Anda di halaman 1dari 6

Level of Service (LOS)

LOS (Level of Service) atau tingkat pelayanan jalan adalah salah satu metode yang digunakan
untuk menilai kinerja jalan yang menjadi indikator dari kemacetan. Suatu jalan dikategorikan mengalami
kemacetan apabila hasil perhitungan LOS menghasilkan nilai mendekati 1.

Level of Service (LOS) dapat diketahui dengan melakukan perhitungan perbandingan antara volume lalu
lintas dengan kapasitas dasar jalan (V/C). Berikut merupakan rumus perhitungan LOS:

V
I=
C

Keterangan :

I : Tingkat/intensitas pelayanan jalan

V : Volume kendaraan melintas

C : Kapasitas jalan

Dengan melakukan perhitungan terhadap nilai LOS, maka dapat diketahui klasifikasi jalan atau tingkat
pelayanan pada suatu ruas jalan tertentu. Menurut MKJI (1999) nilai LOS dapat diklasifikasikan ke dalam
enam kelompok sebagai berikut:

Tingkat Pelayanan Rasio (V/C) Karakteristik


A < 0,6 Kondisi arus lalu bebas dengan
kecepatan tinggi, volume lalu
lintas rendah, pengemudi bebas
memilih kecepatan yang
diinginkan tanpa hambatan.
B 0,6-0,7 Arus stabil, pengemudi memiliki
kebebasan untuk beralih jalur
(manuver)
C 0,7-0,8 Arus stabil, pengemudi dibatasi
dalam memilih kecepatan
D 0,8-0,9 Arus tidak stabil, hampir semua
pengemudi dibatasi
kecepatannya, volume lalu lintas
mendekati kapasitas jalan tapi
masih dapat
E 0,9-1,0 Arus tidak stabil, sering berhenti,
volume lalu lintas mendekati atau
berada pada kapasitas jalan
F >1,0 Arus lalu lintas macet atau
kecepatan sangat rendah atau
merayap, terjadi antrian
kendaraan panjang

Traffic Analysis Zone (TAZ)

Traffic Analysis Zone merupakan sebuah model analisis yang digunakan untuk mengetahui travel
demand di suatu wilayah. TAZ memiliki peran yang penting sebagai modal awal untuk memulai analisis
pemodelan transportasi, sebagaimana yang dikatakan Meyer & Miller (2001) “Pengetahuan tentang
pergerakan orang atau barang antar suatu kawasan yang lazim dikenal dengan interaksi antar kawasan
merupakan informasi penting perancanaan transportasi”. Menurut Meyer & Miller (2001) TAZ yang baik
adalah TAZ yang dibangun berdasarkan kesamaan karakteristik dari rumah tangga atau household base
zone. Namun, untuk mendapatkan data berbasis rumah tangga sangat sulit dan butuh dana yang besar
sehingga penentuan zona dengan metode ini jarang dilakukan. Menurut Bass (1981) terdapat enam
kriteria untuk menentukan TAZ, antara lain:

1. Mendapatkan karakteristik sosial ekonomi yang homogen dalam satu zona


2. Meminimalisasi jumlah pergerakan internal zona
3. Mempertimbangkan batasan fisik, politis, kekuasaan, dan sejarah
4. Menghindari zona yang sepenuhnya berada dalam lingkup zona lainnya
5. Mempertimbangkan agar sistem zona memiliki jumlah rumah tangga, populasi, bangkitan,
dan tarikan pergerakan yang seimbang antara satu zona dengan zona lainnya
6. Basis batasan zona didasarkan pada sensus block

Dalam pembuatan TAZ juga dibutuhkan Matriks Asal-Tujuan (MAT). MAT sendiri adalah
informasi yang menggambarkan pergerakan orang dan atau barang. MAT yang baik sangat dipengaruhi
oleh penentuan zona yang tepat sehingga diperlukan keakuratan dalam menentukan TAZ tersebut agar
dapat menggambarkan data pergerakan asal dan tujuan. Pada wilayah studi, pembagian zona untuk TAZ
dibagi berdasarkan pola penggunaan lahan yang ada diantaranya permukiman, perdagangan dan jasa, dan
perkantoran serta batasan ditentukan berdasarkan batasan fisik yang ada di wilayah studi seperti blok
perumahan maupun jalan. Batasan-batasan tiap zona juga ditetapkan dengan mempertimbangkan
homogenitas tiap zona, baik homogenitas sosial-ekonomi maupun pola penggunaan lahannya.

Four Step Model

Four step model merupakan salah satu model analisis dalam perencanaan transportasi. Model
analisis ini terdiri dari empat submodel yang dilakukan secara terpisah dan berurutan yaitu trip
generation (G), trip distribution (D), mode split (MS), dan trip assignment (A). Terdapat empat alternatif
urutan untuk melakukan four step model sebagai berikut:

1. G-MS > D > A


2. G > MS > D > A
3. G > D-MS > A
4. G > D > MS > A

Sedangkan penjelasan mengenai tiap-tiap submodel adalah sebagai berikut.

 Trip Generation (G)


Trip Generation merupakan sebuah pemodelan yang dilakukan untuk mengetahui
jumlah bangkitan dan tarikan dari tiap-tiap lokasi yang telah ditentukan. Tahap ini
dilakukan untuk mengetahui volume lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi (trip
production) serta mengetahui volume lalu lintas yang menuju suatu lokasi (trip
attraction).
Terdapat tiga teknik analisis yang bisa digunakan untuk menghitung trip
generation yaitu, Analisis Trips Rate, Cross-Clasification Analysis, dan Analisis
Regresi. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis regresi. Regresi
linier adalah alat statistik yang dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu
buah variabel bebas terhadap satu buah variabel terikat. Dimana variabel terikatnya
merupakan sarana perdagangan dan jasa sebagai tarikan dan variabel bebasnya
merupakan permukiman sebagai bangkitan.
Y =a+bX
Y= Variabel terikat
X= Variabel bebas
a = Titik Potong antara garis regresi dengan sumbu Y
b = Koefisien regresi variabel bebas
Dalam penelitian ini, peniliti menggunakan beberapa variabel yang
mempengaruhi fungsi bangkitan dan tarikan diidentifikasikan berdasarkan karakteristik
zona
Variabel yang mempengaruhi bangkitan :
• Jumlah tempat tinggal
• Jumlah anggota keluarga
• Kepemilikan kendaraan
• Pendapatan

Variabel yang mempengaruhi tarikan :


• Kapasitas lokasi perdagangan dan jasa
• Jarak dari tempat tinggal ke lokasi perdagangan dan jasa
 Trip Distribution (D)
Trip Distribution adalah distribusi/sebaran pergerakan dari suatu zona asal ke
zona tujuan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar interaksi antar zona
sehingga dapat diprediksi kebutuhan infrastruktut untuk menghubungkan antar zona. Pola
distribusi pergerakan antar zona ini digambarkan dalam Matriks Asal-Tujuan (MAT).
Berikut merupakan contoh dari MAT

Terdapat dua Teknik Analisa dalam menghitung Trip Distribution yaitu, metode
konvensional dan metode non konvensional.
Metode konvensional dibedakan lagi menjadi metode langsung dan metode tidak
langsung. Metode langsung bisa berupa wawancara di tepi jalan, wawancara di rumah,
metode enggunakan bendera, metode foto udara dan metode mengikuti-mobil. Sedangkan
metode tidak langsung menggunakan metode analogi dan metode sintesis. Metode
analogi adalah metode seragam, metode analisis rata-rata, metode analisis fratar, metode
analisis detroit dan metode analisis furness. Metode sintesis adalah model opportunity,
model gravity, model gravity-opportunity. Untuk metode tidak konvensioanal adalah
menggunal model berdasarkan arus lalu lintas yaitu Estimasi Matriks Entropi Maksimum
(EMEM) dan Model Estimasi Kebutuhan Transportasi (MEKT).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sintesis dengan
model gravity. Metode sintetis dengan model gravitasi dianalogikan dari konsep gravitasi
Newton bahwa gaya Tarik atau tola kantar dua kutub massa berbanding lurus 39 dengan
massanya dan berbanding terbalik kuadrat dengan jarak antar kedua massa tsb (Did2 )
dengan G adalah konstanta Gravitasi. Adaptasi model gravitasi untuk menentukan
sebaran pergerakan berdasarkan konsep gravitasi adalah :

 Massa diganti dengan populasi (Populasi di zona i dan zona d diganti dengan bangkitan
zona i dan tarikan zona d).
 Jarak diganti dengan jarak perjalanan antar dua zona
 Konstanta gravitasi (G) diganti dengan suatu nilai konstanta K
 Bentuk pangkat dari fungsi jarak diganti dengan fungsi hambatan umum f (Cid)
 Konstanta K diganti dengandua konstanta Ai dan Bd sbg faktor penyeimbang

Sehingga sebaran pergerakan (Tid) dapat diperoleh dengan fungsi matematis:

Anda mungkin juga menyukai