Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Operasi


Produksi adalah proses penciptaan barang dan jasa. Menurut Heizer dan
Render (2009:4), Manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang
menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi
output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa berlangsung di semua
organisasi. Dalam perusahaan manufaktur, aktivitas produksi yang menghasilkan
barang dapat terlihat secara jelas.
Dalam organisasi yang tidak menghasilkan produk secara fisik, fungsi
produksinya mungkin tidak terlihat secara jelas. Kita sering menyebut akitvitas-
aktivitas ini sebagai jasa. Fungsi jasa ini mungkin “tersembunyi” dari masyarakat,
bahkan dari pelanggan. Produknya dapat berbentuk layanan pengiriman dana dari
rekening tabungsn ke rekening giro, proses transplantasi hati, pengisian kursi kosong
di pesawat, atau proses pendidikan seorang mahasiswa. Terlepas dari produk
akhirnya berupa barang atau jasa, aktivitas produksi yang berlangsung dalam
organisasi biasanya disebut operasi atau manajemen operasi.
Sedangkan pengertian manajemen operasional menurut Daft (2006:216)
adalah bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang, serta
menggunakan alat-alat dan teknik-teknik khusus untuk memecahkan masalah-
masalah produksi. Menurut Subagyo (2000:1),  manajemen operasi adalah penerapan
ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan produksi atau operasi agar dapat
dilakukan secara efisien. Dan menurut Herjanto (2007:2), manajemen operasi dan
produksi dapat diartikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan dan efektif
menggunakan fungsi – fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber
daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Dari definisi-definisi di atas,
dapat disimpulkan bahwa manajemen operasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengatur hal-hal yang berhubungan dengan proses produksi secara efektif dan
efisien sehingga dapat menghasilkan produk yang optimal serta cara untuk
menghadapi masalah dalam proses produksi.
Menurut Heizer dan Render (2009:04), untuk menghasilkan barang dan jasa,
semua jenis organisasi menjalankan tiga fungsi. Fungsi-fungsi ini merupakan hal

11
12

penting, bukan hanya untuk proses produksi, tetapi juga demi kelangsungan hidup
sebuah organisasi. Fungsi-fungsi ini adalah sebagai berikut:
1. Pemasaran yang menghasilkan permintaan, paling tidak, menerima
pemesanan untuk sebuah barang atau jasa (tidak akan ada aktivitas jika tidak
ada penjualan).
2. Produksi/operasi yang menghasilkan produk.
3. Keuangan/akuntansi yang mengawasi sehat tidaknya sebuah organisasi,
membayar tagihan dan mengumuplkan keuangan.
Kita mempelajari MO (Manajemen Operasional) karena empat alasan
berikut:
1. MO adalah satu dari tiga fungsi utama dari setiap organisasi dan berhubungan
secara utuh dengan semua fungsi bisnis lainnya. Semua organisasi
memasarkan (menjual), membiayai (mencatat rugi laba), dan memproduksi
(mengoperasikan), maka sangat penting untuk mengetahui bagaimana
aktivitas MO berjalan. Karena itu pula, kita mempelajari bagaimana orang-
orang mengorganisasikan diri mereka bagi perusahaan yang produktif.
2. Kita mempelajari MO karena kita ingin mengetahui bagaimana barang dan
jasa diproduksi. Fungsi produksi adalah bagian dari masyarakat yang
menciptakan produk yang kita gunakan.
3. Kita mempelajari MO untuk memahami apa yang dikerjakan oleh manajer
operasi. Dengan memahami apa saja yang dilakukan oleh manajer ini, kita
dapat membangun keahlian yang dibutuhkan untuk dapat menjadi seorang
manajer seperti itu. Hal ini akan membantu Anda untuk menjelajahi
kesempatan kerja yang banyak dan menggiurkan di bidang MO.
4. Kita mempelajari MO karena bagian ini merupakan bagian yang paling
banyak menghabiskan biaya dalam sebuah organisasi. Sebagian besar
pengeluaran perusahaan digunakan untuk fungsi MO. Walaupun demikian,
MO memberikan peluang untuk meningkatkan keuntungan dan pelayanan
terhadap masyarakat.
13

2.2 Peramalan dan Konsepnya


Menurut Murahartawaty (2009:41), peramalan (forecasting) merupakan
bagian vital bagi setiap organisasi bisnis dan untuk setiap pengambilan keputusan
manajemen yang sangat signifikan. Peramalan menjadi dasar bagi perencanaan
jangka panjang perusahaan. Dalam area fungsional keuangan, peramalan
memberikan dasar dalam menentukan anggaran dan pengendalian biaya. Pada bagian
pemasaran, peramalan penjualan dibutuhkan untuk merencanakan produk baru,
kompensasi tenaga penjual, dan beberapa keputusan penting lainnya. Selanjutnya,
pada bagian produksi dan operasi menggunakan data-data peramalan untuk
perencanaan kapasitas, fasilitas, produksi, penjadwalan, dan pengendalian persedian
(inventory control). Untuk menetapkan kebijakan ekonomi seperti tingkat
pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, tingkat inflasi, dan lain sebagainya
dapat pula dilakukan dengan metode peramalan.
Menurut Murahartawaty (2009:41), peramalan adalah penggunaan data masa
lalu dari sebuah variabel atau kumpulan variabel untuk mengestimasi nilainya di
masa yang akan datang. Asumsi dasar dalam penerapan teknik-teknik peramalan
adalah:“If we can predict what the future will be like we can modify our behaviour
now to be in a better position, than we otherwise would have been, when the future
arrives.” Artinya, jika kita dapat memprediksi apa yang terjadi di masa depan maka
kita dapat mengubah kebiasaan kita saat ini menjadi lebih baik dan akan jauh lebih
berbeda di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan kinerja di masa lalu akan terus
berulang setidaknya dalam masa mendatang yang relatif dekat.
Hasil dari suatu peramalan penjualan lebih merupakan pernyataan terhadap
kondisi masa depan mengenai penjualan sebagai proyeksi teknis dari permintaan
konsumen potensial untuk jangka waktu tertentu. Meskipun demikian hasil perkiraan
yang diperoleh mungkin saja tidak sama dengan rencana.
Pada umumnya hasil dari suatu peramalan penjualan akan dikonversikan
menjadi rencana penjualan dengan memperhitungkan berbagai hal berikut:
a. Pendapat manajemen
b. Strategi-strategi yang direncanakan
c. Keterkaitan dengan sumber daya
d. Ketetapan manajemen dalam usaha mencapai sasaran penjualan
14

Pada umumnya kegunaan peramalan adalah sebagai berikut:


1. Sebagai alat bantu dalam perencanaan yang efektif dan efisien.
2. Untuk menentukan kebutuhan sumber daya di masa
mendatang.
3. Untuk membuat keputusan yang tepat.
Kegunaan peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan
yang baik adalah keputusan yang didasarkan atas pertimbangan apa yang akan terjadi
pada waktu keputusan dalam berbagai kegiatan perusahaan. Baik tidaknya hasil dari
suatu penelitian sangat ditentukan oleh ketetapan ramalan yang dibuat. Walaupun
demikian perlu diketahui bahwa ramalan selalu ada unsur kesalahannya, sehingga
yang perlu diperhatikan adalah usaha untuk memperkecil kesalahan dari ramalan
tersebut.

2.3 Jenis-jenis Peramalan


Menurut Hasibuan (2011:32), jenis-jenis peramalan dapat dibedakan
berdasarkan jangka waktu, ruang lingkup, dan metode yang digunakan. Berdasarkan
jangka waktu, peramalan dibedakan menjadi peramalan jangka panjang dan jangka
pendek. Peramalan jangka panjang biasanya dilakukan oleh para pimpinan puncak
suatu perusahaan dan bersifat umum. Peramalan jangka pendek biasanya dilakukan
pimpinan pada tingkat menengah maupun bawah dan lebih bersifat operasional.
Berdasarkan ruang lingkupnya, peramalan dibedakan menjadi peramalan
mikro dan peramalan makro. Contohnya adalah peramalan kondisi perekonomian
dalam lima tahun yang akan datang (sebagai makro) dan peramalan kondisi
perusahaan dalam lima tahun yang akan datang (sebagai mikro).
Berdasarkan metode yang digunakan, peramalan dibedakan atas dua macam yaitu :
1. Peramalan Kualitatif
Peramalan Kualitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kualitatif
pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada orang yang
menyusunnya. Hal ini penting karena hasil peramalan tersebut ditentukan
berdasarkan pendapat dan pengetahuan serta pengamalan penyusunnya.
2. Peramalan Kuantitatif
Peramalan Kuantitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif
masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada metode yang
15

dipergunakan dalam peramalan tersebut. Baik tidaknya metode yang dipergunakan


oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil ramalan dengan kenyataan yang
terjadi. Semakin kecil penyimpangan antara hasil ramalan dengan kenyataan yang
terjadi maka semakin baik pula metode yang digunakan.
Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat kondisi berikut :
a. Tersedia informasi ( data ) tentang masa lalu
b. Informasi ( data ) tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data
numeric
c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus
berlanjut pada masa yang akan datang.
Tujuh langkah sistem peramalan:
1. Menetapkan tujuan peramalan.
2. Memilih unsur yang akan diramalkan.
3. Menentukan horizon waktu peramalan.
4. Memilih jenis model peramalan.
5. Mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk peramalan.
6. Membuat peramalan.
7. Memvalidasi dan menerapkan hasil peramalan.

2.4 Metode Peramalan


2.4.1 Jenis-Jenis Metode Peramalan
Metode peramalan digunakan agar peramalan jumlah permintaan suatu
barang maupun jasa dimasa yang akan datang dapat direncanakan dan hasil yang
diperoleh tidak jauh menyimpang dari actual yang terjadi. Terdapat berbagai jenis
metode peramalan, Heizer dan Render (2009:168) menyatakan terdapat 2 jenis
metode penelitian, yaitu:
1. Metode kualitatif, terbagi menjadi 4 teknik peramalan, yaitu:
a. Juri dari opini eksekutif (jury of executive opinion)
Dalam metode ini, pendapat sekumpulan kecil manajer atau pakar tingkat
tinggi umumnya digabungkan dengan model statistik, dikumpulkan untuk
mendapatkan prediksi permintaan kelompok.
b. Metode Delphi (Delphi method)
Ada 3 (tiga) jenis partisipan dalam metode Delphi, yaitu: pengambil
keputusan, karyawan, dan responden. Pengambil keputusan melakukan
16

peramalan, karyawan menyiapkan, menyebarkan, mengumpulkan, dan


meringkas kuesioner dan hasil survei. Responden adalah sekelompok
orang yang ditempatkan di tempat yang berbeda di mana penliaian
dilakukan.
c. Komposit tenaga penjual (sales force composite)
Setiap tenaga penjual memperkirakan berapa penjualan yang dapat ia capai
dalam wilayahnya, dan melakukan pengkajian untuk memastikan apakah
peramalan cukup realistis, baru kemudian digabungkan pada tingkat
wilayah dan nasional untuk mendapatkan peramalan secara keseluruhan.
d. Survei pasar konsumen (consumer market survey)
Metode ini meminta masukan dari konsumen mengenai rencana pembelian
mereka di masa mendatang. Hal ini juga membantu dalam menyiapkan
peramalan, tetapi juga membantu dalam merancang desain produk baru
dan perencanaan produk baru. Namun, metode ini dapat menjadi tidak
benar karena masukan dari konsumen yang terlalu optimis.
2. Metode kuantitatif, terbagi menjadi (lima) metode peramalan yang
menggunakan data historis. Kelima metode ini dibagi ke dalam dua kategori,
yaitu:
a. Model Deret-Waktu
Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan
merupakan fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, mereka melihat apa
yang terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu
tersebut untuk melakukan peramalan. Contoh: jika memperkirakan
penjualan mingguan mesin pemotong rumput, maka menggunakan data
penjualan minggu lalu untuk membuat ramalan. Rata-rata bergerak, terbagi
menjadi beberapa jenis, yaitu: rata-rata bergerak, pembobotan rata-rata
bergerak, penghalusan eksponensial dan penghalusan eksponensial dengan
penyesuaian proyeksi tren.
b. Model Asosiatif
Model asosiatif (atau hubungan sebab-akibat) menggabungkan banyak
variabel atau faktor yang mungkin mempengaruhi kuantitas yang sedang
diramalkan. Contoh: model asosiatif dari penjualan mesin pemotong
rumput mungkin memasukkan faktor seperti adanya perumahan baru,
anggaran iklan, dan harga pesaing. Salah satu dari model asosiatif adalah
17

regresi linier.

2.4.2 Jenis –Jenis Metode Peramalan Dalam Penelitian


Heizer dan Render dalam buku Manajemen Operasi (2010:170-175), metode
- metode peramalan kuantitatif, terdiri dari:
1. Naive Method (Naive Approach / Pendekatan Naif)
Heizer dan Render (2009:170) menyatakan teknik peramalan yang
mengasumsikan permintaan periode berikutnya sama dengan permintaan
pada periode terakhir, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:
= permintaan aktual periode sebelumnya,
= peramalan permintaan periode berikutnya.
2. Moving Averages (Rata-Rata Bergerak)
Heizer dan Render (2009:171) menyatakan suatu metode peramalan yang
menggunakan n rata-rata periode terakhir data untuk meramalkan periode
berikutnya. Rata-rata bergerak berguna diasumsikan bahwa permintaan pasar
akan stabil sepanjang masa yang akan diramalkan.
Ŷ = ∑ permintaaan dalam periode sebelumnnya
n
Keterangan:
Ŷ = peramalan permintaan periode berikutnya,
n = jumlah periode dalam rata-rata bergerak.
3. Weighted Moving Averages (Pembobotan Rata-Rata Bergerak)
Pembobotan rata-rata bergerak mirip dengan rata-rata bergerak, yang
membedakan adalah penempatan bobot. Saat terdapat tren atau pola yang
terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk menempatkan penekanan yang lebih
pada nilai terkini. Praktik ini membuat teknik peramalan lebih tanggap
terhadap perubahan karena periode yang lebih dekat mendapatkan bobot
yang lebih berat. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang digunakan
membutuhkan pengalaman. Rumus pembobotan rata-rata bergerak menurut
Stevenson (2009:83) adalah:

Keterangan:
18

= bobot untuk periode t,


= bobot untuk periode t – 1, dan seterusnya,
= permintaan aktual pada periode t,
= permintaan aktual pada periode t – 1, dan seterusnya.
4. Exponential Smoothing (Penghalusan Eksponensial)
Suatu teknik peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan di mana titik-
titik data dibobotkan oleh fungsi eksponensial. Pada exponensial smoothing
terdapat α yaitu sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dipilih oleh
peramal yang mempunyai nilai antara 0 sampai 1. Penulis menggunakan
Exponential Smoothing dengan alfa 0,75 dan 0,3.
Rumus pembobotan rata-rata bergerak menurut Stevenson (2009:83) adalah:

Keterangan:
= peramalan periode mendatang,
= peramalan periode sebelumnya,
= permintaan aktual periode lalu,
α = konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤α≤ 1).
5. Linear Regression (Regresi Linier)
Metode model matematika garis lurus untuk menggambarkan hubungan
fungsional antara variabel-variabel yang bebas maupun variabel terikat.
Rumus regresi linier menurut Heizer dan Render (2009:195) adalah:

Keterangan:
ŷ = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi,
= persilangan sumbu y,
b = kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada yuntuk perubahan
yang terjadi di x),
x = variabel bebas (dalam kasus ini adalah waktu),
19

y = permintaan dalam suatu periode,


n = jumlah data atau pengamatan,
x = rata-rata nilai x,
ý = rata-rata nilai y.
6. Exponential Smoothing with trend (Penghalusan Eksponensial dengan
Penyesuaian Tren)
Suatu teknik yang merupakan jenis lain dari exponential smoothing yang
digunakan ketika sebuah deret waktu menunjukkan sebuah tren linier. Rumus
penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren menurut Heizer dan
Render (2009:181) adalah:

Keterangan:
= peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada
periode t,
= tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t,
= permintaan aktual pada periode t,
α = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤α≤ 1),
β = konstanta penghalusan untuk tren (0 ≤β≤ 1).
2.4.3 Menghitung Kesalahan Peramalan
Heizer dan Render menyatakan ada beberapa perhitungan yang biasa
dipergunakan untuk menghitung kesalahan peramalan (forecast error). Di lain
pihak Nachrowi dan Usman (2004:239) membandingkan kesalahan peramalan
adalah suatu cara sederhana, apakah suatu teknik peramalan tersebut patut dipilih
untuk digunakan membuat ramalan data yang sedang kita analisis atau tidak.
Minimal prosedur ini dapat digunakan sebagai indikator apakah suatu teknik
peramalan cocok digunakan atau tidak, dan teknik yang mempunyai MSE terkecil
merupakan ramalan yang terbaik. Gaspersz (2005:80) menyatakan bahwa akurasi
peramalan akan semakin tinggi jika apabila nilai-nilai MAD, MSE, dan MAPE
semakin kecil. Hal ini dikuatkan juga oleh Rangkuti (2005:70) yang
menyatakan keharusan untuk membandingkan perhitungan yang memiliki nilai
MAD paling kecil, karena semakin kecil nilai MAD, berarti semakin kecil pula
20

perbedaan antara hasil forecasting dan nilai aktual.


Perhitungan ini dapat dipergunakan untuk membandingkan model
peramalan yang berbeda, juga untuk mengawasi peramalan, untuk memastikan
peramalan berjalan dengan baik. Tiga hari perhitungan yang paling terkenal
adalah deviasi rata-rata absolut (mean absolute deviation- MAD),kesalahan rata-
rata kuadrat (mean squared error-MSE), dan kesalahan persen rata-rata absolut
(Mean absolute percent error-MAPE).
1. Deviasi Rata – rata absolut ( Mean Absolute Deviation = MAD )
MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk
sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolute
dari kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n).

2. Kesalahan Rata-rata kuadrat (Mean Square Error = MSE)


MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan
keseluruhan. MSA merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang
diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSA adalah
bahwa cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya
pengkuadratan.

3. Kesalahan persen Rata- Rata Absolut (Mean Absolute Percentage Error =


MAPE)
Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSE adalah bahwa nilai mereka
tergantung pada besarnya unsur yang diramal. Jika unsur tersebut
dihitung dalam satuan ribuan, maka nilai MAD dan MSE bisa menjadi
sangat besar. Untuk menghindari masalah ini, kita dapat menggunakan
MAPE. MAPE dihitung sebagai rata-rata diferensiasi absolut antara nilai
yang diramal dan aktual, dinyatakan sebagai persentase nilai aktual.

Nachrowi dan Usman (2004:239) menyatakan bahwa sebenarnya,


21

membandingkan kesalahan peramalan adalah suatu cara sederhana, apakah suatu


teknik peramalan tersebut patut dipilih untuk digunakan sebagai indicator, apakah
suatu teknik peramalan cocok digunakan atau tidak. Dan teknik yang mempunyai
MSE terkecil merupakan ramalan yang terbaik. D i l a i n p i h a k Gaspers (2005:80)
dalam bukunya menyatakan bahwa akurasi peramalan akan semakin tinggi
apabila nilai-nilai MAD, MSE, dan MAPE semakin kecil.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila nilai MAD,MSE dan MAPE
semakin kecil maka akurasi suatu peramalan semakin tinggi atau semakin akurat.

2.5 Prosedur Peramalan


Menurut Murahartawaty (2009:43-44), dalam melakukan peramalan terdiri
dari beberapa tahapan khususnya jika menggunakan metode kuantitatif. Tahapan
tersebut adalah:
1. Definisikan Tujuan Peramalan
Misalnya peramalan dapat digunakan selama masa pra-produksi untuk
mengukur tingkat dari suatu permintaan.
2. Buatlah diagram pencar (Plot Data)
Misalnya memplot demand versus waktu, dimana demand sebagai
ordinat (Y) dan waktu sebagai axis (X)
3. Memilih model peramalan yang tepat
Melihat dari kecenderungan data pada diagram pencar, maka dapat
dipilih beberapa model peramalan yang diperkirakan dapat mewakili pola
tersebut.
4. Lakukan Peramalan
5. Hitung kesalahan ramalan (forecast error)
Keakuratan suatu model peramalan bergantung pada seberapa dekat
nilai hasil peramalan terhadap nilai data yang sebenarnya. Perbedaan atau
selisih antara nilai aktual dan nilai ramalan disebut sebagai “kesalahan
ramalan (forecast error)” atau deviasi yang dinyatakan dalam:

et = Y(t) – Y’(t)

Dimana : Y(t) = Nilai data aktual pada periode t


Y’(t) = Nilai hasil peramalan pada periode t
22

t = Periode peramalan
6. Pilih Metode Peramalan dengan kesalahan yang terkecil
Apabila nilai kesalahan tersebut tidak berbeda secara signifikan pada
tingkat ketelitian tertentu (Uji statistik F), maka pilihlah secara sembarang
metode-metode tersebut.
7. Lakukan Verifikasi
Untuk mengevaluasi apakah pola data menggunakan metode
peramalan tersebut sesuai dengan pola data sebenarnya.

2.6 Pengertian Manajemen Persediaan


Persediaan adalah barang yang sangat mahal yang dapat digantikan oleh
barang yang lebih murah yaitu informasi. Untuk menggantikannya, informasi
haruslah tepat waktu, akurat, andal dan konsisten. Jika ini terjadi, maka akan
tersimpan lebih sedikit persediaan, mengurangi biaya dan mengirimkan produk lebih
cepat ke pelanggan. Alasan pertama perlunya manajemen persediaan adalah untuk:
1. Memaksimalkan efisiensi pembelian dan produksi Berbagai barang dapat saja
dibeli dalam jumlah yang lebih besar ketimbang yang dibutuhkan untuk
mencapai efisiensi pembelian atau transportasi. Meskipun demikian, bisa
ditetapkan kesepakatan yang disebut “order” pembelian berdasarkan
kapasitas persediaan.
2. Memaksimalkan profit, Profit dapat diartikan dengan meningkatkan
pendapatan atau menurunkan biaya. Salah satu cara dengan manajemen
persediaan yang benar.
3. Meminimalkan investasi persediaan, Persediaan akan mengikat uang yang
seharusnya dapat dipergunakan oleh perusahaan dalam berbagai hal dalam
suatu bisnis. Persediaan yang terlalu besar dapat mengakibatkan kas
perusahaan yang negatif,dan hal ini harus dihindarkan.Pengertian persediaan
menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :
 Menurut Sofyan Assauri dalam buku Marihot Manullang dan
Dearlisinaga (2005:50), menerangkan bahwa ; “Persediaan adalah
sebagai suatu aktiva lancar yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha
normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pekerjaan
23

proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu


penggunaanya dalam suatu proses produksi.”
 Menurut Baridwan Z. (2000:149), menjelaskan bahwa : “Pengertian
persediaan barang secara umum istilah persediaan barang dipakai
untuk menunjukkan barang –barang yang dimiliki untuk dijual
kembali atau digunakan memproduksi barang-barang yang akan
dijual.”
 Menurut John J.Wild, K R.Subramanyam dan Robert F Halsey
(2004:265),menerangkan bahwa ;“Persediaan (inventory) merupakan
barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan.”
 Menurut Zulfikarijah F. (2005:4), menerangkan bahwa ; “Persediaan
didefinisikan sebagai persediaan bahan baku yang digunakan untuk
memfasilitasi produksi atau memuaskan permintaan konsumen.

2.7 Peranan dan Fungsi Persediaan


2.7.1 Peranan Persediaan
Pada dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi
perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-
barang serta menyampaikan kepada pelanggan. Persediaan bagi perusahaan, antara
lain berguna untuk ;
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan- bahan
yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
3. Mempertahankan stabilitas atau kelancaran operasi perusahaan.
4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
5. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya.
6. Membuat produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya.
Persediaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan karena berfungsi
menggabungkan antara operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu
barang dan menyampaikannya kepada konsumen.Adanya persediaan dapat
memungkinkan bagi perusahaan untuk melaksanakan operasi produksi,
karena faktor waktu antara operasi itu dapat dihilangkan sama sekali atau
diminimumkan.
24

2.7.2 Fungsi Persediaan


Pengendaliaan persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting
karena persediaan fisik banyak melibatkan investasi terbesar. Bila perusahaan
menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya
penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai “Opportunity Cost” (dana
dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih menguntungkan). Sebaliknya, bila
perusahaan tidak mempunyai persediaan yang cukup, dapat mengakibatkan
meningkatkan biaya-biaya karena kekurangan bahan.
Istilah persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala sesuatu
atau sumberdaya-sumberdaya perusahaan yang disimpan dalam antisipasi
pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya internal ataupun eksternal
meliputi persediaan bahan mentah,barang dalam proses, barang jadi atau produk
akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap dan komponen-komponen lain yang
menjadi bagian keluaran produk perusahaan.
Fungsi-fungsi persediaan antara lain:
1.) Fungsi Decoupling.
Fungsi persediaan ini operasi-operasi perusahaan secara internal dan
eksternal sehingga perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan
tanpa tergantung pada supplier. Persediaan barang jadi diperlukan
untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari pelanggan.
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
yang tidak pasti diperkirakan atau diramalkan disebut Fluctuation
Stock.
2.) Fungsi Ekonomis Lot Sizing
Persedian berfungsi untuk mengurangi biaya-biaya per unit Saat
Produksi dan membeli sumberdaya-sumberdaya. Persediaan ini perlu
mempertimbangkan penghematan (potongan pembelian, biaya
pengangkutan lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan
melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan
dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya
sewa gudang, investasi, resiko kerusakan).
3.) Fungsi Antisipasi
25

Persediaan berfungsi sebagai pengaman bagi perusahaan yang sering


menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan
akan barang-barang. Persediaan ini penting agar kelancaran proses
produksi tidak terganggu.

2.7.3 Faktor-Faktor Persediaan


Meskipun persediaan akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan,
namun perusahaan tetap hati-hati dalam menentukan kebijakan persediaan.
Persediaan membutuhkan biaya investasi dan dalam hal ini menjadi tugas bagi
manajemen untuk menentukan investasi yang optimal dalam persediaan. Masalah
persediaaan merupakan masalah pembelanjaan aktif, dimana perusahaan
mengunakan dana yang dimiliki dalam persediaan dengan cara yang seefektif
mungkin. Untuk melangsungkan usahanya dengan lancar maka kebanyakan
perusahaan merasakan perlunya persediaan.
Menurut Riyanto (2001:74) besar kecilnya persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain:
1.) Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan
terhadap gangguan kehabisan persediaan yang akan menghambat atau
mengganggu jalannya produksi.
2.) Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang
direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume penjualan
yang direncanakan.
3.) Besar pembeliaan bahan mentah setiap kali pembelian untuk
mendapatkan biaya pembelian yang minimal.
4.) Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan
diwaktu-waktu yang akan datang.
5.) Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan
material.
6.) Harga pembelian bahan mentah.
7.) Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan di gudang.
8.) Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya.
Sedangkan menurut Prawirosentono (2001:71) faktor yang mempengaruhi
jumlah persediaan adalah :
1.) Perkiraan pemakaian bahan baku
26

Penentuan besarnya persediaan bahan yang diperlukan harus sesuai dengan


kebutuhan pemakaian bahan tersebut dalam satu periode tertentu.
2.) Harga bahan baku
Harga bahan yang diperlukan merupakan faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi besarnya persediaan yang harus diadakan.
3.) Biaya persediaan
Terdapat beberapa jenis biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan
baku, adapun jenis biaya persediaan adalah biaya pemesanan(order cost) dan
biaya penyimpanan bahan di gudang.
4.) Waktu menunggu pesanan (Lead Time)
Adalah waktu antara tenggang waktu sejak pesanan dilakukan sampai dengan
saat pesanan tersebut masuk kegudang.

2.7.4 Jenis dan Tipe Persediaan


Persediaan ada berbagai jenis. Setiap jenisnya memunyai karakteristik khusus
dan cara pengelolaannya juga berbeda. Persediaan jenisnya dapat dibedakan menurut
Sofjan Assauri (2004:171) sebagai berikut ;
1.) Persediaan bahan baku (Raw Material Stock)
Persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses
produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun
dibeli dari suplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi
perusahaan pabrik yang menggunakan nya.
2.) Persediaan bagian produk (Purchased part)
Persediaan barang-barang yang terdiri dari part atau bagian yang diterima
dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan part
lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.
3.) Persediaan bahan-bahan pembantu (Supplies stock)
Persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlihatkan dalam proses
produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan
dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau
komponen dari barang jadi.
4.) Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (Work in process /
progress stock)
27

Persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik
atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk,tetapi lebih perlu
diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
5.) Persediaan barang jadi (Finished goods stock)
Barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap
untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.

2.7.5 Biaya-Biaya Persediaan


Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya biaya-biaya variable dan
untuk menentukan kebijakan persediaan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
perusahaan dapat meminimalkan biaya-biaya. Biaya-biaya persediaan yang harus
dipertimbangkan menurut Rangkuty (2004:16) adalah sebagai berikut:
1.) Biaya Penyimpanan (Holding Cost/Carring cost) yaitu terdiri dari biaya-biaya
yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan, biaya penyimpanan per
periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semangkin banyak
atau rata-rata persediaan semangkin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya
penyimpanan antara lain :
a.) Biaya fasilitas –fasilitas penyimpanan atau yang termasuk:
Penerangan, luasnya tempat penyimpanan, dan sebagainya
b.) Biaya modal (Opportunity cost of capital), yaitu alternative
pendapatan atas dana yang di investasikan dalam persediaan
c.) Biaya perawatan / keuasangan
d.) Biaya perhitungan fisik
e.) Biaya asuransi persediaan
f.) Biaya pajak persediaan
g.) Biaya pencuriaan, pengerusakan atau perampokan
h.) Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.
2.) Biaya pemesanan atau pembeliaan(ordering cost atau procrunement cost). Biaya
–biaya ini meliputi :
a.) Pemroresan pesanan dan biaya ekspedisi
b.) Upah
c.) Biaya telpon
d.) Pengeluaran surat-menyurat
e.) Biaya pengepakan dan penimbangan
28

f.) Biaya pemeriksaan penerimaan


g.) Biaya pengiriman ke gudang
h.) Biaya utang lancar dan sebagainya.
3.) Biaya penyiapan (manufacturing) atau set up cost.Hal ini terjadi apabila bahan-
bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan, perusahaan
menghadapi biaya penyiapan(set up cost) untuk memproduksi komponen tertentu.
Biaya-biaya ini terdiri dari :
a.) Biaya-biaya mesin-mesin menganggur
b.) Biaya persiapan tenaga kerja langsung
c.) Biaya penjadwalan
d.) Biaya ekspedisi dan sebagainya
4.) Biaya kehabisan (shortage cost) adalah biaya yang timbul apabila persediaan
tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya biaya yang termasuk biaya yang
kekurangan bahan adalah sebagai berikut :
a.) Kehilangan penjualan
b.) Kehilangan pelanggan
c.) Biaya pemesanan khusus
d.) Biaya ekspedisi
e.) Selisih harga
f.) Terganggunya operasi
g.) Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

2.7.6 Kebijakan Pengedalian Persediaan


Perencanaan dan penegendalian merupakan bagian dari manajemen
persediaan. Pengendalian adalah satu tindakan agar aktivitas dilakukan dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan . Pengendalian tanpa
perencanaan adalah sia-sia dan perencanaan tanpa pengendalian merupakan tindakan
yang tidak efektif. Secara umum dapat diformulasikan disini bahwa arti dari
perencanaan dan pengendalian bahan baku menurut Prawirosentono S. (2001:79)
adalah suatu kegiatan memperkirakan kebutuhan persediaan bahan baku, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.
Agar perusahaan dapat beroperasi seperti yang direncanakan, jadi singkatnya
bahwa arti dari perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku, persediaan
bahan setengah jadi dan persediaan barang jadi. Secara keseluruhan diartikan sebagai
29

upaya menentukan besarnya tingkat persediaan dan mengendalikannya dengan


efisiensi dan efektif.
Untuk menentukan pengendalian persediaan bahan baku yang efektif maka
diperlukan tujuan perencanaan yang efektif pula dan merupakan kegiatan
pengendalian (Controlling). Adapun tujuan perencanaan bahan baku adalah :
1. Agar jumlah persediaan bahan yang tersedia tidak terlalu banyak,
artinya dalam jumlah yang cukup efesiensi dan efektif.
2. Operasi perusahaan khususnya proses produksi dapat berjalan secara
efesiensi dan efektif.
3. Implikasi penyediaan bahan yang efesiensi demi untuk kelancaran
proses produksi, berarti harus disediakan investasi sejumlah modal
dalam jumlah yang memadai.
Untuk mengatur tingkat persediaan dalam jumlah,mutu dan waktu yang tepat.
Maka diperlukan pengendalian persediaan bahan yang efektif dan efesiensi, untuk itu
penulis menyejikan pengertian pengendalian persediaan bahan baku. Pengendalian
persediaan menurut Assauri S. (2004:176) adalah salah satu kegiatan dari urutan
kegiatan-kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi produksi
perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik
waktu, jumlah,kualitas maupun biayanya.
Sedangkan, menurut Handoko T. H. (2000:333) pengendalian adalah fungsi
manajerial yang sangat penting karena persediaan fisik banyak perusahaan
melibatkan investasi terbesar dalam persediaan aktiva lancar. Oleh karena itu
perusahaan harus mengadakan suatu tingkat persediaan yang tepat karena bila
persediaan terlalu berlebihan berarti lebih banyak modal yang tertanam dan biaya-
biaya yang ditimbulkan dari persediaan tersebut akan besar jumlahnya dan bila
persediaan terlalu kecil akan menganggu kelacaran dari kegiatan produksi
perusahaan.
Untuk mengendalikan persediaan maka harus memenuhi persyaratan-
persyaratan menurut Assauri (2004:176) adalah sebagai berikut :
1. Terdapat gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan
tempat bahan atau barang yang tetap dan identifikasi bahan atau
barang tertentu.
2. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang dapat
dipercaya terutama penjaga gudang.
30

3. Suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau


barang.
4. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang.
5. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah yang dipesan
yang dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia dalam gudang.
6. Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan
secara langsung.
7. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah
dikeluarkan. Barang-barang yang telah lama dalam gudang dan
barang-barang yang sudah usang dan ketinggalan zaman.
8. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin.

2.8 Metode EOQ ( Economic Order Quantity)


Setiap perusahaan harus selalu berusaha untuk menentukan policy
penyediaan bahan dasar yang tepat, dalam arti tidak menganggu proses produksi
dan disamping itu biaya yang ditanggung tidak terlalu tinggi. Untuk keperluan itu
terdapat suatu metode EOQ (Economic Order Quantity). Rangkutti (2004:11)
menyatakan bahwa EOQ adalah jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali
pemesanan dengan biaya yang paling murah. Pendapat serupa dikemukakan oleh
Pardede (2005:422), ia menyatakan bahwa Economic Order Quantity (EOQ)
menunjukkan sejumlah barang yang harus dipesan untuk tiap kali pemesanan agar
biaya sediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin. Hal ini dikuatkan juga oleh
Herjanto (2007:245) bahwa EOQ merupakan salah satu model klasik, diperkenalkan
oleh FW Harris pada tahun 1914, tetapi paling banyak dalam teknik pengendalian
dan paling banyak dipergunakan sampai saat ini karena mudah penggunaannya.

Gambar 2.1 Model Kuantitas Pesanan Ekonomis


Sumber : Eddy, (2007:246)
Model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity – EOQ model)
ini adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan paling
dikenal secara luas menurut Heizer & Reinder (2006:68). Teknik ini relatif mudah
31

untuk digunakan tetapi didasarkan pada beberapa asumsi, seperti :


1. Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan.
2. Permintaan yang bersifat diketahui, tetap, dan bebas.
3. Lead time yaitu, waktu antara pemesanan dan penerimaan
pesanan – diketahui dan konstan.
4. Penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap. Dengan kata
lain, persediaan dari sebuah pesanan tiba dalam satu batch sekaligus.
5. Biaya variabel yang ada hanyalah biaya pengaturan atau
pemesanan (biaya setup) dan biaya penyimpanan atau penggudangan
persediaan.
6. Kosongnya persediaan (kekurangan) dapat dihindari sepenuhnya jika
pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
7. EOQ akan terjadi apabila biaya pemesanan = biaya penyimpanan.
Berikut adalah rumus untuk menghitung EOQ:

Keterangan:
D = Jumlah Kebutuhan Barang (unit / tahun)
S = Biaya Pemesanan atau Biaya Setup (rupiah
/ pesanan) H = Biaya Penyimpanan (rupiah /
unit / tahun)
Q* = Jumlah Pemesanan (unit / pesanan)

2.8.1 Lead Time


Pengertian lead time yang dinyatakan Zulfikarijah (2005:96) merupakan
waktu yang dibutuhkan antara pemesanan dengan barang sampai diperusahaan,
sehingga lead time berhubungan dengan reoder point dan saat penerimaan barang.
Lead Time muncul karena setiap pesanan membutuhkan waktu dan tidak semua
pesanan bisa dipenuhi seketika, sehingga selalu ada Jeda waktu. Lead time sangat
berguna bagi perusahaan yaitu pada saat persediaan mencapai nol, pesanan akan
segera tiba diperusahaan. Dalam EOQ, lead time diasumsikan konstan artinya dari
waktu ke waktu selalu tetap misal lead time 5 hari, maka akan berulang dalam setiap
32

periode. Akan tetapi dalam prakteknya lead time banyak berubah-ubah, untuk
mengantisipasinya perusahaan sering menyediakan safety Stock. Dari pembahasan
diatas faktor waktu sangatlah penting dalam pengisian kembali persediaan karena
terdapat perbedaan waktu yang kadang cukup lama saat mengadakan pesanan untuk
menggantikan atau pengisian kembali persediaan.

2.8.2 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point – ROP)


Siagian (2005:178), titik pemesanan ulang (Reorder Point – ROP), yakni
tingkat persediaan dimana harus dilakukan pemesanan kembali. Agar pembelian
bahan yang sudah ditetapkan dalam EOQ tidak mengganggu kelancaran kegiatan
produksi, maka diperlukan waktu pemesanan kembali bahan baku. Faktor-faktor
yang mempengaruhi titik pemesanan kembali adalah:
1. Lead Time. Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara bahan
baku dipesan hingga sampai diperusahaan. Lead time ini akan
mempengaruhi besarnya bahan baku yang digunakan selama masa lead
time, semakin lama lead time maka akan semakin besar bahan yang
diperlukan selama masa lead time.
2. Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata persatuan waktu tertentu.
3. Persediaan Pengaman (Safety Stock), yaitu jumlah persediaan bahan
minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan
keterlambata datangnya bahan baku, sehingga tidak terjadi stagnasi.

ROP = D x L
Dimana:
d = tingkat kebutuhan unit per waktu
L = waktu tenggang (lead time)

2.8.3 Safety Stock


Assauri (2004:186), safety stock adalah persediaan tambahan yang
diadakan untuk melindungi dan untuk menjaga kemungkinan terjadinya
kekurangan bahan (stock out). Kemungkinan terjadinya stock out disebabkan
karena penggunaan bahan baku yang lebih besar dari pada perkiraan semula, atau
keterlambatan dalam pengiriman bahan baku yang dipesan. Akibat pengadaan
persediaan penyelamat terhadap biaya perusahaan adalah mengurangi kerugian
yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, akan tetapi sebaliknya akan
33

menambah besarnya carrying cost. Oleh karena itu pengadaan persediaan


penyelamat oleh perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang
ditimbulkan karena terjadinya stock out, tetapi juga pada saat itu diusahakan agar
carrying cost menjadi serendah mungkin.

Berdasarkan pendapat Assauri (2004:186-187), faktor – faktor yang menentukan


besarnya persediaan penyelamat adalah:
1. Penggunaan bahan baku rata – rata
Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama
periode - periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata
– rata penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu
diperhatikan karena setelah kita mengadakan pesanan atau order
penggantian, maka pemenuhan kebutuhan atau permintaan dari pelanggan
sebelum barang yang dipesan datang harus dapat dipenuhi dari persediaan
yang ada.
2. Faktor waktu atau Lead time
Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan
bahan - bahan sampai dengan kedatangan bahan – bahan yang dipesan
tersebut dan diterima di gudang persediaan. Dengan ditemukannya EOQ,
masih ada kemungkinan adanya kekurangan persediaan (out of stock) di
dalam proses produksi. Kemungkinan kekurangan persediaan itu akan
timbul apabila:

a. Penggunaan bahan dasar di dalam proses produksi lebih besar


daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini akan berakibat
persediaan akan habis diproduksi sebelum pembelian / pesanan yang
berikutnya datang, sehingga terjadilah kekurangan persediaan.
b. Pesanan / pembelian bahan dasar itu tidak dapat datang tepat pada
waktunya.

Dari dua keadaan tersebut diatas, maka perusahaan perlu menetapkan adanya
proses persediaan cadangan (safety stock) untuk menjamin kelancaran proses
34

produksi akibat kemungkinan adanya kekurangan persediaan tersebut.


Untuk menaksir besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif lebih
teliti yaitu dengan metode sebagai berikut:

1. Metode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan Rata-Rata.


Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian
maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu misalnya
perminggu, kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead time.

2. Safety Stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-Rata) Lead


Time
Metode Statistika.
Untuk menentukan besarnya safety stock dengan metode ini, maka dapat
digunakan program komputer kuadrat terkecil (least square).

2.9 Kerangka Pemikiran

PT. Mutiara Nusantara


Globalindo

Forecasting
35

Rata – Rata
Rata – Rata Bergerak Penghalusan Regresi Naïve
Bergerak Dengan Eksponesial Linear Method
Pembobootan

MAD dan MSE

Persediaan Bahan Baku

Metode
Safety Reorder Point
Persediaan
Stock (ROP)
(EOQ)

Implikasi hasil penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai