Anda di halaman 1dari 20

1

PENGARUH KEBERADAAN CENTRAL BUSINESS DISTRICT


(CBD) SIMPANG LIMA GUMUL TERHADAP KONVERSI
LAHAN PERTANIAN, KABUPATEN KEDIRI

AS AD ALI MUTAKIN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
2
3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Keberadaan


Central Business District (CBD) Simpang Lima Gumul Terhadap Konversi Lahan
Pertanian, Kabupaten Kediri adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya
melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

As Ad Ali Mutakin
NIM H44080034
4

ABSTRAK
AS AD ALI MUTAKIN. Pengaruh Keberadaan Central Business District (CBD)
Simpang Lima Gumul terhadap Konversi Lahan Pertanian, Kabupaten Kediri.
Dibimbing oleh NINDYANTORO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola dan karakteristik alih fungsi
lahan pertanian beserta faktor dan laju alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten
Kediri. Metode analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis pola, karakteristik
dan laju alih fungsi lahan. Sementara itu untuk menganalisis faktor-faktor
digunakan model regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pola dan karakteristik konversi lahan di Kabupaten Kediri secara spontan masih
sangat sedikit dibandingkan dengan yang direncanakan. Pemerintah berhasil
mengatasi masalah defisit lahan pertanian melalui program percetakan sawah.
Secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian pada
taraf nyata ditingkat petani di Kecamatan Ngasem yang pertama adalah jumlah
tanggungan, yang menunjukkkan pertumbuhan pesat pasca pembukaan kawasan.
Kedua adalah jarak lahan dari pusat central business district. Ketiga adalah harga
lahan pertanian per/meter persegi. Keempat adalah luas lahan yang dimiliki
sebelumnya. Implikasi dari hal ini pemda perlu berkoordinasi dengan para pemilik
tanah yang luas agar konversi dapat terkendali.

Kata kunci: central business district, konversi lahan, Simpang Lima Gumul

ABSTRACT
AS AD ALI MUTAKIN. The linkages of existence Central Business District (CBD)
Simpang Lima Gumul with Agricultural Land Conversion, Kediri Regency . Guided
by NINDYANTORO.

This study aims to examine the pattern and characteristics of agricultural


land convertion and its factor and the rate of agricultural land conversion in Kediri
Regency. Descriptive analysis method used to analyze the patterns, characteristics
and the rate of land conversion. Meanwhile, to analyze the factors used multiple
linear regression models. The results showed that the patterns and characteristics
of land conversion in Kediri Regency spontaneously still very little compared by
the plan. The government managed to overcome the problem of agricultural land
deficit through by extensification farmland program. Empirically the factors that
influence agricultural land convertion in the real level of the farmer in Ngasem
Subdistrict the first is the number of dependents, which is indicating the rapid
growth of the region after opening area. The second is the distance of the area from
the center of he central business district. Third is the price of agricultural land per/
square meter. The fourth is land held previously. The implication of this is that local
government needs to coordinate with the owners of wide land so the conversion can
be controlled.

Keywords: central business district, land conversion, Simpang Lima Gumul


5

PENGARUH KEBERADAAN CENTRAL BUSINESS


DISTRICT (CBD) SIMPANG LIMA GUMUL TERHADAP
KONVERSI LAHAN PERTANIAN, KABUPATEN KEDIRI

AS AD ALI MUTAKIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
6
7

Judul Skripsi : Pengaruh Keberadaan Central Business District (CBD) Simpang


Lima Gumul terhadap Konversi Lahan Pertanian, Kabupaten Kediri
Nama : As Ad Ali Mutakin
NIM : H44080034

Disetujui oleh

Ir Nindyantoro, MSP
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Aceng Hidayat, MT
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Pengaruh Keberadaan Central Business District (CBD) Simpang
Lima Gumul terhadap Konversi Lahan Pertanian, Kabupaten Kediri
Nama : As Ad Ali Mutakin
NIM : H44080034

Disetujui oleh

Ir Nindyantoro, MSP
Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Lulus: 1 0 ", 2014


8

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam selalu disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Judul
skripsi ini adalah “Pengaruh Keberadaan Central Business District (CBD) Simpang
Lima Gumul terhadap Konversi Lahan Pertanian, Kabupaten Kediri”, yang
dilaksanakan pada bulan mei 2013 hingga Maret 2014.
Penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak
yang telah memberikan kontribusi serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini
terutama kepada:
1. Ayahanda tercinta (Sumali), Ibunda tercinta (Siti aisah), adik saya tercinta
(Tanto Wiyahya dan Abdul Rohman Zauhari), Om Yudi dan Tante ulfa, serta
keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan moril
maupun materil, serta limpahan do’a yang tak pernah putus kepada penulis.
2. Ir Nindyantoro MSP selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu
dan tenaga untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dengan penuh
kesabaran serta kebaikan yang sangat membantu dan memberikan inspirasi
penulis selama ini.
3. Adi Hadianto, SP, MSi selaku dosen penguji utama dan Asti Istiqomah, SP
selaku dosen perwakilan departemen.
4. Kepala Kesbangpolinmas Kabupaten Kediri, Kepala BAPPEDA Kabupaten
Kediri, Bapak Camat Ngasem, dan Bapak Kepala Desa beserta jajarannya serta
para ketua RT dan RW yang telah membantu penulis dalam memperoleh data
dan informasi.
5. Saudari Nurul Haq Sari yang telah memberikan limpahan doa, semangat, dan
motivasi kepada penulis
6. Sahabat penulis: Mahmud, Pramudi, Dewi, Ruben, Ai, Daus, Dea, Anna, Kiki,
Agustina, Rifki, Ayu, dan Dika kalian adalah sahabat terbaik. Terima kasih atas
motivasi dan semangatnya.
7. Teman-teman di kostan Wisma Rizki : Awir, Danang, Wisnu, Caesar, Iqra,
Aziz, Anang, Akbar, Dio, Esa, Gogo, Arif, dan Pem. Keluarga besar di ESL 45
dan teman-teman ESL 46 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih
atas berbagai ilmu, kebersamaan, doa, semangat, bantuan, dan dukungan kalian
selama ini.
8. Seluruh Dosen dan Tenaga Pendidikan Departemen ESL yang telah membantu
selama penulis menyelesaikan studi di ESL.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu
proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah
diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak khususnya kepada pembuat kebijakan dan
perencanaan pembangunan di Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri

Bogor, Maret 2014

As Ad Ali Mutakin
9

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR . viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Ruang Lingkup Penelitian 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Pembangunan Wilayah 5
2.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah 6
2.1.2 Pemindahan Pusat Kota Kabupaten 9
2.1.3 Central Business District (CBD) 10
2.2 Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya Terhadap Perkembangan
Wilayah 12
2.3 Lahan dan Fungsi Utama Lahan 13
2.4 Konversi Lahan 14
2.4.1 Definisi Konversi 14
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan 16
2.5 land Rent 17
2.5 Penelitian Terdahulu 18
III. KERANGKA PEMIKIRAN 21
3.1 Kerangka Teoritis 21
3.1.1 Teori Konversi Lahan 21
3.1.2 Teori Lokasi 22
3.2 Kerangka Operasional 25
3.3 Hipotesis 28
IV. METODE PENELITIAN 29
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 29
4.2 Metode Penelitian 29
4.3 Jenis dan Sumber Data 29
10

4.4 Metode Pengambilan Sampel 30


4.5 Metode Analisis Data 30
4.5.1 Analisis Deskriptif 31
4.5.2 Analisis Laju Alih Fungsi Lahan 31
4.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda 32
V. GAMBARAN UMUM 37
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 37
5.1.1 Kabupaten Kediri 37
5.1.2 Kecamatan Ngasem 37
5.2 Gambaran Umum Central Business District Simpang Lima
Gumul (CBD SLG) 38
5.2.1 Potensi Kawasan Central Business District 38
5.2.2 Fasilitas Pendukung CBD SLG 39
5.3 Karakteristik Responden 42
5.3.1 Jenis Kelamin 42
5.3.2 Tingkat Umur 43
5.3.3 Tingkat Pendidikan 43
5.3.4 Jenis Pekerjaan 44
5.3.5 Alasan Konversi Lahan 45
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 47
6.1 Pola dan Karakteristik Alih Fungsi Lahan 47
6.2 Laju Alih Fungsi Lahan Pertanian di Kabupaten Kediri 52
6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan ditingkat
Petani 54
VII. SIMPULAN DAN SARAN 61
7.1 Simpulan 61
7.2 Saran 62
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN 66
11

DAFTAR TABEL

Halaman
1.1 Jumlah penduduk Kabupaten Kediri Tahun 2001-2011 dengan laju
pertumbuhannya 2
4.1 Matriks metode analisis data 31
4.2 Selang nilai statistik durbin watson serta keputusannya 34
6.1 Luas alih fungsi lahan sawah tahun 2003-2009 di Kabupaten Kediri 48
6.2 Luas dan Laju Alih Fungsi Lahan Sawah 2009-2011 di Setiap
Kecamatan 50
6.3 Luas dan laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Kediri 53
6.4 Hasil interpretasi koefisien determinasi faktor-faktor yang
mempengaruhi konversi lahan sawah di tingkat petani 56
6.5 Jumlah penduduk Kabupaten Kediri Tahun 2001-2011 dengan laju
pertumbuhannya 57

DAFTAR GAMBAR

Halaman
3.1 Ilustrasi hubungan antara land rent dengan kapasitas penggunaan lahan 22
3.1 Pengaruh Jarak Terhadap Biaya Transportasi dan Land Rent 23
3.3 Kurva Bid-rent Individu 24
3.4 Alokasi Lahan Permukiman dengan Preferensi yang Relatif Tinggi
Terhadap Aksessibilitas 25
3.5 Diagram kerangka pemikiran 27
5.1 Hubungan jenis kelamin dengan pendidikan 42
5.2 Hubungan umur dengan status kependudukan 43
5.3 Hubungan tingkat pendidikan dengan jenis pekerjaan 44
5.4 Hubungan jenis pekerjaan dengan pendapatan 45
5.5 Hubungan alasan menjual lahan dengan pendapatan 46
6.1 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Kediri Tahun 2001-2011 47
6.2 Pola Konversi Lahan di Kecamatan Ngasem 51
12

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Kuisioner Penelitian 66
2 Peta Kawasan Strategis Kabupaten Kediri 69
3 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kediri tahun
2011 dalam RTRW 70
4 Konversi lahan yang dilakukan responden 72
5 Hasil Olahan Data Regresi Linear Berganda Fungsi Faktor-
Faktor 73
6 Dokumentasi Kegiatan 76
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat secara fluktuatif


memiliki dampak terhadap meningkatnya perkembangan wilayah. Perkembangan
suatu wilayah ditandai oleh perkembangan sektor ekonomi dan peningkatan
kelengkapan fasilitas-fasilitas pelayanan umum di suatu wilayah, seperti sekolah,
pertokoan, industri, dan lain sebagainya. Sejalan dengan itu, wilayah yang
mengalami perkembangan menjadi daya tarik berpindahnya penduduk ke wilayah
tersebut dan proses ini menyokong pertambahan penduduk secara signifikan.
Sejalan dengan perkembangan suatu wilayah dan meningkatnya
pertambahan penduduk, kebutuhan akan lahan terus meningkat pesat. Sementara
itu ketersediaan lahan pada dasarnya tidak berubah, meskipun kualitas tingkat
kesuburannya dapat ditingkatkan. Pada kondisi tersebut maka peningkatan
kebutuhan lahan untuk suatu kegiatan produksi akan mengurangi ketersediaan
lahan untuk kegiatan produksi lainnya. Hal inilah yang menyebabkan seringnya
terjadi benturan dalam penggunaan lahan.
Kabupaten Kediri merupakan salah satu wilayah yang mengalami
perkembangan wilayah cukup pesat. Hal ini ditandai dengan pembangunan
kawasan Central Business District (CBD) Simpang Lima Gumul yang mulai dibuka
untuk umum tahun 2008. Pembangunan kawasan Simpang Lima Gumul dimulai
pada tahun 2002 dan masih dalam proses penyelesaian pembangunan. Keberadaan
kawasan CBD Simpang Lima Gumul memicu perkembangan sektor ekonomi, hal
ini dikarenakan infrastruktur yang dibangun untuk mendukung kawasan CBD
menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar untuk berkunjung dan juga menjadi daya
tarik bagi pengusaha/investor untuk berinvestasi.
Semakin berkembangnya pembangunan dan meningkatnya pertambahan
penduduk di Kabupaten Kediri, maka lahan yang dibutuhkan untuk kegiatan non
pertanian seperti permukiman, perdagangan, dan industri semakin meningkat. Hal
tersebut yang menyebabkan sering terjadinya benturan dalam penggunaan lahan.
Alih fungsi lahan cenderung tidak dapat dihindari, hal ini disebabkan
2

perkembangan land rent indutri dan permukiman yang lebih tinggi dibandingkan
land rent pertanian, yang semakin memicu perubahan tataguna lahan pertanian.
Kabupaten Kediri mengalami pertumbuhan penduduk yang terus meningkat
dari tahun ke tahun. Pertambahan penduduk ini menyebabkan keperluan bangunan
juga ikut bertambah. Tidak hanya bangunan rumah untuk tempat tinggal, tetapi juga
infrastruktur lain yang mendukung masyarakat, seperti sekolah, perkantoran, rumah
sakit, dan jalan raya. Adapun gambaran tren peningkatan jumlah penduduk
Kabupaten Kediri dapat dilihat pada Tabel 1.1
berikut ini.
Tabel 1.1 Jumlah penduduk Kabupaten Kediri Tahun 2001-2011 dengan laju
pertumbuhannya
tahun Jumlah penduduk (jiwa) Pertambahan penduduk laju penduduk (%)
2001 1.401.130
2002 1.407.921 6.791 0,485
2003 1.415.500 7.579 0,538
2004 1.423.234 7.734 0,546
2005 1.438.783 15.549 1,093
2006 1.445.695 6.912 0,480
2007 1.453.619 7.924 0,548
2008 1.461.566 7.947 0,547
2009 1.475.815 14.249 0,975
2010 1.499.768 23.953 1,623
2011 1.576.160 76.392 5,094
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri
Menurut Santoso (2013) meningkatnya perkembangan wilayah di
Kabupaten Kediri dimulai ketika Bupati Kabupaten Kediri yang menjabat saat itu
H. Sutrisno (2000-2010) membuat kebijakan untuk memindahkan ibukota
Kabupaten Kediri. Pusat pemerintahan Kabupaten Kediri sebelumnya berada di
Kota Kediri. Pemindahan pusat pemerintahan Kabupaten Kediri sebelumnya telah
lama direncanakan ke Kecamatan Pare, namun rencana tersebut dibatalkan.
Akhirnya ibukota Kabupaten Kediri diputuskan berada di Kecamatan
Ngasem. Pemilihan Kecamatan Ngasem merupakan jalan tengah dan jawaban dari
penolakan pemindahan ibukota kabupaten ke Kecamatan Pare oleh kecamatan
lainnya. Pusat pemerintahan di wilayah Kecamatan Ngasem berada di Desa
Sukorejo. Kecamatan inilah tempat dibangunnya Central Business District di
wilayah Kota Baru Gumul.
3

1.2 Perumusan Masalah

Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk


kelangsungan hidup manusia karena sumberdaya lahan merupakan salah satu sektor
yang diperlukan dalam setiap bentuk aktivitas manusia. Penggunaan lahan pada
umumnya tergantung pada kemampuan lahan dan lokasi lahan. Penggunaan lahan
untuk daerah-daerah pemukiman, industri dan perdagangan tergantung pada lokasi
lahan. Sedangkan untuk pertanian penggunaan lahan tergantung pada tingkat
kesuburan lahan tersebut.
Lahan yang memiliki tingkat kesuburan bagus dan lokasi yang strategis
akan terdapat kompetisi dalam pemanfaatannya. Kompetisi yang terjadi biasanya
terdapat pada lahan-lahan subur yang berada di daerah perkotaan maupun di daerah
sub urban. Kompetisi dalam pemanfaatan lahan biasanya terjadi antara sektor
pertanian dengan sektor lainnya seperti pemukiman, industri maupun perdagangan.
Secara umum, sumberdaya lahan akan dimanfaatkan oleh pemiliknya untuk tujuan-
tujuan yang memberikan harapan memperoleh penghasilan yang tertinggi. Pemilik
lahan akan menggunakan lahan yang dimilikinya sesuai dengan manfaat
penggunaan tertinggi dan terbaik. Penilaian pemilik lahan untuk penggunaan
terbaik dan tertinggi tergantung pada orientasi yang ingin dicapai yaitu orientasi
ekonomi, sosial maupun lingkungan.
Jika penilaian lahan berdasarkan orientasi ekonomi lebih tinggi daripada
orientasi lainnya maka lahan akan digunakan untuk pemanfaatan yang memberikan
nilai ekonomi tinggi. Pada daerah perkotaan dan sub urban umumnya sektor
pertanian terkalahkan oleh sektor pemukiman, industri maupun perdagangan
sehingga lahan-lahan pertanian dikonversi menjadi pemukiman, industri maupun
perdagangan. Konversi lahan pertanian menimbulkan dampak positif dan negatif.
Dampak positif yang dirasakan adalah munculnya kawasan pemukiman baru untuk
memenuhi kebutuhan perumahan, peningkatan kegiatan perdagangan serta adanya
tambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi dan pajak. Selain dampak
positif konversi lahan pertanian juga menyebabkan dampak negatif.
Dampak negatif yang dirasakan akibat konversi lahan pertanian antara lain
adalah hilangnya kesempatan memproduksi pangan, hilangnya hamparan efektif
yang mampu mengurangi air limpasan dan hilangnya fungsi ekologi dari lahan
4

pertanian tersebut. Oleh karena itu, dalam pengelolaan sumberdaya lahan perlu
mempertimbangkan banyak aspek. Selain aspek ekonomi dalam pengelolaan
sumberdaya lahan juga perlu memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.
Berdasarkan fenomena yang terjadi, ada beberapa permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini, meliputi:
1. Bagaimana pola atau karakteristik alih fungsi lahan di Kabupaten Kediri?
2. Berapakah laju alih fungsi lahan di Kabupaten Kediri?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian pada
tingkat petani?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, penelitian ini


bertujuan untuk:
1. Mengkaji pola atau karakteristik alih fungsi lahan di Kabupaten Kediri.
2. Menghitung laju alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Kediri.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan
pertanian pada tingkat petani.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup memiliki tujuan untuk mengetahui batas penelitian. Wilayah


penelitian terletak di Desa Paron, Desa Gogorante dan Desa Sumberejo yang
ketiganya masuk dalam administrasi Kecamatan Ngasem dengan populasi
penelitian merupakan petani di ketiga desa tersebut. Petani tersebut adalah petani
yang mentransaksikan hak kepemilikan lahannya, petani yang melakukan alih
fungsi lahannya sendiri dan petani yang tidak melakukan alih fungsi lahan. Alih
fungsi lahan yang terjadi berupa perubahan lahan pertanian menjadi fungsi lain
yang tidak bisa diubah menjadi lahan pertanian kembali. Lahan pertanian yang
dianalisis terbatas pada lahan sawah dan hasil produksi berupa padi, jagung dan
tebu. Faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan dilihat dari faktor langsung yang
mempengaruhi keputusan petani. Penelitian ini tidak mencakup dampak yang
dirasakan petani karena telah melakukan alih fungsi lahan.
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Wilayah

Jayadinata (1999) mendefinisikan wilayah dalam pengertian geografis


sebagai kesatuan alam yaitu alam yang serba sama, atau homogen, atau seragam,
kesatuan manusia, yaitu masyarakat serta kebudayaannya yang serba sama yang
mempunyai ciri (kekhususan) yang khas, sehingga wilayah tersebut dapat
dibedakan dari wilayah lain. Menurut Rustiadi dan Anwar (2000), wilayah adalah
satu satuan atau unit geografis dengan batas-batas tertentu, dimana bagian
bagiannya (sub wilayah) satu sama lain tergantung secara fungsional. Dari
pengertian di atas dapat dikatakan pengertian wilayah bersifat relatif yaitu tidak ada
batasan yang luas. Oleh karena itu, pembagian wilayah tergantung dari tujuan
analisis wilayah tersebut.
Dalam konsep wilayah nodal, maka wilayah ditafsirkan sebagai sel hidup
yang mengandung inti dan plasma. Inti adalah pusat atau kutub yang berfungsi
sebagai pusat konsentrasi tenaga kerja, lokasi industri, dan jasa serta pasar bahan
mentah. Plasma mengandung pengertian wilayah belakang (hinterland) yang
berfungsi sebagai pemasok tenaga kerja, pemasok bahan mentah, serta pasar dari
industri dan jasa.
Pertumbuhan penduduk, meningkatnya sarana perhubungan, menurunnya
secara relatif sektor pertanian sebagai penopang kehidupan masyarakat petani di
perdesaan dan daya tarik kota menyebabkan terjadinya arus urbanisasi dari desa ke
kota atau dari daerah belakang atau plasma ke pusat-pusat atau inti. Disisi lain
dengan adanya ketersediaan infrastruktur di pusat atau di inti, tenaga kerja yang
berlimpah menyebabkan banyak industri bertumbuh di pusat dan wilayah pengenal
pinggiran kota inti. Adanya perbedaan pertumbuhan wilayah dalam lingkup suatu
negara, menyebabkan dalam suatu kawasan yang lebih luas akan terdapat beberapa
macam karakteristik wilayah ditinjau dari aspek kemajuannya, yaitu (1). wilayah maju;
(2). wilayah sedang berkembang; (3). wilayah belum berkembang; dan (4). wilayah
tidak berkembang. Wilayah maju adalah wilayah yang telah berkembang yang biasanya
berfungsi sebagai pusat pertumbuhan, biasanya terdapat pemusatan penduduk, industri,
pemerintahan dan sekaligus pasar yang potensial. Selain itu juga dicirikan oleh tingkat
6

pendapatan yang tinggi, tingkat pendidikan dan kualitas sumberdaya manusia yang
juga tinggi.
Wilayah yang sedang berkembang biasanya dicirikan oleh pertumbuhan yang
cepat dan merupakan wilayah penyangga dari wilayah maju, karena itu mempunyai
aksesibilitas yang sangat baik terhadap wilayah maju. Wilayah yang belum
berkembang dicirikan oleh tingkat pertumbuhan yang masih rendah baik secara absolut,
maupun secara relatif, namun memiliki potensi sumberdaya alam yang belum dikelola
atau dimanfaatkan. Wilayah ini masih didiami oleh tingkat kepadatan penduduk yang
masih rendah. Selain itu wilayah ini belum mempunyai aksesibilitas yang baik terhadap
wilayah lain. Struktur ekonomi wilayah ini masih didominasi oleh sektor primer dan
biasanya belum mampu membiayai pembangunan secara mandiri.
Wilayah yang tidak berkembang dicirikan oleh dua hal : Pertama adalah
wilayah tersebut memang tidak memiliki potensi baik potensi sumberdaya alam
maupun potensi lokal, sehingga secara alami sulit sekali berkembang dan mengalami
pertumbuhan. Kedua adalahwilayah tersebut sebenarnya memiliki potensi baik
sumberdaya alam atau lokal maupun keduanya, tetapi tidak dapat berkembang dan
tumbuh karena tidak memiliki kesempatan dan cenderung dieksploitasi oleh wilayah
yang lebih maju. Wilayah ini dicirikan oleh tingkat kepadatan penduduk yang jarang
dan kualitas sumberdaya manusia yang rendah, tingkat pendapatan yang rendah, tidak
memiliki infrastruktur yang lengkap dan tingkat aksesibilitas yang rendah. Wilayah
yang memiliki sumberdaya yang berlimpah, namun tidak berkembang dicirikan oleh
tingkat kebocoran wilayah yang tinggi, dimana manfaat tertinggi dari manfaat
sumberdaya alam tersebut dinikmati oleh wilayah lainnya.

2.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah


Didalam UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan
bahwa prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
arti, daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur pemerintahan di luar
yang menjadi urusan Pemerintah, yang ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut.
Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi
pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang
bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan prinsip
tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa dalam menangani urusan
7

pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang


senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai
dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi
setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Selain itu penyelenggaraan
otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antar Daerah dengan
Daerah lainnya, dan juga mampu menjamin hubungan yang serasi antar Daerah
dengan Pemerintah.
Disamping itu karena kemampuan atau kapasitas sumberdaya manusia di
daerah relatif masih sangat terbatas. Oleh karena itu perlu pengurangan dominasi
perencanaan dari atas yang menuju pemberdayaan perencanaan dari bawah.
Walaupun perencanaan dari atas tersebut tidak selalu berarti negatif, namun sudah
saatnya dilakukan upaya peningkatan pemberdayaan seluruh lapisan masyarakat
dalam proses dan pelaksanaan pembangunan. Hal itu bertujuan agar keterpaduan
perencanaan dari atas dengan perencanaan yang datang dari bawah dapat
diwujudkan secara optimal.
Ditinjau dari kondisi yang ada saat ini, Kabupaten Kediri memiliki wilayah
seluas 1.386,05 km2 dan memiliki kondisi yang beraneka ragam baik sumber daya
alam, sumber daya manusia, maupun perkembangan wilayahnya. Oleh karena itu,
diperlukan strategi pengembangan kawasan yang baik untuk memacu
perkembangan yang terarah dan untuk mengurangi kesenjangan pertumbuhan antar
wilayah. Pengarahan perkembangan yang akan datang diupayakan agar
pertumbuhan tersebut dapat seoptimal mungkin untuk mendorong perkembangan
wilayah dan sektor yang potensial pada setiap wilayah.
Perkembangan wilayah dapat di optimalkan bila pada setiap wilayah
mempunyai satu pusat dan diharapkan akan dapat mendorong perkembangan
sekitarnya melalui proses interaksi wilayah. Dimungkinkan dengan adanya konsep
tersebut dapat berjalan dengan baik, maka permasalahan pertumbuhan ekonomi
wilayah dan pemerataan hasil pembangunan akan lebih mudah tercapai.
Secara konseptual permasalahan ini dapat dilakukan dengan menetapkan
struktur tata ruang wilayah yang ideal yaitu dengan menetapkan kota kota kunci.
Pada umumnya kota ini memiliki karakter kota terbesar di wilayahnya, lokasinya
central, aksesnya bagus dan memiliki sektor atau kegiatan tertentu yang dapat

Anda mungkin juga menyukai