Anda di halaman 1dari 3

SP 1 Keluarga pada Pasien Halusinasi

Nama: Vira Shintya Syafma

Bp: 2041312030

1. Orientasi

a.. Salam Terapeutik 

“Selamat malam Yuni. Yuni Masih ingat dengan kakak?

b. Evaluasi Validasi

“Bagaimana kabar Yuni hari ini? Bagaimana pendapat Yuni tentang Rio yang
sekarang sudah di rumah?

c. Kontrak

“Selanjtnya kita akan berdiskusi tentang masalah halusinasi yang pernah Rio alami,
bagaimana tanda dan gejalanya, penyebnya, proses terjadinya serta bagaimana cara
merawatnya. Kita lakukan disini saja sekitar 10-15 menit bagaimana Yuni? Apakah
Yuni bersedia?

2. Fase Kerja

"Apa yang Yuni rasakan ketika merawat Rio? Apa Yuni memiliki masalah dalam
merawat Rio? Apa yang Yuni lakukan jika seandainya halusinasi rio muncul?"

"Ya, gejala yang dialami oleh Rio itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
“penyebabnya bisa karena keturunan/ genetik, mengkonsumsi narkoba,
mengkonsumsi alcohol, trauma yang berlebihan, stres yang berlebihan, terkucilkan
dimasyarakat, hubungan dengan orang lain yang tidak harmonis dan mengurung diri
atau tidak mau bertemu dengan orang lain”

“Kalau tanda dan gejalanya adalah pasien berbicara atau tertawa atau marah- marah
sendiri, memiringkan telinga ke arah tertentu seperti sedang mendengar sesuatu,
menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, ketakutan dengan sesuatu yang tidak jelas, melihat
bayangan sinar, bentuk– bentuk, melihat hantu atau monster, menutup hidung,
bersikap seperti sedang membaui sesuatu, merasakan rasa seperti darah atau kotoran
di dalam mulutnya, serta menggaruk-garuk permukaan kulit terus menerus”

“Proses terjadinya halusinasi ada empat fase, fase pertama, klien mengalami
kecemasan, stress dan kesepian.klien memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal
menyenangkan untuk menghilangkan stress dan kecemasannya. Fase kedua,
kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal,
individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya. Fase ketiga, halusinasi
lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Dan fase keempat, klien merasa terpaku
dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasi”

“Selanjutnya yaitu bagaimana cara mengontrol halusinasi, ada 4 cara yaitu:


Menghardik, minum obat teratur, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas terjadwal”

“Jadi diharapkan kepada keluarga untuk dapat membantu dan merawat pasien. Ada
beberapa cara untuk merawat pasein seperti, jangan biarkan pasien termenung sendiri,
ajak pasien bicara, ngobrol-ngobrol jika melamun, menyapa pasien jika pasien
tertawa atau berbicara sendiri, membantu pasien mengingatkan untuk minum obat
secara teratur, buatkan jadwal kegiatan sehari-hari yang tidak memberatkan pasien,
memberikan pujian positif kepada pasien, serta segera membawa kerumah sakit jiwa
jika halusinasi berlanjut dan beresiko mencederai”

“Jadi, tadikan salah satu cara untuk mengontrol halusianasi kan ada menghardik,
pertama saya akan ajarkan cara menghardik. Begini Yuni, tutup telinga/mata dan
katakan Pergi! Pergi! kamu suara palsu! Begitu ya. Coba silakan Yuni ulangi cara
tersebut. Ya begitu ya Yuni”.

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif 
“Bagaimana perasaan Yuni setelah kita berbincang-bincang tentang masalah yang
sedang dialami oleh Rio tadi? Bisa Yuni sebutkan lagi apa pengertian dan gejala dari
halusinasi yang dialami Rio? Bisa Yuni sebutkan kembali cara yang dapat dilakukan
untuk membantu serta mengatasi halusinasi pada Rio tadi?”

b. Rencana Tindak Lanjut

“Saya harap keluarga bisa membantu untuk merawat Rio dan mengingatkan Rio
untuk melakukan cara mengontrol halusinasinya tadi.

c. Kontrak yang Akan Datang

“Baiklah, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang bagaimana


cara memberikan obat yang benar kepada Rio? Kita lakukan disini lagi sekitar 10-15
menit bagaimana? Baiklah kalau begitu, terimaksih atas waktunya Yuni, Selamat
malam”

Anda mungkin juga menyukai