Anda di halaman 1dari 14

ASUHAM KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA LANISA DENGAN

GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)

PENGAMPU :

OLEH KELOMPOK
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jumlah warga usia lanjut di Indonesia yang semakin banyak agaknya tidak
terbendung lagi seiringnya usia harapan hidup. Diproyeksikan populasi orang usia lanjut
pada tahun 1990-2025 akan naik 414 % suatu angka tertinggi didunia berbagai masalah
fisik, psikologi dan sosial akan muncul pada usia lanjut sebagai akibat dari proses menua
dan atau penyakit degeneratif yang muncul seiring dengan menuanya seseorang.

Tentu tidak mudah untuk membedakan apakah masalah yang muncul merupakan
akibat proses menua atau akibat dari penyakit kronik degeneratif yang diderita sejalan
dengan berjalan usia seseorang. Keadaan ini dapat mengakibatkan masalah-masalah yang
muncul pada seorang usia lanjut menjadi tidak terkelola dangan baik karena dianggap
suatu proses terjadi akibat penuaan atau sebaliknya. Justru ditangani secara berlebihan.
Padahal merupakan masalah yang muncul akibat proses menua.

Secara umum proses menua didefenisikan sebagai perubahan yang dikaitkan


dengan waktu, akibat universal, intrinsik, progresif dan detrimental. Keadaan tersebut
dapat berkurang kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dan untuk dapat bertahan
hidup. Proses menua antar individu dan antar organ tubuh tidaklah sama proses menua
amat dipengaruhi oleh penyakit-penyakit degeneratif, kondisi lingkungan serta gaya
hidup. Berbagai pihak menyadari bahwa warga usia lanjut Indonesia yang semangkin
bertambah akan membawa pengaruh besar dalam pengelolaan masalah kesehatan.
Pengaruh besar tidak saja dari segi kuantitas namun juga kualitas, baik kualitas pelayanan
kesehatan. Warga usia lanjut tetap sehat dan mengupayakan agar deteksi dini dapat
dilakukan dengan baik merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan dan kualitas terhadap
usia lanjut.

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian,
memang harus diakuai bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi pada
lansia. Proses menua sudah mulai berlangsung setiap seseorang mencapai usia dewasa,
misalnya dengan terjadinya pada otot, pengindaraan baik itu indra penglihatan,
penciuman, perabaan, pendengaran dan pengecapan.
Maka dari pada itu, kelompok sangat tertarik untuk membahas yang terkait
dengan masalah-masalah yang terjadi pada usia lanjut. Khususnya gangguan pengindraan
yang dialami oleh usia lanjut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses menua ?
2. Apa saja teori - teori proses penuaan ?
3. Bagaimana perubahan sistem penglihatan pada lansia ?
4. Apa masalah sistem penglihatan pada lansia ?
5. Apa definisi katarak ?
6. Apa saja macam – macam katarak ?
7. Apa saja etiologi katarak ?
8. Bagaimana patofisiologi katarak ?
9. Apa saja manifestasi klinik katarak ?
10. Apa saja pemeriksaan diagnostik katarak ?
11. Bagaimana penatalaksanaan katarak ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana proses menua ?
2. Untuk mengetahui Apa saja teori - teori proses penuaan ?
3. Untuk mengetahui Bagaimana perubahan sistem penglihatan pada lansia ?
4. Untuk mengetahui Apa masalah sistem penglihatan pada lansia ?
5. Untuk mengetahui Apa definisi katarak ?
6. Untuk mengetahui Apa saja macam – macam katarak ?
7. Untuk mengetahui Apa saja etiologi katarak ?
8. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi katarak ?
9. Untuk mengetahui Apa saja manifestasi klinik katarak ?
10. Untuk mengetahui Apa saja pemeriksaan diagnostik katarak ?
11. Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksanaan katarak ?
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PROSES MENUA
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan jumlah sel sel yang ada dalam
tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-
lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta
memperbaiki kerusakan yang diderita ( constantinides 1994 ). Seiring dengan
proses  menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang
biasa disebut penyakit degeneratif. 

B. TEORI TEORI PROSES PENUAAN


Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologi, teori
kejiwaan sosial dan teori spiritual.
1. Teori Biologi
Teori bilogi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stres,
teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
2. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel)
a) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
b) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
c) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
d) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
e) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
f) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
3. Teori kejiwaan sosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
 Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
  Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.
 Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan ke lanjut usia.
b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni:
 kehilangan peran
 hambatan kontak sosial
 berkurangnya kontak komitmen

4. Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan
individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.
James fowler mengungkapkan 7 tahap perkembangan kepercayaan
(Wong,et.al,1999 ). Fowler juga menyakini bahwa kepercayaan/ demensia spiritual
adalah suatu kekuatan yang memberi arti kehidupan dari kehidupan seseorang.
Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk pengetahuan
dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah
suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan
orang lain  dalam  menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih, dan harapan.
Fowler menyakini bahwa perkembangan kepercayaan antara orang dan
lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai pengetahuan. Fowler
juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap
penjelmaan dari prisip cinta dan keadilan.

C. PERUBAHAN SISTEM PENGLIHATAN PADA LANSIA


Perubahan penglihatan yang terjadi pada lansia yaitu seperti, respon terhadap sinar
menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang
menurun dan katarak.
Mata merupakan bagian yang vital dalam kehidupan untuk pemenuhan hidup
sehari-hari, terkadang perubahan yang terjadi pada mata dapat menurunkan kemampuan
beraktifitas. Para lansia yang memilih masalah mata menyebabkan orang tersebut
mengalami isolasi sosial dan penurunan perawatan diri sendiri.
1. Mata normal
Mata merupakan organ penglihatan, bagian-bagian mata terdiri dari sklera,
koroid dan retina. Sklera merupakan bagian mata yang terluar yang terlihat berwarna
putih, kornea adalah lanjutan dari sklera yang berbentuk transparan yang ada didepan
bola mata, cahaya akan masuk melewati bola mata tersebut. Sedangkan koroid
merupakan bagian tengah dari bola mata yang merupakan pembuluh darah. Dilapisan
ketiga merupakan retina, cahaya yang masuk dalm retina akan diputuskan oleh retina
dengan bantuan aqueous humor, lensa dan vitrous humor. Aqueous humor merupakan
cairan yang melapisi bagian luar mata, lensa merupakan bagian transparan yang
elastis yang berfungsi untuk akomodasi.
2. Hubungan usia dengan mata
Kornea, lensa, iris, aqueous humor, dan vitrous humor akan mengalami
perubahan seiring bertambahnya usia. Karena bagian utama yang mengalami
perubahan/penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan kekeruhan lensa pada mata,
produksi aquous humor juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu terpengaruh
terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum. Bertambahnya usia
akan mempengaruhi fungsi organ pada mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi
kerja pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda,
penurunan tersebut meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak
jauh. Proses akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat benda-benda dari jarak
dekat maupun jauh. Akomodasi merupakan hasil koordinasi atas ciliary body dan
otot-otot ini, apabila sesorang mengalami penurunan daya akomodasi maka orang
tersebut disebut presbiopi.

D. MASALAH SISTEM PENGLIHATAN PADA LANSIA


Ada 5 masalah umum penglihatan yang sering muncul pada orang dengan lanjut usia.
Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penurunan kemampuan penglihatan
Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah
progesifitas dan pupil kekunningan pada lensa mata, menurunnya vitrous humor,
perubahan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah pada usia lanjut seperti : mata
kabur, hubungan aktifitas sosial, dan penampialan ADL, pada lansia yang berusia
lebih dari 60 tahun lensa mata akan semakin keruh, beberapa orang tidak mengalami
atau jarang mengalami penurunan penglihatan seirinng dengan bertambahnya usia.
2. ARMD ( age- relaed macular degeneration )
ARMD terjadi pada usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini mengalami
peningkatan makula berada dibelakang lensa sedangkan makula sendiri berfungsi
untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna, kerusakan makula akan
menyebabkan sesorang mengalami gangguan pemusatna penglihatan.
Tanda dan gejala ARMD meliputi : penglihatan samar-samar dan kadang-
kadang menyebabkan pencitraan yang salah. Benda yang dilihat tidak sesuai dengan
kenyataan, saat melihat benda ukuran kecil maka akan terlihat lebih kecil dan garis
lurus akan terlihat bengkok atau bahkan tidak teratur. Pada dasarnya orang yang
ARMD akan mengalami gangguan pemusatan penglihatan, peningkatan sensifitas
terhadap cahaya yang menyilaukan, cahaya redup dan warna yang tidak mencolok.
Dalam kondisi yang parah dia akan kehilangan penglihatan secara total.
Pendiagnosaan dilakukan oleh ahli oftalmologi dengan bantuan berupa test intravena
fluorerensi angiografy.
Treatment: beberapa kasus dalam ARMD dapat dilakukan dengan tembok
laser (apabila akondisi tidak terlalu parah) pelaksanaan dalam keperawatan adalah
membantu aktifitas sehari-harinya, membantu perawatan diri dan memberikan
pendidikan tentang ARMD.
3. Glaucoma
Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia 60
tahun keatas, kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa diobati namun dengan
medikasi dan pembedahan mampu mengurangi kerusakan pada mata akibat
glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan tekanan intra okuler ( IOP )
pada kebanyakan orang disebabkan oleh oleh peningkatan tekanan sebagai akibat
adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih berisi O2,
gula dan nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah vital jaringan
nervous optikus, adanya kelemahan srtuktur dari syaraf.
Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang
berbeda pula pada suhu Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di bandinng orang
kulit putih, glaukoma merupakan penyebab pertama kebutuhan di Asia.
Tipe glaukoma ada 3 yaitu :
a) Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)
Tipe ini merupakan yang paling umum terjadi terutama lansia usia > 50 tahun.
Penyebabnya adalah peningkatan tekanan di dalam bola mata yang berfungsi
secara perlahan, rata-rata tekanan normal bola mata adalah 14- 16 mmHg.
Tekanan 20mmHg masih dianggap normal namun bila lebih dari 22 diperkirakan
menderita glaukoma dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Tekanan bola mata yang meningkat dapat membahayakan dan menghacurkan
sel-sel mata. Setelah terjadi kehancuran sel-sel tersebut maka munculah bintik-
bintik yang akan lapang pandang bintik ini dimulai dari tepi atau daerah yang
lebih luar dari satu lapang pandangan.
Tidak ada gejala yang nyata dengan glaukoma sudut terbuka, sehingga susah
untuk didiagnosa. Penderita tidak merasakan adanya nyeri dan sering tidak
disadari.
b) Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)
Glukoma bertekanan normal adaalh suatu keadaan dimana terjadi kerusakan
yang progesif pada syaraf optikus dan kehilangan lapang pandangan meskipun
tekanan bola mata normal. Tipe glaukoma ini diperkirakan ada hubunganya
(meski kecil) dengan kurangnya sel syaraf optikus yang membawa impuls ke
retina menuju otak. Glukoma bertekanan normal ini sering terjadi pada orang yang
mempunyai riwayat penyakit pembuluh darah, kebanyakan pada orang jepang
atau wanita.
c) Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup)
Sudut antara iris dan kornea adalah menyempit, adanya gangguan pada cairan
bola mata, peningkatan tekanan boala mata sangat cepat karena saluran cairan
bola mata terhambat, tanda-tandanya muncul secara tiba-tiba dan penanganan
secara cepat dibutuhkan untuk kerusakan mata secara permanen.
Diliteratur lain disebutkan bahwatipe glaukoma selain di atas antara lain
pigmentary glukoma, congenitak glukoma, secondary glaukoma. Secara umum
tanda dan gejala yang muncul pada open gloukoma adalah sulit untuk
diidentifikasi, kejadiannya berjalan sangat lambat, kehilangan sudut pandang dari
tepi, penurunan kemampuan penglihatan. Sedangkan pada class gloukoma adalah
munculsecara tiba-tiba adanya nyeri pada mata, sudut mata menyempit, mata
memerah, kabur, neusea, vomite atau brodykardia bisa terjadi karena adanaya
nyeri pada mata.
Treatment :
Ketika tanda dan gejala sudah muncul segera lakukan pemeriksaan alatnya berupa
tanometer. Penanganannya berupa:
 Tetes mata : cara ini merupakan cara umum dan sering dan harus dilakukan,
sebagian klien dapat mendaptkan respon yang bagus dari obat namun beberapa
juga tidak ada respon pemberian obat harus sesuai dengan tipe glaukoma.
 Bedah laser : ( trabukulopasty) ini dilakuka jika obat tetes mata tidak
menghentikan glaukoma. Walaupun sudah dilaser obat harus diberikan
 Pembedahan (trabekulectomy) sebuah saluran dibuat untuk memungkinkan
caira keluar, tindkan ini dapat menyelamatkan sisa penglihtan yang ada.
 Obat yang diperlukan :
 Pilocarpine atau timololmalat
Yaitu untuk mencegah keparahan glaukoma dan menurunkan produk
cairan yang yang menyebabkan gangguan pulmo dan detak jantung
menurun. Betaxolol (betotik) direkomendasi bagi klien yang menderita
asma atau eapisima, pilocarpine menyebabkan miosis (kontriksi) pupil
tetapi mempu menormalkan tekanan boal mata, obat lain seperti :
Brimohidrine, untuk menurinkan aquous humor.
Oral karbonik anhydrase inhibitor seperti acitamolamide (diamox)
yaitu untuk mengurangi cairan., obat ini menyebabkan depresi, fatique
letargy.
E. Katarak

1. Definisi Katarak
Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruhan yang terjadi
pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa),
denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai
kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bias melihat
dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada
setiap lensa mata dapat bervariasi.

2. Macam – macam Katarak


a) katarak kongenital
Adalah katarak sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir.
Jenisnya adalah:
 Katarak lamelar atau zonular.
 Katarak polaris posterior.
 Katarak polaris anterior
 Katarak inti (katarak nuklear)
 Katarak sutural
b) Katarak juvenil
Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir.
c) Katarak senil
Adalah kekeruhan lensa yang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa
macam yaitu:
 katarak nuklear
Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa
 Katarak kortikal
Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa
 Katarak kupliform
Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.
Katarak senil dapat dibagi atas stadium:
 katarak insipiens
Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang membentuk gerigi
dengandasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
 katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh
lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih pada lensa
 katarak matur
Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama
– sama hasil desintegritas melalui kapsul.
 katarak hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan


dapat keluar melalui kapsul lensa.

d) Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit
umum.
e) Katarak traumatik
Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.

3. Etiologi katarak
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degenerative atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas.
Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada
saat hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
a) Faktor keturunan
b) Cacat bawaan sejak lahir
c) Masalah kesehatan, misalnya diabetes
d) Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid
e) Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
f) Gangguan pertumbuhan
g) Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama
h) Rokok dan alkohol
i) Operasi mata sebelumnya
j) Trauma (kecelakaan) pada mata
k) Faktor-faktor lainya yang belum diketahui

4. Patofisiologi katarak

Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan


atara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran
semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap
dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan
protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lens melebihi jumlah protein
dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian yang lain sehingga membentuk
suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan
cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya
cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.
5. Manifestasi Klinik Katarak
a) Tanda: lensa keruh, penglihatan kabur secara berangsur-angsur tanpa rasa sakit,
pupil berwarna putih, miopisasi pada katarak intumessen.
b) Gejala: merasa silau terhadap cahaya matahari, penglihatan kabur secara
berangsur-angsur tanpa rasa sakit, penglihatan diplopia monokuler (dobel),
persepsi warna berubah,perubahan kebiasaan hidup.
Sejak awal, katarak dapat terlihat melalui pupil yang telah berdilatasi dengan
oftalmoskop, slit lamp, atau shadow test. Setelah katarak bertambah matang maka
retina menjadi semakin sulit dilihat sampai akhirnya reflex fundus tidak ada dan
pupil berwarna putih

6. Pemeriksaan Diagnostik Katarak


a) Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
b) Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,  glukoma.
c) Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
e) Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma
f) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
g) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h) EKG, kolesterol serum, lipid
i) Tes toleransi glukosa : kotrol DM

7. Penatalaksanaan Katarak
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan.  Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila
ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi
segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit
retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
a) Ada 2 macam teknik pembedahan ;
 Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
 Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan
katarak.  Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama
pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai