Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadinya penurunan kadar hemoglobin

(HB) atau sel darah merah sehingga menyebbkan penurunan kapasitas sel darah

merah (eritrosit) dalam membawa oksigen (badan pam 2011).

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi

hemoglobin turun di bawah normal (11,0 gr/dl) (anugrah 2012).

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (hb) hematokrit atau hitung

aritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan

oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat pada keadaan tertentu dimana ketiga

parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti dehidrasi

pendarahan akut dan kehamilan. Oleh karena itu, dalam diagnose anemia tidak

cocok hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat di tetapkan penyakit

dasar yang menyebabkan anemia tersebut (sudaya arul).

B. Etiologi

Etiologi dapat di kelompokan sebagai berikut :

1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena :


- Perubahan sintesis Hb yang dapat menimbulkan anemia deefisiensi Fe.

Thalasemia, dan anemia infeksi kronik

- Perubahan sintesis DNA akibat kekurangan nutrient yang dapat

menimbulkan anemia pernisiosa dan anemia asam folat.

- Fungsi sel induk (stem sel) ternganggu, sehingga dapat menimbulkan

anemia aplastik dan leukemia

- Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma

2. Kehilangan darah

- Akut karena perdarahan atau trauma/kecelakaan yang terjadi secara

mendadak

- Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia

3. Meningkatkan pemecahan eritrosit (hemolisi). Hemolsis dapat terjadi karena :

- Faktor bawaan, misalnya kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah

kerusakan eritrosit).

- Faktor yang di dapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit,

misalnya ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat

acetosal.

4. Bahan baku untuk membentuk erittrosit tidak ada. Bahan baku yang di maksud

adalah protein, asam folat, vitamin B12, dan mineral Fe. (DR.Nursalam,

M.nurs.Hons,dkk : 2005).

C. Anatomi Fisiologi

1. Sel Darah Merah


Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan bikonkaf, yang berarti

bagian tengahnya lebih tipis dar ipada bagian tepinya. Jumlah sel darah merah

berkisar antara 4,5-6 juta per mm³ darah (millimeter kubik sekitar satu tetesan

yang sangat kecil). Hitungan sel darah merah pada laki-laki sering kali berada di

ujung atas kisaran ini. Sedangkan pada wanita sering kali berada di ujung bawah

kisaran. Cairan lain untuk menentukan jumlah sel darah merah adalah dengan

hematokrit. Pengujian ini di lakukan dengan cara memasukan darah kedalam

tabung kapiler kemudian mensenteri fungsikannya sehingga sel darah merah

adalah sel darah yang paling banyak. Total sel darah pada hematokrit adalah

bagian pemeriksaan darah lengkap.

Sel darah merah mengandung protein hemoglobin (Hb), yang memberi

kemampuan kepada sel darah merah untuk mengangkut oksigen. Setiap sel darah

merah untuk mengangkut iksigen. Setiap sel darah merah mengandung sekitar 300

juta molekul hemoglobin, yang masing-masing mengikat oksigen dan membentuk

okshihemoglobin. Pada kapiler sistemik, hemoglobin juga termasuk bagian

pemeriksaan hidung darah total. Kisaran normalnya 12-18 gram per 100ml.

Sangat diperlukan pada pembentukan hemoglobin adalah mineral besi. Terdapat

empat atom besi pada setiap molekul hgemoglobin, sebenarnya atom besilah yang

mengikat oksigen dan membuat sel darah merah berwarna merah, (Valerie C.

Scanlo, 2006)

Nilai normal sel darah

Jenis Darah Usia


Bayi baru lahir 1 tahun 5 tahun 8-12 tahun
Eritrosit 5.9 (4,1-7,5) 4,6 (4,1- 4,7 (4,2-5,2) 5 (4,5-5,4)
(juta/mikrolat) 5,1)

Hb (gr/dl) 19 19 (14-24) 12 (11-15) 13,5 (12,5- 14 (13-


15) 15,5)
Leukosit 17.000 (8-38) 10.000 (5- 800 (5-13) 800 (5-12)
(permikro lt) 15)
Trombosit 200.000 260.000 260.000 260,000
(permikro)
Hematokrit 54 36 38 40
(%)
2. Zat Besi

Zat besi bersama dengan protein (globin) dan protoporifirin mempunyai peranan

yang penting dalam pembentukan hemoglobin. Selain itu juga besi terdapat dalam

beberapa enzim yang peran dalam metabolisme oksidatif. Sintesis DNA,

neurotrasmiter dan proses katabolisme kekurangan besi akan di berikan dampak yang

merugikan terhadap sistem pencernaan, susunan saraf pusat, kardiovaskuler, imunitas

dan perubahan tingkat seluler.

Jumlah zat besi yang diseran oleh tubuh di pengeruhi oleh jumlah besi dalam

makanan. Bioavailabilitas besi dalam makanan dan penyerapan oleh mukos usus. Di

dalam tubuh orang dewasa mengandung zat besi sekitar 4 gram, lebih kurang 67%,

zat besi tersebut dalam bentuk hemoglobin. 30% sebagai cadangan dalam bentuk

firitin atau hemosiderin dan 3% dalam bentuk mioglobin. Hanya sekitar 0,07%

sebagai transferin dan 0,2% sebagai enzim bayi aru lahir (BBL) dalam tubuh

mengandung besi sekitar 0,5 gram.

Ada 2 cara penyerapan besi dalam usus yang pertama adalah penyerapan dalam

bentuk non heme (sekitar 90% berasal dari makanan) yaitu besinya harus diubah

duluh menjadi bentuk yang serap , sedangkan bentuk yang kedua adalah bentuk

heme (sekitar 10% berasal dari makanan) besinya dapat langsung diserap tanpa
memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam lambung ataupun zat makanan

yang dikonsumsi (H. Bmbang, 2006).

Secara nomal tubuh hanya memerlukan Fe dalam jumlah yang sedikit. Oleh

karena itu esksresi besi juga sangat sedikit. Pemberian Fe yang berlebihan dalam

makanan dapat mengakibatkan hemokromatosis (timbunan Fe yang berlebihan dalam

jaringan). Pada masa bayi dan pubertas, kebutuhan Fe meningkat karena

pertumbuhan demikian juga dalam keadaan infeksi.

Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb, sehingga pembentukan

mengalami penurunan di samping itu, tiap eritrosit akan mengandung Hb dalam

jumlah yang lebih sedikit. Akhirnya bentuk selnya menjadi hipokronik mikrositik

(bentuk sel darah kecil), karena tiap erosit mengandung Hb dalam jumlah yang

sedikit (DR Nursalam. M Nurs, Hons dkk :2005)

3. Asam Folat

Asma Folat adalah zat yang berhubungan dengan unsur makanan yang sangat

penting bagi tubuh, peran utam asam folat ialah dalam metabolisme intra seluler.

Asam folat merupakan bahan esensial untuk sitesis DNA dan RNA, yang penting

sekali untuk metabolisme inti sel DNA di gunakan untuk mitosis sedangkan RNA

digunakan untuk pemantangan sel. Jadi bila terdapat kekurangan asam folat, banyak

sel yang akan antri untuk memperoleh DNA agar dapat membelah. Tampak

eritropoesis meningkat sampai 3 kali normal.

Defesiensi folat merupakan komplikasi yang terjadi pada penyakit usus halus

karena penyakit tersebut dapat menggangu absorsi folat dari makanan dan resikuasi

folat lewat siklus entrohepatik akan ternganngu oleh efek toksik dari alkohol nada sel-
sel parenkim hati. Hal ini menjadi penyebab utama dari defesiensi folat yang

menimbulkan eritropciesis megaloblatik. (Aru w. Sudovo.dkk, 2006)

D. Manifestasi klinik

1. Manifestasi klinis yang sering muncul

a. Pusing

b. Mudah berkunag-kunang

c. Lesu

d. Aktivitas kurang

e. Rasa mengantuk

f. Susah konsentrasi

g. Cepat lelah

h. Prestasi kerja fisik/pikiran menurun

2. Gejala khas masing-masing anemia

a. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi

besi.

b. Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut merongkol/makin buncit pada

anemia hemolitik.

c. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.

(Hardi&amin,2015)

Menurut (proverawati,2011) tanda tanda gejalah anemia adalah :

1. Anemia ringan

Karena jumlah sel darah merah yang menyebabkan berkurangnya pengiriman

oksigen kesetiap jaringan dalam tubuh, anemia bisa membuat buruk hampir
semua kondisi medis lainnya yang mendasari. Jika anemia ringan, biasanya

menimbulkan gejalah apapun, jika animia secara perlahan terus menerus atau

kronis, tubuh dapat beradaptasi dan mengimbangi perubahan dalam hal mungkin

tidak ada gejala apapun sampai anemia lebih menjadi berat (proverawati,2011)

Gegala anemia yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:

- Kelelahan

- Penurunan energi

- Kelemahan

- Sesak nafas

- Palpitasi

- Tampak Anemis

2. Anemia berat

Beberapa tanda-tanda yang mungkin menunjukan anemia berat pada

seseorang dapat mencangkup:

- Perumbahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket dan berbau

busuk, berwarna merah maron atau tampak berdarah, jika anemia karena

kehilangan darah melalui saluran pencernaan.

- Denyut jantung cepat.

- Tekanan darah rendah

- Frekuensi pernafasan cepat

- Pucat atau kulit dingin

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hematokrit menurun


2. Jumlah erosit menurun : menurun berat (aplastik), MCV (Volume Corpuscular

Merata) dan MCH (Hemoglobin Corpucular Merata) menurun dan mikrositik,

peningkatan pansitopenia (aplastik)

3. Jumlah retikulositn : bervariasi, misal : menurun, meningkat (respons sumsum

tulang terhadap kehilangan darah/hemolosis)

4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat

mengindikasikan tipe khusu anemia).

5. LED: peningkatan menunjukan adanya reaksi inflamasi. Misal : peningktan sel

darah merah, atau penyakit malignasi

6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,

misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih

pendek

7. Tes kerapuhan erosit : menurun

8. SDP : jumlsh sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin

meningkat (hemolotik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun

(aplastik) meningkat, normal, atau tinggi (hemolotik)

9. Hemoglobin elekroforesis : mengindentifikasi tipe struktur hemoglobin

10. Bilirubin serum (tak terkoniugasi)

11. Folat serum dan vitamin B12 membatu mendiagnosa anemia sehubungan dengan

defesiensi masukan/abnormal

12. TBC serum : meningkat

13. Feritin serum : meningkat

14. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)


15. LDH serum : menurun

16. Tes sehilling : penurunan eksresi vitamin B 12urine

17. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine. Feses dan isi gaster,

menunjukan pendarahan akut/kronis.

18. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsv : sel mungkin tampak berubah dalam

jumlah, ukuran dan bentuk membentuk, membedakan tipe anemia. Misal

peningkatan megaloblas, lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan GI (Doneges,

2000)

F. Penatalaksanaan Medis.

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah

yang hilang. Penatalaksaan anemia berdasarkan penyebab yaitu:

1. Anemia Aplasik

Dengan trasplantasi sum-sum tulang dan terapi imunosupresif dengan

antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentra selama 7-10

hari. Drognosis buruk jika transplantasi sum-sum tulang tidak berhasil. Bila

diperlukan dapat diberikan transfuse (RCB) rendah leukosit dan platelet

2. Anemia pada penyakit ginjal

Pada pasien alkalisis harus ditangani dengan pemberian besi dari asam folat.

Klau tersedia dapat diberikan eritropoetrin rekombinan

3. Anemia pada penyakit kronis


Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan tidak memerlukan

penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang mendasari. Maka

anemia akan terobati dengan sendirinya.

4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat

Dengan pemberian makanan yang adekuat pada defisiensi besi diberikan sulfas

ferosus 3x10 mg/hari. Transfuse darah diberikan bila kadar HB kurang dari 5 gr%

5. Anemia megaloblastik

a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila

defisiensi disebabkan oleh defek absorbs atau tidak tersedianya faktor

intrinsic dapat diberikan vit. B12 dengan injeksi IM

b. Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vit. B12 harus diteruskan

selama hidup pasien menderita anemia. Pernisiosa atau malabsorbsi yang

tidak dapat dikoreksi

c. Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari

d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan diet dan penambahan

asam folat 1 mg/hari secara IM (Hardhi dan Amin, 2015).

G. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kesalahan sum-sum atau kehilangan sel

darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum (misalnya, berkurangnya

eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, painan toksik, invasi tumor, atau

kebanyakan akibat penyebab-penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemolisis. Sel darah merah dapat hilang melalui

perdarahan atau hemotosis (destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir. Masalahnya

dapat akibat defek sel darah merah yang tidak dengan ketahanan sel darah merah

normal atau akibat beberapa faktor di luar sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disoludi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam

retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa, sebagai hasil samping proses ini,

bilirubin yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan

destruksi sel darah merah (hemolisis) segera di refleksikan dengan peningkatan

bilirubin plasma. (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang : kadar di atas 1,5 mg/dl

mengakibatkan ikterik pada selera)

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran Dalam sirkulasi, seperti yang

terjadi pada berbagai sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai sirkulasi, seperti

yang terjadi pada sebagai kelainan hemolotik, maka hemoglobin akan muncul dalam

plasma (hemoglonemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas

haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat

semuanya (misalnya, apabila lebih dari sekitar 100 mg/dl). Hemoglobin akan terdisfusi

dalam gromerulus ginjal dan ke dalam uri (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidaknya

hemolobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi

penghancuran sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolosis dan dapat

merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut. (Brunner &

Suddarthat,2002).
)

E komplikasi

Komplikasi umum anemia adalah :

- Gagal jantung

- Kejang

- Perkembangan otot buruk (jangka panjang)

- Daya konsentrasi menurun

- Kemapuan mengolah informasi yang di dengar menurun.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian keperawatan

Pengkajian adalah komponen kunci dan pondasi proses keperawatan,


pengkajian terbagi dalam 3 tahap, yaitu pengumpulan data, analisa data, dan
diagnosa keperawatan.
1. Pengkajian Meliputi Identitas klien dan penanggung jawab Meliputi
nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor recam medik, diagnosa medik, yang
mengirim, lama bekerja, tanggal masuk di RS, golongan darah, sumber
info, ruangan, alasan masuk.
2. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus anemia adalah klien mengeluh
kepala pusing, dan tampak pucat.
3. Data riwayat kesehatan
1). Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit yang dirasakan saat ini.
2). Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit
yang sama yang di derita saat ini.
3). Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita klien dan apakah keluarga pasien
juga ada yang mengalami penyakit yang sama.
4. pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Pada pasien yang menderita anemia biasanya di temukan keadaan

umum seperti : kesadaran composmentis, nyeri kepala, pucat,

kelelahan, demam, klien tampak pucat dan berkurangnya jumlah Hb

dalam darah.

b. Manisfestasi system syaraf pusat

-sakit kepala

- pusing

- kunang-kunang

- peka rangsang

- proses berfikir lambat

- penurunan lapang pandang

- apatis

- defresi

c. Syok (Anemia kehilagan darah)


- perfusi perifer buruk

- kulit lembab dan dingin

- tekanan darah rendah dan tekanan darah setral

- peningkatan frekuensi jantung

PATHWAY KEPERAWATAN
ANEMIA

Plasma darah Defisiensi zat besi Kekurangan zat gizi


Vit. B12, As. Folat

Perdarahan Penurunan
sal. cerna Depresi sum- sintesis elektrolit
sum tulang
Volume residu
Anemia
Eritro protein
Tekanan atrium kiri
Viskositas
Produksi SDM darah
Transudasi cairan
intitil paru
Pe kadar HB Sensistensi aliran
darah perifer
Edema paru
Pertahanan sekunder
Penurunan transfusi
tidak adekuat
sesak O2, kejaringan

Resiko
Gangguan
pertukaran gas

Kompensasi pada jantung Gang.


Perfusi

Beban kerja
Metabolisme Kelemahan
makanan berkurang
Takikardi Aktivitas terganggu

a Sel bekurangan
makanan
Frekuensi nafas Intoleransi

Dispnea Nutrisi kurang Tidak mampu melakukan


dari kebutuhan aktivitas secara mandiri
tubuh
Hipoksia Transport O2
Defisit perawatan

Ketidak efektifan pola

B. Diagnosa keperawatan

Nanda menyatakan bahwa Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis

mengenai kondisi kesehatan seseorang, keluarga atau sebagai akibat dari masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. Sebagai dasar seleksi

intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan

keperawatan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data data

aktual yang di temukan pada saat dilakukan anamnese atau pengkajian terhadap

sesorang. Berdasarkan teori diatas yang ada di temukan di agnosa keperawatan pada

klien dengan anemia adalah sebagai berikut :

1. Perfusi jaringan tidan efektif berhubungan dengan perubahan ikatan 02 dengan Hb,

penurunan konsentrasi Hb dalam darah

2. Ketidakseimbagn nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubugan dengan adekuat

intake makanan

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbgan suplai dan kebutuhan

oksigen
6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi

7. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan

C. Intervensi Keperawatan

Itervensi adalah suatu penyusunan berbagai perencanaan keperawatan yang di

butuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah kesehatan yang

dialami oleh klien. Setelah menentukan dan mengelompokkan diagnosa keperawatan,

maka tahap selanjutnya adalah menyusun perencanaan. Dari diagnosa keperawatan diatas

dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut :

NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI


RASIONAL
KEPERAWATAN
HASIL KRITERIA KEPERAWATAN
1 Perfusi jarigan .Setelah dilakukan Perpisal sensation 1. Untuk
mengetetahui
tidak efektif tindakan manajemen (manajemen daerah
tertentu yang
berhubungan keperawatan selam sensasi parifer) peka
terhadap
dengan 3x dalam 24 jam 1. Monitor adanya daerah panas,
dingin, dan
penurunan perfusi jaringan tertentu yang hanya peka tajam
2. untuk
konsentrasi Hb klien adekuat terhadap panas, mengetahui
keadaan umu
dan darah suplai dengan kriteria: dingin,tajam, tumpul klien
3. untuk
oksigen -membran mukosa 2. monitor TTV mengetahui
adanya
berkurang merah 3. Intruksikan keluarga lezi/laserasi
4. dapat
-konjangtiva tidak untuk mengokservasi jika mencegah
terjadinya
anemis ada lesi/laserasi perdarahan
dan
-akral hangat 4. Batasi gerakan pada mencegah
nyeri pada
-tanda-tanda vital kepala, leher dan kepala
dalam rantang normal punggung 5. membantu
perfusi
 5. Kalaborasi pemberian jaringan
efektif dan
analgetik dan transfusi meningkatka
n jumlah
darah eritrosit

2 Ketidak Setelah di lakukan Nutrition manajemen 1. untuk


mengetahui
seimbangan tindakan keperawatan 1. Kaji adanya alergi reaksi tubuh
klien
nutrisi kurang selama 3x24 jam makanan terhadap
alergi
dari kebutuhan diharapkan status 2. Kolaborasi dengan 2. untuk
menentukan
berhubungan nutrisi klien adekuat ahli gizi untuk pola diet
klien
dengan intake dengan criteria hasil : menentukan jumlah 3. untuk
memenuhi
yang kurang, 1.Adanya kalori dan nutrisi yang kebutuhan
zat besi
anoreksi peningkatan berat di butuhkan klien
4. untuk
nadan sesuai 3. Anjurkan pasien untuk memenuhi
kebutuhan
dengan tujuan meningkatkan intake vit C dan
protein
Defenisi : intake 2.Berat badan ideal Fe 5. untuk
mengatur
nutrisi tidak sesuai dengan TB 4. Anjurkan klien untuk pola makan
yang efektif
cukup untuk 3.Mampu meningkatkan protein 6. untuk
membantu
keperluan mengidentifikasi dan vit C meningkatka
n
metabolism kebutuhan nutrisi 5. Ajarkan pasien cara pengetahuan

tubuh. 4.Tidak ada tanda2 membuat catatan

malnutrisi makanan harian

5.Menunjukkan 6. Berikan informasi

peningkatan tentang kebutuhan


fungsi nutrisi

penegcapan dan

menelan

6.Tidak terjadi

penurunan berat

badan yang

berarti

7.Membrane

konjungtiva dan

mukosa tidak

pucat

8.Nilai lab : Protein

total 6-8 gr,

albumin 3,5-5,3

gr, hb 7 kurang

dari 10 g/dl
3 Defisit Setelah dilakukan Self care assistance ADL 1. untuk
mengetahui
perawatan diri tindakan 1. monitor kemampua
n klien
kemampuan klien
berhubungan keperawatan dalam
untuk perawatan perawatan
dengan selama 3x24 jam di diri
diri yang mandiri
2. untuk
kelemahan fisik harapkan 2. monitor kebutuhan mengetahui
kemampua
klien untuk alat-
kebutuhan mandiri n klien
alat bantu dalam
Defenisi : klien terpenuhi memenuhi
kebersihan diri,
alat-alat
gangguan dengan criteria berpakaian, berhias personal
kemampuan hasil : dan makan hygiene
3. membantu
3. sediakan bantuan
ADL pada diri 1. Klien terbebas klien dalam
pemenuhan
sampai klien
dari bau badan personal
hygiene
mampu secara utuh
2. menyatakan 4. untuk
memotivasi
untuk
keamanan klien dalam
memenuhi
melakukannya
terhadap kebutuhan
aktivitas
4. dorong klien untuk
kemampiuan 5. untuk
melatih
melakukan
untuk melakukan dalam
memandiri
aktivitas sehari-
ADL kan pasien
memenuhi
hari yang normal
3. dapat melakukan kebutuhann
ya
sesuai kemampuan
ADL dengan 6. melatih
kemampua
yang dimiliki
bantuan n klien
7.
5. dorong untuk

melakukan secara

mandiri tapi beri

bantuan ketika

klien tidak mampu

melakukannya

6. berikan aktivitas

rutin sehari-hari

sesuai kemampaun

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan Control infeksi 1. menjaga


kebersi
Definisi : keperawatan 1. bersihkan han
klien
peningkatan selama 3x24 jam di lingkungan setelah

resiko masuknya harapkan status dipakai pasien lain

organisme ilmu klien 2. pertahankan

patogen meningkat dengan tekhnik isolasi

kriteria; 3. batasi pengunjung

1. klien bebas dari bila perlu

tanda-tanda 4. instruksikan pada

gejala infeksi pengunjung untuk

2. kemampuan mencuci tangan

untuk mencegah sebelu masuk

timbulnya keruangan

infeksi 5. gunakan sabun anti

3. jumlah leukosit mikrobiq

di dalam batas 6. gunakan alat

normal pelindung diri

4. menunjukkan 7. pertahankan

perilaku hidup lingkungan aseptic

sehat 8. ganti letak iv

feriver sesuai

dengan petunjuk

umur

9. gunakan kateter

intermiten untuk
menurunkan

infeksi kandungan

kemih

10. tingkatkan intake

nutrisi

11. berikan terapi

antibiotic bila perlu

5 Intoleransi Setelah dilakukan Toleransi aktivitas

aktivitas tindakan 1. menentukan penyebab

berhubungan keperawatan intoleransi aktivitas dan

dengan ketidak selama3x24 jam di menentukan apakah

seimbangan harapkan klien penyebab dari psikis

suplai dan dapat beraktivitas atau motivasi

kebutuhan dengan criteria 2. observasi adanya

oksigen hasil : pembatasan klien dalam

1. berpartisifasi dalam beraktivitas

aktivitas fisik 3. kaji kesesuaian

dengan TD, HR, akitivitas dan istirahat

RR yang sesuai klien sehari-hari

2. menyatakan gejala 4. meningkatkan aktivitas

memburuknya efek secara bertahap

dari RR 5. pastikan klien

menyatakan mengubah posisi


onsetnya segera 6. ketika membantu klien

3. warna kulit normal, berdiri observasi

hangat dan kering intoleransi aktivitas

4. peningkatan 7. lakukan latihan ROM

toleransi aktivitas jika klien tidak dapat

menoleransi aktivitas

8. bantu klien memilih

aktivitas yang mampu

untuk melakukan

6 Gangguang Setelah dilakukan Terapi oksigen 8.

perukaran gas tindakan 1. bersihkan mulut,

berhubungan keperawatan selam hidung dan secret

dengan pentilasi 3x24 jam trakea

perpusi diharapkan status 2. pertahankan jalan

resfirasi pertukaran napas yang paten

gas klien membaik 3. atur peralatan

dengan criteria oksigenasi

hasil: 4. monitor aliran

1. mendemonstrasika oksigen

n peningkatan 5. pertahankan posisi

pentilasi dan pasien

oksigenasi yang 6. observasi adanya

adekuat tanda-tanda
2. memelihara hipoventilasi

kebersihan paru- 7. monitor adanya

paru dan bebas kecemasan pasien

dari tanda distress terhadap

pernapasan oksigenasi

3. mendemostrasikan

batuk efektif dan

suara nafas yang

bersih, tidak ada

sianosis dan

dispnea (mampu

mengeluarkan

sputum, mampu

bernapas dengan

mudah, tidak

pursed lips)

4. tanda-tanda vital

dalam batas

normal
7. Ketidak Setelah dilakukan airway menejemen

efektipan pola tindakan 1. buka jalan nafas,

nafas keperawatan 3x24 ginakan tekhnik chin

berhubungan jam diharapka lift atau tekhnik

dengan status respirasi jawtrroks bila perlu


klien membaik 2. posisikan pasien untuk

dengan criteria meminimalkan

hasil : ventilasi

1. mendemostrasikan 3. identivikasi pasien

batuk efektif dan perlunya pemasngan

suara napas yang alat jalan nafas buatan

bersih, tidak ada 4. pasang mayo bila

sionesis dan perlu

difsneo (mampu 5. lakukan fisioterapi

mengeluarkan dada bila perlu

sputum, mampu 6. keluarkan secret

bernapas dengan dengan batuk atau

mudah) suctioan

2. menunjukan jalan 7. auskultasi suara nafas,

nafas yang paten catat adanya suara

3. tanda-tanda vital tambahan

dalam rentang 8. berikan

normal bronchodilator bila

perlu

9. berikan pelembab

udara kasa basa Nacl

Lembab

10. atur intake untuk


cairan

mengoptimalkan

keseimbangan

D. Implementasi Keperawatan

Pada Tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu

a. intervensi di laksanakan sesuai dengan rencana sete;ah di lakukan konsulidasi

b. keterampilan interpersonal, intelektual, tekhnical, dilakukan dengan cermat

dan efisien pada situasi yang tepat

c. keamanan fisik dan fisikologia di lindungi.

d. dokumentasi, intervensi dan respon klien.

E. Evaluasi

evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap

proses keperawatan (diagnosa, tujuan, intervensi) harus di eavluasi, dengan

melibatkan klien, perawatan dan anggota tim kesehatan lainnya dan bertujuan untuk

menalai apakah tujuan dalam perencanaan keperawatan tercapai atau tidak untuk

melakukan pengkajia ulang jika tindakan belum berhasil.

Ada 3 alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan berhasil atau tidak

dan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai dalam jangka waktu

tertentu sesusai dengan rencana yang ditentukan, adapun alternatif tersebut

adalah:

a. Tujuan tercapai
b. Tujuan tercapai sebagian

c. Tujuan tidak tercapai


DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis dan Nanda

NIC-NOC edisi Refisi jilid 1. 2015. Mediaction

Doengos, marlyn dan Dkk, 2010, rencana Asuhan Keperawatan, EGC: jakarta,

http://www.co.id.bangsalSehat.Diakses.Tgl.12.2017

Wiklason Judlth M-2008 Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 8 EGC:

Jakarta Aplikasi

Anda mungkin juga menyukai