Anda di halaman 1dari 10

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN

NOMOR 16 TAHUN 2004

TENTANG

PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN
DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TARAKAN,

Menimbang : a. bahwa untuk tertib dan aman serta memberi rasa nyaman dalam berlalu lintas di
Kota Tarakan, dipandang perlu untuk mengatur pengelolaan perpakiran di Kota
Tarakan;

b. bahwa atas pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a diatas, maka


perlu untuk menetapkan ketentuan Penyelenggaraan Perparkiran Dalam Wilayah
Kota Tarakan dalam Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun
1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186);
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3209);
3. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3480) jo. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1992 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang
Penangguhan Mulai Berlakunya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 99,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3494);
4. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah
Tingkat II Tarakan (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3711);
5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3048);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Tahun Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3258);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3529);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
10. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 1999 Nomor 11 Seri C-01)
jo. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 26 Tahun 2001 tentang Perubahan
Pertama Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2001 Nomor 26
Seri D-09);
11. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 22 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2000
Nomor 21 Seri D).

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TARAKAN,

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN TENTANG


PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA
TARAKAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kota Tarakan;
2. Pemerintah Kota adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang
lain sebagai badan eksekutif Daerah;
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah badan
legislatif Daerah;
4. Kepala Daerah adalah Walikota Tarakan;
5. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kota Tarakan;
6. Kepala Dinas Perhubungan adalah Kepala Dinas Perhubungan Kota Tarakan;
7. Sub Dinas Perhubungan Darat adalah Sub Dinas Perhubungan Darat pada Dinas
Perhubungan;
8. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kota Tarakan;
9. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kota Tarakan;
10. Bendaharawan Khusus Penerima adalah yang selanjutnya disingkat BKP adalah
Bendaharawan Khusus Penerima pada Dinas Pendapatan;
11. Badan adalah suatu bentuk usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan
Komanditer, Perseroan Lainnya, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma,
Kongsi, Koperasi, Yayasan atau organisasi yang sejenis, Lembaga, dana Pensiun,
bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya;
12. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan bermotor yang tidak
bersifat sementara;
13. Tempat parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan kendaraan di lokasi yang
ditentukan, yaitu di tepi jalan umum atau di badan jalan dan fasilitas parkir untuk
umum atau tempat parkir di luar badan jalan yang meliputi tempat khusus parkir,
tempat parkir tidak tetap, tempat penitipan kendaraan dan garasi kendaraan yang
memungut biaya tertentu;
14. Tempat parkir di tepi jalan umum adalah tempat yang pemberhentian kendaraan
yang berada di tepi jalan umum tertentu dan telah ditetapkan oleh Kepala Daerah
sebagai tempat parkir kendaraan;
15. Tempat khusus parkir adalah tempat khusus yang secara khusus dimiliki oleh
Pemerintah Kota, orang pribadi atau badan yang meliputi gedung parkir, taman
parkir dan pelataran;
16. Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian
kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu
kurun waktu;
17. Fasilitas parkir di luar badan jalan adalah fasilitas parkir kendaraan yang di buat
khusus yang dapat berupa taman parkir dan atau gedung parkir;
18. Fasilitas parkir untuk umum adalah fasilitas parkir di luar badan jalan berupa
gedung parkir atau taman parkir yang diusahakan sebagai kegiatan usaha yang
berdiri sendiri yang menyediakan jasa pelayanan parkir untuk umum;
19. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik
yang berada pada kendaraan itu;
20. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor atau atau
orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar
mengemudikan kendaraan bermotor;
21. Jalan adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum;
22. Kawasan parkir adalah kawasan pada suatu areal yang memanfaatkan badan jalan
sebagai fasilitas dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu masuk;
23. Petugas parkir adalah orang yang dipekerjakan oleh penyelenggara tempat parkir
sebagai tukang parkir pada Tempat Khusus parkir;
24. Juru Parkir adalah orang yang ditugaskan pada tempat parkir di tepi jalan umum.

BAB II
PENGATURAN PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

Pasal 2

(1) Pengelolaan perparkiran adalah segala usaha dan tindakan yang dilakukan secara
terpadu dan terkoordinasi dalam perparkiran;

(2) Dalam wilayah Daerah dapat diadakan tempat-tempat parkir dengan syarat-syarat
dan tata cara yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah;

(3) Pemerintah Kota mempunyai tugas, kewajiban dan tanggungjawab dalam


penyelenggaraan perparkiran sebagai kegiatan pelayanan umum;

(4) Dalam pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini,
Kepala Daerah dapat menunjuk dan atau menugaskan instansi terkait untuk
menyelenggarakan perparkiran;

(5) Instansi terkait yang ditunjuk dan atau ditugaskan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) Pasal ini, dalam menyelenggarakan perparkiran dapat bekerjasama
dengan pihak ketiga baik orang pribadi atau badan;

(6) Penyelenggaraan perparkiran yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan wajib
memiliki ijin dari Kepala Daerah.

BAB III
KAWASAN DAN LOKASI PARKIR

Pasal 3

(1) Penetapan kawasan dan lokasi tempat parkir dengan memperhatikan :


a. Rencana tata ruang kota;
b. Keselamatan dan kelancaran lalu lintas;
c. Penataan dan kelestarian lingkungan;
d. Kemudahan bagi pengguna tempat parkir.

(2) Lokasi tempat parkir dibedakan menjadi :


a. Tempat parkir ditepi jalan umum;
b. Tempat khusus parkir;
c. Tempat-tempat tertentu yang digunakan sebagai tempat parkir tidak tetap.

(3) Tempat khusus parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b Pasal ini,
dibagi menjadi :
a. Tempat khusus parkir yang dimiliki oleh Pemerintah Kota;
b. Tempat khusus parkir yang dimiliki oleh orang pribadi atau badan.
BAB IV
PENYELENGGARAAN TEMPAT PARKIR
DI TEPI JALAN UMUM

Pasal 4

(1) Lokasi tempat parkir di tepi jalan umum ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Daerah;

(2) Dalam melaksanakan kegiatan perparkiran, Kepala Daerah atau Pejabat yang
ditunjuk menugaskan juru parkir dengan surat tugas;

(3) Juru parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini, bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah melalui Pejabat yang ditunjuk dan tidak boleh
mengalihkan tugas dan tanggung jawab kepada pihak lain;

(4) Setiap orang pribadi dilarang melaksanakan kegiatan sebagaimana tugas juru
parkir tanpa surat tugas dari Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk;

(5) Untuk mengelola parkir di tepi jalan umum, Kepala Daerah dapat bekerjasama
dengan pihak ketiga.

BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN JURU PARKIR

Pasal 5
Juru Parkir wajib :
1. Menggunakan pakaian seragam, tanda pengenal serta perlengkapan lainnya yang
ditetapkan Kepala Daerah;
2. Menjaga keamanan dan ketertiban tempat parkir serta bertanggungjawab atas
keamanan kendaraan beserta perlengkapannya;
3. Menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan lingkungan parkir;
4. Menyerahkan karcis parkir sebagai tanda bukti untuk setiap kali parkir dan
memungut retribusi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
5. Menggunakan karcis parkir yang disediakan untuk 1 (satu) kali parkir;
6. Menyetorkan hasil retribusi Daerah kepada juru pungut Dinas perhubungan yang
selanjutnya disetor ke Kas Daerah melalui BKP pada Dinas Pendapatan.

Pasal 6

(1) Juru parkir berhak atas pembagian atas pendapatan retribusi parkir pada tempat
parkir yang menjadi tanggung jawabnya;

(2) Pembagian retribusi parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,
didasarkan pada kategori potensi parkir;

(3) Pembagian retribusi parkir dan penetapan kategori potensi parkir sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) Pasal ini, akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Kepala Daerah

Pasal 7
Surat tugas kepada juru parkir sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (2) dalam
Peraturan Daerah ini dapat dicabut apabila melanggar ketentuan Pasal 4 ayat (3)
dalam Peraturan Daerah ini dan salah satu atau keseluruhan dari kewajiban juru parkir
sebagaimana dimaksud Pasal 5 dalam Peraturan Daerah ini.
BAB VI
PENYELENGGARAAN TEMPAT KHUSUS PARKIR

Pasal 8
(1) Pembangunan tempat khusus parkir harus memenuhi persyaratan :
a. Dapat menjamin keselamatan dan kelancaran lalu lintas;
b. Mudah dijangkau oleh pengguna jasa.

(2) Tempat khusus parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dapat
dilengkapi bangunan penunjang yang berupa tempat peristirahatan pengemudi dan
awak kendaraan, tempat ibadah, kamar mandi/WC, fasilitas kebersihan;

(3) Lokasi tempat khusus parkir milik Pemerintah Kota ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah;

(4) Untuk mengelola tempat khusus parkir milik Pemerintah Kota, Kepala Daerah
dapat bekerjasama dengan pihak ketiga baik orang pribadi maupun badan.

BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA/PENGELOLA
TEMPAT KHUSUS PARKIR

Pasal 9
(1) Penyelenggara/Pengelola tempat khusus parkir milik swasta berhak memungut
jasa parkir;

(2) Pemungutan jasa parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, tidak
boleh melebihi 2 (dua) kali dari tarif retribusi tempat khusus parkir milik
Pemerintah Kota.

Pasal 10

(1) Penyelenggara/Pengelola tempat khusus parkir wajib :


a. Bertanggungjawab atas segala kegiatan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan tempat parkir termasuk kebersihan, keamanan dan ketertiban
tempat parkir;
b. Bertanggung jawab atas keamanan kendaraan beserta perlengkapannya;
c. Memenuhi kewajiban atas pungutan negara dan pungutan Daerah.

(2) Ijin pengelolaan tempat khusus parkir sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (4)
dalam Peraturan Daerah ini dapat dicabut apabila tidak memenuhi salah satu atau
keseluruhan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini.

Pasal 11

(1) Penyelenggara/Pengelola tempat khusus parkir dapat mempekerjakan petugas


parkir;

(2) Petugas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, mempunyai
kewajiban sebagai berikut :
a. Menggunakan pakaian seragam, tanda pengenal serta kelengkapan lainnya;
b. Menjaga keamanan dan ketertiban tempat parkir serta bertanggungjawab atas
keamanan kendaraan beserta perlengkapannya.
c. Menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan lingkungan parkir serta
menyediakan tempat sampah;
d. Menyerahkan karcis parkir sebagai tanda bukti untuk setiap kali parkir dan
memungut retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(3) Penyelenggara/Pengelola membuat tata tertib yang berlaku di dalam tempat


khusus parkir yang dikelolanya untuk diketahui oleh pemakai jasa sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
BAB VIII
PENYELENGGARAAN TEMPAT PARKIR TIDAK TETAP

Pasal 12

(1) Orang pribadi atau badan yang akan mengelola parkir tidak tetap wajib memiliki
ijin;

(2) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, diberikan oleh Kepala Daerah
dengan memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan;

(3) Tata cara dan persyaratan perijinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini,
akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah.

Pasal 13

Pengelola tempat parkir tidak tetap wajib :


1. Menggunakan tanda pengenal dan perlengkapan lainya yang ditetapkan oleh
Kepala Daerah;
2. Menjaga keamanan dan ketertiban tempat parkir, serta bertanggungjawab atas
keamanan kendaraan beserta perlengkapannya;
3. Menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan lingkungan parkir serta
menyediakan tempat sampah;
4. Menyerahkan karcis parkir sebagai tanda bukti untuk setiap kali parkir dan
memungut retribusi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
5. Menggunakan karcis parkir untuk 1 (satu) kali parkir;
6. Memenuhi kewajiban atas pungutan Negara dan pungutan Daerah.

BAB IX
FASILITAS PARKIR UNTUK UMUM

Pasal 14

(1) Kepala Daerah menetapkan lokasi fasilitas parkir untuk umum;

(2) Fasilitas parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, adalah fasilitas
parkir diluar badan jalan yang meliputi :
a. Gedung parkir
b. Taman parkir

(3) Penetapan lokasi fasilitas parkir untuk umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) Pasal ini, akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah.

Pasal 15

(1) Penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum selain oleh Pemerintah Daerah
dapat dilakukan oleh orang pribadi atau badan dengan ijin Kepala Daerah;

(2) Untuk memperoleh ijin penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP);
b. Memiliki akte pendirian perusahaan untuk pemohon yang berbentuk badan
hukum Indonesia atau tanda jati diri untuk pemohon warga negara Indonesia;
c. Memiliki surat izin tempat usaha (SITU);
d. Memiliki atau menguasai areal tanah yang luasnya sesuai dengan rencana
kapasitas parkir kendaraan yang akan disediakan.

(3) Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum yang telah memperoleh ijin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, dapat memungut biaya terhadap
penggunaan fasilitas parkir yang diusahakannya;
(4) Satuan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini, dapat dihitung
berdasarkan penggunaan fasilitas parkir per jam, per hari atau perjanjian
penggunaan dalam jangka waktu tertentu;

(5) Besarnya biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini, akan diatur lebih
lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah.

Pasal 16

(1) Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum yang telah memperoleh ijin
sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (1) dalam Peraturan Daerah ini wajib:
a. Memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam ijin penyelenggaraan
fasilitas parkir untuk umum;
b. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran dalam kawasan fasilitas parkir
untuk umum;
c. Melaporkan secara tertulis kepada pemberi ijin apabila dilakukan perubahan
penanggung jawab.

(2) Ijin penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum dapat dicabut apabila :
a. Pemegang ijin melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal ini;
b. Dalam penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum mengakibatkan
pencemaran lingkungan.

(3) Tata cara persyaratan dan pencabutan perijinan akan diatur lebih lanjut dalam
Keputusan Kepala Daerah.

Pasal 17

(1) Fasilitas parkir dapat menggunakan tanda-tanda yang mudah dibaca serta memuat
ketentuan sebagai berikut :
a. Waktu parkir;
b. Jenis kendaraan;
c. Tarif parkir;
d. Garis batas parkir;

(2) Fasilitas parkir disamping tanda-tanda parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal ini, juga dapat dipasang meteran parkir.

Pasal 18

(1) Setiap pengguna jasa parkir wajib :


a. Mematuhi semua tanda-tanda parkir dan atau petunjuk yang diberikan.
b. Menyimpan karcis parkir yang diberikan sebagai tanda bukti parkir dan
menyerahkan kembali kepada petugas parkir.
c. Membayar retribusi parkir yang telah ditetapkan.
d. Dikecualikan pengenaan retribusi parkir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d Pasal ini adalah tempat peribadatan atau tempat-tempat yang bersifat
sosial.
(2) Setiap pemilik dan atau pengemudi kendaraan dilarang :
a. Memarkir kendaraan yang dapat mengurangi dan atau merintangi kebebasan
kendaraan keluar masuk tempat parkir;
b. Parkir diluar garis batas parkir;
c. Parkir di badan jalan dan atau pada jalan tertentu yang berfungsi sebagai
garasi;
d. Parkir di daerah simpang jalan.
e. Parkir di tempat yang telah ditetapkan sebagai tempat dilarang parkir yang
dinyatakan dengan rambu larangan parkir.
(3) Setiap orang pribadi dilarang melakukan perbuatan yang dapat merusak dan atau
membuat tidak berfungsinya fasilitas parkir.
Pasal 19

(1) Untuk ketertiban dan kelancaran lalu lintas, pelanggaran atas ketentuan Pasal 18
ayat (2) dalam Peraturan Daerah ini, dapat diambil tindakan penertiban dengan
memindahkan kendaraan ke tempat yang telah ditentukan oleh Kepala Daerah
atau Pejabat yang ditunjuk dengan mobil derek;
(2) Bagi kendaraan yang dipindahkan dengan mobil Derek sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Pasal ini, pemilik dan atau pengemudi kendaraan dapat mengambil
kendaraan tersebut setelah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Administrasi.
b. Biaya derek.
c. Dan segala kerusakan yang diakibatkan pelaksanaan Derek menjadi tanggung
jawab pemilik kendaraan.
(3) Syarat-syarat administrasi dan biaya Derek serta pelaksanaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b Pasal ini, diatur lebih lanjut dalam Keputusan
Kepala Daerah.

BAB X
GANTI RUGI ATAS KEHILANGAN/KERUSAKAN
KENDARAAN
Pasal 20
Apabila terjadi kehilangan kehilangan atau kerusakan kendaraan dan kelengkapannya
pada saat jam parkir di tepat parkir Tepi Jalan Umum, yang disebabkan karena
kelalaian juru parkir, maka juru parkir bertanggungjawab untuk mengganti 50 %
(lima puluh persen) kerugian tersebut.

Pasal 21

(1) Apabila terjadi kehilangan atau kerusakan kendaraan dan kelengkapannya di


tempat khusus parkir milik Pemerintah Kota pada saat jam parkir, yang
disebabkan karena kelalaian pengelola parkir atau petugas parkir, maka pengelola
parkir dan petugas parkir secara bersama-sama bertanggung jawab untuk
mengganti seluruh kerugian tersebut;

(2) Besarnya tanggung jawab untuk mengganti kerugian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Pasal ini, antara pengelola parkir dan petugas parkir, masing-masing
separuh dari nilai kerugian yang terjadi.

Pasal 22

Penyelenggara parkir di tempat khusus parkir milik swasta dan pengelola parkir tidak
tetap bertanggungjawab untuk mengganti kerugian sepenuhnya apabila terjadi
kehilangan atau kerusakan kendaraan dan kelengkapannya di tempat parkir pada saat
jam parkir, yang disebabkan karena kelalaian penyelenggara/pengelola tempat parkir.

Pasal 23

Tata cara ganti rugi sebagaimana dimaksud Pasal 20, Pasal 21 dan Pasal 22 dalam
Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah.

BAB XI
KETENTUAN PERIJINAN

Pasal 24

(1) Setiap orang pribadi dan atau badan yang menyelenggarakan perparkiran wajib
memiliki ijin usaha perparkiran;

(2) Ijin usaha perparkiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini terdiri dari :
a. Ijin usaha penyelenggaraan tempat parkir di tepi jalan umum;
b. Ijin usaha penyelenggaraan tempat khusus parkir milik Pemerintah Kota yang
dikelola oleh pihak ketiga baik orang pribadi dan atau badan;
c. Ijin usaha penyelenggaraan tempat parkir tidak tetap;
d. Ijin usaha penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum;
e. Ijin usaha penyelenggaraan tempat khusus parkir milik orang pribadi dan atau
badan.

(3) Permohonan ijin usaha perparkiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini,
diajukan kepada Kepala Daerah melalui Dinas Perhubungan dengan memenuhi
persyaratan perijinan;

(4) Tata cara dan syarat-syarat serta besaran biaya perijinan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) Pasal ini, akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.

BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 25

(1) Kepala Daerah melalui Dinas Perhubungan melaksanakan pembinaan dan


pengawasan teknis terhadap penyelenggaraan perparkiran di Kota Tarakan.

(2) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, meliputi :
a. Penentuan pedoman teknis;
b. Pemberian bimbingan teknis yang meliputi peningkatan kemampuan dan
ketrampilan teknis.

(3) Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, meliputi
kegiatan pemantauan dan penilaian atas penyelenggaraan perparkiran di Kota
Tarakan.

BAB XIII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 26

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 2 ayat (6), Pasal 4 ayat (4), Pasal 5,
Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (2), Pasal 10 ayat (1), Pasal 11 ayat (2), Pasal 12
ayat (1), Pasal 13, Pasal 16 ayat (1), Pasal 18 dan Pasal 24 ayat (1) Peraturan
Daerah ini, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda
paling Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XIV
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 27

(1) Selain Penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana pelanggaran dalam
Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Pemerintah Kota yang pengangkatannya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah :


a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang Perhubungan agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi dan
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan
tindak pidana dibidang Perhubungan;
c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi dan atau badan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang Perhubungan;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan
dengan tindak pidana dibidang Perhubungan;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan,
pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap
barang bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana dibidang Perhubungan;
g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan
atau dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang
Perhubungan;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana dibidang Perhubungan menurut hukum yang dapat dipertanggung
jawabkan.

BAB XV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan Kepala Daerah.

Pasal 29

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tarakan.

Ditetapkan di Tarakan
pada tanggal 27 April 2004

WALIKOTA TARAKAN

ttd

dr. H. JUSUF S.K

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Tarakan


Tahun 2003 Nomor 16 Seri E-06 Tanggal 30 April 2004

SEKRETARIS DAERAH,

Drs. H. BAHARUDDIN BARAQ, M.Ed


Pembina Utama Muda
Nip. 550 004 607

Anda mungkin juga menyukai