Anda di halaman 1dari 13

NAMA : NURWAHDINI

NIM : P00620219054
KELAS : 2B

ASUHAN KEPERAWATAN
MENINGITIS

3.1    Pengkajian Meningitis


Pengkajian keperawatan meningitis tergantung pada tingkat yang luas pada usia anak-
anak. Gambaran klinis juga dipengaruhi oleh beberapa tingkat tipe organisme dan efektivitas
tetapi terhadap penyakit yang mendahuluinya. Berikut ini pengkajian keperawatan berdasarkan
golongan usia tumbuh kembang anak.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu.
Mencakup beberapa pertanyaan sebagai berikut :
 Apakah pernah menderita inpeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
 Apakah pernah mengalami prosedur neurosurgital
 Apakah pernah menderita trauma yang mencederai kepala
 Adakah kelainan bawaan (spina bifida)
 Bagaimana riwayat kesehatan ibu selama hamil
 Bagaimana riwayat kesehatan keluarga
 Bagaimana riwayat imunisasi, dll.
Neonatus
Meningitis pada bayi baru lahir dan bayi prematur benar-benar sulit untuk didiagnosa.
Manifestasinya samar-samar dan tidak spesifik. Bayi-bayi ini biasanya tampak sehat ketika lahir,
tetapi dalam beberapa hari kemudian tampak mulai melemah. Mereka tidak mau makan,
kemampuan mengisap buruk, bisa muntah atau diare. Tonus otot melemah (hipotonus), kurang
gerak, tangisan melemah. Tanda-tanda lain yang nonspesifik yang dapat muncul meliputi
hipotermia atau demam (bergantung pada kematangan bayi), ikterik, mudah terangsang,
mengantuk, kejang, napas tidak teratur, apnea, sianosis, dan berat badan menurun. Ubun-ubun
menonjol, tegang dapat muncul atau tidak sampai akhir perjalanan penyakit. Bila tidak diobati
kondisi anak cenderung menurun hingga kolaps sistem kardiovaskuler, kejang, dan apnea.
Bayi dan Balita
Gambaran klasik meningitis jarang terlihat pada anak-anak usia 3 bulan – 2 tahun.
Penyakit ini ditandai secara khas dengan demam, tidak nafsu makan muntah, peka terhadap
rangsangan, serangan kejang berulang, yang disertai tangisan merintih. Ubun-ubun besar yang
menonjol merupakan penemuan yang paling bermakna dan kaku kuduk dapat muncul/tidak.
Tanda-tanda Brudzinski dan Kernig biasanya tidak membantu diagnostik karena sulit untuk
menemukannya dan mengevaluasinya pada anak-anak usia ini.
Anak dan Adolesens
Timbulnya penyakit mungkin tiba-tiba, demam, sakit kepala, muntah yang disertai
/dengan cepat diikuti oleh perubahan sensoris. Sering kali gejala awal nya berupa kejang yang
berulang karena penyakitnya memburuk. Anak jadi mudah terangsang, gelisah, dan dapat
berkembang menjadi fotofobia, delirium, halusinasi, kelakuan yang agresif/maniak, mengantuk,
stupor, bahkan koma. Kadang-kadang datangnya gejala perlahan-lahan, sering kali didahului
oleh gejala-gejala gastrointestinal selama beberapa hari.Kadang-kadang infeksi sebelumnya yang
telah diobati menutupi atau memperlambat tanda-tanda meningitis.Anak menolak fleksi dari
leher dan karena penyakit bertambah buruk, leher menjadi kaku kuduk sampai kepalanya tertarik
kebelakang / hiperekstensi (opitotonus). Tanda Kernig positif, Brudzinski positif. Respons-
respons refleks bervariasi, meskipun mereka memperlihatkan hiperaktivitas. Kulit mungkin
dingin dan sianotik dengan perfusi perifer yang buruk.

Pengkajian Meningitis

1. Riwayat: Mengalami infeksi saluran pernapasan atau infeksi telinga, kontak


dengan pasien rinitis. Pneumonia dan otitis media seringkali
mendahului pneumokokus dan hemofilus miningitis.
2. Gejala subjektif: Sakit kepala yang hebat, nyeri otot, kaku kuduk, sakit punggung,
dingin, ekspresi rasa takut. Tidak enak badan dan mudah
terangsang.
3. Suhu tubuh: 38– 41° C, dimulai pada fase sistemik, kemerahan, panas, kulit
kering,berkeringat.
4. Tanda Vital: Nadi lambat sehingga intra kranial meningkat dan Tekanan Darah
meningkat.
5. Tingkat kesadaran: Mula-mula sadar kemudian delirium dan akhirnya Koma.
6. Persarafan: Perubahan refleks. Tidak adanya refleks dinding abdomen, tidak
adanya refleks kremasterik pada laki-laki, gangguan refleks
tendon. Kaku kuduk. Tanda Brudzinski positif, tanda Kernig
positif. Ubun-ubun besar menonjol (bayi).
7. Cairan & Elektrolit: Turgor kulit jelek, berkurangnya output urin.
8. Muskuloskeletal Meningokoksemia kronik : bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar
(khususnya lutut dan pergelangan kaki).
9. Kulit: Meningokoksemia:Ptekia dan lesipurpura yang didahului oleh ruam. Pada penyakit
yang berat dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah dan
ekstremitas.

3.2  Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang
mengubah/menghentikan darah arteri/virus
3. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan
umum.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan mual muntah
5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada akson
6. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

3.3  Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri akutberhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi
Tujuan : Nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil : Skala nyeri menjadi > 4                     
Intervensi Rasional
Mandiri
      Letakkan kantung es pada kepala, pakaian Meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan
dingin di atas mata, berikan posisi yang resepsi sensori yang selanjutnya akan
nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan menurunkan nyeri.
rentang gerak aktif atau pasif dan masase otot
leher.
      Dukung untuk menemukan posisi yang Menurunkan iritasi meningeal, resultan
nyaman(kepala agak tinggi). ketidaknyamanan lebih lanjut.
      Berikan latihan rentang gerak aktif/ pasif. Dapat membantu merelaksasikan
ketegangan otot.
      Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher Meningkatkan relaksasi otot dan
atau pinggul. menurunkan rasa sakit/ rasa tidak nyaman
Kolaborasi Mungkin diperlukan untuk menghilangkan
      Berikan anal getik, asetaminofen, codein nyeri yang berat

Diagnosa 2 : gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema


serebral yang mengubah/ menghentikan darah arteri
Tujuan : Perfusi jaringan menjadi adekuat
Kriteri hasil : Kesadaran kompos mentis  
Intervensi Rasional
Mandiri  Perubahan tekanan CSS mungkin
1. Tirah baring dengan posisi kepala datar. merupakan potensi adanya resiko herniasi
batang otak yang memerlukan tindakan
medis dengan segera
      Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah Aktivitas seperti ini akan meningkatkan
mengejan. tekanan intratorak dan intraabdomen yang
dapat men9ingkatkan TIK.
Kolaborasi.  Peningkatanaliran vena dari kepal akna
      Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat. menurunkan TIK
      Berikan cairan iv (larutan hipertonik, Meminimalkan fluktuasi dalam aliran
elektrolit ). vaskuler dan TIK.
      Berikan obat : steroid, clorpomasin, Menurunkan permeabilitas kapiler untuk
asetaminofen membatasi edema serebral, mengatasi
kelainan postur tubuh atau menggigil yang
dapat meningkatkan TIK, menurunkan
konsumsi oksigen dan resiko kejang
Diagnosa 3 : Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kejang
umum/local.
Tujuan             : Mengurangi risiko cidera akibat kejang
Kriteria hasil : Tidak ditemukan cidera selama kejang
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Pertahankan penghalang tempat tidur tetap Melindungi pasien bila terjadi kejang
terpasang dan pasang jalan nafas buatan
2. Tirah baring selama fase akut Menurunkan resiko terjatuh/trauma ketika
terjadi vertigo, sinkop, atau ataksia
Kolaborasi
      Berikan obat : venitoin, diazepam, Merupakan indikasi untuk penanganan dan
venobarbital. pencegahan kejang

Diagnosa 4 : Resiko tinggi gangguan nutrisi berhubungan dengan kesulitan


mengunyah dan sulit makan.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 5 x 24 jam.
Kriteria hasil : Turgor baik, asupan dapat masuk sesuai kkebutuhan, terdapat
kemampuan menelan, berat badan meningkat, Hb dan albumin dalam
batas normal.
Intervensi Rasional
Observasi tekstur dan turgor kulit. Mengetahui status nutris klien.
Lakukan oral higiene. Kebersihan mulut merangsang nafsu
makan.
Observasi asupan dan keluaran. Mengetahui keseimbangan nutrisi klien.
Observasi posisi dan keberhasilan sonde. Untuk menghindari resiko infeksi/iritasi.
Tentukan kemampuan klien dalam Untuk menetapkan jenis makanan yang
mengunyah, menelan dan refluks batuk. akan diberikan pada klien.
Kaji kemampuan klien dalam menelan, batuk Dengan mengkaji faktor-faktor tersebut
dan adanya sekret. dapat menentukan kemampuan menelan
klien dan mencegah resiko aspirasi.
Auskultasi bising usus, amati penurunan atau Bising usus menentukan respon
hiperaktivitas bising usus. pemberian makan atau terjadinya
komplikasi, misalnya pada ileus.
Timbang berat badan sesuai indikasi. Untuk mengevaluasi efektivitas dari
asupan makanan.
Berikan makanan dengan cara meninggikan Menurunkan resiko regurgitasi atau
kepala. aspirasi.
Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka Membantu dalam melatih kembali
mulut secara manual dengan menekan ringan sensorik dan meningkatkan kontrol
di atas bibir/di bawah dagu jika dibutuhkan. muskular.
Letakkan makanan pada daerah mulut yang Memberikan stimulasi sensorik
tidak terganggu. (termasuk rasa kecap) yang dapat
mencetuskan usaha untuk menelan dan
meningkatkan maskan.
Berikan makan per oral setengan cair dan Makanan lunak/cair mudah untuk
makanan lunak ketika klien dapat menelan air. dikendalikan di dalam mulut dan
menurunkan terjadinya aspirasi.
Anjurkan klien menggunakan sedotan untuk Menguatkan otot fasial dan otot menelan
minum. dan menurunkan resiko terjadinya
tersedak.

Diagnosa 5 : Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin


pada akson.
Tujuan : Meminimalkan perubahan persepsi sensori
Kriteria : Klien dapat mengontrol emosi dirinya
Intervensi Rasional
Mandiri  Menurunkan ansietas, respons emosi yang
1. Hilangkan suara bising yang berlebihan. berlebihan/bingung yang berhubungan dengan
sensorik yang berlebihan
      Validasi persepsi pasien dan berikan umpan Membantu pasien untuk memisahkan pada
balik. realitas dari perubahan persepsi
      Beri kesempatan untuk berkomunikasi dan Menurunkan frustasi yang berhubungan dengan
beraktivitas. perubahan kemampuan/pola respons yang
memanjang
Kolaborasi ahli fisioterapi Pendekatan antardisiplin dapat menciptakan
      Terapi okupasi, wicara dan kognitif. rencana penatalaksanaan terintegrasi yang
didasarkan atas kombinasi
kemampuan/ketidakmampuan secara individu
yang unik dengan berfokus pada fungsi fisik,
kognitif, dan keterampilan perceptual

Diagnosa 7 : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.


Tujuan : suhu tubuh kembali normal.
Kriteria hasil : suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Berikan kompres hangat 1.Pengeluaran panas secara konduksi
2. Anjurkan klien untuk menggunakan baju 2. Pengeluaran panas secara evaporasi
yang tipis. 3.Menentukan keberhasilan tindakan
3. Observasi Suhu tubuh klien
Kolaborasi dengan dokter
      Berikan obat penurun panas. Membantu menurunkan suhu tubuh

3.4 Evaluasi
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau
keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,
mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4.  Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu
tidur/istirahat dengan tepat.
5. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
6. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan
pengetahuan tentang situasi.

ASUHAN KEPERAWATAN URTIKARIA


A. Pengkajian

1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pendidikan,
pekerjaan, dll
2) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
Gatal-gatal
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian.Klien dengan Steven
Johnson biasanya mengeluhkan demam, malaise, kulit merah dan gatal, nyeri
kepala, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Adanya riwayat masalah kulit sebelumnya dan riwayat kanker kulit
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Adakah keluarga yang pernah mengalami masalah yang sama

Menurut Smeltzer (2008, hlm. 1975) pengkajian pasien dengan Sindrom Steven
Johnson diantaranya melakukan pangkajian fisik dengan penekanan khusus pada
manifestasi kulit terhadap :
1. Adanya eritema, area kemerahan yang disebabkan oleh peningkatan jumlah darah
yang teroksigenasi pada vaskularisasi dermal.
2. Adanya area yang melepuh dan perkembangannya ditubuh
3. Pengeluaran cairan pada bulla (lepuhan) baik jumlah, warna dan bau.
4. Pada area mulut adakah terdapatnya bula atau lepuhan dan lesi arosive serta
adanya rasa gatal, rasa terbakar dan kekeringan dimata.
5. Kemampuan klien dalam menelan dan minum serta berbicara secara nornal juga
ditentukan
6. TTV dan perhatian khusus terhadap adanya demam, pernafasan yang cepat,
dalam, ritme, dan batuk
7. Karakteristik dan banyaknya sekret dalam rongga pernafasan diobservasi
8. Pengkajian terhadap adanya demam tinggi, dan adanya takikardi dan kelemahan
yang berlebihan serta fatigue sering muncul mengingat faktor-faktor tersebut
merupakan proses nikrosis epidermal, peningkatan metabolisme, dan
kemungkinan adanya pengelupasan mukosa pada gastrointestinal dan pernafasan.
9. Adanya pemasukan intra vena dilihat adanya tanda-tanda lokal infeksi
10. Berat badan tiap hari
11. Pasien ditanya gambaran fatigue, dan tingkat nyeri
12. Melakukan evaluasi terhadap adanya kecemasan serta koping mekanisme yang
digunakan serta strategi koping dapat dikenali.

A. Diagnosa Keperawatan

Tahap kedua dari proses keperawatan sering disebut juga sebagai analisis, dan juga
identifikasi masalah atau diagnosa keperawatan. Proses ini amat penting dan esensial
karena proses ini merupakan satu bagian yang paling vital dalam proses keperawatan.
Diagnosa keperawatan :
1) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermal.
2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
menelan.
3) Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit
4) Gangguan persepsi sensori, kurang penglihatan berhubungan dengan
konjungtivitis.
5) Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

B. Intervensi Keperawatan

1) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermal


 Tujuan : Kulit dan jaringan kulit utuh dan perawatan efektif
 Kriteria Hasil :Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh
 Intervensi :
a) Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta
perubahanlainnya yang terjadi.
Rasional: menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat
dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat
b) Gunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembut
Rasional: menurunkan iritasi garis jahitan dan tekanan dari baju,
membiarkan insisi terbuka terhadap udara meningkat proses penyembuhan
dan menurunkan resiko infeksi
c) Jaga kebersihan alat tenun
Rasional: untuk mencegah infeksi
d) Kolaborasi dengan tim medis
Rasional: untuk mencegah infeksi lebih lanjut

2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan


menelan
 Tujuan : Nurtisi tubuh dapat terpenuhi
 Kriteria Hasil : Menunjukkan berat badan stabil/peningkatan berat badan
 Intervensi :
a) Kaji kebiasaan makanan yang disukai/tidak disukai
Rasional: memberikan pasien/orang terdekat rasa kontrol, meningkatkan
partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki pemasukan.
b) Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
Rasional: membantu mencegah distensi gaster/ketidaknyamanan
c) Hidangkan makanan dalam keadaan hangat
Rasional: meningkatkan nafsu makan
d) Kerjasama dengan ahli gizi
Rasional: kalori protein dan vitamin untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
metabolik, mempertahankan berat badan dan mendorong regenerasi jaringan.

3) Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit


 Tujuan :Tingkat nyeri berkurang sampai pada tingkat
Kenyamanan yang dapat diterima pasien

 Kriteria Hasil :Melaporkan nyeri berkurang


:Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileks
 Intervensi :
a) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnya
Rasional: nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan
jaringan
b) Berikan tindakan kenyamanan dasar,contohnya: berikan kompres pada area
yang sakit tetapi jangan sampai terlalu basah .
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan kelelahan
umum
c) Pantau TTV
Rasional: metode IV sering digunakan pada awal untuk memaksimalkan efek
obat
d) Berikan analgetik sesuai indikasi
Rasional: menghilangkan rasa nyeri

4) Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


 Tujuan : Aktivitas sehari-hari terpenuhi dan klien mampu
melakukannya secara mandiri
 Kriteria Hasil : Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
 Intervensi :
a) Kaji respon individu terhadap aktivitas
Rasional: mengetahui tingkat kemampuan individu dalam pemenuhan
aktivitas sehari-hari.
b) Bantu klien dalam memenuhi aktivitas sehari-hari dengan tingkat keterbatasan
yang dimiliki klien
Rasional: energi yang dikeluarkan lebih optimal
c) Jelaskan pentingnya pembatasan energi
Rasional: energi penting untuk membantu proses metabolisme tubuh
d) Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas klien
Rasional: klien mendapat dukungan psikologi dari keluarga
5) Gangguan Persepsi sensori: kurang penglihatan berhubungan dengan konjungtivitis
 Tujuan : kemampuan penglihatan meningkat

 Kriteria Hasil : - Kooperatif dalam tindakan

 Intervensi : Menyadari penglihatan secara permanen


a) Kaji dan catat ketajaman pengelihatan
Rasional: Menetukan kemampuan visual
b) Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak.
Rasional: Memberikan keakuratan terhadap penglihatan dan perawatan.
c) Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan pengelihatan
Rasional: Meningkatkan self care dan mengurangi ketergantungan.
d) Orientasikan terhadap lingkungan.
e) Letakan alat-alat yang sering dipakai dalam jangkuan penglihatan klien.
1. Berikan pencahayaan yang cukup.
2. Letakan alat-alat ditempat yang tetap.
3. Berikan bahan-bahan bacaan dengan tulisan yang besar.
4. Hindari pencahayaan yang menyilaukan.
5. Gunakan jam yang ada bunyinya.
f) Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang dapat diterima klien.
Rasional: Meningkatkan rangsangan pada waktu kemampuan penglihatan
menurun.

C. Implementasi Keperawatan

Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan


dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap
ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien.
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi.
Dalam pelaksanaan keperawatan ada 4 tindakan yang dilakukan yaitu :
a. Tindakan mandiri
b. Tindakan observasi
c. Tindakan health education
d. Tindakan kolaborasi

D. Evaluasi Keperawatan

1. Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh


2. Menunjukkan berat badan stabil/peningkatan berat badan
3. Tingkat nyeri berkurang sampai pada tingkat
4. Kenyamanan yang dapat diterima pasien
5. Aktivitas sehari-hari terpenuhi dan klien mampu melakukannya secara mandiri

Anda mungkin juga menyukai