TENTANG
WALIKOTA TARAKAN,
Menimbang : a. bahwa ketertiban, kebersihan dan keindahan Kota Tarakan perlu dijaga dan
ditingkatkan kualitasnya, dan pemeliharaaannya pada hakekatnya bukan
hanya merupakan tugas dan kewajiban Pemerintah Kota saja, akan tetapi
juga merupakan tugas dan kewajiban dari seluruh masyarakat;
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 2
(1) Setiap orang pribadi mempunyai hak yang sama untuk merasakan dan
menikmati ketertiban, kebersihan dan keindahan kota;
(3) Setiap orang pribadi/badan yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang
dapat menimbulkan dampak terhadap ketertiban, kebersihan dan keindahan
kota, wajib mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Bagian Kedua
Kebersihan dan Keindahan Jalan, Jalur Hijau dan Taman
Pasal 5
(1) Setiap jalan, jalur hijau dan taman disediakan tempat pembuangan sampah
yang penempatannya diatur agar kelihatan indah dan menarik;
(2) Setiap kendaraan bermotor beroda empat atau lebih wajib menyediakan
tempat sampah dalam kendaraannya;
(4) Setiap pedagang keliling, kaki lima, penjual makanan yang menimbulkan
sampah diwajibkan menyediakan tempat sampah tersendiri atau membuang
sampah pada bak sampah yang telah tersedia;
(5) Penanggungjawab jalan, jalur hijau dan taman serta masyarakat diwajibkan
menjaga kebersihan, keindahan dan ketertiban;
(6) Setiap orang pribadi/badan dilarang mengupas dan atau menggali
trotoar/jalan, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan
pembangunan tanpa ijin dari Kepala Daerah.
Bagian Ketiga
Pasal 6
Bagian Keempat
Pasal 7
(1) Setiap pemakai kios yang ada didalam dan diluar sekitar terminal diwajibkan
menyediakan tempat sampah;
(2) Rambu-rambu lalu lintas yang ada didalam dan disekitar terminal harus tetap
dipelihara dan dijaga kebersihan dan keindahannya;
BAB IV
KETERTIBAN
Bagian Pertama
Ketertiban Lahan dan Bangunan
Pasal 8
Setiap pemilik lahan, penghuni bangunan atau rumah diwajibkan :
1. Membersihkan dan merapikan lahan yang dimiliki dari tumbuhan liar serta
benda-benda lain yang dapat menimbulkan kesan tidak terawat dan kotor;
2. Menanam pohon pelindung atau tanaman hias lainnya di halaman
pekarangan bangunan atau rumah yang dalam pertumbuhannya tidak
mengganggu instalasi vital seperti listrik, telepon, air bersih dan lain-lain;
3. Membuang bagian dari pohon dan tumbuh-tumbuhan yang dapat
mengganggu kawat-kawat listrik, telepon dan keselamatan umum atau dapat
menimbulkan bahaya bagi sekelilingnya dan potong-potongan tersebut harus
diikat serta tidak boleh melebihi dari 1m (satu meter) panjangnya dan
dikumpulkan di tempat-tempat sampah;
4. Menebang pohon diatas pekarangan yang menurut pertimbangan mungkin
akan roboh dan akan menimbulkan bahaya atau kerugian orang lain;
5. Memelihara jalan masuk pekarangan;
6. Tidak membangun jembatan dan atau saluran air antara halaman rumah dan
jalan umum yang dapat mengakibatkan air hujan dan atau air limbah
mengalir dari halaman rumah ke jalam umum;
7. Tidak membangun pagar kawat berduri dan atau memasang benda-benda
tajam atau runcing di depan, di samping dan di belakang bangunan yang ada
jalan atau tetangganya serta memberi aliran listrik pada pagar tersebut;
8. Tidak menanam pohon, membuat pagar atau meletakkan barang pada sudut
halaman ditepi jalan yang dapat mengganggu pemandangan dan kelancaran
lalu lintas;
9. Untuk tidak menjadikan bangunannya sebagai tempat bagi pedagang kaki
lima, lapakan, asongan, pedagang musiman, gerobak dorong dan lain
sejenisnya untuk menggelar dagangannya;
10. Memagari atau memberi tembok keliling pada sumur air yang terdapat
dipekarangan dengan tinggi minimal 60 cm (enam puluh centimeter)
dihitung dari permukaan tanah;
11. Untuk tidak menyimpan atau menimbun benda-benda yang dapat
membahayakan atau mengganggu tetangga sekitarnya atau yang dapat
menimbulkan polusi dan mengganggu keindahan;
12. Pemeliharaan bangunan-bangunan, tembok-tembok dan pagar dengan tidak
memasang poster, reklame dan spanduk-spanduk;
13. Untuk tidak menjadikan pekarangan bangunan atau pekarangan rumahnya
sebagai tempat tidur sehingga mengganggu ketertiban;
14. Untuk tidak menjadikan bangunan atau rumahnya sebagai tempat untuk
melakukan perbuatan asusila;
15. Untuk tidak mendirikan bangunan kandang ternak untuk skala usaha kecuali
ada rekomendasi dari Dinas Peternakan Kota Tarakan;
16. Untuk tidak melakukan kegiatan usaha dibidang peternakan yang dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan, kecuali ada ijin dari Pemerintah
Daerah.
Bagian Kedua
Ketertiban Jalan, Jalur Hijau dan Taman
Pasal 9
Di setiap jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum, setiap orang pribadi/badan
dilarang untuk:
1. Mengotori dan merusak kecuali oleh petugas yang melaksanakan pekerjaan
untuk kepentingan dinas;
2. Melakukan corat-coret;
3. Melakukan kegiatan mengemis dan sejenisnya;
4. Memotong pepohonan dipinggir sepanjang jalan tanpa ijin dari pejabat yang
berwenang;
5. Membuat bak sampah secara permanen diatas trotoar;
6. Memarkir kendaraan diatas trotoar;
7. Berjualan di sepanjang trotoar, tepi jalan atau tempat lain yang dapat
mengganggu ketertiban;
8. Memarkir kendaraan kurang dari radius 15m (lima belas meter) dari
persimpangan/pertigaan jalan;
9. Membuang, menumpuk, membakar kotoran atau sampah kecuali ditempat-
tempat yang telah ditentukan oleh Kepala Daerah;
10. Buang air kecil dan atau buang air besar kecuali ditempat-tempat yang
disediakan untuk buang air kecil dan atau buang air besar;
11. Menjemur, memasang, menempelkan atau menggantungkan benda-benda
kecuali ditempat yang telah ditentukan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang
berwenang;
12. Menginjak, duduk dan merusak pohon, tanaman atau bunga;
13. Menyapu sampah atau kotoran dari trotoar ke jalan;
14. Melepaskan, mengikat atau mengembalakan hewan peliharaan maupun
ternaknya;
15. Mendirikan kandang hewan peliharaan maupun ternak;
16. Melepaskan hewan peliharaan maupun ternaknya yang dapat membahayakan
jiwa orang lain dan atau mengganggu ketertiban atau keindahan kota;
17. Dipakai sebagai tempat mencuci atau memperbaiki kendaraan bermotor atau
tidak bermotor;
18. Mempergunakan sebagai tempat untuk membongkar barang muatan
kendaraan bermotor atau tidak bermotor;
19. Menjadikan tempat tinggal atau tempat tidur yang mengganggu ketertiban;
20. Parkir atau mangkal disepanjang jalan khusus bagi kendaraan angkutan
barang (truk) kecuali ditempat yang telah ditentukan oleh pejabat yang
berwenang;
21. Bertingkah laku yang menimbulkan suatu persangkaan menjurus untuk
berbuat asusila;
22. Menyuruh, menganjurkan atau dengan cara lain untuk melakukan perbuatan
asusila.
Bagian Ketiga
Ketertiban Pusat Perbelanjaan dan Pasar
Pasal 10
(1) Setiap pedagang atau pemakai kios/los di pusat perbelanjaan dan pasar
dilarang :
a. Memindahkan hak mempergunakan bangunan pasar, kios atau los
kepada pihak lain, kecuali mendapat ijin dari Dinas Pengelola Pasar;
b. Menyalakan api atau kompor sebagai alat untuk memasak makanan dan
minuman didalam kios kecuali rumah makan dengan mendapat ijin dari
Kepala Daerah;
c. Memperdagangkan barang-barang yang mudah terbakar atau meledak;
d. Melakukan perbuatan yang dapat mengganggu ketertiban umum;
e. Membuang, menumpuk dan membakar kotoran sampah di pusat
perbelanjaan dan pasar;
f. Menggunakan kios sebagai tempat tinggal;
g. Bermain judi, minum-minuman keras dan atau melakukan perbuatan
yang asusila didalam kios;
h. Menempatkan barang-barang dagangan yang melebihi batas kios yang
tersedia;
i. Merubah bangunan baik dalam bentuk bangunan tambahan maupun
mengurangi bentuk bangunan yang sudah ada;
j. Memberikan/menyambungkan aliran listrik yang dimiliki kepada
orang/pedagang lain;
k. Menjual dagangannya dengan cara memasuki kendaraan yang sedang
menunggu atau menurunkan penumpang;
(2) Setiap pedagang atau pemakai kios/los di pusat perbelanjaan dan pasar
wajib:
a. Memiliki surat ijin penggunaan kios yang dikeluarkan oleh Dinas
Pengelola Pasar;
b. Mendapat Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) yang dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang;
c. Menyediakan alat pemadam kebakaran yang ditempatkan sedemikian
rupa sehingga dapat dengan mudah dipergunakan;
(2) Kendaraan yang akan berangkat oleh Petugas Terminal dipanggil untuk
masuk ke jalur pemberangkatan dengan menyerahkan tanda pembayaran
retribusi kepada petugas;
(3) Bagi kendaraan yang datang dan memasuki terminal diwajibkan menurunkan
penumpang pada tempat yang telah disediakan dan kemudian memarkirkan
secara teratur sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan
kendaraannya;
(4) Bagi kendaraan yang parkirnya melebihi jadwal waktu yang telah ditentukan
sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini, kendaraan tersebut wajib mendapat
ijin dari pejabat yang berwenang;
(5) Setiap kendaraan yang baru memasuki terminal, dilarang berhenti di jalur
jalan masuk terminal;
(10) Alat pemadam kebakaran agar ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat
dengan mudah digunakan para petugas;
Pasal 12
(1) Setiap orang yang akan memasuki dan atau keluar terminal harus melalui
jalan yang telah ditentukan untuk keperluan itu;
BAB V
KETERTIBAN DAN KEAMANAN LINGKUNGAN
Pasal 13
(1) Dilarang membuat gaduh di sekitar tempat tinggal atau tempat-tempat umum
lainnya atau membuat sesuatu yang dapat mengganggu ketentraman orang
lain;
(2) Dilarang duduk di pagar jembatan dan dipinggir jalan yang dapat
mengganggu ketentraman orang lain;
(3) Dilarang menyimpan dan atau menimbun bahan bakar berbahaya seperti
bahan bakar minyak dan gas yang mudah terbakar atau meledak, bahan
kimia dan bahan beracun yang dapat mencemarkan lingkungan dalam rumah
atau bangunan lain kecuali dengan ijin dari Kepala Daerah atau pejabat yang
berwenang;
(4) Dilarang mengangkut barang beracun, berbau busuk atau yang mudah
menimbulkan kebakaran dengan menggunakan tempat yang terbuka, kecuali
ada rekomendasi dari dinas teknis;
(5) Pengangkutan bahan sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini harus
dilakukan dengan mempergunakan tempat yang tertutup rapat dengan
ketentuan bahwa tempat tersebut harus segera dibersihkan atau dimusnahkan
setelah selesai pemakaiannya;
(6) Dilarang membuang sampah dan atau limbah ditempat umum dan saluran
air, aliran sungai, di pantai dan laut sekitarnya serta tempat-tempat lain yang
dapat merusak lingkungan hidup kecuali pada tempat-tempat yang telah
disediakan atau ditetapkan oleh Kepala Daerah;
(7) Dilarang menembak dengan alat penembak atau alat yang sejenis kecuali di
tempat-tempat yang telah diijinkan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang
berwenang;
(9) Dilarang membawa senjata tajam, alat pemukul atau senjata api di jalur
hijau, taman dan tempat umum dimana sedang diselenggarakan perayaan
atau pesta, tontonan atau keramaian;
(10) Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (9) Pasal ini, tidak berlaku bagi
pejabat pemerintah yang diberi wewenang membawa senjata untuk
keperluan tugas, golongan penduduk yang menurut adat istiadatnya senjata
tersebut dianggap sebagai kelengkapan pakaian adat dan juga bagi mereka
yang sedang menjalankan pekerjaan ditempat dimana harus pula membawa
senjata.
BAB VI
CARA PENGAMBILAN, PENGANGKUTAN/PEMBUANGAN
DAN PEMUSNAHAN SAMPAH
Pasal 14
(3) Pengelolaan sampah yang berasal dari limbah klinik dan industri diatur lebih
lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah;
Pasal 16
Pasal 17
(1) Setiap penghuni rumah/bangunan/toko/sekolah/asrama yang mempunyai
pekarangan yang cukup luas diharuskan mempunyai lubang pembuangan
sampah yang digali dalam batas pekarangannya yang secukupnya;
(3) Lubang sampah sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini harus dibuat pada
tempat-tempat yang tidak akan merusak keindahan dan tidak akan
mengganggu sekitarnya serta dalam jarak sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)
meter dari sumur.
Pasal 18
(2) Gerobak-gerobak, meja, kursi dan alat lainnya yang dipergunakan berdagang
dan ditinggalkan di trotoar, dipinggir jalan, didepan bangunan atau
dipelataran parkir akan dianggap sebagai sampah dan selanjutnya akan
dimusnahkan;
Pasal 19
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 20
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 ayat (2), (3),
(4), (5) dan ayat (6), Pasal 6 ayat (1), (2), (3) dan ayat (4), Pasal 7, Pasal 8,
Pasal 9, Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 11 ayat (1), (3), (4), (5), (6), (7)
dan ayat (8), Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 13 ayat (1), (2), (3), (4),
(5), (6), (7), (8), (9) dan ayat (10) Peraturan Daerah ini diancam pidana
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda paling banyak Rp.
5.000.000,- (lima juta rupiah);
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran.
BAB IX
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 21
(1) Selain oleh penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana pelanggaran
dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan Pemerintah Kota yang pengangkatannya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Ketertiban,
Kebersihan dan Keindahan Kota agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi dan atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang Ketertiban, Kebersihan
dan Keindahan Kota;
c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi dan atau
bahan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Ketertiban,
Kebersihan dan Keindahan Kota;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana dibidang Ketertiban, Kebersihan dan
Keindahan Kota;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dibidang Ketertiban, Kebersihan dan
Keindahan Kota;
g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang dan atau dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang
Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan Kota;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu kelancaran penyidikan tindak
pidana dibidang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan Kota menurut
Hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Kota Tarakan
Nomor 18 Tahun 1999 tentang Ketertiban dan Kebersihan Kota jo. Peraturan
Daerah Kota Tarakan Nomor 11 Tahun 2001 tentang Perubahan Pertama
Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 18 Tahun 1999 tentang Ketertiban dan
Kebersihan Kota, dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
teknis pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 24
Ditetapkan di Tarakan
pada tanggal 28 Nopember 2002
WALIKOTA TARAKAN
ttd
SEKRETARIS DAERAH,
ttd