. Perbaikan yang dilakukan pada setiap
tahapan penelitian bertujuan untuk membuat instrumen menjadi lebih baik
sehingga dapat digunakan untuk menganalisis pemahaman konsep yang dialami
oleh peserta didik pada materi reaksi redoks.

4.2.2. Keefektifan Instrumen Tes

Keefektifan instrument tes dapat diketahui melalui hasil analisis


pemahaman konsep yang telah dikerjakan oleh peserta didik pada tahap
implementasi. Pokok bahasan reaksi reduksi oksidasi pada mata pelajaran kimia
merupakan materi yang dianggap sulit bagi siswa. Materi ini bersifat abstrak,
dimana siswa dituntut untuk memahami terjadinya reduksi dan oksidasi tanpa
melihat adanya serah terima elektron maupun oksigen secara nyata. Di dalam
reduksi oksidasi ini juga terdapat keterkaitan antar konsep, misalnya dalam
menentukan reaksi reduksi oksidasi siswa juga perlu memahami konsep
penentuan bilangan oksidasi. Secara tidak langsung, penentuan bilangan oksidasi
menuntut penguasaan keterampilan berhitung. Materi reduksi oksidasi memiliki
pokok bahasan yang cukup banyak dengan pemahaman bertingkat, dimana dalam
mempelajari konsep ini siswa terlebih dahulu harus memahami tentang ion-ion
dan cara penulisannya serta tata nama (Kusumawati, 2014).

Secara umum instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan


akademis yang digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur suatu objek ukur
atau mengumpulkan data suatu variabel (Djali, 2009). Efektivitas yaitu apabila
tujuan-tujuan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai (Susilo,
2013). Instrumen e-diagnostic test dikatakan efektif jika instrument tersebut
efektif digunakan sebagai alat untuk guru mengetahui pemahaman konsep peserta
didik (Kamilah, 2016). Maka hasil jawaban peserta didik kemudian digunakan
untuk mengetahui keefektifan instrumen tes dengan analisis ketercapaian
kompetensi dasar aspek kognitif dan pemahaman konsep peserta didik.

4.2.2.1. Profil Ketercapaian Kompetensi Dasar Kognitif Peserta Didik

Data yang digunakan untuk analisis ini adalah hasil tahap implementasi
instrumen tes materi reaksi redoks di kelas X MIA 2 dan X MIA 6 SMA Islam
Sultan Agung 1 Semarang. Terdapat tujuh indikator kompetensi dasar (IKD) yang
harus dicapai peserta didik pada materi reaksi redoks berdasarkan kisi-kisi yang
telah disusun. Masing-masing indikator kompetensi dasar diwakili oleh soal
dalam instrumen tes. Indikator kompetensi dasar materi reaksi redoks yang
disusun sebagai instrumen tes ditunjukan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Profil pencapaian indikator kompetensi dasar aspek kognitif

Rerata tiap
No Indikator Kompetensi Dasar (IKD) Butir Soal
IKD (%)
1 Peserta didik menguasai konsep reaksi oksidasi- 8, 10 58,47
reduksi ditinjau dari pengikatan dan pelepasan
oksigen, pengikatan dan pelepasan elektron,
serta peningkatan dan penurunan bilangan
oksidasi
2 Peserta didik menguasai konsep bilangan 1, 2, 3, 11 59,32
oksidasi atom unsur dalam suatu senyawa atau
ion.
3 Peserta didik mengetahui reaksi yang termasuk 4, 14 81,35
reaksi redoks dan bukan redoks dan peran suatu
senyawa atau ion dalam reaksi redoks
4 Peserta didik mengetahui reaksi yang termasuk 5, 6 41,52
reaksi autoredoks atau disproporsionasi
5 Peserta didik menguasai konsep redoks untuk 9 69,49
memecahkan permasalahan di kehidupan sehari-
hari.
6 Peserta didik menguasai kaidah tata nama 7, 12, 13 68,93
senyawa
Pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilihat dari persentase rata-rata
yang diperoleh dari tiap indikator kompetensi dasar tersebut. Aspek kognitif
diperoleh dari hasil pengerjaan e-diagnostic test untuk mengetahui pemahaman
peserta didik terhadap materi reaksi redoks. Berdasarkan Tabel 4.7. presentase
tertinggi ditunjukkan pada indikator kompetensi dasar 3 (IKD-3) tentang
memahami reaksi yang termasuk reaksi redoks dan bukan redoks dan peran
senyawa atau ion dalam reaksi tersebut dengan presentase sebesar 81,35%.
Sedangkan presentase terendah ditunjukkan pada indikator kompetensi dasar 4
(IKD-4) tentang memahami reaksi yang termasuk reaksi autoredoks atau
disproporsionasi dengan presentase sebesar 41,52%. Hal tersebut dikarenakan
peserta didik masih kurang maksimal memahami dan menganalisis reaksi yang
satu zat dalam reaktan mengalami oksidasi dan reduksi sekaligus membentuk dua
produk yang berbeda. Rata-rata keseluruhan yang diperoleh dari aspek kognitif
peserta didik sebesar 63,18%. Hal ini menunjukkan indikator kompetensi dasar
belum sepenuhnya tercapai. Untuk itu perlu dilakukan analisis kesulitan yang
dialami peserta didik dan memberikan penanggulangan untuk memperbaikinya.

4.2.2.2. Profil Pemahaman Konsep Peserta Didik

Profil pemahaman konsep peserta didik pada penelitian ini diklasifikasikan


berdasarkan kombinasi jawaban pada soal e-diagnostic test. Profil pemahaman
konsep peserta didik terdiri atas 3 jenis yaitu paham konsep, miskonsepsi, dan
tidak paham konsep (Salirawati, 2011). Instrument e-diagnostic test three tiers
multiple choice (TTMC) diarahkan untuk mendiagnosis profil pemahaman konsep
peserta didik. Analisis untuk mengetahui profil pemahman konsep peserta didik
dilakukan berdasarkan indikator kompetensi dasar (IKD) dan indikator
pemahaman konsep (IPK).
Profil paham konsep, miskonsepsi, dan tidak paham konsep dapat dilihat
pada Tabel 4.8. Profil tersebut didapatkan dari analisis kombinasi jawaban yang
diberikan oleh peserta didik pada e-diagnostic test TTMC. Peserta didik dikatakan
paham konsep jika peserta didik dapat menjawab pertanyaan dengan benar pada
tingkat pertama dengan alasan yang benar pada tingkat kedua dan yakin dengan
jawaban yang dipilih. Peserta didik dikatakan miskonsepsi jika peserta didik dapat
menjawab benar salah satu atau bahkan tidak ada yang benar sama sekali pada
pertanyaan tingkat pertama atau kedua, namun yakin terhadap jawaban yang
dipilih. Peserta didik dikatakan tidak paham konsep jika tidak yakin dengan
jawaban yang dipilih.

Tabel 4.8. Profil pemahaman konsep peserta didik

Tidak
No Paham
% Miskonsepsi % Paham %
Soal Konsep
Konsep
1 6 10,17 38 64,41 15 25,42
2 26 44,07 21 35,59 12 20,34
3 21 35,59 26 44,07 12 20,34
4 21 35,59 16 27,12 22 37,29
5 13 22,03 37 62,71 9 15,25
6 6 10,17 45 76,27 8 13,56
7 36 61,02 19 32,20 4 6,78
8 21 35,59 29 49,15 9 15,25
9 36 61,02 16 27,12 7 11,86
10 20 33,90 21 35,59 18 30,51
11 33 55,93 23 38,98 3 5,08
12 33 55,93 15 25,42 11 18,64
13 10 16,95 35 59,32 14 23,73
14 29 49,15 21 35,59 9 15,25

Profil paham konsep tertinggi ditunjukkan pada butir soal nomor 7 dan 9
yaitu sebanyak 36 dari 59 peserta didik, sedangkan profil paham konsep tersendah
ditunjukkan pada butir soal nomor 6 yaitu sebanyak 6 dari 59 peserta didik. Untuk
profil miskonsepsi tertinggi ditunjukkan pada butir soal nomor 6 yaitu sebanyak
45 dari 59 peserta didik, sedangan profil miskonsepsi terendah pada ditunjukkan
pada butir soal nomor 12 yaitu sebanyak 13 dari 59 peserta didik. Terakhir untuk
profil tidak paham konsep tertinggi ditunjukkan pada butir soal nomor 4 yaitu
sebanyak 22 dari 59 peserta didik, sedangkan profil tidak paham konsep terendah
ditunjukkan pada butir soal nomor 11 yaitu sebanyak 3 dari 59 peserta didik.

4.2.2.2.1. Profil Pemahaman Konsep Peserta Didik Berdasarkan Indikator


Kompetensi Dasar (IKD)

Indikator kompetensi dasar (IKD) merupakan penjabaran dari sebuah


kompetensi dasar. Indikator ini kemudian yang digunakan sebagai acuan dalam
melakukan proses pembelajaran. Pemahaman konsep peserta didik yang
didiagnosis pada materi reaksi redoks dan tata nama senyawa terdiri atas tujuh sub
materi, yaitu: (1) konsep reaksi redoks, (2) reaksi redoks bukan redoks, (3)
bilangan oksidasi dalam senyawa atau ion, peran suatu zat dalam reaksi redoks,
(4) redoks dalam kehidupan sehari-hari, (6) kaidah tata nama senyawa poliatomik,
(7) kaidah tata nama senyawa asam, basa, dan garam. Maka analisis pemahaman
konsep berdasarkan indikator kompetensi dasar ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar tingkat pemahaman konsep peserta didik dalam mencapai
pembelajaran tersebut.
Tabel 4.9. Profil pemahaman konsep berdasarkan IKD

No Indikator Kompetensi Butir Paham Mis Tidak


Dasar (IKD) Soal Konsep konsepsi Paham
Konsep
1 Menguasai konsep reaksi 8, 10 34,74% 42,37% 22,88%
oksidasi reduksi
2 Menguasai konsep bilangan 1, 2, 3, 36,44% 45,76% 17,80%
oksidasi suatu unsur dalam 11
senyawa dan ion
3 Mengetahui reaksi yang 4 dan 14 42,37% 31,35% 26,27%
termmasuk redoks dan
bukan redoks dan peran
suatu unsur dalam reaksi
4 Mengetahui reaksi yang 5 dan 6 16,10% 69,49% 14,41%
termasuk reaksi
disproporsionasi
5 Menguasai konsep redoks 9 61,02% 27,12% 11,86%
untuk permasalah sehari-
hari
6 Menguasai kaidah tata nama 7, 12, 13 44,63% 38,98% 16,38%
senyawa

Profil pemahaman konsep diuraikan berdasarkan indikator kompetensi


dasae (IKD) ditunjukkan pada Tabel 4.9. Penjabaran selengkapnya dapat adalah
sebagai berikut:

1. Menguasai konsep reaksi oksidasi-reduksi (IKD-1)


Indikator ini meminta peserta didik menjelaskan konsep reaksi redoks
ditinjau dari pengikatan dan pelepasan oksigen, pengikatan dan pelepasan
electron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. Indikator ini terdapat
pada butir soal nomor 8 dan 10. Profil pemahaman konsep peserta didik untuk
IKD-1 40 dapat dilihat pada

Jumlah Anak
Gambar 30 4.16
20
10
0
8 10
Butir Soal

Paham Konsep Miskonsepsi


Tidak Paham Konsep

Gambar 4.16. Diagram profil pemahaman konsep peserta didik pada IKD-1
Profil paham konsep dari kedua butir soal IKD-1 yaitu butir soal 8 dan 10
besarnya hampir sama yaitu secara berturut-turut besarnya 35,59%, dan 33,90%.
Pada ketiga soal peserta didik diminta untuk menentukan unsur yang mengalami
oksidasi ataupun reduksi berdasarkan kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi.

Profil miskonsepsi tertiggi ditunjukkan pada nomor 8. Soal nomor 8


merupakan soal jenjang C3 yang meminta peserta didik menentukan senyawa
yang mengalami reaksi oksidasi pada reaksi pemanasan global. Di mana jawaban
yang benar pada soal nomor 8 adalah senyawa CH4 yang mengalami oksidasi
menurut konsep reaksi redoks berdasarkan kenaikan dan penurunan bilangan
oksidasi. Senyawa CH4 mengalami kenaikan bilangan oksidasi pada unsur C dari -
4 menjadi +4 dengan hasil oksidasi senyawa CO2. Peserta didik yang mengalami
miskonsepsi pada butir soal nomor 8 sebanyak 49,15%. Miskonsepsi yang dialami
peserta didik ditandai dengan salah menjawab pada tingkat satu atau tingkat dua
ataupun keduanya, serta yakin dengan jawaban yang dipilih. Jawaban tingkat
pertama yang banyak dipilih oleh peserta didik adalah E yaitu CH 4 dan O2. Pada
opsi tersebut masih kurang tepat karena pada O 2 unsur O justru mengalami
reduksi karena mengalami penurunan bilangan oksidasi dari 0 menjadi -2.
Cuplikan butir soal nomor 9 dapat dilihat pada Gambar 4.17
(8) Pertanyaan
Pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim akhir-akhir ini adalah karena
naiknya kadar karbon dioksida (CO2) di udara yang salah satunya disebabkan
pembakaran gas alam metana. Reaksi pembakaran metana yang terjadi, yaitu:
CH4(g) + 2O2(g)  CO2(g) + 2H2O(l)
Pada peristiwa ini, senyawa yang mengalami oksidasi adalah….
A. CH4
B. O2
C. CO2
D. H2O
E. CH4 dan O2
Alasan
1. Unsur C mengalami perubahan bilangan oksidasi dari -4 ke +4
2. Unsur C mengalami perubahan bilangan oksidasi dari 0 ke -2
3. Unsur O mengalami perubahan bilangan oksidasi dari -2 ke 0
4. Unsur H mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +1 ke 0
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
 Ya
× Tidak

Gambar 4.17. Cuplikan butir soal nomor 8


Profil tidak paham konsep tertinggi ditunjukkan pada butir soal nomor 10.
Soal nomor 4 merupakan soal jenjang C3 yang meminta peserta didik menentukan
zat yang mengalami reduksi dalam suatu reaksi. Di mana jawaban yang benar
adalah unsur N dalam HNO3 yang mengalami reduksi menurut konsep reaksi
redoks berdasarkan kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi. Unsur N dalam
HNO3 mengalami penurunan bilangan oksidasi dari +5 menjadi +2 dengan hasil
reduksi NO. Peserta yang tidak paham konsep dalam menentukan zat yang
mengalami reakasi reduksi sebanyak 30,15%. Cuplikan butir soal nomor 10 dapat
dilihat pada Gambar 4.18.
(10) Pertanyaan
Jika logam alumunium direaksikan dengan air raja maka akan terjadi reaksi sebagai berikut
Al(s) + 3HCl(aq) + HNO3(aq)  AlCl3(aq) + NO(g) + 2H2O(l)
Zat yang mengalami reduksi adalah….
A. Cl dalam HCl
B. N dalam HNO3
C. Al dalam logam Al
D. O dalam HNO3
E. Cl dalam AlCl3
Alasan
1. Al dalam logam Al memiliki bilangan oksidasi 0 dan mengalami penurunan
bilangan oksidasi menjadi -3 pada AlCl3
2. Cl termasuk unsur golongan VIIA sehingga mengikat 1e- dan memiliki bilangan
oksidasi +1
3. O dalam HNO3 mengalami perubahan bilangan oksidasi dari -2 menjadi -1
4. N pada ion NO3- jumlah bilnagan oksidasi (1 atom N) + (3 atom O) = -1 dan
mengalami perubahan bilangan oksidasi menjadi +2
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
 Ya
× Tidak

Gambar 4.18. Cuplikan butir soal nomor 10


2. Mengetahui konsep bilangan oksidasi suatu unsur dalam suatu senyawa atau
ion (IKD-2)

Indikator ini meminta peserta didik untuk menguasai konsep bilangan


oksidasi unsur dalam suatu senyawa atauoun ion. Indikator ini terdapat pada butir
soal nomor 1, 2, 3, dan 11. Profil pemahaman konsep peserta didik untuk IKD-2
dapat dilihat pada Gambar 4.19.
40
Jumlah Anak

30
20
Gambar 4.19.
Diagram 10 profil
0
1 2 3 11
Butir Soal

Paham Konsep Miskonsepsi Tidak Paham Konsep


pemahaman konsep peserta didik pada IKD-2

Profil paham konsep tertinggi ditunjukkan pada butir soal nomor 11. Butir
soal nomor 11 merupakan butir soal jenjang C3 dimana peserta didik diminta
menentukan bilangan oksidasi unsur N dalam sebagian daur nitrogen. Jawaban
yang benar dari pertanyaan nomor 11 adalah C yaitu urutan bilangan oksidasi
unsur N adalah 0, +2, +4, dan +5. Pada data nomor 1 N 2 unsur N memiliki
bilangan oksidasi 0 karena merupakan unsur bebas. Pada data nomor 2 dan 3 data
yang ditunjukkan merupakan senyawa NO dan NO 2 dimana jumlah bilangan
oksidasinya 0, maka unsur N pada data nomor 2 dan 3 berturut-turut memiliki
bilangan oksidasi +2 dan +4. Pada data nomor 4 unsur N memiliki bilangan
oksidasi +5 karena senyawa NO3- merupakan ion bermuatan -1 maka jumlah
bilangan oksidasinya adalah -1 sesuai dengan muatanya. Presentase peserta didik
yang paham konsep pada butir soal nomor 11 sebanyak 55,93%. Cuplikan soal

nomor 11 dapat dilihat pada Gambar 4.20.

Gambar 4.20. Cuplikan butir soal nomor 11

Profil miskonsepsi dan tidak paham konsep tertinggi pada IKD-2


ditunjukkan pada butir soal nomor 1. Soal nomor 2 merupakan soal jenjang C3
yang meminta peserta didik menentukan perubahan bilangan oksidasi yang terjadi
pada unsur Cr dalam suatu reaksi. Di mana jawaban yang benar pada soal nomor 1
adalah opsi D yaitu unsur Cr dalam senyawa K 2Cr2O7 dengan bilangan oksidasi
+6 mengalami perubahan bilangan oksidasi menjadi +3 pada senyawa CrCl 3.
Peserta didik yang mengalami miskonsepsi dan tidak paham konsep pada butir
soal nomor 1 berturut-turut sebanyak 64,41% dan 25,42%. Kesalahan yang terjadi
terbanyak pada alasan yang dipilih peserta didik belum bisa menjabarkan suatu
senyawa menjadi ion penyusunya. Di mana pembeda antara miskonsepsi dan tidak
paham konsep disini adalah keyakinan dan ketidakyakinan peserta didik dalam
menjawab pertanyaan. Cuplikan butir soal nomor 1 dapat dilihat pada Gambar
4.21.
(1) Pertanyaan
Perhatikan reaksi berikut :
K2Cr2O7(aq) + 14HCl(aq)  2KCl(aq) + 2CrCl3(aq) + 3Cl2(g) + 7H2O(l)
Perubahan bilangan oksidasi unsur Cr adalah….
A. +3 menjadi +2
B. +6 menjadi +2
C. +3 menjadi +1
D. +6 menjadi +3
E. +1 menjadi +6
Alasan
1. K2Cr2O7(aq)  K+ + Cr2O7- dan 2 CrCl3(aq)  2 Cr+ + Cl3-
2. K2Cr2O7(aq)  K2+ + Cr2O7- dan CrCl3(aq)  Cr3+ + 3 Cl-
3. K2Cr2O7(aq)  2 K+ + Cr2O72- dan CrCl3(aq)  Cr3+ + 3 Cl-
4. K2Cr2O7(aq)  K2+ + Cr2O7- dan 2 CrCl3(aq)  2 Cr+ + 3 Cl-
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
 Ya
× Tidak

Gambar 4.21. Cuplikan butir soal nomor 1


3. Mengetahui reaksi redoks dan bukan redoks dan peran-peran suatu zat dalam
reaksi redoks (IKD-3)

Indikator ini meminta peserta didik untuk mengetahui reaksi redoks dan
bukan redoks serta peran-peran suatu zat dalam reaksi redoks. Indikator ini
terdapat pada butir soal nomor 4 dan 14. Profil pemahaman konsep peserta didik
untuk IKD-3 dapat dilihat pada Gambar 4.22.

30
Jumlah Anak

20

10

0
4 14
Butir Soal

Paham Konsep Miskonsepsi Tidak Paham Konsep

Gambar 4.22. Diagram profil pemahaman konsep peserta didik pada IPK-3
Profil paham konsep dan miskonsepsi tertinggi pada IKD-3 ditunjukkan
pada butir soal 14. Soal nomor 14 merupakan soal dengan jenjang C3 dimana
peserta didik diminta untuk menentukan zat yang berperan sebagai oksidator
dalam suatu reaksi. Peserta didik yang mampu memilih jawaban E yang
menunjukkan jawaban senyawa HNO3 pada tingkat pertama dan mampu
menjelaskan alasan jawaban tersebut dengan benar serta yakin dalam menjawab
sebanyak 49,15%, sedangkan peserta didik yang mengalami miskonsepsi
sebanyak 35,59%. Pada soal tersebut unsur N dalam HNO3 mengalami penurunan
bilangan oksidasi dari +5 menjadi +4. Maka HNO 3 menjadi zat senyawa yang
berperan sebagai oksidator, dimana oksidator merupakan zat yang mengoksidasi
zat lain dalam suatu reaksi redoks. Kesalahan pemahaman yang dialami oleh
peserta didik kebnayakan mengenai konsep makna dari oksidator itu sendiri.
Cuplikan soal nomor 14 dapat dilihat pada Gambar 4.23.

Profil miskonsepsi tertinggi pada IKD-3 tertinggi ditunjukkan oleh nomor


14. Dalam IKD-3 nomor 14 meski presentase pada profil paham konsep lebih
tinggi namun masih cukup banyak peserta didik yang mengalami miskonsepsi.
Presentase peserta didik yang mengalami miskonsepsi pada butir soal ini
sebanyak 35,59%. Kesalahan pemahaman yang dialami oleh peserta didik
kebnayakan mengenai konsep makna dari oksidator itu sendiri. Cuplikan soal
nomor 14 dapat dilihat pada Gambar 4.23.
(14) Pertanyaan
Gas nitrit (NO2) dapat dibuat dengan mereaksikan logam timah dan asam nitrat sesuai
persamaan reaksi berikut
Sn(s) + 4HNO3(aq)  H2SnO3(aq) + 4NO2(g) + H2O
Zat yang berperan sebagai oksidator dalam reaksi tersebut adalah….
A. Sn
B. NO2
C. H2O
D. SnO2
E. HNO3
Alasan
1. Oksidator merupakan zat yang mereduksi zat lain dalam suatu reaksi redoks,
unsur Sn mengalami kenaikan biloks dari 0 ke +4
2. Oksidator merupakan zat yang mereduksi zat lain dalam suatu reaksi redoks,
unsur N mengalami penurunan biloks dari +5 ke +4
3. Oksidator merupakan zat yang mengoksidasi zat lain dalam suatu reaksi redoks,
unsur Sn mengalami kenaikan biloks dari 0 ke +4
4. Oksidator merupakan zat yang mengoksidasi zat lain dalam suatu reaksi redoks,
unsur N mengalami penurunan biloks dari +5 ke +4
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
 Ya
× Tidak

Gambar 4.23. Cuplikan butir soal nomor 14


Profil tidak paham konsep tertinggi ditunjukkan pada butir soal nomor 4.
Soal nomor 4 merupakan soal jenjang C4 yang meminta peserta didik
membedakan reaksi yang tidak mengalami reaksi redoks dari beberapa reaksi
yang diberikan. jawaban yang benar adalah opsi D yaitu data nomor 4 dan 5. Pada
data nomor 4 dan 5 bukan merupakan reaksi redoks karena tidak ada unsur dalam
senyawa yang mengalami perubahan bilangan oksidasi. Sedangkan pada data
reaksi nomor 1 unsur C mengalami kenaikan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +4
dan unsur O mengalami penurunan bilangan oksidasi dari 0 menjadi -2. Pada data
reaksi nomor 2 unsur N mengalami penurunan bilangan oksidasi dari 0 menjadi -3
dan unsur H mengalami kenaikan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +1. Pada data
reaksi nomor 3 unsur Ag dalm senyawa Ag2O mengalami penurunan bilangan
oksidasi dari +1 menjadi 0 dan unsur C mengalami kenaikan bilangan oksidasi
dari 0 menjadi +2. Peserta yang tidak paham konsep dalam menentukan reaksi
yang tidak termasuk reaksi redoks adalah sebanyak 37,29%. Cuplikan butir soal
nomor 4 dapat dilihat pada Gambar 4.24.
(4) Pertanyaan
Perhatikan reaksi kimia berikut ini!
(1) C(s) + O2(g)  CO2(g)
(2) N2 g) + 3H2(g)  2NH3(g)
(3) Ag2O(aq) + C(s)  2Ag(s) + CO(g)
(4) CuO(aq) + 2HNO3(aq)  Cu(NO3)2(aq) + H2O(l)
(5) AgNO3(aq) + NaCl(aq)  AgCl(s) + NaNO3(aq)
Berdasarkan beberapa reaksi kimia di atas yang tidak termasuk reaksi redoks adalah….
A. (1) dan (2)
B. (2) dan (3)
C. (3) dan (4)
D. (4) dan (5)
E. (1) dan (5)
Alasan
1. Karena hanya mengalami peristiwa oksidasi
2. Karena tidak terjadi kenaikan maupun penurunan biloks
3. Karena hanya mengalami peristiwa reduksi
4. Karena terjadi peristiwa kenaikan dan penurunan biloks
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
 Ya
× Tidak

Gambar 4.24. Cuplikan butir soal nomor 4


4. Menguasai reaksi autoredoks atau disproporsionasi (IKD-4)
Indikator ini meminta peserta didik mengenai reaksi redoks yang termasuk
dalam reaksi autoredoks atau disproporsionasi. Indikator ini terdapat pada butir
soal 50 nomor 5
dan 6. 40 Profil
Jumlah Anak 30
20
10
0
5 6
Butir Soal

Paham Konsep Miskonsepsi Tidak Paham Konsep


pemahaman konsep peserta didik untuk IKD-4 dapat dilihat pada Gambar 4.25.

Gambar 4.25. Diagram profil pemahaman konsep peserta didik pada IKD-4
Profil paham konsep tertinggi pada IKD-4 ditunjukkan oleh nomor 5.
Butir soal nomor 5 merupakan soal dengan jenjang C3, dimana peserta didik
diminta menentukan reaksi yang termasuk dalam reaksi dispropordionasi.
Presentase peserta didik yang paham konsep pada butir soal nomor 5 sebanyak
22,03%. Cuplikan soal nomor 5 dapat dilihat pada Gambar 4.26.

(6) Pertanyaan
Reaksi di bawah ini yang merupakan reaksi disproporsionasi adalah….
A. Ag2O(aq) + C(s)  2Ag(s) + CO(g)
B. 2 KI(aq) + Cl2(g)  I2(g) + 2KCl(aq)
C. Sn(s) + Hg(NO3)2(s)  Sn(NO3)2(aq) + Hg(s)
D. 4HCl(aq) + 2 Na2S2O3(aq)  2S(s) + 2SO2(g) + 2H2O(l) + 4NaCl(aq)
E. Mg(s) + H2O(g)  MgO(s) + H2(g)
Alasan
1. Disproporsionasi merupakan suatu reaksi redoks dimana zat dalam reaksi dapat
mengoksidasi atau mereduksi zat lain
2. Disproporsionasi merupakan suatu zat yang berperan sebagai oksidator dan hasil
reduktor
3. Disproporsionasi merupakan reaksi redoks dengan satu zat yang mengalami
oksidasi dan reduksi sekaligus membentuk dua produk yang berbeda
4. Disproporsionasi merupakan suatu reaksi redoks dimana zat dalam reaksi dapat
mengoksidasi atau mereduksi dirinya sendiri
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
 Ya
× Tidak
Gambar 4.26. Cuplikan butir soal nomor 6

Jawaban yang benar dari soal ini adalah D yang menunjukan bahwa dalam
senyawa Na2S2O3 terdapat unsur S yang mengalami perubahan kenaikan sekaligus
penurunan bilangan oksidasi dengan hasil oksidasi dan hasil reduksi yang
berbeda. Oksidasi terjadi pada unsur S dalam senyawa Na 2S2O3 dengan produk
reaksi SO2 dengan perubahan bilangan oksidasinya dari +2 menjadi +4.
Sedangkan reduksi terjadi pada unsur S dalam Na2S2O3 dengan produk reaksi S
dengan perubahan bilangan oksidasinya dari +2 menjadi 0.

Profil miskonsepsi tertinggi pada IKD-4 ditunjukkan oleh nomor 6. Butir


soal nomor 6 merupakan soal dengan jenjang C4, dimana peserta didik diminta
membedakan reaksi yang termasuk dalam reaksi disproporsionasi. Presentase
peserta didik yang mengalami miskonsepsi pada nomor ini sebanyak 76,27%.
Jawaban yang benar dari soal ini adalah E yaitu data reaaksi nomor 1 dan 3. Pada
reaksi nomor 1 Cl2 yang memiliki bilangan oksidasi 0 karena merupakan unsur
bebas mengalami perubahan kenaikan sekaligus penurunan bilangan oksidasi.
Kenaikan bilangan oksidasi yang terjadi dengan hasil oksidasi NaClO dimana Cl
memiliki bilangan oksidasi +1 dan penurunan bilangan oksidasi yang terjadi
dengan hasil reduksi NaCl dimana unsur Cl memiliki bilangan oksidasi -1. Pada
reaksi nomor 3 senyawa Na2S2O3 dimana unsur S memiliki bilangan oksidasi +2
mengalami perubahan kenaikan sekaligus penurunan bilangan oksidasi. Kenaikan
bilangan oksidasi yang terjadi dengan hasil oksidasi SO 2 dimana unsur S memiliki
bilangan oksidasi +4 dan penurunan bilangan oksidasi yang terjadi dengan hasil
reduksi S yang memiliki bilangan oksidasi 0 sebagai unsur bebas. Sedangkan pada
reaksi nomor 2 dan 4 justru kebalikan dari reaksi disproporsionasi, dimana dari 2
zat reaktan dengan hasil reaksi yang sama mengalami reaksi reduksi dan oksidasi
atau disebut komproporsionasi, namun pada pembelajaran yang dilakukan oleh
guru pengampu tidak diajarkan. Cuplikan butir soal nomor 6 dapat dilihat pada
Gambar 4.27.

Profil tidak paham konsep pada IKD-4 ditunjukkan oleh butir soal nomor
5 namun hanya dengan selisih satu peserta didik dengan nomor 6. Presentase
peserta didik yang tidak paham konsep pada nomor 5 dan 6 berturut-turut adalah
15,25% dan 13,56%. Penjelasan mengenai kedua butir soal sama telah dijabarkan
pada profil paham konsep dan miskonsepsi, namun hal yang perlu digarisbawahi
disini adalah pada IKD-4 peserta didik yang memahami konsep masih kurang,
dengan demikian perlu adanya penanganan untuk memperbaikinya. Cuplikan
butir soal nomor 5 dan 6 dapat dilihat pada Gambar 4.26. dan 4.27.

(7) Pertanyaan
Perhatikan reaksi kimia di bawah ini!
(1) Cl2(g) + 2NaOH(aq)  NaCl(aq) + NaClO(aq) + H2O(l)
(2) 2H2S(aq) + SO2(g)  3S(s) + 2H2O(l)
(3) 2Na2S2O3(aq) + 4HCl(aq)  2S(s) + 2SO2(g) + 2H2O(l) + 4NaCl(aq)
(4) 5KI(aq) + KIO3(aq) + 3H2SO4 (aq)  3K2SO4(aq) + 3I2(s) + 3H2O(l)
Berdasarkan reaksi-reaksi tersebut yang termasuk reaksi disproporsionasi adalah….
A. (1) dan (2)
B. (2) dan (3)
C. (3) dan (4)
D. (2) dan (4)
E. (1) dan (3)
Alasan
1. Karena mengalami perubahan biloks dari 0 menjadi -1 dan +1 serta 0 menjadi -3
dam +3
2. Karena mengalami perubahan biloks dari -2 dan +4 menjadi 0 serta -1 dan +5
menjadi 0
3. Karena mengalami perubahan biloks dari +2 menjadi 0 dan +4 serta 0 menjadi -1
dan +1
4. Karena mengalami perubahan biloks dari -1 dan +1 menjadi 0 serta -1 dan +1
menjadi 0
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
 Ya
× Tidak

Gambar 4.27. Cuplikan butir soal nomor 7


5. Memahami konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari (IKD-5)

Indikator ini meminta peserta didik untuk memahami konsep redoks dalam
kehidupan sehari-hari indikator ini terdapat pada butir soal nomor 9. Profil
pemahaman konsep pada IKD-5 ini menunjukkan peserta didik yang memahami
konsep lebih tinggi dibanding yang miskonsepsi maupun tidak konsep. Butir soal
nomor 9 ini merupakan soal dengan jenjang C4 yang meminta peserta didik
menganalisis beberapa peristiwa dalam kehidupan sehari-hari dan memilih
peristiwa yang bukan merupakan aplikasi dari konsep reaksi redoks. Presentase
profil peserta didik yang paham konsep, miskonsepsi, dan tidak paham konsep
berturut-turut 61,02%; 32,2%; dan 6,78%. Jawaban yang benar pada butir soal ini
adalah C yaitu pelarutan garam dapur, dimana reaksi dari pelarutan garam dapur
adalah sebagai berikut : NaCl(s) + H 2O(l)  Na+(aq) + Cl-(aq). Dari reaksi
tersebut dapat dilihat peristiwa pelarutan garam bukan merupakan reaksi redoks
karena tidak terjadi perubahan bilangan oksidasi. Cuplikan butir soal nomor 9
dapat dilihat pada Gambar 4.28.

(9) Pertanyaan
Aplikasi reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak. Berikut ini peristiwa yang
menggambarkan proses oksidasi-reduksi dalm kehidupan sehari-hari, kecuali….
A. Perubahan warna pada buahyang sudah dibiarkan terbuka
B. Ledakan mercon dan bom konvensional
C. Pelarutan garam dapur
D. Proses pembakaran bahan bakar
E. Perkaratan logam
Alasan
1. Perubahan warna pada buah yang sudah dibiarkan terbuka tidak termasuk reaksi
redoks karena hanya mengalami reaksi oksidasi
2. Pada pelarutan garam tidak mengalami proses reduksi dan oksidasi karena tidak
terjadi perubahan bilangan oksidasi
3. Proses pembakaran bahan bakar bukan merupakan reaksi redoks karena tidak terjadi
perubahan bilangan oksidasi
4. Pada perkaratan logam bukan merupakan reaksi redoks karena hanya terjadi
oksidasi
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
 Ya
× Tidak

Gambar 4.28. Cuplikan butir soal nomor 9


6. Menguasai kaidah tata nama senyawa (IKD-6)

Indikator ini meminta peserta didik untuk menguasai kaidah tata nama
senyawa poliatomik maupun asam, basa, dan garam. Indikator ini terdapat pada
butir soal nomor 7, 12, dan 13. Profil pemahaman konsep peserta didik untuk
IKD-6 dapat dilihat pada Gambar 4.29.
40

30

Jumlah Anak
20

10

0
7 12 13
Butir Soal

Gambar Paham Konsep Miskonsepsi Tidak Paham Konsep 4.29.


Diagram profil pemahaman konsep peserta didik pada IKD-6
Profil paham konsep tertinggi pada IKD-6 ditunjukkan oleh butir soal
nomor 7. Butir soal nomor 7 merupakan butir soal dengan jenjang C2 dimana
peserta didik diminta untuk menunjukan beberapa rumus kimia asam yang terdiri

(7) Petanyaan
Rumus kimia dari hipoiodit, asam iodit, asam iodat, dan asam periodat adalah….
A. HIO4, HIO, HIO2, HIO3
B. HIO, HIO2, HIO3, HIO4
C. HIO2, HIO3, HIO4, HIO
D. HIO3, HIO4, HIO, HIO2
E. HIO4, HIO2, HIO3, HIO
Alasan
1. Karena penamaan hipo-it = 1, -it = 2, -at = 3, per-at = 4
2. Karena penamaan hipo-it = 4, -it = 1, -at = 2, per-at =3
3. Karena penamaan hipo-it = 2, -it = 3, -at = 4, per-at =1
4. Karena penamaan hipo-it = 1, -it = 3, -at = 4, per-at =2
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
 Ya
× Tidak
dari unsur halogen. Jawaban benar ditunjukkan oleh opsi B yaitu rumus kimia dari
asam hipoiodit, asam iodit, asam iodat, dan asam periodat berturut-turut adalah
HIO, HIO2, HIO3, dan HIO4. Presentase dari peserta didik yang paham konsep
pada soal ini sebanyak 61,02%. Cuplikan butir soal nomor 7 dapat dilihat pada
Gambar 4.30.

Gambar 4.30. Cuplikan butir soal nomor 7


Profil miskonsepsi tertinggi pada IKD-6 ditunjukkan oleh butir soal nomor
13. Butir soal nomor 13 merupakan soal dengan jenjang C4 dimana peserta didik
diminta untuk menganalisis rumus kimia dan nama senyawa berdasarkan
penjabaran spesi penyusun berdasarkan konsep tata nama IUPAC. Jawaban yang
benar dari soal nomor 13 adalah opsi B yaitu Cu(OH) 2 dengan nama senyawa
tembaga(II) hidroksida dimana sesuai dengan penjabaran dalam soal unsur Cu
memiliki bilangan oksidasi +2 dan Cu merupakan unsur logam, maka penulisan
tata nama senyawanya perlu diikuti dengan angka romawi yang menunjukkan
besar bilangan oksidasinya. Kesalahan terbanyak ada pada identifikasi unsur
termasuk dalam golongan logam yang harus diikuti dengan angka romawi atau
justru perlu ada penambahan awalam mono-, di-, dan sebagainya. Presentase
peserta didik yang mengalami miskonsepsi sebanyak 23,73%. Cuplikan soal
nomor 13 dapat dilihat pada Gambar 4.31.

A. Cu(OH)2 = tembaga hidroksida


B. Cu(OH)2 = tembaga(II) hidroksida
C. CuOH = tembaga(II) hidroksida
D. CuOH = tembaga hidroksida
E. CuOH = tembaga monohidroksida
Alasan
1. Senyawa biner yang terdiri atas logam dan non logam maka tata nama dengan
menuliskan nama kation (logam) diikuti nama anionya (non logam) dengan akhiran
–ida
2. Senyawa biner yang terdiri atas logam yang memiliki beberapa biloks dan non
logam, nama senyawa dituliskan dengan nama logam, biloks logam, kemudian
anionya (non logam) dengan akhiran -ida
3. Senyawa anorganik poliatomik yang terbentuk dari kation poliatomik dan anion
poliatomik, penamaan dimulai dengan penulisan kation diikuti anionya
4. Senyawa ion poliatomik penamaan dimulai dengan penulisan kation diikuti
anionya, untuk ion logam yang memilki beberapa biloks diberi keterangan besarnya
biloks dengan angka romawi di antara keduanya
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
 Ya
× Tidak

Gambar 4.31. Cuplikan butir soal nomor 13


Profil tidak paham konsep teringgi pada IKD-6 ditunjukkan oleh butir soal
nomor 12. Butir soal nomor 12 merupakan soal dengan jenjang C3 dimana peserta
didik diminta untuk menentukan rumus kimia dari nama senyawa anorganik
poliatomik yang diberikan dalam soal menurut konsep tata nama IUPAC.
Jawaban yang benar pada soal nomor 12 adalah opsi A yaitu AlPO 4 karena unsur
Al memiliki bilangan oksidasi +3 dan ion fosfat memiliki muatan -3. Presentase
peserta didik yang tidak paham konsep pada butir soal nomor 13 sebanyak
18,64%. Cuplikan butir soal nomor 12 dapat dilihat pada Gambar 4.32.

(12) Pertanyaan
Di bawah ini yang merupakan rumus kimia paling tepat untuk senyawa anorganik
poliatomik yang memiliki nama IUPAC aluminium fosfat adalah....
A. AlPO4
B. Al2(PO4)3
C. Al3(PO4)2
D. Al(PO4)3
4. Unsur logam Al memiliki biloks +3, ion fosfat memiliki muatan -1, sehingga
pembentukan senyawa Al(PO4)3
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
 Ya
× Tidak

Gambar 4.32. Cuplikan butir soal nomor 12


4.2.2.2.2. Profil Pemahaman Konsep Peserta Didik Berdasarkan Indikator
Pemahaman Konsep (IPK)

Indikator pemahaman konsep peserta didik yang dianalisis pada penelitian


ini terdiri dari empat indikator, yaitu: (1) mengklasifikasikan sebuah objek
menurut sifat-sifat tertentu, (2) mengaplikasikan sebuah konseo, (3)
menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur, (4) memberi contoh sebuah
konsep . Profil pemahaman konsep berdasarkan indikator pemahaman konsep
(IPK) ditunjukkan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Profil pemahman konsep berdasarkan IPK

No Indikator Pemahaman Butir Paham Miskon Tidak


Konsep (IPK) Soal Konsep sepsi Paham
Konsep
1 Mengklasifikasikan 5, 6, 14 27,12% 58,19% 14,69%
sebuah objek menurut
sifat-sifat tertentu
2 Mengaplikasikan sebuah 1, 2, 3, 8, 35,87% 44,63% 19,49%
konsep 10, 11
3 Menggunakan, 7, 12, 13 44,63% 38,98% 16,38%
memanfaatkan, dan
memilih prosedur
4 Memberi contoh sebuah 4, 9 48,30% 27,12% 24,58%
konsep

Uraian profil pemahaman konsep berdasarkan IPK adalah sebagai berikut:

1. Mengklasifikasikan sebuah objek menurut sifat-sifat tertentu (IPK-1)

Indikator ini tercakup pada butir soal nomor 5, 6, dan 14. Profil
pemahaman konsep untuk IPK-1 dapat dilihat pada Gambar 4.33.
50
40

Jumlah Anak
30
20
10
0
5 6 14
Butir Soal

Paham Konsep Miskonsepsi Tidak Paham Konsep


Gambar 4.33.
Diagram profil pemahaman konsep peserta didik pada IPK-1
Profil paham konsep tertinggi pada IPK-1 ditunjukkan oleh butir soal
nomor 14. Soal nomor 14 merupakan soal dengan jenjang C3 dimana peserta
didik diminta untuk menentukan zat yang berperan sebagai oksidator dalam suatu
reaksi. Peserta didik yang mampu memilih jawaban E yang menunjukkan jawaban
senyawa HNO3 pada tingkat pertama dan mampu menjelaskan alasan jawaban
tersebut dengan benar serta yakin dalam menjawab sebanyak 49,15%. Pada soal
tersebut unsur N dalam HNO3 mengalami penurunan bilangan oksidasi dari +5
menjadi +4. Maka peserta didik diharapkan dapat mengklasifikasikan HNO 3
sebagai zat yang berperan sebagai oksidator, dimana oksidator merupakan zat
yang mengoksidasi zat lain dalam suatu reaksi redoks. Cuplikan soal nomor 14
dapat dilihat pada Gambar 4.23.

Profil miskonsepsi tertinggi pada IPK-1 ditunjukkan oleh nomor 6. Butir


soal nomor 6 merupakan soal dengan jenjang C4, dimana peserta didik diminta
membedakan reaksi yang termasuk dalam reaksi disproporsionasi. Presentase
peserta didik yang mengalami miskonsepsi pada nomor ini sebanyak 76,27%.
Jawaban yang benar dari soal ini adalah E yaitu data reaaksi nomor 1 dan 3. Pada
reaksi nomor 1 Cl2 yang memiliki bilangan oksidasi 0 karena merupakan unsur
bebas mengalami perubahan kenaikan sekaligus penurunan bilangan oksidasi.
Kenaikan bilangan oksidasi yang terjadi dengan hasil oksidasi NaClO dimana Cl
memiliki bilangan oksidasi +1 dan penurunan bilangan oksidasi yang terjadi
dengan hasil reduksi NaCl dimana unsur Cl memiliki bilangan oksidasi -1. Pada
reaksi nomor 3 senyawa Na2S2O3 dimana unsur S memiliki bilangan oksidasi +2
mengalami perubahan kenaikan sekaligus penurunan bilangan oksidasi. Kenaikan
bilangan oksidasi yang terjadi dengan hasil oksidasi SO 2 dimana unsur S memiliki
bilangan oksidasi +4 dan penurunan bilangan oksidasi yang terjadi dengan hasil
reduksi S yang memiliki bilangan oksidasi 0 sebagai unsur bebas. Sedangkan pada
reaksi nomor 2 dan 4 justru kebalikan dari reaksi disproporsionasi, dimana dari 2
zat reaktan dengan hasil reaksi yang sama mengalami reaksi reduksi dan oksidasi
atau disebut komproporsionasi, namun pada pembelajaran yang dilakukan oleh
guru pengampu tidak diajarkan. Butir soal nomor 6 dapat dilihat pada Gambar
4.27.

Profil tidak paham konsep pada IPK-1 ditunjukkan oleh butir soal nomor 5
namun hanya dengan selisih satu peserta didik dengan nomor 6. Presentase
peserta didik yang tidak paham konsep pada nomor 5 dan 6 berturut-turut adalah
15,25% dan 13,56%. Butir soal nomor 5 dapat dilihat pada Gambar 4.26.

2. Mengaplikasikan sebuah konsep (IPK-2)

Indikator ini tercakup pada butir soal nomor 1, 2, 3, 8, 10, dan 11. Profil
pemahaman konsep untuk IPK-3 dapat dilihat pada Gambar 4.34.
40
35
30
Jumlah Anak

25
20
15
10
5
0
1 2 3 8 10 11
Butir Soal

Paham Konsep Miskonsepsi Tidak Paham Konsep

Gambar 4.34. Diagram profil pemahaman konsep peserta didik pada IPK-2
Profil paham konsep tertinggi pada IPK-2 ditunjukkan oleh butir soal
nomor 11. Butir soal nomor 11 merupakan butir soal jenjang C3 dimana peserta
didik diminta menentukan bilangan oksidasi unsur N dalam sebagian daur
nitrogen. Jawaban yang benar dari pertanyaan nomor 11 adalah C yaitu urutan
bilangan oksidasi unsur N adalah 0, +2, +4, dan +5. Pada data nomor 1 N 2 unsur
N memiliki bilangan oksidasi 0 karena merupakan unsur bebas. Pada data nomor
2 dan 3 data yang ditunjukkan merupakan senyawa NO dan NO 2 dimana jumlah
bilangan oksidasinya 0, maka unsur N pada data nomor 2 dan 3 berturut-turut
memiliki bilangan oksidasi +2 dan +4. Pada data nomor 4 unsur N memiliki
bilangan oksidasi +5 karena senyawa NO 3- merupakan ion bermuatan -1 maka
jumlah bilangan oksidasinya adalah -1 sesuai dengan muatanya. Presentase
peserta didik yang paham konsep pada butir soal nomor 11 sebanyak 55,93%.
Cuplikan soal nomor 11 dapat dilihat pada Gambar 4.20.

Profil miskonsepsi tertinggi pada IPK-2 ditunjukkan oleh butir soal nomor
1. Soal nomor 1 merupakan soal jenjang C3 yang meminta peserta didik
menentukan perubahan bilangan oksidasi yang terjadi pada unsur Cr dalam suatu
reaksi. Di mana jawaban yang benar pada soal nomor 2 adalah opsi D yaitu unsur
Cr dalam senyawa K2Cr2O7 dengan bilangan oksidasi +6 mengalami perubahan
bilangan oksidasi menjadi +3 pada senyawa CrCl3. Peserta didik yang mengalami
miskonsepsi pada butir soal nomor 1 sebanyak 64,41%. Cuplikan butir soal nomor
1 dapat dilihat pada Gambar 4.22.

Profil tidak paham konsep tertinggi pada IPK-2 ditunjullan oleh butir soal
nomor 10. Profil tidak paham konsep tertinggi ditunjukkan pada butir soal nomor
10. Soal nomor 10 merupakan soal jenjang C3 yang meminta peserta didik
menentukan zat yang mengalami reduksi dalam suatu reaksi. Di mana jawaban
yang benar adalah unsur N dalam HNO 3 yang mengalami reduksi menurut konsep
reaksi redoks berdasarkan kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi. Unsur N
dalam HNO3 mengalami penurunan bilangan oksidasi dari +5 menjadi +2 dengan
hasil reduksi NO. Peserta yang tidak paham konsep dalam menentukan zat yang
mengalami reakasi reduksi sebanyak 30,51%. Cuplikan butir soal nomor 10 dapat
dilihat pada Gambar 4.18.

3. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur (IPK-3)

Indikator ini tercakup pada butir soal nomor 7, 12, dan 13. Profil
pemahaman konsep pada IPK-4 dapat dilihat pada Gambar 4.35.
40
30

Jumlah Anak
20
10
0
7 12 13
Butir Soal

Paham Konsep Miskonsepsi Tidak Paham Konsep


Gambar 4.35.
Diagram profil pemahaman konsep peserta didik pada IPK-3
Profil paham konsep tertinggi pada IPK-3 ditunjukkan oleh butir soal
nomor 7. Butir soal nomor 7 merupakan soal dengan jenjang C2 dimana peserta
didik diminta untuk menunjukan beberapa rumus kimia asam yang terdiri dari
unsur halogen. Jawaban benar ditunjukkan oleh opsi B yaitu rumus kimia dari
asam hipoiodit, asam iodit, asam iodat, dan asam periodat berturut-turut adalah
HIO, HIO2, HIO3, dan HIO4. Presentase dari peserta didik yang paham konsep
pada soal ini sebanyak 61,02%. Cuplikan butir soal nomor 8 dapat dilihat pada
Gambar 4.30.

Profil miskonsepsi tertinggi pada IPK-3 ditunjukkan oleh butir soal nomor
13. Butir soal nomor 13 merupakan soal dengan jenjang C4 dimana peserta didik
diminta untuk menganalisis rumus kimia dan nama senyawa berdasarkan
penjabaran spesi penyusun berdasarkan konsep tata nama IUPAC. Jawaban yang
benar dari soal nomor 13 adalah opsi B yaitu Cu(OH) 2 dengan nama senyawa
tembaga(II) hidroksida dimana sesuai dengan penjabaran dalam soal unsur Cu
memiliki bilangan oksidasi +2 dan Cu merupakan unsur logam, maka penulisan
tata nama senyawanya perlu diikuti dengan angka romawi yang menunjukkan
besar bilangan oksidasinya. Kesalahan terbanyak ada pada identifikasi unsur
termasuk dalam golongan logam yang harus diikuti dengan angka romawi atau
justru perlu ada penambahan awalam mono-, di-, dan sebagainya. Presentase
peserta didik yang mengalami miskonsepsi sebanyak 23,73%. Cuplikan butir soal
nomor 13 dapat dilihat pada Gambar 4.31.

Profil tidak paham konsep teringgi pada IPK-3 ditunjukkan oleh butir soal
nomor 12. Butir soal nomor 12 merupakan soal dengan jenjang C3 dimana peserta
didik diminta untuk menentukan rumus kimia dari nama senyawa anorganik
poliatomik yang diberikan dalam soal menurut konsep tata nama IUPAC.
Jawaban yang benar pada soal nomor 12 adalah opsi A yaitu AlPO 4 karena unsur
Al memiliki bilangan oksidasi +3 dan ion fosfat memiliki muatan -3. Presentase
peserta didik yang tidak paham konsep pada butir soal nomor 12 sebanyak
18,64%. Cuplikan butir soal nomor 12 dapat dilihat pada Gambar 4.32.

4. Memberi contoh sebuah konsep (IPK-4)

Indikator ini tercakup pada butir soal nomor 4 dan 9. Profil pemahaman
konsep pada IPK-5 dapat dilihat pada Gambar 4.36.
40

30
Jumlah Anak

20

10

0
4 9
Butir Soal

Paham Konsep Miskonsepsi Tidak Paham Konsep

Gambar 4.36. Diagram profil pemahaman konsep peserta didik pada IPK-4
Profil paham konsep tertinggi pada IPK-4 ditunjukkan oleh butir soal
nomor 9. Butir soal nomor 9 merupakan soal dengan jenjang C4 dimana peserta
didik diminta menganalisis beberapa peristiwa dalam kehidupan sehari-hari dan
memilih peristiwa yang bukan merupakan aplikasi dari konsep reaksi redoks.
Jawaban yang benar pada butir soal ini adalah C yaitu pelarutan garam dapur,
dimana reaksi dari pelarutan garam dapur adalah sebagai berikut : NaCl(s) +
H2O(l)  Na+(aq) + Cl-(aq). Dari reaksi tersebut dapat dilihat peristiwa pelarutan
garam bukan merupakan reaksi redoks karena tidak terjadi perubahan bilangan
oksidasi. Presentase peserta didik yang memahami konsep sebanyak 61.02%.
Cuplikan butir soal nomor 9 dapat dilihat pada Gambar 4.38.

Profil miskonsepsi pada IPK-4 sama besarnya antara butir soal nomor 5
dan 9 yaitu sebanyak 16%. Butir soal 4 dan 9 keduanya merupakan soal dengan
jenjang C4, dimana dalam indikator memberi contoh konsep butir soal nomor 4
peserta didik diminta memberi contoh dengan membedakan reaksi redoks dan
bukan redoks, sedangkan butir soal nomor 9 peserta didik diminta memberi
contoh peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang termasuk dalam aplikasi reaksi
redoks. Presentase peserta didik yang mengalami miskonsepsi pada butir soal
nomor 4 dan 9 sebanyak 27,12%. Cuplikan butir soal nomor 4 dan 9 dapat dilihat
pada Gambar 4.24. dan 4.28.

Profil tidak paham konsep tertinggi pada IPK-4 ditunjukkan oleh butir soal
nomor 4. Butir soal nomor 4 merupakan soal dengan jenjang C4 yang meminta
peserta didik membedakan reaksi yang tidak mengalami reaksi redoks dari
beberapa reaksi yang diberikan. Di mana jawaban yang benar adalah opsi D yaitu
data nomor 4 dan 5. Pada data nomor 4 dan 5 bukan merupakan reaksi redoks
karena tidak ada unsur dalam senyawa yang mengalami perubahan bilangan
oksidasi. Sedangkan pada data reaksi nomor 1 unsur C mengalami kenaikan
bilangan oksidasi dari 0 menjadi +4 dan unsur O mengalami penurunan bilangan
oksidasi dari 0 menjadi -2. Pada data reaksi nomor 2 unsur N mengalami
penurunan bilangan oksidasi dari 0 menjadi -3 dan unsur H mengalami kenaikan
bilangan oksidasi dari 0 menjadi +1. Pada data reaksi nomor 3 unsur Ag dalm
senyawa Ag2O mengalami penurunan bilangan oksidasi dari +1 menjadi 0 dan
unsur C mengalami kenaikan bilangan oksidasi dari 0 menjadi +2. Peserta yang
tidak paham konsep dalam menentukan reaksi yang tidak termasuk reaksi redoks
adalah sebanyak 37,29%. Cuplikan butir soal nomor 4 dapat dilihat pada Gambar
4.24.

4.2.3. Kepraktisan Produk

Salah satu indikator keberhasilan pengembangan instrumen adalah dengan


melihat tanggapan positif dari responden.

4.2.3.1. Tanggapan Peserta Didik

Tanggapan peserta dilihat dengan menggunakan angket yang disebarkan di


akhir tahap penelitian. Tanggapan peserta didik terhadap e-diagnostic test TTMC
dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Tanggapan Peserta Didik terhadap E-Diagnostic Test TTMC

Kategori Sangat Setuju Setuju Kurang Tidak Setuju


Setuju

Jumlah 34 24 1 -
Peserta Didik
Proporsi 57,63% 40,68% 1,69% -

Tanggapan peserta didik terhadap instrument e-diagnostic test TTMC


tertinggi menunjukkan respon sangat setuju. Hal tersebut menunjukkan respon
yang positif dari peserta didik dan dapat diartikan bahwa instrument e-diagnostic
test TTMC yang dikembangkan dinilai praktis. Data selengkapnya dimuat pada
Lampiran 19.

4.2.3.2. Tanggapan Guru

Tanggapan guru diberikan untuk mengetahui kepraktisan pengembangan


instrumen e-diagnostic test TTMC. Guru pengajar diminta untuk mengkaji
instrumen yang telah dikembangkan, setelah itu diberikan angket responden.
Menurut tanggapan guru terhadap instrument e-diagnostic test TTMC
menunjukkan respon setuju. Disimpulkan bahwa instrument e-diagnostic test
TTMC dinyatakan praktis.

Anda mungkin juga menyukai