TENTANG
PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN
DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN
WALIKOTA TARAKAN,
Menimbang : a. bahwa untuk tertib dan aman serta memberi rasa nyaman dalam berlalu lintas di
Kota Tarakan, dipandang perlu untuk mengatur pengelolaan perpakiran di Kota
Tarakan;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun
1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186);
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3209);
3. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3480) jo. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1992 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang
Penangguhan Mulai Berlakunya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 99,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3494);
4. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah
Tingkat II Tarakan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3711);
5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3048);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Tahun Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3258);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3529);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
10. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 1999 Nomor 11 Seri C-01)
jo. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 26 Tahun 2001 tentang Perubahan
Pertama Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2001 Nomor 26
Seri D-09);
11. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 22 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2000
Nomor 21 Seri D).
Dengan persetujuan
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
PENGATURAN PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN
Pasal 2
(1) Pengelolaan perparkiran adalah segala usaha dan tindakan yang dilakukan secara
terpadu dan terkoordinasi dalam perparkiran;
(2) Dalam wilayah Daerah dapat diadakan tempat-tempat parkir dengan syarat-syarat
dan tata cara yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah;
(4) Dalam pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini,
Kepala Daerah dapat menunjuk dan atau menugaskan instansi terkait untuk
menyelenggarakan perparkiran;
(5) Instansi terkait yang ditunjuk dan atau ditugaskan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) Pasal ini, dalam menyelenggarakan perparkiran dapat bekerjasama
dengan pihak ketiga baik orang pribadi atau badan;
(6) Penyelenggaraan perparkiran yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan wajib
memiliki ijin dari Kepala Daerah.
BAB III
KAWASAN DAN LOKASI PARKIR
Pasal 3
(3) Tempat khusus parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b Pasal ini,
dibagi menjadi :
a. Tempat khusus parkir yang dimiliki oleh Pemerintah Kota;
b. Tempat khusus parkir yang dimiliki oleh orang pribadi atau badan.
BAB IV
PENYELENGGARAAN TEMPAT PARKIR
DI TEPI JALAN UMUM
Pasal 4
(1) Lokasi tempat parkir di tepi jalan umum ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Daerah;
(2) Dalam melaksanakan kegiatan perparkiran, Kepala Daerah atau Pejabat yang
ditunjuk menugaskan juru parkir dengan surat tugas;
(3) Juru parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini, bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah melalui Pejabat yang ditunjuk dan tidak boleh
mengalihkan tugas dan tanggung jawab kepada pihak lain;
(4) Setiap orang pribadi dilarang melaksanakan kegiatan sebagaimana tugas juru
parkir tanpa surat tugas dari Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk;
(5) Untuk mengelola parkir di tepi jalan umum, Kepala Daerah dapat bekerjasama
dengan pihak ketiga.
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN JURU PARKIR
Pasal 5
Juru Parkir wajib :
1. Menggunakan pakaian seragam, tanda pengenal serta perlengkapan lainnya yang
ditetapkan Kepala Daerah;
2. Menjaga keamanan dan ketertiban tempat parkir serta bertanggungjawab atas
keamanan kendaraan beserta perlengkapannya;
3. Menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan lingkungan parkir;
4. Menyerahkan karcis parkir sebagai tanda bukti untuk setiap kali parkir dan
memungut retribusi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
5. Menggunakan karcis parkir yang disediakan untuk 1 (satu) kali parkir;
6. Menyetorkan hasil retribusi Daerah kepada juru pungut Dinas perhubungan yang
selanjutnya disetor ke Kas Daerah melalui BKP pada Dinas Pendapatan.
Pasal 6
(1) Juru parkir berhak atas pembagian atas pendapatan retribusi parkir pada tempat
parkir yang menjadi tanggung jawabnya;
(2) Pembagian retribusi parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,
didasarkan pada kategori potensi parkir;
(3) Pembagian retribusi parkir dan penetapan kategori potensi parkir sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) Pasal ini, akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Kepala Daerah
Pasal 7
Surat tugas kepada juru parkir sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (2) dalam
Peraturan Daerah ini dapat dicabut apabila melanggar ketentuan Pasal 4 ayat (3)
dalam Peraturan Daerah ini dan salah satu atau keseluruhan dari kewajiban juru parkir
sebagaimana dimaksud Pasal 5 dalam Peraturan Daerah ini.
BAB VI
PENYELENGGARAAN TEMPAT KHUSUS PARKIR
Pasal 8
(1) Pembangunan tempat khusus parkir harus memenuhi persyaratan :
a. Dapat menjamin keselamatan dan kelancaran lalu lintas;
b. Mudah dijangkau oleh pengguna jasa.
(2) Tempat khusus parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dapat
dilengkapi bangunan penunjang yang berupa tempat peristirahatan pengemudi dan
awak kendaraan, tempat ibadah, kamar mandi/WC, fasilitas kebersihan;
(3) Lokasi tempat khusus parkir milik Pemerintah Kota ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah;
(4) Untuk mengelola tempat khusus parkir milik Pemerintah Kota, Kepala Daerah
dapat bekerjasama dengan pihak ketiga baik orang pribadi maupun badan.
BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA/PENGELOLA
TEMPAT KHUSUS PARKIR
Pasal 9
(1) Penyelenggara/Pengelola tempat khusus parkir milik swasta berhak memungut
jasa parkir;
(2) Pemungutan jasa parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, tidak
boleh melebihi 2 (dua) kali dari tarif retribusi tempat khusus parkir milik
Pemerintah Kota.
Pasal 10
(2) Ijin pengelolaan tempat khusus parkir sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (4)
dalam Peraturan Daerah ini dapat dicabut apabila tidak memenuhi salah satu atau
keseluruhan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini.
Pasal 11
(2) Petugas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, mempunyai
kewajiban sebagai berikut :
a. Menggunakan pakaian seragam, tanda pengenal serta kelengkapan lainnya;
b. Menjaga keamanan dan ketertiban tempat parkir serta bertanggungjawab atas
keamanan kendaraan beserta perlengkapannya.
c. Menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan lingkungan parkir serta
menyediakan tempat sampah;
d. Menyerahkan karcis parkir sebagai tanda bukti untuk setiap kali parkir dan
memungut retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 12
(1) Orang pribadi atau badan yang akan mengelola parkir tidak tetap wajib memiliki
ijin;
(2) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, diberikan oleh Kepala Daerah
dengan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan;
(3) Tata cara dan persyaratan perijinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini,
akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 13
BAB IX
FASILITAS PARKIR UNTUK UMUM
Pasal 14
(2) Fasilitas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, adalah fasilitas
parkir diluar badan jalan yang meliputi :
a. Gedung parkir
b. Taman parkir
(3) Penetapan lokasi fasilitas parkir untuk umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) Pasal ini, akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 15
(1) Penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum selain oleh Pemerintah Daerah
dapat dilakukan oleh orang pribadi atau badan dengan ijin Kepala Daerah;
(3) Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum yang telah memperoleh ijin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dapat memungut biaya terhadap
penggunaan fasilitas parkir yang diusahakannya;
(4) Satuan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini, dapat dihitung
berdasarkan penggunaan fasilitas parkir per jam, per hari atau perjanjian
penggunaan dalam jangka waktu tertentu;
(5) Besarnya biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini, akan diatur lebih
lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 16
(1) Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum yang telah memperoleh ijin
sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (1) dalam Peraturan Daerah ini wajib:
a. Memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam ijin penyelenggaraan
fasilitas parkir untuk umum;
b. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran dalam kawasan fasilitas parkir
untuk umum;
c. Melaporkan secara tertulis kepada pemberi ijin apabila dilakukan perubahan
penanggung jawab.
(2) Ijin penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum dapat dicabut apabila :
a. Pemegang ijin melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal ini;
b. Dalam penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum mengakibatkan
pencemaran lingkungan.
(3) Tata cara persyaratan dan pencabutan perijinan akan diatur lebih lanjut dalam
Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 17
(1) Fasilitas parkir dapat menggunakan tanda-tanda yang mudah dibaca serta memuat
ketentuan sebagai berikut :
a. Waktu parkir;
b. Jenis kendaraan;
c. Tarif parkir;
d. Garis batas parkir;
(2) Fasilitas parkir disamping tanda-tanda parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal ini, juga dapat dipasang meteran parkir.
Pasal 18
(1) Untuk ketertiban dan kelancaran lalu lintas, pelanggaran atas ketentuan Pasal 18
ayat (2) dalam Peraturan Daerah ini, dapat diambil tindakan penertiban dengan
memindahkan kendaraan ke tempat yang telah ditentukan oleh Kepala Daerah
atau Pejabat yang ditunjuk dengan mobil derek;
(2) Bagi kendaraan yang dipindahkan dengan mobil Derek sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Pasal ini, pemilik dan atau pengemudi kendaraan dapat mengambil
kendaraan tersebut setelah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Administrasi.
b. Biaya derek.
c. Dan segala kerusakan yang diakibatkan pelaksanaan Derek menjadi tanggung
jawab pemilik kendaraan.
(3) Syarat-syarat administrasi dan biaya Derek serta pelaksanaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b Pasal ini, diatur lebih lanjut dalam Keputusan
Kepala Daerah.
BAB X
GANTI RUGI ATAS KEHILANGAN/KERUSAKAN
KENDARAAN
Pasal 20
Apabila terjadi kehilangan kehilangan atau kerusakan kendaraan dan kelengkapannya
pada saat jam parkir di tepat parkir Tepi Jalan Umum, yang disebabkan karena
kelalaian juru parkir, maka juru parkir bertanggungjawab untuk mengganti 50 %
(lima puluh persen) kerugian tersebut.
Pasal 21
(2) Besarnya tanggung jawab untuk mengganti kerugian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Pasal ini, antara pengelola parkir dan petugas parkir, masing-masing
separuh dari nilai kerugian yang terjadi.
Pasal 22
Penyelenggara parkir di tempat khusus parkir milik swasta dan pengelola parkir tidak
tetap bertanggungjawab untuk mengganti kerugian sepenuhnya apabila terjadi
kehilangan atau kerusakan kendaraan dan kelengkapannya di tempat parkir pada saat
jam parkir, yang disebabkan karena kelalaian penyelenggara/pengelola tempat parkir.
Pasal 23
Tata cara ganti rugi sebagaimana dimaksud Pasal 20, Pasal 21 dan Pasal 22 dalam
Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah.
BAB XI
KETENTUAN PERIJINAN
Pasal 24
(1) Setiap orang pribadi dan atau badan yang menyelenggarakan perparkiran wajib
memiliki ijin usaha perparkiran;
(2) Ijin usaha perparkiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini terdiri dari :
a. Ijin usaha penyelenggaraan tempat parkir di tepi jalan umum;
b. Ijin usaha penyelenggaraan tempat khusus parkir milik Pemerintah Kota yang
dikelola oleh pihak ketiga baik orang pribadi dan atau badan;
c. Ijin usaha penyelenggaraan tempat parkir tidak tetap;
d. Ijin usaha penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum;
e. Ijin usaha penyelenggaraan tempat khusus parkir milik orang pribadi dan atau
badan.
(3) Permohonan ijin usaha perparkiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini,
diajukan kepada Kepala Daerah melalui Dinas Perhubungan dengan memenuhi
persyaratan perijinan;
(4) Tata cara dan syarat-syarat serta besaran biaya perijinan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) Pasal ini, akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.
BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 25
(2) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, meliputi :
a. Penentuan pedoman teknis;
b. Pemberian bimbingan teknis yang meliputi peningkatan kemampuan dan
ketrampilan teknis.
(3) Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, meliputi
kegiatan pemantauan dan penilaian atas penyelenggaraan perparkiran di Kota
Tarakan.
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 26
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 2 ayat (6), Pasal 4 ayat (4), Pasal 5,
Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (2), Pasal 10 ayat (1), Pasal 11 ayat (2), Pasal 12
ayat (1), Pasal 13, Pasal 16 ayat (1), Pasal 18 dan Pasal 24 ayat (1) Peraturan
Daerah ini, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda
paling Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XIV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 27
(1) Selain Penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana pelanggaran dalam
Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Pemerintah Kota yang pengangkatannya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah.
Pasal 29
Ditetapkan di Tarakan
pada tanggal 27 April 2004
WALIKOTA TARAKAN
ttd
SEKRETARIS DAERAH,