Anda di halaman 1dari 111

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta gelombang

globalisasi yang terjadi saat ini memberikan dampak yang sangat besar bagi

masyarakat, salah satunya adalah kondisi kehidupan di Indonesia yang

semakin kompetitif dan mengglobal. Salah satu faktor utama yang

mempengaruhi tinggi-rendahnya kualitas masyarakat adalah pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan Bangsa.

Tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kemajuan Bangsa, namun sampai

saat ini mutu pendidikan juga masih dirasa belum optimal. Prasojo dan

Sudiyono (2011:29) mengemukakan “... rendahnya mutu pendidikan juga

disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi”.

Kondisi ini tentu membutuhkan sumber daya manusia yang

berkualitas tinggi dan memiliki daya saing kuat untuk bisa bersaing dengan

bangsa-bangsa lain. Individu yang memperoleh pendidikan diharapkan dapat

mewujudkan cita-cita yang diinginkan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan melaksanakan

pendidikan manusia memiliki kemampuan dan kepribadian yang terus

berkembang. Hal ini meliputi karakter, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

keterampilan.
2

Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa pendidikan bertujuan

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut senada dengan

pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1 bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Komponen manusiawi dalam dunia pendidikan diantaranya adalah

Guru yang memiliki peran penting dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial dalam bidang pembangunan. Guru merupakan faktor

kunci keberhasilan dalam proses belajar mengajar, karena guru akan menjadi

panutan yang ditiru dan dicontoh sekaligus menjadi sumber belajar (Yufiarti

1999:83). Guru merupakan faktor utama dalam dunia pendidikan, karena

tanpa guru tujuan pendidikan tidak akan tercapai.

Pencapaian tujuan pendidikan dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah

nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19

Tahun 2005), yang menetapkan delapan standar yang harus dipenuhi dalam

pelaksanaan pendidikan, yang meliputi: (1) standar isi; (2) standar proses; (3)

standar kompetensi lulusan; (4) standar kompetensi pendidik dan tenaga

kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7)

standar pembiayaan; dan (8) standar penilaian pendidikan. Dari kedelapan


3

standar tersebut, standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan

merupakan standar yang berhubungan langsung dengan kualitas

pendidikan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka

mutu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan juga harus ditingkatkan. Hal

Ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab XI Pasal 40 Ayat 2 butir b yang

mengamanahkan “Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban

mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu

pendidikan”.

Guru yang berkompeten setidaknya telah memiliki standar kualifikasi

seperti yang telah ditetapkan dalam berbagai Peraturan yaitu : UU Guru dan

Dosen No. 14 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, dan

berbagai kebijakan dan peraturan pemerintah termasuk peraturan menteri

pendidikan nasional. Kompetensi itu pada dasarnya menunjukkan kepada (1)

kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan, (2)

merupakan suatu sifat (karakteristik) orang-orang (kompeten) ialah yang

memiliki kecakapan, daya (kemampuan), dan otoritas (kewenangan),

kemahiran (keterampilan), pengetahuan, dan sebagainya, untuk mengerjakan

apa yang diperlukan, (3) menunjukkan kepada tindakan (kinerja) rasional

yang dapat mencapai tujuan-tujuannya berdasarkan kondisi (prasyarat) yang

diharapkan 1(Sa’ud, 2010: 54).

Komponen yang harus dimiliki oleh seorang guru profesionanl terdiri

dari empat kompetensi, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) kompetensi


1
Sa’ud, Udin Syaefuddin. 2010. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta
4

pedagogik; 2) kompetensi profesional; 3) kompetensi kepribadian; dan (4)

kompetensi sosial. Masalah kompetensi profesional guru merupakan salah

satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang

pendidikan. Secara rinci elemen kompetensi pedagogik meliputi memahami

peserta didik, merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan

pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,

merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, dan mengembangkan

peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.2

Keberadaan dan peran guru dalam kegiatan belajar mengajar

merupakan bagian yang sangat penting. Peranan guru belum dapat

disubstitusikan mesin, radio, tape recorder, ataupun komputer sebagai media

yang paling modern sekalipun. Ada banyak hal sehingga tenaga pendidik

belum bisa digantikan, seperti dukungan kejiwaan dalam setiap pembelajaran.

Hal inilah yang kemudian menjadi komitmen agar guru yang telah

bersertifikasi sebagai guru profesional, dapat mengoptimalkan kemampuan

yang dimilikinya. Beberapa guru merasa telah berkompeten dan memiliki

sertifikasi pendidik guru profesional, namun dalam kenyataan di lapangan

tidak jauh berbeda dengan guru-guru yang belum bersertifikat pendidik.

Pengawas sekolah adalah pengawas sekolah/sekolah yang berstatus

pegawai Negri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang

secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan

2
Musriadi. 2016. Profesi Kependidikan Secara Teoritis dan Aplikatif PanduanPraktis Bagi Pendidik
dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Deepublish
5

akademik dan manajerial pada satuan pendidikan3. Pengawas pendidikan

harus memenuhi beberapa kriteria yang sesuai dengan peran dan fungsi

kepengawasan. Sebagai konsekwensi dari kewenangan dan tanggung jawab

yang diberikan tersebut, maka seorang pengawas harus memiliki kemampuan

profesional yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan tertentu.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang

Standar Pengawas Sekolah/Sekolah menegaskan bahwa seorang pengawas

harus memiliki 6 (enam) kompetensi minimal, yaitu kompetensi kepribadian,

supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan, penelitian dan

pengembangan serta kompetensi sosial.

Supervisi Manajerial adalah kegiatan kepala sekolah dalam

memkontribusi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan

gur, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang terkait untuk

bekerja/berperan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan

kepala sekolah yang dimaksud adalah kegiatan dalam menjalankan fungsinya

sebagai pemimpin pendidikan, pemberi dorongan kepada guru agar mampu

menjalankan profesinya sesuai dengan kaidah Motivasi Kerja Pengawas.

Supervisi manajerial merupakan usaha yang dilakukan seorang

pengawas untuk memperbaiki pola kerja dan kinerja sekolah termasuk

didalamnya adalah kinerja guru, sehingga berpengaruh positif terhadap proses

dan hasil belajar mengajar serta kualitas pendidikan. Kegiatan pokok

3
Mendikbud RI, Permendikbud RI Nomor: 143 Tahun 2014 Tentang Petunjuk TeknisPelaksanaan
Jabatan fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, (Jakarta: Kemendikbud,RI,2014
6

supervise pendidikan adalah pembinaan terhadap sekolah pada umumnya dan

guru pada khususnya agar kualitas pembelajaran meningkat.

Tugas pengawas sangat strategis dalam lingkungan sekolah,

mengingat guru sebagai ujung tombak pendidikan memerlukan konsultasi dan

diskusi mengenai proses belajar dan mengajar yang menjadi bidangnya

sehingga kinerja guru bisa maksimal. Berdasarkan Survei yang dilakukan

oleh Direktorat Tenaga Kependidikan pada Tahun 2008 terhadap para

pengawas di suatu kabupaten (Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik Dan

Tenaga Kependidikan. 2009:1) menunjukkan bahwa para pengawas memiliki

kelemahan dalam kompetensi supervisi akademik, supervisi manajerial,

evaluasi pendidikan, dan penelitian dan pengembangan. Kondisi tersebut

tidak berbeda dengan di Kabupaten Kuningan saat ini, masih ada pengawas

sekolah yang belum menguasai keenam dimensi kompetensi tersebut dengan

baik. Fenomena yang terjadi pengawas melaksanakan pembinaan belum

maksimal, hal ini belum sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Hasil observasi dilapangan khususnya Guru mmenunjukkan masih ada

yang belum memiliki kemampuan pedagogik yang baik dalam melaksanakan

tugasnya sebagai pendidik, pengajar dan pemebimbing siswanya. Lembaga

kompeten sudah selayaknya peduli untuk melakukan tindakan-tindakan

konstruktif bagi pengembangan Motivasi Kerja Pengawas disekolah-sekolah.

Kepala sekolah sebagai figur sentral di sekolah yang dipimpimpinnya belum

mengupayakan dan memberdayakan guru secara terus menerus agar Motivasi


7

Kerja Pengawas tetap baik, dan guru semangat dalam melaksanakan tugas,

mengingat Kompetensi Pedagogik Guru belum optimal.

Motivasi Kerja Pengawas SD di Kecamatan Ciwaru Kabupaten

Kuningan masih ada yang berkategori cukup dan bahkan kurang profesional

dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu Pengawas SD harus mau dan

membuka wawasan cara-cara melaksanakan evaluasi pengajaran dan

administrasi sekolah yang baik. Keberhasilan pendidikan disekolah terkait

langsung dengan mengimplementasikan kurikulum 13 sangat ditentukan oleh

Supervisi Manajerial dan Motivasi Kerja Pengawas. Kepala Sekolah dan guru

merupakan komponen yang vital dalam kegiatan pendidikan. Atas dasar

itulah sangat diperlukan Supervisi Manajerial dan Motivasi Kerja Pengawas

yang tinggi. Hal ini memerlukan usaha untuk mencapainya, Kepala Sekolah

dan guru hendaknya memiliki kemauan keras untuk meningkatkan

kemampuan dirinya melalui peningkatan ilmu pengetahuan, wawasan serta

pengalaman.

Peran kompetensi supervisi manajerial sangat diharapkan

dilaksanakan dengan paripurna sehingga akan berdampak pada meningkatnya

kompetensi guru. Pengawas di lapangan masih ditemui kurang

maksimalanya peran pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas dan

perannya kepengawasannya Pengawas yang datang ke sekolah hanya

melaksanakan aspek administrasi yang bersifat formal saja, sedangkan aspek

lain kurang diperhatikan, intensitas kunjungan pengawas ke daerah binaan

dinilai masih kurang, bitupun jarang melakukan kunjungan kelas dan


8

memberikan bimbingan langsung kepada guru, selain itu para pengawas

dinilai kurang juga dalam melaksanaan pembinaan terkait penelitian

pendidikan. Hal ini dimungkin terkait dengan rendahnya motivasi kerja,

motivasi dianggap sebagai suatu hal yang menentukkan karena dengan

adanya motivasi seseorang akan terdorong untuk melakukan pekerjaan

dengan maksimal dan sebaik baiknya yang ia dapat lakukan.

Berdasar latar belakang itulah maka penulis tertarik untuk

mengadakan kajian lebih lanjut tentang supervisi manejerial dan motivasi

kerja pengawas dalam kaitan peningkatan mutu komptensi pedagogik guru di

Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan

dan uraian latar belakang di atas, maka dapat identifikasi masalah pada

judul “penelitian ini Supervisi Manajerial dan Motivasi Kerja Pengawas

terhadap Kompetensi Pedagogik Guru SD di Kecamatan Ciwaru

Kabupaten Kuningan ” adalah:

1. Pengaruh pengawas dalam pelaksanaan supervisi manajerial terhadap

guru SD belum sesuai dengan tata pelaksanaan supervisi yang ada.

2. Adanya pandangan dan sikap keliru dari sebagian besar guru SD

terhadap supervisi yang dianggap sebagai pencari kesalahan menjadi

salah satu hambatan dalam pelaksanaan supervisi.


9

3. Manajerial sebagian besar guru SD di Kecamatan Ciwaru yang belum

memenuhi standar kompetensi terutama kompetensi Pedagogik.

4. Proses belajar mengajar di kelas kurang bermutu dan kurang

relevan,disiplin guru dan murid yang masih kurang,sekolah belum

mampu menjadi organisasi pembelajar yang efektif.

Dari identifikasi masalah di atas yang menjadi fokus utama adalah

ketidak terpenuhinya kompetensi guru terutama kompetensi pedagogik ,

apakah hal ini karena kurangnya berfungsinya supervisi manajerial

pengawas sekolah ataukah karena ada factor lain.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang yang diuraikan

di atas maka peneliti memberi batasan, permasalahan sebagai berikut :

1. Guru belum menyadari bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional

sangat membutuhkan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan

intelektual, yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian secara

langsung dapat dapat ditingkatkan melalui Supervisi Manajerial.

2. Pada umumnya Pengawas Pembina di SD Negeri Kecamatan Ciwaru

belum dapat memotivasi kerja Pengawas dan senantiasa mendalaminya dan

memiliki kemampuan terbaiknya demi kepentingan keprofesiannya.

3. Kompetensi Pedagogik Guru di SD Negeri Kecamatan Ciwaru belum

maksimal dalam pengelolaan pembelajaran.

4. Dalam mengoptimalkan pelaksanaan Proses Pembelajaran dan


10

Profesionalitas Guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran belum

seluruhnya dilakukan oleh seluruh komponen sekolah, sehingga mutu

pendidikan belum sesuai dengan yang diharapkan.

D. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas,

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara Supervisi

Manajerial dengan motivasi kerja pengawas di SD Kecamatan Ciwaru

Kabupaten Kuningan? .

2. Apakah ada pengaruh yang positif dan signitfikan antara supervise

majerial Pengawas terhadap Kompetensi Pedagogik Guru SD di

Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan?

3. Apakah ada pengaruh yang positif dan signitfikan antara motivasi kerja

pengawas terhadap Kompetensi Pedagogik Guru SD di Kecamatan

Ciwaru Kabupaten Kuningan?

4. Apakah ada pengaruh yang positif dan signitfikan secara bersama-sama

antara Supervisi Manajerial dan Motivasi Kerja Pengawas terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru SD di Kecamatan Ciwaru Kabupaten

Kuningan?
11

E. Tujuan Penelitian

Memperhatikan rumusan masalah yang peneliti ajukan maka peneliti

mengajukan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ada hubungan yang positif dan signitfikan antara

Supervisi Manajerial motivasi kerja pengawas terhadap Guru SD di

Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan? .

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang positif dan signitfikan

antara Motivasi Kerja Pengawas terhadap Kompetensi Pedagogik Guru

SD di Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan?

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang positif dan signitfikan

antara motivasi Kerja Pengawas terhadap Kompetensi Pedagogik Guru

SD di Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan?

4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang positif dan signitfikan

secara bersama-sama antara Pengaruh Supervisi Manajerial dan

Motivasi Kerja Pengawas terhadap Kompetensi Pedagogik Guru SD di

Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan?

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi

tentang supervisi manajerial pengawas, motivasi kerja pengawas

dan kompetensi pedagogik guru SD di Kecamatan Ciwaru.


12

b. Dapat memberikan konstribusi terhadap penelitian di bidang

pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak yang mempunyai kaitan

dengan penelitian, antara lain :

a. Bagi Pimpinan Pendidikan, sebagai bahan balikan untuk

pembinaan, pengembangan serta mempersiapkan dan

menyempurnakan penyelenggaraan Proses Pembelajaran sehingga

tercapai tujuan pendidikan pada umumnya dan lembaga pendidikan

dan menengah yang berada dalam pembinaannya.

b. Bagi Sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam rangka

meningkatkan pembinaan terhadap gum, maupun pengelola

sekolahnya sehingga sikap profesionalisme gum dan mutu sekolah

dapat ditingkatkan.

c. Bagi Guru, sebagai bahan kajian agar guru selalu berusaha

mengembangkan kompetensinya, memperkaya dan meremajakan

kemampuannya dalam mengembangkan program pengajaran.

d. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini mempakan informasi awal

untuk dikembangkan peneliti lainnya di bidang pendidikan, terutama

yang berhubungan dengan Supervisi Manajerial dan Motivasi Kerja

Pengawas terhadap Kompetensi Pedagogik sebagai sarana pembinaan

untuk meningkatkan kompetensi guru sehingga menghasilkan Guru

SD di Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan yang profesional.


13

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

A. Deskripsi Teori

1. Supervisi

a. Pengertian Supervisi

1) Secara Etimologi

Kata supervisi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris

supervision yang terdiri atas dua kata yaitu super dan vision.

Super berarti atas, atau lebih, sedangkan vision berarti melihat,

memandang atau meninjau. Oleh karena itu maka secara

etimologi kata supervisi (supervision) berarti melihat atau

meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang

dilakukan pihak atasan (orang yang memiliki struktur jabatan

lebih tinggi) terhadap perwujudan kegiatan dan hasil kerja

bawahan.4 Secara sederhana bahwa supervisi pada dasarnya upaya

untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran di sekolah

dilaksanakan dengan pengawasan dan bimbingan teratur.5

2) Secara Terminologi

Pengertian secara terminologi dikemukakan oleh beberapa

pendapat para ahli tentang pengertian supervisi, antara lain

4
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan (Jakarta : Gunung Agung, 1981) hlm. 103
5 Departemen Agama RI, Pedoman ..., hlm. 9
14

a) M. Ngalim Purwanto mengemukakan Supervisi ialah suatu

aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para

guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan

pekerjaan mereka secara efektif.6

b) Piet A. Sahertian mengemukakan Supervisi adalah usaha

memberi layanan kepada guru-guru baik secara individu

maupun layanan kepada guru-guru baik sacara individu

maupun kelompok dalam memperbaiki pengajaran.7

c) Hadari Nawawi mendefinisikan supervisi pendidikan sebagai

pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu

guru-guru (orang yang dipimpin) agar menjadi guru-guru atau

personal yang semakin cakap. Sesuai dengan perkembangan

ilmu pengeta-hauan pada umumnya, agar mampu

meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar di sekolah.8

d) Kimball Wiles dalam Supervision for Better School, dikutip

Soekarto Indrafachrudi, Pengantar bagaimana memimpin

sekolah yang baik mendefinisikan supervisi pendidikan

sebagai berikut: Supervision is a service activity that exist to

help teachers do their job better,95 makasudnya kegiatan

5
6 Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan (Jakarta : Mutiara, 1978) hlm. 44
7 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi ..., hlm. 19.
8. Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan…….hlm ..19
9 Kimball Wiles, Supervision for Better School, (New York: Mc Graw-Hill Book Company, 1961) p.
3 dikutip Soekarto Indrafachrudi, Pengantar bagaimana memimpin sekolah yang baik, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1993) hlm. 69

10 Mc. Nerney, Kepala Sekolah .., hlm. 33


15

layanan yang diarahkan untuk membantu guru melakukan

pekerjaannya lebih baik.

e) Mc. Nerney dalam bukunya Educational Supervision yang

dikutip oleh Subari, mengemukakan bahwa "Supervision is

the procedures of giving direction to and providing critical

evaluations of the instructional process."10 Artinya: Supervisi

adalah beberapa prosedur untuk memberi arah serta

mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses

pengajaran.

f) Made Pidarta mendefinisikan supervisi dengan kegiatan

membina atau membimbing guru agar bekerja dengan betul

dalam mendidik dan mengajar siswanya.11

g) Suryo Subroto menjelaskan supervisi adalah pembinaan yang

diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat

meningkatkan kemam-puan untuk mengembangkan situasi

belajar mengajar yang lebih baik.12

h) Departemen Agama RI menjelaskan bahwa dalam upervise

pendidikan agama berintikan program pengajaran agama

dengan ditunjang oleh unsur-unsur lain, seperti guru agama,

sarana dan prasarana, kurikulum, uperv pengajaran dan

11 Made Pidarta, Peranan Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar, (Jakarta : PT Grasindo, 1995),
hlm. 51.
12 Suryo Subroto, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Yogyakarta : Bina
Aksara, 1984), hlm. 117.
16

136
penilaian. Merujuk pada beberapa definisi di atas, dapat

dinyatakan bahwa pada hakekatnya upervise mengandung

beberapa kegiatan pokok, yaitu; (1) meningkatkan kinerja

guru dengan memberikan layanan dan bantuan kepada guru,

(2) membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan

efektifitas proses belajar mengajar melalui pembinaan yang

kontinyu, dan (3) perbaikan situasi belajar mengajar dengan

sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan

pribadi peserta didik.

Penulis menyimpulkan bahwa supervisi pendidikan

merupakan usaha me-ngarahkan, mengkoordinasi dan membimbing

guru secara kontinyu baik secara individu maupun kolektif agar

kinerja guru meningkat, lebih efektif dalam mengelola proses belajar

mengajar, dan mampu memecahkan berbagai masalah pendidikan

secara efektif dan efisien.

b. Dasar dan Tujuan Supervisi

1) Dasar Supervisi

Guru sebagai salah satu komponen sumber daya

pendidikan memer-lukan bantuan supervisi. Hal-hal yang

mendasari adanya supervisi pendidikan tersebut adalah sebagai

berikut : (1) dasar kultural, (2) dasar filosofis, (3) dasar

psikologis, (4) dasar sosiologis, (5) dasar sosial, dan (6) dasar

6
13 Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan
Agama, …., hlm. 9.
17

pertumbuhan jabatan.14 Adapun uraian dari dasar supervisi

tersebut adalah sebagai berikut :

a) Dasar Kultural

Kebudayaan pada saat ini banyak mengalami

perubahan dan percam-puran. Perubahan itu di antaranya

disebabkan karena hasil akal budi manusia yang semakin

maju. Sekolah sebagai pusat kebudayaan bertugas dan ber-

tanggung jawab menyeleksi unsur-unsur kebudayaan serta

mengembangkan melalui kreativitas dan kemampuan

penalaran siswa maupun guru. Secara positif sekolah

bertugas menghasilkan karya nyata, baik berupa gagasan, ide,

pola tingkah laku, kebiasaan berbudaya yang baik maupun

berupa benda budaya. Dalam hal ini perlunya bagi yang

bertugas mengembangkan potensi, kreativitas para peserta

didik dan mengkoordinasi segala usaha dalam rangka

mengembangkan budaya sekolah.147

b) Dasar Filosofis

Suatu sistem pendidikan dikatakan berhasil guna dan

berdaya guna bila berakar mendalam pada nilai-niai yang ada

dalam pandangan hidup suatu bangsa. Sistem “Among” di

Indonesia dipelopori oleh Ki Hajar Dewantoro melalui

Taman Siswa yang mendasarkan pendidikannya pada filsafat

dan budaya nasional. Jika dilihat dari segi filsafat, maka perlu
7
14 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi ..., hlm. 5
18

ada orang yang menterjemahkan konsep-konsep pendidikan

yang masih abstrak ke dalam pengertian yang lebih

operasional.158

c) Dasar Psikologis

Secara psikologis supervisi itu berakar mendalam

pada pengalaman manusia. Pada diri manusia terdapat

potensi-potensi untuk menghasilkan sesuatu sehingga

manusia dapat memiliki cara pemecahan suatu masalah baik

sekarang maupun yang akan datang. Pendidikan bertugas

memberi dorongan untuk mencipta dan membina kreativitas.

Kondisi kreativitas itu tidak datang sendiri tapi harus

dilatih dan diajarkan. Kondisi yang mendorong atau

menghambat kreativitas bersumber pada kegiatan jiwa,

seperti pengamatan, persepsi, pertimbangan dan pera-saan.

Jelaslah bahwa penciptaan suasana psikologis seperti rasa

aman, kebebasan, kehangatan suasana dapat mendorog

kreativitas. Tugas supervise adalah menciptakan suasana

sekolah yang penuh kehangatan sehingga setiap orang dapat

menjadi dirinya sendiri.16

d) Dasar Sosiologis

Masyarakat dewasa ini selalu berubah. Sikap

perubahan mempunyai pengaruh terhadap tindakan dan pola

8 15. Ibid

16 Ibid, hlm 6
19

tingkah laku seseorang. Dalam era globalisasi telah terjadi

pergeseran nilai sehingga norma-norma kehidupan menjadi

relatif. Menghadapi seperti ini guru-guru memerlukan

supervisor untuk mengadakan tukar-menukar ide dan

pengalaman tentang mana yang terbaik dalam menghadapi

tata nilai dalam dunia pendidikan.179

e) Dasar Sosial

Cara kerja yang bersifat kooperatif secara

bertanggung jawab merupa-kan cara kerja yang baik. Dalam

masyarakat orang saling menghargai pen-dapat orang lain,

saling menolong, saling memberi kebebasan kepada orang

lain sehingga tercipta rasa bersama dan rasa aman. Dalam hal

ini sebagai supervisor berfungsi membantu, mendorong,

menstimulasi tiap anggota untuk bekerja sama.18

Kegiatan supervisi pendidikan tidak dapat dilakukan oleh

sembarang orang apalagi oleh orang yang tidak dipersiapkan terlebih

dahulu, karena seorang supervisor adalah orang yang profesional

ketika menjalankan tugasnya. Ia bertindak atas dasar kaidah ilmiah

untuk meningkatkan mutu pendidikan.19 Tidak hanya itu, seorang

supervisor biasanya adalah seorang status leader oleh kedudukannya

dan oleh karena itu ia memikul tanggungjawab untuk merealisasikan

potensi kreatifitas dari orang yang dibina dalam memecahkan setiap


9
17 Ibid, hlm 6
18 Ibid, hlm 7
19 ibid 10
20

problema dengan cara mengikut sertakan orang lain untuk

berpertisipasi bersama.20

Oleh karena itu, supervisi pendidikan merupakan kegiatan

yang harus dilakukan guna membantu memperbaiki dan

meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

secara efektif. Sedangkan supervisor hendaknya memahami

bagaimana supervisi dilakukan guna menghindari kesalahpahaman

dengan guru yang disupervisi.2110

c. Tujuan dan Prinsip Supervisi

Supervisi tidak terjadi begitu saja. Oleh kerena itu, dalam

setiap kegiatan supervisi terkandung maksud-maksud tertentu yang

ingin dicapai dan hal itu terakumulasi dalam tujuan supervisi. Tujuan

dapat berfungsi sebagai arah atau penuntun dalam melaksanakan

supervisi, serta dapat sebagai tolok ukur dalam menilai efektif-

tidaknya pelaksanaan supervisi dan berkaitan erat dengan tujuan

pendidikan di sekolah.2211

Secara umum tujuan supervisi adalah untuk mengembangkan

dan mencapai proses belajar mengajar yang relevan dan efektif

melalui peningkatan kemampuan guru.22 Selain itu, Arikunto

mengemukakan tujuan utama kegiatan supervisi pendidikan adalah

memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru (dan staf

sekolah yang lain) agar personel tersebut mampu meningkatkan


10
20. ibid hlm 10
21 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004) hlm.
11
22 Lalu Muhammad Azhar, Supervisi Klinis, (Surabaya: Usaha Nasional, 1996), Cet. 1, hlm. 20.
21

kualitas kerjanya, terutama dalam melaksanakan proses

pembelajaran.2312 Sejalan dengan hal tersebut, tujuan umum dari

supervisi pendidikan adalah:

1) Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia dewasa

yang sanggup berdiri sendiri.

2) Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia

pembangunan dewasa yang berpancasila.

3) Perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan

peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.

Selain itu, Sagala juga merumuskan tujuan-tujuan supervisi

pendidikan secara khusus, yang meliputi:

1) Membina kepala sekolah dan guru untuk lebih memahami tujuan

pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah mencapai

tujuan itu.

2) Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru untuk

mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat

yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat.

3) Membantu kepala sekolah dan guru-guru mengadakan diaknosis

secara kritis terhadap aktifitas dan kesulitan dalam belajar

mengajar.

1223
http:/kherruddinhs,wordpress.com/2008/10/19supevisi pendidikan/diakses 16 April 2010
22

4) Meningkatkan kesadaran kepala sekolah, guru, dan warga

sekolah lainnya terhadap tata kerja yang demokratis dan

kooperatif.

5) Memperbesar ambisi guru untuk meningkatkan mutu karyanya

secara maksimal.

6) Membantu pimpinan sekolah untuk memopulerkan sekolah

kepada masyarakat dalam pengembangan program-program

pendidikan.

7) Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan-

tuntutan yang tidak wajar dan kritik-kritik tidak sehat dari

masyarakat.

8) Membantu kepala sekolah dan guru untuk mengevaluasi

aktifitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan

peserta didik.

9) Mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan antar guru.2413

Kegiatan supervisi haruslah merupakan kegiatan tolong

menolong yang berlangsung terus menerus dan sistematis yang

diberikan kepada guru-guru agar mereka semakin bertumbuh dan

berkembang. Seorang supervisor dalam melaksanakan kegiatan

supervisi agar benar-benar efektif dalam usaha mencapai tujuan

hendaknya bertumpu pada prinsip-prinsip berikut :

a) Prinsip fundamental

13
24. syaiful Sagala, kemampuan profesinal…… Hal 24
23

Pancasila merupakan dasar atau prinsip fundamental

bagi setiap supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa seorang

supervisor haruslah seorang supervisor sejati2514

b) Prinsip ilmiah

- Sistematis, artinya dilakukan secara teratur, berencana

dan kontinyu.

- Objektif, artinya bukan di dasarkan atas prasangka tetapi

didasarkan atas data-data objektif/informasi.

- Menggunakan instrumen yang baik dalam

mengumpulkan data/informasi.

- Prinsip demokratis, yaitu berdasarkan atas dasar

musyawarah.

- Prinsip kooperatif, yaitu dilakukan dalam situasi

kerjasama.

- Prinsip konstruktif dan kreatif, yaitu membina inisiatif

guru serta mendorongnya untuk aktif dalam menciptakan

situasi belajar mengajar yang lebih baik.

- Prinsip terbuka, yaitu bahwa kegiatan supervisi

dilakukan dengan terbuka dan terus terang dengan

pemberitahuan terlebih dahulu.

1425
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana .Manejemn Pendidikan ( Yogyakarta : Sditya media ,2008
24

- Prinsip komprehensif, yaitu sarana yang lengkap mulai

dari kepala sekolah, guru-guru, tata-usaha, dan meliputi

semua aspek yaitu kurikulum, sarana, ketatalaksanaan,

keuangan, kesiswaan dan humas.2615

d. Fungsi, Tugas dan Peranan Supervisor

Fungsi utama supervisi pendidikan tidak hanya ditujukan

pada perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran, namun juga

untuk mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong ke arah

pertumbuhan profesi guru. Seperti yang dirumuskan oleh Sahertian,

supervisor dalam pendidikan mempunyai 8 fungsi, yaitu :

1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah.

2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah.

3) Memperluas pengalaman guru-guru.

4) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif.

5) Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus.

6) Menganalisis situasi belajar-mengajar.

7) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap

anggota staf. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi

dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan

kemampuan mengajar guru.2716

15
26.Piet A. Sahartian,Konsep Dasar Dan Teknik Superpisi …hal 21
16
27 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi ...,
28 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm 54
29 Sri Banun Muslimin , Supervisi Pendidikan ……hlm 50

28 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm 54


25

Di samping itu, menurut Suhardan supervisor memiliki

empat fungsi penting yang harus diperankan dalam setiap tugasnya,

yaitu :

1) Fungsi pengawasan umum terhadap kualitas kinerja guru dalam

membelajarkan peserta didiknya.

2) Membantu guru untuk dapat memahami peserta didik

bermasalah yang perlu mendapat bantuan dalam memecahkan

masalah belajarnya.

3) Menyediakan informasi baru yang relevan dengan tugas dan

kebutuhan baru yang harus dilaksanakan guru, kemudian

menyampaikan dalam pembinaan.

4) Sebagai seorang konsultan seorang supervisor harus cakap dan

terampil memberi bantuan dalam memecahkan berbagai

kesulitan yang dihadapi guru dalam menjalankan tugas

utamanya.28

Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa supervisor

mempunyai fungsi yang sangat penting dalam upayanya membantu

untuk meningkatkan kualitas baik proses maupun hasil pembelajaran

di sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, Depdiknas (1994)

dalam Banun merumuskan tugas supervisor meliputi; (1)

peningkatan kemampuan guru mengelola kegiatan belajar-mengajar;

(2) memperbaiki dan meningkatkan sikap profesional guru yang

berkaitan dengan kemampuan mengelola kegiatan belajar-


26

mengajar.29 Di samping itu, terdapat pula tugas-tugas yang wajib

dilaksanakan oleh seorang supervisor, yaitu ; (1) tugas pengendalian;

(2) tugas sebagai sponsor; (3) tugas sebagai evaluator; (4) tugas

sebagai pengawas.30

Seorang supervisor dapat dilihat dari tugas yang

dikerjakannya. Suatu tugas yang dilaksanakan memberi status dan

fungsi pada seseorang. Dalam berfungsi nampak peranan seseorang.

Peranan seorang supervisor ialah menciptakan suasana sedemikian

rupa sehingga guru-guru merasa aman dan bebas dalam

mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh

tanggung jawab.3117

Sehubungan dengan hal tersebut, seorang supervisor dalam

pendidikan dapat berperan sebagai : (1) koordinator; (2) Konsultan;


32
(3) Pemimpin kelompok; (4) Evaluator Selain itu, menurut Sri

Banun Muslim ada empat macam peran penting yang hendaknya

dilakukan oleh seorang supervisor , meliputi :

a. Mengidentifikasikan masalah-masalah pengajaran.

b. Bertindak sebagai seorang nara sumber.

c. Melakukan komunikasi antar pribadi.

17

29 Sri Banun Muslimin , Supervisi Pendidikan ……hlm 50


30 Oemar Hamalik ,Menejemn Pengembangan …hlm 209
31 Pit A .Sahartian .Prinsip dan Teknik…….hlm 31-32
32 Pit A .Sahartian .Prinsip dan Teknik…….hlm 31-32
27

d. Bertindak sebagai pelopor perubahan atau pembaharuan dalam

sistem sekolah 3318

e. Pengertian Supervisi Manajerial

Supervisi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengawas

satuan pendidikan dalam rangka membantu kepala sekolah, guru dan

tenaga kependidikan lainnya guna meningkatkan mutu dan

efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi

ditujukan pada dua aspek yakni: manajerial dan akademik. Supervisi

manajerial menitikberatkan pada pengamatan aspek-aspek

pengelolaam dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai

pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran.

f. Konsep Manajemen Supervisi Pendidikan dan Kepengawasan

Sekolah

1) Konsep Manajemen Pendidikan

Secara umum manajemen pendidikan adalah suatu

penataan bidang pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas

perencanaan, pengorganisasian, penyu-sunan staf, pembinaan,

pengkoordinasian, pengkomunikasian, pemotivasian, peng-

anggaran, pengendalian, pengawasan, penilaian, dan pelaporan

secara sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan secara

berkualitas. (Engkoswara dan Komariah: 2010:88). Sedangkan

berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan manajemen pendidikan

didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,


18
33 Pit A Sahartian Konsep Dasar ….. hlm 25
28

pengarahan, dan pe- ngendalian sumber daya pendidikan untuk

mencapai tujuan pendidikan secara efektif, efisien mandiri,

dan akuntabel”. (Usman, 2009:12).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan;

bahwa salah satu kegiatan dalam managemen pendidikan meren-

canakan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan pendidikan

yang dilaksanakan di lembaga pendidikan atau sekolah dengan

memanfaatkan semua fasilitas yang tersedia untuk mencapai

tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Menurut (Usman, 2009:15) ada empat fungsi

manajemen pendidikan, yaitu; “perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing),pengarahan; (directing) dan

pengawasan; (monitoring)”.

Jadi jelas menurut penulis salah satu fungsi

managemen dalam pendidikan adalah bidang pengawasan

(monitoring) yang memegang peran penting untuk

mengendalikan berbagai komponen sumber daya pendidikan

agar berjalan sebagaimana tujuan yang hendak dicapai.

Pengawsan di bidang pendidikan dapat dilakukan dengan

kegiatan supervisi pendidikan.

2) Konsep Supervisi Pendidikan

Supervisi adalah usaha menstimulasi, mengkoordinasi

dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru


29

disekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar

lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh

fungsi pengajaran. (Suhertian, 2010:17).

Tujuan dilaksanakan supervisi adalah untuk

mengumpulkan berbagai informasi untuk dapat diberikannya

bimbingan dan bantuan kepada para guru atau personil sekolah

agar dapat melaksankan tugas guna tercapainya tujuan dari

suatu proses pendidikan dan managemen di sekolah.

Dari pengertian dan tujuan supervisi pendidikan, maka

penulis dapat menyim-pulkan bahwa fungsi utama supervisi

bukan perbaikan saja, tapi dilaksanakan untuk mengkoordinasi,

menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan dan

pengembangan satuan pendidikan.

Ditinjau dari fungsi utama supervisi pendidikan, maka

dalam organisasi pendidikan atau disebut dengan sekolah,

bahwa supervisi pendidikan dilaksankan dalam tiga jenis

supervisi, sebagaimana yang dijelaskan oleh (Djailani,

2012:62) “Ada tiga jenis supervisi pendidikan yang

diperkenalkan dalam upaya mengem-bangkan proses

pendidikan dan pengajaran di sekolah, yaitu: Supervisi

Akademik, Supervisi Manajerial, dan Supervisi Klinis”.

Pelaksanaan supervisi di lingkungan akademik lebih

diarahkan untuk meningkatkan dan mengembangkan


30

kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,

sedangkan supervisi managerial merupakan kegiatan penga-

wasan dibidang personil pelaksana dan manajemen sekolah

yang menjalankan pengadministrasian sekolah dalam rangka

mingkatkan kualitas proses pembelajaran. Sementara supervisi

klinis ditujukan kepada guru-guru atau personil sekolah yang

mengalmi hambatan dalam melak-sankan tugas. (Djailani,

2012:62).

Sesuai dengan fokus penelitian, jenis atau macam

supervisi yang menjadi pokok pembahasan penulisan ini

adalah lebih diarahkan pada jenis supervisi manajerial yang

dilaksankan oleh pengawas sekolah.

3) Konsep Supervisi Manajerial

“Supervisi manajerial merupakan kegiatan pemantauan,

pembinaan dan penilaian terhadap kepala sekolah dan elemen

sekolah lainnya dalam mengelola, mengadministrasikan dan

meaksanakan seluruh aktivitas sekolah”. (Darwin dan Irsan, 2012:

124).

Sesuai dengan pedoman pelaksanaan pengawas sekolah

(Depdiknas, 2010:17) dijelaskan bahwa ruang lingkup

supervise manajerial sebagai berikut: “(1) Pembinaan, yaitu

pembinaan kepala sekolah atau madrasah yang bertujuan yaitu

pening-katan pemahaman dan pengimple-mentasian kompetensi


31

yang dimiliki oleh kepala sekolah/madrasah dalam melak-sanakan

tugasnya sehari-hari untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan.

(2) Pemantauan, meliputi pemantuan pelaksanaan standar nasional

pendidikan di sekolah dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk

membantu kepala sekolah mempersiapkan akreditasi sekolah, dan

(3) Penilaian, yaitu penilaian kinerja kepala sekolah tentang

pengelolaan sekolah sesuai dengan standar nasional pendidikan”.

Dari kutipan di atas, jelas bahwa supervisi manajerial

yang dilaksankan pengawas sekolah merupakan bagian dari

uapaya meningkatkan kemampuan personil sekolah yang

dilaksankan dalam rangka melakukan tugas pengawasan sekolah.

4) Kepengawasan Sekolah

Permenpan dan RB Nomor 21 Tahun 2010 menyatakan

bahwa: “Pengawas sekolah merupakan salah satu tenaga

kependidikan yang memegang peran strategis dalam meningkatkan

profesional guru, kepala sekolah dan mutu pendidikan di sekolah.”

Jadi dari kutipan di atas, dapat penulis jelaskan bahwa kegiatan

supervisi manajerial merupakan salah satu kegiatan pengawas

sekolah dalam mangarahkan pelaksanaan tugas semua personil

sekolah agar mereka dapat melaksankan tugas sesuai ketentuan

yang sudah ditentukan.

Para pengawas sekolah dalam melaksanakan tugasnya

haruslah menyusun dan memiliki program kepengawasan


32

manajerial sekolah yang diawali dengan penyusunan program kerja

berdasarkan hasil pengawasan tahun sebelumnya. Program kerja

yang disusun pengawas sekolah memiliki kegiatan inti pengawasan

dengan langkah-langkah penilaian, pem-binaan, dan pemantauan

pada semua komponen pendidikan yang ada di sekolah binaannya

(Aedi, 2014:131).

Program pengawasan sebagaimana yang dijelaskan di atas,

tersusun dalam program pengawasan tahunan, dan program

pengawasan semester. Program pengawasan tahunan disusun

dengan cakupan kegiatan pengawasan pada semua sekolah di

tingkat kabupaten/kota dalam kurun waktu satu tahun, dan disusun

dengan melibatkan sejumlah pengawas dalam wilayah kerja atau

satu Kabupaten/Kota. Program pengawasan semester merupakan

penjabaran program pengawasan tahunan pada masing- masing

sekolah binaan selama satu semester. Program pengawasan

semester disusun oleh setiap pengawas sesuai kondisi sekolah

binaannya masing-masing.

2. Pengertian Motivasi

Salah satu teori motivasi yang paling banyak diacu adalah

teori "Hirarki Kebutuhan" yang dikemukakan oleh Abraham Maslow.

Maslow memandang kebutuhan manusia berdasarkan suatu hirarki

kebutuhan dari kebutuhan yang paling rendah hingga kebutuhan yang

paling tinggi. Model Maslow (dalam As’ad,1998) Ini sering disebut


33

dengan model hierarki kebutuhan. Karena menyangkut kebutuhan

manusia,maka teori ini digunakan untuk menunjukkan butuhan

seseorang yang harus dipenuhi agar individu tersebut termotivasi

untuk kerja. Kebutuhan pokok manusia yang diidentifikasi Maslow

dalam urutan kadar pentingnya adalah sebagai berikut:Kebutuhan

manusia dibagi menjadi lima tingkatan hierarchy pyramid, yaitu:

a. Phycologicalneeds,yaitu kebutuhan fisik seperti pangan, sandang,

dan papan.

b. Securityneeds,yaitu kebutuhan keamanan jiwa,raga,dan harta

benda milik. Jika dikaitkan dengan kerja maka kebutuhan akan

keamanan sewaktu bekerja,perasaan aman yang menyangkut

masa depan karyawan.

c. Socialneeds atau kebutuhan social untuk memiliki keluarga dan

sanak saudara, rasadihormati,status sosial, harga diri, dan

kebutuhan pendidikan dan agama.

d. Esteemneeds,yaitu kebutuhan prestise dan percayadiri dengan

berbagai titel dan gelar-gelar kehormatan.

e. Selfactualizationneeds,yaitu suatu kebutuhan aktualisasi diri

sebagai bukti kesuksesan seseorang dalam berkarya.

Apabila seorang karyawan dapat memenuhi kelima tingkatan

kebutuhannya secara serentak dan harmonis melalui imbalan kerja

yang diperolehnya dari organisasi tempat dia mengabdi, maka dapat

diperkirakan akan sangat memotivasi orang bekerja giat,tanpa


34

diperintah orang lain.Kesimpulan yang dapat ditarik dari teori ini

adalah untuk memotivasi orang bekerja giat sesuai keinginan kita,

sebaiknya kita memenuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan

harapannya. Namun kelemahan dari teori ini adalah bahwa kebutuhan

manusia itu tidaklah berjenjang dan hierarkis,tetapi kebutuhan itu

perlu dipenuhi secara simultan pada tingkat intensitas tertentu, dengan

menentukan apa yang harus dipenuhi lebih dahulu.

Herzberg menyatakan, bahwa motivasi merupakan sebuah

dampak langsung dari kepuasan kerja. Teori ini meneliti tentang dua

kondisi yang mempengaruhi seseorang di dalam pekerjaannya, yaitu:

a. Kondisi pertama adalah faktor motivator yang meliputi

1) Keberhasilan pekerjaan kerja:hal ini

menggambarkan suatu prestasi kerja.

2) Pengakuan (recognition):adanya harapan akan

sesuatu pengakuan dari luar akan hal yang dikerjakan.

3) Pekerjaan itu sendiri:berhubungan dengan

bagaimana kondisi pekerjaan tersebut.

4) Tanggung jawab: suatu komitmen akan suatu

pekerjaan.

5) Pengembangan (advancement):berhubungan dengan

keinginan yang ingin dicapai untuk kedepannya.

b. Kondisi kedua adalah hygiene.Faktor-faktor hygiene yang justru

menimbulkan rasa tidak puas pada para pekerja adalah:


35

1) Kebijaksanaan administrasi perusahaan

2) Supervisi yang sangat ketat

3) Hubungan antarpribadi

4) Kondisi kerja

5) Gaji dan upah

Teori Herzberg memprediksi,bahwa paramanajer dapat

memotivasi individu–individu dengan jalan “ memasukkan “

motivator –motivatornya kedalam pekerjaan individu, yaitu proses

yang dinamakan perkayaan pekerjaan (jobenrichment).

Adapun Teori X dan Ydari Mc. Gregor.Teori ini didasarkan

pada asumsi-asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat

dibedakan atas manusia penganut teori X dan mana yang menganut

teori Y. Pada asumsi teori X menandai kondisi dengan hal-hal seperti

karyawan rata-rata malas bekerja, karyawan tidak berambisi untuk

mencapai prestasi yang optimal dan selalu menghindar dari

tanggungjawab, karyawan lebih suka dibimbing, diperintah dan

diawasi, karyawan lebih mementingkan dirinya sendiri.

Sedangkanpada asumsi teoriY menggambarkan suatu kondisi seperti

karyawan rata-rata rajin bekerja. Pekerjaan tidak perlu dihindari

dan dipaksakan, bahkan banyak karyawan tidak betah karena tidak

ada yang dikerjakan, dapat memikul tanggung jawab,berambisi untuk

majudalam mencapai prestasi,karyawan berusaha untuk mencapai

sasaran organisasi (Robbins dalam bukunya Umar, 2000). Dalam hal


36

ini motivasi dan kemampuan karyawan merupakan salah satu aspek

atau faktor yang dapat meningkatkan sinergik (synergistic effect).

Maka pembinaan terhadap sumber daya manusia tidak pada

penyelenggaraan latihan (training) saja,tetapi juga didukung dengan

pengembangan atau pembinaan selanjutnya (development).

3. Meningkatkan Motivasi Kerja

Menurut jurnal Pengaruh stress kerja terhadap motivasi kerja

dan kinerja karyawan PT.H.M.Sampoerna Tbk. Surabaya oleh Ni

Nyoman Novitasari Andraeni (2005):

a. Peran Pemimpin atau Atasan

Ada dua cara untuk meningkatkan motivasi kerja, yaitu

bersikap keras dan memberi tujuan yang bermakna:

1) Bersikap keras dengan memberikan ancaman atau paksaan

kepada tenaga kerja untuk bekerja keras,gaya kepemimpinan

yang lebih berorientasi pada tugas (teori kepemimpinan

Fiedler- skor LP Crendah,teori kepemimpinan situasional-

gayatelling), model ini untuk memotivasi tenaga kerja. Bila

tenaga kerja mengharkat tinggi nilai taat kepada atasan, maka

ia akan melakukan pekerjaan sebagai kewajiban dan tidak

karena paksaan, dan performance akan bagus. Jika tenaga

kerja member harkat yang tinggi pada nilai kemandirian dan


37

merasa telah memiliki kemapuan untuk melakukan pekerjaan,

maka ia akan merasakan pekerjaan sebagai suatu paksaan.

2) Memberi tujuan yang bermakna. Bersama-sama dengan tenaga

kerja yang bersangkutan ditemukan tujuan yang bermakna,

sesuai dengan kemampuan, yang dapat dicapai melalui prestasi

kerjanya yang tinggi. Atasan perlu mengenali sasaran-sasaran

yang bernilai tinggi dari bawahannya agar dapat membantu

bawahan untuk mencapainya dengan demikian atasan

memotivasi bawahannya.

b. Peran Diri Sendiri

McGregor mengungkapkan bahwa orang-orang dari tipe

tipe X memiliki motivasi kerja yang bercora kreaktif sehingga

memerlukan dorongan / paksaan untuk bekerja.Tenaga kerja tipe X

ini perlu diubah menjadi tenaga kerja tipeY,yang memiliki motivasi

kerja yang proaktif. Mendorong tenaga kerja untuk pekerjaan

bukan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh

gaji dengan sistem nilai yang perlu diubah.Nilai bekerja adalah

mulia atau ibadah’.

c. Peran Organisasi

Berbagai kebijakan dan peraturan perusahaan dapat

menarik atau mendorong motivasi kerja seorang tenaga kerja.

Gugus Kendali Mutu (GKM=Quality Cirkles) merupakann satu

kebijakan yang dituangkan ke dalam berbagai peraturan yang


38

mendasari kegiatan dan yang mengatur pertemuan pemecahan

masalah dalam kelompok kecil. Kebijakan lain yang berkaitan

dengan motivasi kerja ialah kebijakan dibidang imbalan keuangan.

4. Kompetensi Guru

a. Pengertian Kompetensi Guru

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa kata

kompetensi berarti “kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan

atau memutuskan sesuatu hal”.3419Kompetensi guru merupakan

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus di

miliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalannya, ditampilkan melalui unjuk

kerja.34

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan

nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan

bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan

terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi

kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan

nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.35

Kata kompetensi secara harfiah dapat diartikan sebagai

“kemampuan”.36 Kata ini sekarang menjadi kunci dalam dunia

pendidikan. Dengan memiliki kompetensi yang memadai,

khususnya seorang guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.


19
34Tim Penyusun Kamus ,Kamus Bahasa Indonesia ( Jakarta : Balai Pustaka ,1989 ) hlm 453
35 Sarimaya ,Sertifikasi Guru ……hlm 17
36Ngainum Naim ,menjadi Guru Infiratif ,memberdayakan dan mengubah jalan hidup siswa “
39

Bisa dibayangkan bagaimana jadinya dunia pendidikan jika para

gurunya tidak memiliki kompetensi memadai. Makna penting

kompetensi dalam dunia pendidikan didasarkan atas pertimbangan

rasional bahwasanya proses pembelajaran merupakan proses yang

rumit dan kompleks. Ada beragam aspek yang saling berkaitan dan

memengaruhi berhasil atau gagalnya kegiatan pembelajaran.

Mereka yang yang mampu memberi pencerahan kepada siswanya

dapat dipastikan memiliki kompetensi sebagai guru professional.W.

Robert Huston mendefinisikan kompetensi dengan “Competence

ordinarily is defined as adequacy for a task or as possesi on of

reguire knowledge, skill, and abilities”. (Suatu tugas yang

memadai atau pemilikan pengetahuan keterampilan dan

kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang).3720

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan

personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara

kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang

mencangkup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta

didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan

profesionalisme.3821

20
36 Akhyak ,Fropil Pendidikan….hal 19
37.Ngainum Naim ,menjadi Guru Infiratif ,memberdayakan dan mengubah jalan hidup siswa
4
1Wina Sanjaya, “Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi”
dalam Akhyak, Profil Pendidik Sukses…, hal. 20
21
38Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), hal. 65
3
9 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Rosda Karya, 2007),
hal. 26
4
0 Kunandar, Guru Profesional…, hal. 55
40

Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang

menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-

perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Pengertian kompetensi guru adalah “seperangkat penguasaan,

kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat

mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif”.39

Kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai

tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan,

dengan demikian suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan

atau kerja yang dapat dipertanggung jawabkan (rasional) dalam

upaya mencapai tujuan.40

Kesadaran akan kompetensi juga menuntut tanggungjawab

yang berat bagi para guru itu sendiri. Dia harus berani menghadapi

tantangan dalam tugas maupun lingkungannya, yang akan

mempengaruhi perkembangan pribadinya. Berarti dia juga harus

berani merubah dan menyempurnakan diri sesuai dengan tuntutan

zaman.

b. Karakteristik Kompetensi Guru

Seorang guru profesional adalah “orang yang memiliki

kemampuan dan keahlian dalam bidang keguruan atau dengan kata

lain ia telah terdidik dan terlatih dengan baik”. 4122 Terdidik dan

22 4
1Kunandar, Guru Profesional…, hal. 55
42
Usman, Menjadi Guru…, hal. 15
41

terlatih bukan hanya memperoleh pendidikan formal saja akan

tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik didalam

kegiatan belajar mengajar serta menguasai landasan-landasan

kependidikan seperti yang tercantum dalam kompetensi guru.

Gary dan Margaret mengemukakan bahwa guru yang efektif

dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai

berikut:

1) Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif

2) Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen

pembelajaran

3) Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan

penguatan (reinforcement)

4) Memiliki kemampuan untuk meningkatkan diri.4223

Menurut Gordon sebagaimana yang dikutip oleh E.

Mulyasa, bahwa ada enam aspek atau ranah yang terkandung dalam

konsep kompetensi, yaitu sebagai berikut :

1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran

dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara

melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana

melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan

kebutuhannya.

23
42

2) Pemahaman (understanding), yaitu

kedalaman kognitif dfan afektif yang dimiliki oleh individu,

misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran

harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan

kondisi peserta didik, agar melaksanakan pembelajaran berjalan

secara efektif dan efesien.

3) Kemampuan (skill), adalah sesuatu yang

dimiliki oleh individu untuk melakuakan tugas atau pekerjaan

yang dibebankan kepadanya, misalnya kemampuan guru dalam

memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberikan

kemudahan belajar kepada peserta didik.

4) Nilai (value), adalah suatu atandar perilaku

yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam

diri seseorang, misalnya standar perilaku guru dalam

pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain-lain)

5) Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang, tak

senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan

yang datang dari luar, reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan

terhadap kenaikan gaji, dan lain-lain.

6) Minat (interest), adalah kecenderungan

seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan, misalnya minat

untuk melakukan sesuatu atau untuk mempelajari sesuatu.4324

24
43 Hamalik, Pendidikan Guru…, hal. 38
43

Guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan

tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang

dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-

baiknya.Tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan

tuntutan kompetensi profesional yang disebabkan oleh adanya

perbedaan lingkungan sosial cultural dari setiap institusi sekolah

dengan indikator, maka guru yang dinilai kompeten secara

profesional, apabila:

1) Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan

sebaik-baiknya.

2) Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara

berhasil.

3) Guru tersebut bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan

(tujuan intruksional) sekolah.

4) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses

mengajar dalam kelas 4425

Sifat-sifat atau karakteristik guru-guru yang disenangi oleh

para siswa adalah guru-guru yang mempunyai karakter:

1) Demokratis, yakni guru tidak bersifat otoriter dan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk berperan serta dalam

berbagai kegiatan.

25
44 Kunandar, Guru Profesional…, hal. 62
44

2) Suka bekerja sama (kooperatif), guru bersikap saling memberi

dan menerima yang dilandasi oleh kekeluargaan dan toleransi

tinggi.

3) Baik hati, yakni suka memberi dan berkorban untuk anak

didiknya.

4) Sabar, yakni guru yang tidak suka marah dan bisa menahan

diri.

5) Adil, yakni guru tidak membeda-bedakan anak didik.

6) Konsisten, yakni selalu berkata dan bertindak sama sesuai

dengan ucapannya.

7) Bersifat terbuka, yakni bersedia menerima kritik dan saran

serta mengakui kekurangan dan kelebihannya.

8) Suka menolong, yakni selalu membantu anak-anak yang

mengalami kesulitan atau masalah tertentu.

9) Ramah tamah, yakni mudah bergaul dan disenangi oleh semua

orang.

10) Suka humor, yakni pandai membuat anak-anak menjadi

gembira dan tidak tegang.

11) Memiliki bermacam ragam minat, dengan ini guru akan dapat

merangsang peserta didik dan dapat melayani berbagi minat

dari peserta didik.


45

12) Menguasai bahan pelajaran, yakni dapat menyampaikan

pelajaran secara lancar dan menumbuhkan semangat pada diri

peserta didik.

13) Bersikap fleksibel yakni tidak kaku dalam bersikap dan mudah

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

14) Menaruh minat yang baik kepada peserta didik, yakni peduli

dan perhatian kepada minat peserta didik.4526

Sedangkan menurut Spencer karakteristik kompetensi guru

dibagi menjadi lima yaitu:

1) Motif yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang

menyebabkan sesuatu.

2) Sifat yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap

situasi dan informasi.

3) Konsep diri yaitu sikap, nilai dan image diri seseorang.

4) Pengetahuan yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam

bidang tertentu.

5) Keterampilan yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas

yang berkaitan dengan fisik dan mental.46

c. Macam-Macam Kompetensi Guru

Undang-undang Guru dan Dosen NO. 14/2005 dan

Peraturan Pemerintah No. 19/2005 menyatakan bahwa “kompetensi

264
5Kunandar, Guru Profesional…, hal. 62
6Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan
4
“Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia”, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 63
46

guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik professional, dan

sosial”.47Keempat jenis kompetensi guru beserta subkompetensi

dan indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut:

1) Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan “kemampuan yang

mencerminkan kepribadian mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak

mulia”.4727 kompetensi pribadi yaitu perangkat perilaku yang

berkaitan dengan kemampuan individu daam mewujudkan

dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan

transformasi diri, identitas diri, adentitas diri dan pemahaman

diri. Kompetensi pribadi meliputi “kemampuan-kemampuan

dalam memahami diri, mengelola diri, mengendalikan diri dan

menghargai diri”.48 Secara rinci subkompetensi tersebut dapat

dijabarkan sebagai berikut:

a) Subkompetensi kepribadian yang mantab dan stabil

memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma

hukum , bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga

sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak

sesuai dengan norma.

274
7 Sarimaya, Sertifikasi Guru..., hal. 17
48
Ibid., hal. 18
47

b) Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator

esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai

pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

c) Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator

esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada

kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta

menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.

d) Subkompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki

indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh

positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang

disegani.

e) Subkompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan

memiliki indikator esensial: bertindak sesuai norma religius

(iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan

memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

f) Subkompetensi evaluasi diri dan pengembangan diri

memiliki indikator esensial: memilki kemampuan untuk

berintropeksi, dan mampu mengembangkan potensi diri

secara optimal.4928

Kompetensi pribadi adalah “sikap pribadi guru berjiwa

pancasila yang mengutamakan budaya bangsa indonesia, yang rela

berkorban bagi kelestarian bangsa dan negara”.50 Dalam


2849
Sarimaya, Sertifikasi Guru..., hal. 1
48

kompetensi pribadi, guru sering dianggap sebagai sosok yang

memiliki kepribadian ideal, oleh karena itu, pribadi guru sering

dianggap sebagai model atau panutan (yang harus di-gugu dan

ditiru). Sebagai seorang model, guru harus memiliki kompetensi

yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian (personal

competencies).5129

Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap

pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik. Kompetensi

kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting

dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan

mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta

mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada

umumnya.52

Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap

keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran.

Pribadi guru juga sangat berperan dalam pembentukan

pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia

merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh

pribadi gurunya dalam membentuk kepribadiannya. Semua itu

menunjukkan bahwa kompetensi personal atau kepribadian guru

sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan

pribadinya.

295
0 Kunandar, Guru Profesional…, hal. 56
51
Akhyak, Profil Pendidik…, hal. 19
5
2 E. Mulyasa, Standar Kompetensi…, hal. 117
49

2) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik dijelaskan dalam Standar Nasional

Pendidikan pasal 26 ayat 3 butir a dikemukakan bahwa kompetensi

pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta

didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,

dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.5330

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap

peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Evaluasi

hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci

setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai

berikut:

a) Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam

memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan

memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif,

memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip

kepribadian, dan mengidentifikasi bekal awal peserta didik.

b) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan

pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini

memiliki indikator esensial: memahami landasan pendidikan,

30
53 Ibid., hal. 75
50

menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi

pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik,

kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar, serta menyusun

rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

c) Subkompetensi melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki

indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran, dan

melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

d) Subkompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi

pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan

melaksanakan evaluasi (asessement) proses dan hasil belajar

dengan menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery

learning), dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran

untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

e) Subkompetensi mengembangkan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai kompetensinya, memiliki indikator

esensial: memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan

berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik

untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan

memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai

potensi non akademik.5431

3) Kompetensi Profesional

31
54 arimaya, Sertifikasi Guru..., hal. 19-20
55
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam…, hal. 7-8
51

Kompetensi profesional adalah “kompetensi atau kemampuan

yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan”.


55
Kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting, oleh

sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan.

Oleh sebab itu tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat

dari kompetensi ini.

Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam

penguasaan akademik (mata pelajaran/bidang studi) yang diajarkan

dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus sehingga

guru memiliki wibawa akademik.56 Standar Nasional Pendidikan,

menjelaskan pasal 28 ayat 3 butir c dikemukakan bahwa yang

dimaksud dengan kompetensi profesional adalah: Kemampuan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Pendidikan.5732

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencangkup

penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan

subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan

terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap

32 56
Kunandar, Guru Profesional…, hal. 56
57
E. Mulyasa, Standar Kompetensi…, hal. 135
52

subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai

berikut:

a) Subkompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait

dengan bidang studi memiliki memiliki indikator esensial:

memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah,

memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang

menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami

hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan

konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

b) Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan

memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah

penelitian dan kajian untuk memperdalam pengetahuan materi

bidang studi secara profesional dalam kontek global.60

4) Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, tenaga kepandidikan, orang tua/wali peserta

didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial yaitu perangkat

perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sosial serta

tercapainya interaksi sosial secara efektif.6133

33 58
Sarimaya, Sertifikasi Guru..., hal. 21
59
Kunandar, Guru Profesional…, hal. 56
53

Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator

esensial sebagai berikut:

a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik., subkompetensi ini memiliki indikator esensial:

berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

b) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

sesama pendidik dan tenaga pendidik.

c) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang

tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.5834

Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya

tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan

lingkungannya, oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki

kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitannya

dengan pendidikan yang tidak terbatas pada pembelajaran di

sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung

di masyarakat.59

Guru merupakan tokoh dan tipe makhluk yang diberi tugas

dan tanggungjawab, membina dan membimbing masyarakat ke

arah norma yang berlaku. Untuk itu maka guru perlu memiliki

kemampuan sosial dengan masyarakat dalam rangka

menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efektif. Karena

dengan kemampuan sosial yang dimiliki guru tersebut, secara

otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan


34
54

beriringan dengan lancar. Sehingga bila ada permasalahan antara

sekolah dan masyarakat (orang tua atau wali) tidak merasa

kesulitan dalam mencari jalan penyelesaiannya.

Perlu dijelaskan bahwa sebenarnya keempat kompetensi

(kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial) tersebut dalam

praktiknya merupakan satu kesatuan yang utuh (holistik) yang

dapat diperoleh melalui pendidikan akademik sarjana atau diploma

empat, pendidikan profesi ataupun melalui pembinaan dan

pengembangan profesi guru. Pembinaan dan pengembangan profesi

guru dalam jabatan dapat dimanfaatkan baik untuk pengembangan

potensi maupun untuk pengembangan karir guru.

d. Ciri-Ciri Kompetensi Guru yang Baik

Pada dasarnya tugas guru yang paling utama adalah mengajar

dan mendidik. Sebagai pengajar ia merupakan medium atau

perantara aktif antara siswa dan ilmu pengetahuan, sedang sebagai

pendidik ia merupakan medium aktif antara siswa dan

haluan/filsafat negara dan kehidupan masyarakat dengan segala

seginya, dan dalam6035mengembangkan pribadi siswa serta

mendekatkan mereka dengan pengaruh-pengaruh dari luar yang

baik dan menjauhkan mereka dari pengaruh-pengaruh yang buruk.

Departeman Pendidikan Amerika Serikat menggambarkan

bahwa guru yang baik adalah dengan ciri-ciri sebagai berikut:

35
. 63E. Mulyasa, Standar Kompetensi…, hal. 173
55

1) Guru yang baik adalah guru yang waspada secara profesional. Ia

terus berusaha untuk menjadikan masyarakat sekolah menjadi

tempat yang paling baik bagi anak-anak muda.

2) Mereka yakin akan manfaat pekerjaannya. Mereka terus

berusaha memperbaiki dan meningkatkan mutu pekerjaannya.

3) Mereka tidak lekas tersinggung oleh larangan-larangan dalam

hubungannya dengan kebebasan pribadi yang dikemukakan oleh

beberapa orang untuk menggambarkan profesi keguruan,

mereka secara psikologis lebih matang sehingga rangsangan-

rangsangan terhadap dirinya dapat ditaksir.

4) Mereka memiliki seni dalam hubungan-hubungan manusiawi

yang diperolehnya dari pengamatannya tentang bekerjanya

psikologi, biologi dan antropologi cultural dalam kelas.

5) Mereka berkeinginan untuk terus tumbuh. Mereka sadar bahwa

di bawah pengaruhnya, sumber-sumber manusia dapat berubah

nasibnya.6136

Pengajar guru harus memahami hakikat dan arti mengajar

dan mengetahui teori-teori mengajar serta dapat melaksanakannya.

Guru akan lebih berhati-hati dalam menjalankan tugasnya dan

dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang telah

dilakukannya. Guru atau pendidik dituntut untuk mempunyai

seperangkat prinsip kegunaan sebagai berikut:

3661
Kunandar, Guru Profesional…, hal. 61-62
56

1) Kegairahan dan kesediaan untuk menuntuk mengajar seperti

memperhatikan kesediaan, kemampuan, pertumbuhan dan

perbedaan anak didik.

2) Membangkitkan gairah anak didik.

3) Menumbuhkan bakat dan sikap anak didik yang baik.

4) Mengatur proses belajar mengajar yang baik.

5) Memperhatikan perubahan-perubahan kecenderungan yang

mempengaruhi proses mengajar.

6) Adanya hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar.62

Menurut Ag. Soejono seorang guru yang baik harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Memilki kedewasaan umur.

2) Sehat jasmani dan rohani.

3) Memiliki keahlian dan kemampuan dalam mengajar.

4) Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi.6337

Menurut Imam Al-Ghozali, kewajiban yang harus

diperhatikan oleh seorang pendidik adalah sebagai berikut:

1) Harus menaruh kasih ng terhadap anak didik dan

memperlakukan mereka seperti perlakuan terhadap anak sendiri.

2) Tidak mengharapkan balas jasa atau ucapan terimakasih,

melaksanakan tugas mengajar bermaksud untuk mencari

keridhaan dan mendekatkan diri pada tuhan.

37
62 Akhyak, Profil Pendidik…, hal. 4
6
3 Munardji, Ilmu Pendidikan…, ha
57

3) Memberikan nasihat kepada anak didik pada setiap kesempatan.

4) Mencegah anak didik dari suatu akhlak yang tidak baik.

5) Berbicara kepada anak didik sesuai bahasa dan kemampuan

mereka.

6) Jangan menimbulkan rasa benci pada anak didik mengenai

cabang ilmu yang lain.

7) Kepada anak didik di bawah umur, diberikan penjelasan yang

jelas dan pantas buat dia, dan tidak perlu disebutkan padanya

rahasia yang terkandung didalam dan dibelakang sesuatu,

supaya tidak menggelisahkan dirinya. Pendidik harus

mengamalkan ilmunya dan jangan berlainan kata dan

perbuatan.6438

Seorang guru wajib memiliki segala sesuatu yang erat

hubungannya dengan bidang tugasnya, yaitu pengetahuan, sifat-

sifat kepribadian, serta kesehatan jasmani dan rohani. Hal ini

diperlukan untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran,

karena guru adalah adalah salah satu faktor terpenting di dalam

meningkatkan kualitas mutu pembelajaran yang pada akhirnya

akan tercapai pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat

Indonesia.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

3864
Naim, Menjadi Guru…, hal. 16-17
58

Penelitian tentang supervisi telah dilakukan oleh beberapa peneliti

sebelumnya. Mardiyono (2011) melakukan penelitian di guru-guru SD

Negeri di Kecamatan Ciniru Kabupaten Kuningan dan menyimpulkan

terdapat hubungan supervisi manajerial dan etos kerja guru dengan kualitas

pengajaran. Semakin kegiatan supervisi dilaksanakan secara profesional oleh

Pengawas, dan etos kerja yang baik akan meningkatkan kualitas

pengajaran yang dilakukan oleh guru-guru. Dari penelitian ini dapat

ditarik kesimpulan bahwa peran supervisi yang dilaksanakan secara

profesional akan dapat meningkatkan kualitas pengajaran yang dilakukan

oleh guru.

Penelitian yang dilakukan Widagdo (2012) menyimpulkan

adanya hubungan antara Supervisi Manajerial, disiplin kerja dan

kemampuan Pengawas dalam melaksanakan supervisi. Penelitian tersebut

dilaksanakan pada guru-guru SD Negeri di Kecamatan Ciniru Kabupaten

Kuningan. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa supervisi

manajerial memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan

kompetensi pedagogic guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di

sekolah. Penelitian Puspowati (2013) semakin menegaskan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara supervisi Manajerial yang dilakukan

Pengawas dengan kinerja guru-guru SD Negeri di Kecamatan Ciniru

Kabupaten Kuningan.

Ketiga penelitian di atas setidaknya memberikan gambaran

bahwa supervisi yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah secara rutin akan
59

memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kompetensi pedagogic

guru. Dalam konteks supervisi yang dilakukan Pengawas akan lebih

mengena apabila dilakukan supervisi manajerial sehingga Pengawas

memiliki gambaran nyata tentang kompetensi pedagodik guru.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,

maka patut diduga bahwa ada pengaruh yang signifikan antara supervisi

manajerial dan motivasi kerja pengawas baik secara terpisah maupun

secara bersama- sama dengan kompetensi pedagogik guru. Karena itulah

kami akan mengkaji secara lebih mendalam pengaruh supervisi

manajerial dan motivasi kerja Pengawas terhadap kompetensi pedagogik

guru.

C. Kerangka Pemikiran

Pengawasan (pengendalian) atau controling adalah bagian terakhir dari

fungsi manajemen. Fungsi pengendalian ini meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan itu sendiri. Pengawasan atau

supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas merupakan media untuk

melakukan pembinaan dan bimbingan kepada guru mengenai hasil kegiatan

guru dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu sudah seharusnya

pengawas melaksanakan perencanaan supervisi, melaksanakan supervisi dan

menindaklanjuti hasil supervisi dalam rangka membawa dampak positif bagi

peningkatan kinerja guru sehingga tujuan pembelajaran dan tujuan

pendidikan dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan.


60

Guru merupakan figur yang ditaati oleh seluruh peserta didik, dalam

melaksanakan tugasnya guru memiliki keragaman latar belakang pendidikan,

kemampuan, inisiatif, dan motivasi mengajar. Perbedaan latar belakang itu

setidaknya menjadikan masing-masing guru memiliki tujuan dan peran serta

motivasi yang berbeda dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu perlu

dilakukan pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan dalam

rangka menjadikan guru sebagai tenaga professional.

Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib

dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan

supervisi pada intinya yaitu melakukan pembinaan, bimbingan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi guru secara bersama dan bukan mencari-

cari kesalahan guru. Upaya ini dilaksanakan untuk memperbaiki kinerja guru

dalam proses pembelajaran. Kualitas kinerja dapat ditinjau dari beberapa

indikator yang meliputi: 1) unjuk kerja, 2) penguasaan materi, 3) penguasaan

profesional keguruan dan pendidikan, 4) penguasaan cara-cara penyesuaian

diri, 5) kepribadian untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.

Observasi kelas merupakan salah satu teknik dalam supervisi. Dengan

teknik observasi kelas ini observer dalam hal ini pengawas Pendidikan

Agama Islam meninjau, mengamati, memperhatikan dan mencatat data dan

fakta baik kuantitatif maupun kualitatif yang berkaitan langsung maupun

tidak langsung dengan proses pembelajaran. Observasi memiliki makna tidak

sekedar melihat atau mengamati aktifitas guru, tetapi lebih dari itu observasi

juga melibatkan semua indera, logika, strategi, dan instrument yang telah
61

divalidasi. Teknik supervisi observasi kelas dipilih sebagai teknik supervisi

pengajaran dalam mensupervisi kinerja guru karrena: a) yang diamati adalah

keseluruhan proses belajar mengajar dalam satu pertemuan, dan bukan

sampel-sampel pembelajaran yang diinginkan, b) untuk mengetahui aktifitas

belajar mengajar secara keseluruhan, bukan untuk mengetahui aktifitas-

aktifitas khusus, c) supervisor tidak boleh berpartisipasi dalam pembelajaran,

d) dilakukan pada waktu pelajaran sedang berlangsung.

Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi karena

guru mengemban tugas profesional artinya tugas-tugas hanya dapat

dikerjakan dengan kompetensi khusus yang diperoleh melalui program

pendidikan. Guru memiliki tanggung jawab yang secara garis besar dapat

dikelompokkan yaitu guru sebagai pengajar, guru sebagai

pembimbing, dan guru sebagai administrator kelas. Seorang guru harus

memiliki kemampuan antara lain:

1. Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar.

2. Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa.

3. Penguasaan metode dan strategi mengajar.

4. Pemberian tugas-tugas kepada siswa.

5. Kemampuan mengelola kelas.

6. Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.

Kinerja guru dalam proses pembelajaran dapat dinilai dari kemampuan

guru dalam merencanakan, melaksanakan atau mengelola proses

pembelajarann dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.


62

D. Hipotesis

Dalam penelitian ini diajukan empat hipotesis penelitian yaitu:

1. Ada hungan yang positif dan signifikan antara supervisi manajerial

dengan kompetensi pedagogik guru SD di Kecamatan Ciwaru Kabupaten

Kuningan.

2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara supervise menejerial

pengawas terhadap kompetensi pedagogik guru SD di Kecamatan Ciwaru

Kabupaten Kuningan.

3. Ada Pengaruh yang signifikan antara supervisi manajerial terhadap

kompetensi pedagogik guru, SD di Kecamatan Ciwaru Kabupaten

Kuningan.

4. Ada pengaruh yang positif dan signitfikan secara bersama-sama antara

Supervisi Manajerial dan Motivasi Kerja Pengawas terhadap Kompetensi

Pedagogik Guru SD di Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Meodologi Penelitian

1. Pendekatan, Metode dan Jenis Penelitian


63

a. Pendekatan

Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis

penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian

yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

dua variabel atau beberapa variabel. Tujuan teknik korelasional adalah:

1) Mencari bukti berdasarkan hasil pengumpulan data, apakah

terdapat pengaruh antar variabel atau tidak.

2) Menjawab pertanyaan apakah pengaruh antar variabel tersebut

kuat, sedang atau lemah.

3) Ingin memperoleh kepastian secara matematis apakah pengaruh

antar variabel merupakan pengaruh yang meyakinkan (signifikan)

atau hubungan yang tidak meyakinkan.

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1) atau hubungan yang tidak meyakinkan.

Variabel dalam penelitian ini adalah:

Supervisi
Manajerial (X1)
Kompetensi
Paedagogik Guru (Y)
Motivasi Kerja
Pengawas ( X2)
(X1) : Supervisi Manajerial,

(X2) : Motivasi Kerja Pengawas sebagai variabel indevenden dan

(Y) : Sebagai variabel dependen. Kompetensi Pedagogik.

b. Metode dan Jenis Penelitian


64

Metode penelitian merupakan suatu cara yang ditempuh untuk

memperoleh data, menganalisis, dan menyimpulkan hasil penelitian.

Penggunaan metode dalam suatu penelitian adalah sangat penting,

karena dengan penggunaan metode penelitian yang tepat diharapkan

bisa mendapatkan tujuan hasil yang tepat sesuai tujuan.

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif dapat

didefinisikan sebagai berikut :

1) Memutuskan diri pada masalah-masalah yang ada pada masa

sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.

2) Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan

kemudian dianalisis (karena itu metode ini sering disebut metode

analisis).

Data dan informasi yang berkaitan dengan sumber-sumber data

dapat diperoleh melalui penelaahan terhadap berbagai sumber tertulis

dalam bentuk studi kepustakaan. Pada penelitian ini penulis mengkaji

hubungan atara yaitu hubungan variabel X1 (Supervisi Manajerial)

dan Variabel X2 (Motivasi Kerja Pengawas) sebagai variabel

independen atau variabel bebas dengan variabel Y Kompetensi

Pedagogik. Sebagai variabel dependen atau variabel terikat.

Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert.

“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial,


65

fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang

selanjutnya disebut variabel penelitian”. 6539

Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang

dapat berupa kata-kata yang tertera dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1. Nilai Pernyataan Positif dan Negatif

Nilai Item
Nilai Pernyataan
Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Diharapkan dengan penelitian ini mampu mengekplorasi dalam

rangka memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti melalui

hubungan yang intensif dengan sumber data yang digali.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dilaksanakan sejak

dikeluarkannya surat ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih dua

bulan, satu bulan untuk pengumpulan data, satu bulan untuk pengolahan

data. Yang meliputi penyajian dalam bentuk tesis dan proses bimbingan

berlangsung.

2. Tempat Penelitian

Sugiono, Metode Penelitian manajemen,(Afabeta Bandung: 2016) ,168.


3965
66

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Negeri Se-

Kecamatan Ciwaru Kab.Kuningan yang meliputi 20 sekolah yaitu:

Tabel 3.2 Data Tempat Penelitian

1. SD Negeri Andamui 11. SD Negeri 4 Ciwaru

2. SD Negeri 1 Baok 12. SD Negeri Linggajaya

3. SD Negeri 2 Baok 13. SD Negeri Cilayung

4. SD Negeri 1 Garajati 14. SD Negeri Citikur

5. SD Negeri 2 Garajati 15. SD Negeri 1 Sumberjaya

6. SD Negeri 3 Garajati 16. SD Negeri 2 Sumberjaya

7. SD Negeri Karangbaru 17. SD Negeri 1 Citundun

8. SD Negeri 1 Ciwaru 18. SD Negeri 2 Citundun

9. SD Negeri 2 Ciwaru 19. SD Negeri Sagaranteun

10. SD Negeri 3 Ciwaru 20. SD Negeri Lebakherang

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu. 6540Penetapan populasi

penelitian ini sesuai dengan keinginan penelitian dan jenis data yang

diperlukan. Adapun populasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah

4065
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, ( Bandung: Alfabeta, 2016), 363.
67

seluruh guru yang ada di SD Negeri Se-Kecamatan Ciwaru di kabupaten

Kuningan. Adapun jumlah sekolah dibawah binaan dengan jumlah guru

ada 201 orang.

Tabel 3.3. Data Guru SD Negeri Kecamatan Ciwaru


Tahun Pelajaran 2018-2019

No Nama SD Jumlah Guru dan Kepsek


1 SD Negeri Andamui 11

2 SD Negeri 1 Baok 11

3 SD Negeri 2 Baok 10

4 SD Negeri 1 Garajati 10

5 SD Negeri 2 Garajati 12

6 SD Negeri 3 Garajati 10

7 SD Negeri Karangbaru 15

8 SD Negeri 1 Ciwaru 10

9 SD Negeri 2 Ciwaru 10

10 SD Negeri 3 Ciwaru 10

11 SD Negeri 4 Ciwaru 13

12 SD Negeri Linggajaya 13

13 SD Negeri Cilayung 10

14 SD Negeri Citikur 11

15 SD Negeri 1 Sumberjaya 11

16 SD Negeri 2 Sumberjaya 11

17 SD Negeri 1 Citundun 10

18 SD Negeri 2 Citundun 10
68

10 SD Negeri Sagaranteun 10

20 SD Negeri Lebakherang 13
Jumlah Total 221

2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian atau wakil yang akan diteliti atau

sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data yang dianggap

mewakili. Berdasarkan pendapat di atas sampel homogen penelitian akan

diambil dari populasi yang ada yaitu guru-guru yang mengajar di SD

Negeri Se-Kecamatan Ciwaru Kab.Kuningan. Untuk menentukan sampel

penulis menggunakan sampel sesuai dalam Nomogram Harry King,


6741
Sugiono. Populasi sampel 22 orang, dikehendaki kepercayaan sampel

diambil dari 10% jumlah populasi.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Salah satu tekhnik pengambilan sampel yang representatif adalah

secara acak atau random. Pengambilan sampel secara acak berarti setiap

individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan

sampel. Sampel yang representatif, cara pengambilan sampelnya

menggunakan proporsional random dengan cara diundi. Maka sampel

penelitian diambil 10% dari jumlah guru dan 10% dari Kepala

Sekolah.Jumlah sampel di SD Negeri Se-Kecamatan Ciwaru Kab.Kuningan

sebanyak 20 guru dan 2 Kepala sekolah.

Tabel 3.4 Proporsi Sampel Penelitian

4167
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Apfabeta, Bandung : 2016), 162.
69

No Nama Sekolah Populas 10%

. i
1 Guru SD Negeri Kec.Ciwaru 201 20
2 Kepala SD Negeri Kec.Ciwaru 20 2
Total 221 22

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data dalam penelitan ini menggunakan angket

sebagai alat untuk memperoleh data primer, sehingga data tersebut dapat

diolah dengan menggunakan statistic. Bentuk angket yang dipergunakan

adalah angket tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang dibuat tidak

memerlukan jawaban penjelasan. Responden tinggal memilih alternative

jawaban yang telah tersedia dengan membubuhkan tanda (√) pada masing-

masing jawaban yang dianggap tepat. Angket tersebut terdiri dari tiga bagian,

yaitu:

1. Bagian yang mengukur Variabel X1 (Supervisi Manajerial)

2. Bagian yang mengukur Variabel X2 (Motivasi Kerja Pengawas)

3. Bagian yang mengukur Variabel Y (Kompetensi Pedagogik).

Bentuk angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan

menggunakan kategori Likert skala 4. Untuk setiap pertanyaan terdiri empat

alternatif jawaban positif dengan skor sebagai berikut:

1. Jawaban (ST) diberi sor 5

2. Jawaban (T) diberi skor 4

3. Jawaban (S) diberi skor 3

4. Jawaban (R) diberi skor 2


70

5. Jawaban (SR) diberi skor 1

Sedangkan untuk alternatif jawaban negatif dengan skor sebagai

berikut:

1. Jawaban (ST) diberi sor 1

2. Jawaban (T) diberi skor 2

3. Jawaban (S) diberi skor 3

4. Jawaban (R) diberi skor 4

5. Jawaban (SR) diberi skor 5

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

angket atau kuisioner. Instrumen tersebut terlebih dahulu diuji validitas butir

dan reabilitas instrumen.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Variabel Penelitian


Operasionalisasi Variabel Supervisi Manajerial (X1)
No Variabel Dimensi Indikator Item
1 Supervisi Peningkatan Membimbing untuk meningkatkan 1

Manajerial Kompetensi kompetensi guru (kepribadian,

(X1) Guru pedagogik, profesional, sosial) dan

tugas pokok guru


membimbing untuk meningkatkan 2

kemampuan guru dalam

mengimplementasikan SNP (isi,

proses, kompetensi lulusan,

penilaian),
71

membimbing untuk meningkatnya 3

kemampuan guru dalam menyusun

silabus dan RPP


membimbing untuk meningkatnya 4

kemampuan guru dalam penilaian,

bahan ajar dan penulisan butir soal


- membimbing untuk Meningkatnya 5

kemampuan guru dalam menyusun

Penelitian Tindakan Kelas (PTK).


membimbing untuk meningkatkan 6

kemampuan dalam: Menyusun

administrasi perencanaan

pembelajaran/ program bimbingan;


membimbing dalam memilih dan 7

menggunakan

strategi/metode/teknik

pembelajaran /bimbingan yang

dapat mengembangkan berbagai

potensi siswa
membimbing dalam melaksanakan 8

penilaian hasil belajar peserta

didik.
membimbing untuk membuat dan 9
menggunakan media dan sumber
belajar
membimbing untuk menggunakan 10
teknologi informasi dan
komunikasi
72

dalam pembelajaran
membimbing untuk memanfaatkan 11
hasil penilaian untuk perbaikan
mutu pendidikan dan pembelajaran/
pembimbingan
membimbing untuk memberikan 12

bimbingan kepada guru untuk

melakukan refleksi hasil-hasil yang

dicapainya.
- - membimbing dalam merencanakan 13

pembelajaran, dan melaksanakan

pembelajaran;
membimbing dalam menilai hasil 14

pembelajaran peserta didik.


membimbing dalam melaksanakan 15

tugas tambahan yang melekat pada

pelaksanaan kegiatan pokok sesuai

dengan beban kerja guru.


membimbing dalam menyusun 16

program pembimbingan dan

pelatihan guru
melaksanakan pembimbingan dan 17

pelatihan guru.
- melakukan evaluasi dari hasil 18

pembimbingan dan pelatihan guru


- melakukan Pembimbingan dalam 19

pelaksanaan perencanaan dan

penilaian pembelajaran.
melakukan Pembimbingan dalam 20
73

pelatihan siswa dan tugas

tambahan.
Tabel 3.6 Kisi-kisi Angket Variabel Penelitian

Operasionalisasi Variabel Motivasi Kerja Pengawas (X2)

2 Motivasi Melaksanakan melaksanakan tugas 1

Kerja Pembelajaran mengajar yang telah dijadwalkan


bertanggung jawab setelah 2
Pengawa dengan baik
melakukan tugas mengajar yang
s
diberikan kepala sekolah.
(X2) Sehabis melaksanakan 3

pembelajaran melaksanakan analisa

terhadap kegiatan pembelajaran

untuk perbaikan kedepan.


hanya bekerja jika ada perintah dari 4

atasan.
melaksanakan tugas tambahan yang 5

diberikan kepala sekolah.


Bertanggungjawab terhadap 6

pelaksanaan tugas tambahan yang

diberikan kepala sekolah.


harus dapat mengerjakan tugas secara 7

tuntas.
udah merasa puas dengan 8

kemampuan akademis pada saat ini.


mendapatkan kebebasan berkarier 9

dari kepala sekolah.


berusaha mengikuti setiap ada 10

kegiatan lomba yang berkaitan tugas


74

dan karir .
mengikuti berbagai kegiatan 11

pengembangan profesi untuk

menunjang perolehan angka kredit


- berusaha meningkatkat potensi diri 12

dengan melaksanakan tugas-tugas

tambahan selain mengajar baik

sebagai panitia kegiatan ulangan, ujian

maupun hari – hari besar.


- - Jika pekerjaan yang dilakukan 13

mengalami kegagalan,maka

berusaha memperbaikinya.
Pekerjaan yang lakukan 14

harus sesuai dengan hasil yang

telah ditentukan.
selalu mengevaluasi 15

terhadap kegiatan yang dilakukan


berusaha mendapatkan umpan balik 16

terhadap pekerjaan yang telah

dilakukan.
meminta pendapat orang lain sebagai 17

masukan terhadap apa yang sudah

dilakukan
selalu mengikuti perkembangan 18

informasi baik dari teman sejawat,

kepala sekolah, diknas dan media

cetak yang berkaitan dengan dunia


75

pendidikan pada umumnya dan

bidang studi yang ampu pada

khususnya.
- - meminta pendapat guru 19

yang lain untuk memberikan

masukan dalam rangka perbaikan

terhadap pelaksanaan pengajaran

yang sudah dilakukan.


berdiskusi dengan guru yang lain 20

dalam rangka pelaksanaan program-

program sekolah.
berani mengambi resiko terhadap 21

apa yang akan dilaksanakan.


bekerja tanpa harus 22

menunggu perintah dari atasan.


Jika mengalami kegagalan dalam 23

melakukan sesuatu pekerjaan tidak

berputus asa.
ingin melakukan sesuatu yang 24

terbaik dan lebih unggul dari teman-

teman yang lain .


- - berusaha melakukan sesuatu yang 25

kreatif dan inovatif dalam kegiatan

pembelajaran
- - berusaha melakukan sesuatu yang 26

kreatif dan inovatif dalam menunjang

program sekolah.
berusaha memberikan gagasan- 27
76

gagasan baru berkenaan dengan

pengembangan sekolah .
berusaha memberikan gagasan baru 28

berkenaan dengan metode dan teknik

mengajar.
- - mampu mewujudkan gagasan- 29

gagasan baru tersebut.


- - terus berusaha jika gagasan-gagasan 30

baru tersebut gagal dilaksanakan.


- - menjadwalkan semua kegiatan yang 31

akan dilakukan.
- - menjadwalkan semua kegiatan 32
dengan skala prioritas.
- - Pekerjaan yang lakukan harus sesuai 33
dengan hasil yang telah ditentukan.
- - melaksanakan semua kegiatan sesuai 34
dengan jadwal yang sudah
ditetapkan.
- - datang dan pulang mengajar sesuai 35
dengan aturan yang telah ditetapkan
oleh sekolah.
- - mendapatkan penghargaan dari 36
kepala sekolah atas keberhasilan
melaksanakan tugas
- - Penghargaan atas prestasi yang 37
kerjakan, mendorang bekerja
lebih giat.
- - siap mendapatkan sangsi jika 38
terdapat kekeliruan dalam
melaksanakan tugas yang diberikan.
- - bersikap terbuka dengan rekan kerja 39
yang lain.
- - berupaya datang setiap ada 40
77

undangan KKG untuk menambah


wawasan dan bertukar pengalaman
dengan guru-guru dari sekolah lain.
G. Prosedur Penelitian

Proses yang secara umum terjadi dalam penelitian kuantitatif adalah

sebagai berikut:

1. Melakukan Pengamatan

2. Hipotesis 

3. Pengumpulan Data 

4. Pengujian Hipotesis

5. Kesimpulan 

Adapun pendekatan dan jenis penelitian ini dengan menggunakan

metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Penelitian

korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara dua variabel atau beberapa variabel. Pada

penelitian ini variabel penelitianya adalah: (X1) : Supervisi Manajerial, (X2) :

Motivasi Kerja Pengawas sebagai variabel indevenden dan Kompetensi

Pedagogik. (Y) sebagai variabel dependen.

Dalam penelitian ini penulis akan mengkaji antara hubungan variabel

X1 (Supervisi Manajerial) dan Variabel X 2 (Motivasi Kerja Pengawas)

sebagai variabel independen atau variabel bebas dengan variabel Y

Kompetensi Pedagogik. Sebagai variabel dependen atau variabel terikat.

Selanjutnya tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Negeri se-

Kecamatan Ciwaru kabupaten Kuningan yang meliputi 20 sekolah yaitu:


78

1. SD Negeri Andamui 11. SD Negeri 4 Ciwaru

2. SD Negeri 1 Baok 12. SD Negeri Linggajaya

3. SD Negeri 2 Baok 13. SD Negeri Cilayung

4. SD Negeri 1 Garajati 14. SD Negeri Citikur

5. SD Negeri 2 Garajati 15. SD Negeri 1 Sumberjaya

6. SD Negeri 3 Garajati 16. SD Negeri 2 Sumberjaya

7. SD Negeri Karangbaru 17. SD Negeri 1 Citundun

8. SD Negeri 1 Ciwaru 18. SD Negeri 2 Citundun

9. SD Negeri 2 Ciwaru 19. SD Negeri Sagaranteun

10. SD Negeri 3 Ciwaru 20. SD Negeri Lebakherang

Tekhnik pengumpulan data dalam penelitan ini menggunakan angket

sebagai alat untuk memperoleh data primer, sehingga data tersebut dapat

diolah dengan menggunakan statistic. Bentuk angket yang dipergunakan

adalah angket tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang dibuat tidak

memerlukan jawaban penjelasan. Responden tinggal memilih alternative

jawaban yang telah tersedia dengan membubuhkan tanda (√) pada masing-

masing jawaban yang dianggap tepat. Angket tersebut terdiri dari tiga bagian,

yaitu:

1. Bagian yang mengukur Variabel X1 (Supervisi Manajerial)

2. Bagian yang mengukur Variabel X2 (Motivasi Kerja Pengawas)

3. Bagian yang mengukur Variabel Y (Kompetensi Pedagogik).


79

Data akan dianalisis dengan statistik deskriptif dengan Weighted

Means Score dan statistik inferensial melalui path analysis atau analisis jalur.

Dengan analisis jalur dapat dilihat hubungan antara variabel bebas (X 1 dan

X2) dengan variabel ( Y ). Dari analisis data didapat kesimpulan-kesimpulan

yang memberikan jawaban terhadap hipotesis yang telah dirumuskan.

Data yang dipergunakan dalam pengujian statistik deskriptif adalah

data ordinal, sementara untuk pengujian hipotesis dengan path analysis atau

analisis jalur memerlukan data interval. Oleh karena itu, harus ditabulasikan

dan ditranformasikan menjadi data interval. Untuk itu data yang digunakan

dalam path analysis korelasi adalah data hasil tranformasi menggunakan

Methtod Successive of Interval (MSI) menggunakan program microsoft

excel. Dalam Pengujian asumsi akan dilakukan dengan menggunakan

program SPSS setelah data memenuhi asumsi, analisis jalur.

H. Teknik Analisa Data

Data akan dianalisis dengan statistik deskriptif dengan Weighted

Means Score dan statistik inferensial melalui path analysis atau analisis jalur.

Dengan analisis jalur dapat dilihat hubungan antara variabel bebas (X 1 dan X2)

dengan variabel ( Y ). Dari analisis data didapat kesimpulan-kesimpulan yang

memberikan jawaban terhadap hipotesis yang telah dirumuskan.

Analisis data dalam penelitian ini diawali dengan menggunakan deskripsi

data dari masing-masing variabel dengan statistik deskriptif. Tekhnik statistik

deskriptif digunakan adalah tabulasi data dengan menggunakan Likert Summated


80

rating atau dikenal dengan Weighted Means Score. Dalam analisis Weighted

Means Scorel akan dibuat kriteria untuk menentukan penilaian terhadap

tanggapan responden untuk masing-masing ietem pertanyaan yang diajukan.

skor min imum 1


X 100 %= X 100 %=25 %
Skor minimum dalam persentase = skormaksimum 4

Skor maksimum dalam presentase =

skor min imum 4


X 100 %= X 100 %=25 %
skormaksimum 4

Interval dalam persentase = skor maksimum – skor minimum =

int erval 75
=
100 % - 25 % = 75 %. Panjang interval dalam variabel = jenjang 3

Tabel 3.7 Kriteria Hasil Skor

Kategori sangat rendah 0%- < 20 %


Kategori rendah 20%- < 40 %
Kategori sedang 40%- < 60 %
Kategori tinggi 60%- < 80 %
Kategori sangat Tinggi 80 %- < 100 %

Frekuensi dan presentase dihitung berdasarkan jawaban responden.

Sedangkan persentase kumulatif tiap variabel akan dihitung berdasarkan

langkah langkah sebagai berikut :

1. Menentukan jumlah skor kriterium (SK)

SK = ST x JB x JR

Keterangan:

SK = Skor Tertinggi (ST)

JB = Jumlah Butir
81

JR = Jumlah responden
n

2. Menghitung jumlah skor angket : ∑1 =1 X 1+X 2+X 3+. .. Xn


skorangket
x 100 %
3. Persentase = skorkriterium

Data statistik deskriptif ini akan mendapatkan kategori, interval skor,

frekuensi persentase jawaban responden pada tiap variabel sehingga diketahui

sejauhmana responden mempersepsi masing-masing variabel. Data yang

dipergunakan dalam pengujian statistik deskriptif adalah data ordinal,

sementara umtuk pengujian hipotesis dengan path analysis atau analisis jalur

memerlukan data interval. Oleh karena itu, harus ditabulasikan dan

ditranformasikan menjadi data interval. Untuk itu data yang digunakan dalam

path analysis korelasi adalah data hasil tranformasi menggunakan Methtod

Successive of Interval (MSI) menggunakan program microsoft excel.

Pengujian asumsi akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS

setelah data memenuhi asumsi, analisis jalur.

I. Pengujian Instrumen

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

angket kuisioner. Instrumen tersebut terlebih dahulu diuji validitas butir soal

dan reabilitas instrumen.

1. Validitas

Instrumen yang telah disusun dalam penelitian ini disusun

berdasarkan teori tentang variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian

ini. Oleh karenanya, sebuah instrumen harus memenuhi syarat validitas.


82

Maka, sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian maka

instrumen tersebut harus diujicoba terlebih dahulu. Suatu instrumen dapat

dikatakan valid apabila mampu mengungkap secara tepat data atau

informasi dari suatu variabel yang akan diteliti dan mampu mengukur

sebagaimana yang diinginkan.

Uji coba pada penelitian ini dilakukan kepada guru selain sampel

penelitian yang tidak termasuk dalam populasi penelitian. Angket

diujicobakan kepada 30 responden guru yang tidak termasuk dalam

populasi. Untuk menguji validitas tiap butir instrumen Supervisi

Manajerial kepala sekolah, dilakukan pengujian dengan cara menganalisis

hubungan antara skor tiap butir dan skor total. Jika hasil perhitungan

terjadi thitung lebih besar dari ttabel maka butir soal dinyatakan valid. Tetapi

bila sebaliknya maka butir soal tersebut dinyatakan drop dan selanjutnya

diperbaiki.

Selanjutnya untuk mengukur validitas instrumen ini digunakan

korelasi product moment correlation pada taraf signifikansi dengan nilai

probabilitas yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Penggunaan perhitungan

Product Moment karena skala data dalam penelitian ini termasuk data

interval dan pengukuran statistiknya adalah mean, deviasi standar,

koefisien korelasi Pearson (Product Moment). Adapun rumus yang

digunakan dalam menilai tingkat validitas item adalah sebagai berikut:


83

Keterangan :

rxy : Angka Indeks Korelasi “r” product Moment

N : Number of Cases

∑XY : Jumlah hasil perkalian skor X dan Y

∑X : Jumlah seluruh skor X

∑Y : Jumlah seluruh skor Y

Kriteria validitas adalah dengan membandingkan nilai signifikansi

dengan nilai probabilitas sebagaimana yang telah ditetapkan yaitu 0,05.

Apabila kemudian hasil signifikansi ≤ 0,05 maka item dalam angket

dinyatakan valid. Berdasaskan hasil uji coba yang telah dilakukan oleh

peneliti terhadap 22 responden maka diketahui bahwa kuesioner skala

Supervisi Manajerial, Motivasi Kerja Pengawas dan Kompetensi

Pedagogik yang diedarkan oleh penulis yang berjumlah 58 butir dari 100

butir menunjukkan korelasi item- total diatas 0.30 sehingga semuanya

dapat diterima, hanya pada beberapa item pertanyaan perlu dilakukan

perubahan redaksional sehingga lebih mudah dipahami oleh

responden. Rangkuman hasil estimasi validitas butir dapat dilihat pada

Lampiran.

2. Reliabilitas
84

Intrumen dalam variabel peneltian dikatakan reliabel apabila

mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila alat pengumpul data yang

dibuat oleh peneliti mempunyai taraf konsistensi dalam mengukur apa

yang hendak diukur. Reliabilitas pada suatu instrumen merujuk pada

adanya kepercayaan pada instrumen untuk bisa digunakan sebagai alat

pengumpul data karena intrumen sudah dinyatakan sudah baik.

Sebagaimana yang diungkap oleh Arikunto bahwa instrumen yang

dinyatakan baik dan reliabel dapat menghasilkan data yang dapat

dipercaya juga. Koefisien reliabilitas digunakan untuk melihat konsistensi

jawaban yang diberikan responden. Reliabilitas instrumen supervisi

dengan skala kiraan frekuensi verbal menggunakan rumus Alpha

Cronbach. Koefisien reliabilitas instrumen yang dihasilkan merupakan

nilai tingkatan reliabilitas instrumen penelitian tersebut, atau disebut

presentase tingkat keterhandalan instrumen. Adapun rumus perhitungan

dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

NO VARIABEL CRONBACH’S ALPHA KESIMPULAN


1 Supervisi Manajerial 0.8128 Reliabel
2 Motivasi Kerja 0.9770 Reliabel

Pengawas
3 Kompetensi Pedagogik 0.9718 Reliabel
Tabel 3.8 RELIABILITY STATISTIC

Adapun pengambilan keputusan mengenai reliabilitas instrumen

berdasarkan koefisien alpha cronbach sebagaimana berikut :


85

[[ ] [ ]
2
r 11= k ∑σb
1−
k−1 2
Vt

Dimana: r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

2
∑σb = jumlah varian butir/item

V 2t = varian total

Tabel 3.9 Kriteria Reliabilitas Koefisien Alpha Cronbach

No INTERVAL KRITERIA

1. ≤ 0,200 Sangat Rendah


2. 0,200-0,399 Rendah
3. 0,400-0,599 Cukup
4. 0,600-,0799 Tinggi
5. 0,800-1,00 Sangat Tinggi

J. Analisa Data

Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa penelitian ini

menggunakan analisis kuantitatif yang merupakan alat analisis yang

menggunakan model-model, seperti model matematika, statistik, dan

ekonometrik. Langkah selanjutnya adalah menyajikan hasil analisis dalam

bentuk angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan. Adapun data

dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode analisis statistik sebagai

berikut :

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan atau


86

mendeskripsikan informasi yang diperoleh. Untuk menjawab rumusan

masalah pertama digunakan analisis prosentase, deskripsi ini digunakan

untuk mengetahui gambaran Supervisi Manajerial, Motivasi Kerja

Pengawas dan Kompetensi Pedagogik SD Negeri Se-Kecamatan Ciwaru

Kab.Kuningan.

Analisis data yang dilakukan terhadap perumusan masalah yang

bersifat deskripktif adalah dengan menggunakan mean dan standar deviasi

dengan alasan bahwa peneliti sebelumnya telah menetapkan bahwa data

yang diberikan oleh responden sebagai jawaban terhadap koesioner,

berdistribusi normal.

2. Uji Persyaratan Analisis

Penelitian yang menggunakan analisis regresi meniscayakan

terpenuhinya beberapa asumsi dasar sebelum dilakukan tahap pengujian

lebih lanjut. Uji persyaratan analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui

apakah data yang telah diperoleh telah memenuhi syarat untuk dianalisis

dengan menggunakan tekhnik analisis korelasi dan regresi. Persyaratan

awal untuk menggunakan regresi sebagai salah satu alat analisis yaitu

variabel penelitian harus diukur paling rendah dalam bentuk skala interval.

Dalam analisis data dengan menggunakan tekhnik analisis regresi

ganda (multiple Regression) adalah dengan melakukan uji asumsi terkait

dengan linieritas dan normalitas dengan uji hipotesis mengenai pengaruh

Supervisi Manajerial kepala sekolah, dan Kompetensi Pedagogik terhadap

kinerja guru. Apabila uji asumsi terpenuhi, maka analisis regresi yang
87

telah dilakukan dapat tetap digunakan sebagai hasil akhir uji hipotesis

penelitian. Adapun perincian uji linieritas, normalitas,multikolinieritas

adalah sebagai berikut :

3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya

data yang diperoleh. Sedangkan salah satu cara yang dipakai untuk

mengetahui dan mengecek normalitas adalah dengan plot probabilitas

normal, yang mana dengan menggunakan plot ini masing-masing nilai

pengamatan dipasangkan dengan nilai harapan pada distribusi

normal.Normalitas terpenuhi apabila data-data atau titik-titik terkumpul

disekitar garis lurus. Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikutinya maka memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan apabila

menyebar jauh dari garis diagonal maka sebaliknya tidak memenuhi

asumsi normalitas. Apabila uji normalitas yang dilakukan menggunakan

One- sampel Kolmogrov-Smirnov maka dasar pengambilan keputusan

adalah apabila nilai Asyimp. Sig. (2-tailed) ≥ dari nilai alpha (5%), maka

data berasal dari populasi yang mempunyai distribusi yang normal,

sebaliknya apabila ≥ dari nilai alpha maka data berasal dari populasi yang

tidak normal. Uji normalitas dalam penelitian menggunakan bantuan

program SPSS (Statistical Product and Service Solution)22 for Windows.

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data

yang didapat mengikuti atau mendekati hukum sebaran normal baku dari

Gauss.
88

Tabel 3.10 Hasil Analisis Uji Normalitas

Asymp.
Taraf
No. Variabel Sig. Keterangan
Signifikansi
(proba
1. Supervisi Manajerial 0.198 0.05 0.198> 0.05 normal
2. Motivasi Kerja 0.126 0.05 0.126>0.05 normal
Pengawas
3. Kompetensi Pedagogik 0.253 0.05 0.253>0.05 normal

4. Uji Linieritas

Uji linieritas pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui linier atau

tidaknya hubungan masing-masing variabel. Pengujian linieritas dengan

menggunakan plot residual terhadap harga-harga prediksi. Linieritas

terpenuhi apabila grafik antara harga-harga prediksi harga-harga residual

tidak membentuk pola tertentu yang dalam hal ini bisa berupa parabola,

kubik atau yang lainnya.

Hal tersebut senada dengan maksud dilakukannya uji linieritas

yang dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen bersifat linier (garis lurus).121

Berikut rangkuman hasil analisis uji linieritas dan arah regresi yang

menyatakan adanya hubungan variabel bebas (prediktor) dengan variabel

terikatnya (kriterium).

F HITUNG = HITUNG =

(R square new – R square old) / m

(1 - R squre new ) / n – k

(0.920 – 0.305) / 1
89

(1 - 0.920) / (136 – 3)

= 0.615/0.0006015

= 1022,438

F hitung sebesar 1022,438 > F tabel ( α 0.05 = 2.68.) maka Ho ditolak

artinya bentuk linier

5. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik, yaitu adanya hubungan linier

antara variable independen. Jika nilai VIF < 10 maka tidak terjadi

multikolinieritas, dan jika VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas

Coefficienta

Coolleniarity Statistic

Tolerance VI

1 Supervisi Manajerial (X1) .862 1.161F

Motivasi Kerja Pengawas (X2) .851 1.175

a. Dependent Variable : Kompetensi Pedagogik Guru (Y)

Analisisnya Supervisi Manajerial (X1) VIF=1,161

sedangkan Motivasi Kerja Pengawas (X2) VIF= 1,175. VIF dari

hasil uji asumsi klasik masih diantara 1-10 jadi tidak terjadi

multikolinieritas

6. Uji Hipotesis

Analisa dalam uji hipotesis didasarkan pada data yang diperoleh


90

dari responden melalui angket yang telah disebarkan dalam penelitian ini.

Pengujian dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier

berganda yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh independen variabel

terhadap dependen variabel dan bagaimana kriterium (dependen variabel)

dapat diprediksikan melalui predictor (independen variabel) secara parsial

maupun simultan.Uji statistik regresi linier berganda dilakukan juga untuk

menguji signifikan tidaknya hubungan antar variabel yang diukur melalui

koefisien regresinya. Regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah

regresi yang mana variabel terikatnya (Motivasi Kerja Pengawas)

dihubungkan atau dijelaskan lebih dari satu variabel, yang dalam hal ini

adalah variabel Supervisi Manajerial kepala sekolah dan Kompetensi

Pedagogik. Apabila variabel terikat dihubungkan dengan dua variabel

bebas maka persamaan regeresi linier bergandanya dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Y = a + b1X1 +b2X2

Nilai b1 dan b2 dalam rumusan di atas disebut juga dengan koefisien

regresi parsial (partial coefficient regression). Nilai dari koefisien tersebut

dapat ditentukan dengan cara persamaan normal maupun metode kuadrat

terkecil (least squared).

Model analisis regresi berganda dalam penelitian ini akan

dianalisis menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and

Service Solution) 22 for Windows. Dalam analisis regresi linier tersebut

penulis menggunakan uji t-test dan uji F. Dengan pengujian tersebut


91

meniscayakan bisa diketahuinya variabel-variabel bebas yang digunakan

baik secara parsial maupun simultan mampu menjelaskan variabel tidak

bebasnya. Uji regresi linier secara parsial merupakan uji statistik koefisien

regresi dengan hanya satu koefisien regresi yang mempengaruhi Y, dan

dalam uji ini menggunakan uji t. Sedangkan uji regresi linier secara

simultan merupakan uji statistik koefisien regresi yang secara bersama-

sama mempengaruhi Y dan menggunakan uji F dalam pengujiannya. Uji t

bertujuan untuk menjelaskan signifikansi pengaruh independen variabel

terhadap dependen variabel.

Secara statistik, hipotesis penelitian yang akan diuji dalam rangka

pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis dapat

dijabarkan sebagai berikut :

1. Ho : pX2X1 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara Supervisi Manajerial terhadap Motivasi Kerja

Pengawas

2. H1 : p X2X1 ¿ 0 Terdapat pengaruh pengaruh yang positif

dan signifikan antara Supervisi Manajerial terhadap Motivasi

Kerja Pengawas

3. Ho : pX2X1 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang postif dan

signifikan antara Supervisi Manajerial dengan Motivasi Kerja

Pengawas

4. Hi : pX2X1 ¿ 0 Terdapat pengaruh yang postif dan

signifikan antara Supervisi Manajerial Motivasi Kerja Pengawas


92

5. Ho : pX2Y = 0 Tidak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara Motivasi Kerja Pengawas dengan Kompetensi

Pedagogik

6. Hi : pX2Y ¿ 0 Terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara Motivasi Kerja Pengawas dengan Kompetensi

Pedagogik

7. Ho : pYX2 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan secara bersama-sama antara kompetensi manajerial

dan Motivasi Kerja Pengawas terhadap motivasi kerja guru.

8. Hi : pYX2 ¿ 0 Terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan secara bersama-sama antara Supervisi manajerial

dan Motivasi Kerja Pengawas terhadap Kompetensi Pedagogik.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hubungan Supervisi Manajerial dengan Motivasi Kerja Pengawas di

SD Kecamatan Ciwaru
93

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa penilaian

responden terhadap supervisi manajerial terhadap motivasi kerja pengawas

menunjukan berdasarkan data mengenai kompetensi manajerial kepala

madrasah yang berhasil dikumpulkan dari 22 responden secara kuantitatif

Pengaruh Antar Variabel Pengaruh Kausal Langsung Tidak Langsung

(Melalui X2) Total X1 terhadap X2 0.123 - 0.123 X1 terhadap Y 0.025

0,015 (0.123 x 0,124) 0.040 X2 terhadap Y 0.124 - 0,12494 menunjukkan

kecenderungan bahwa skor total minimum yang didapat sebesar 34 dan

skor total maksimumnya adalah 57. Berdasarkan hasil pengolahan data,

maka dapat dijelaskan bahwa sebanyak 22 responden (69,41%) dalam

kategori mempunyai tingkat kompetensi manajerial yang sangat tinggi, 21

responden (29,41%) dalam kategori mempunyai tingkat kompetensi

manajerial yang tinggi, 1 responden (1,18%) dalam kategori mempunyai

tingkat kompetensi manajerial yang sedang. Hasil temuan penelitian ini

menunjukkan bahwa kecenderungan sebagian besar responden

menyatakan bahwa supervise manajerial dikategorikan sangat tinggi

sehingga dapat dikatakan bahwa supervisi manajerial terhadap motivasi

kerja pengawas di SD Kecamatan Ciwaru sudah baik dan perlu

dipertahankan. Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai R=

0.388 dan Rsquare= 0.015 dengan nilai Fhit=1.275 (p=0,260) yang berarti

pengujian signifikan. Hal ini menunjukan bahwa: supervisi manajerial

berhubungan positif terhadap motivasi kerja pengawas. Artinya semakin

baik supervisi manajerial maka semakin tinggi tingkat motivasi kerja


94

pengawas. Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel supervisi

manajerial terhadap motivasi kerja pengawas diketahui nilai Koefisien

Determinasi R2 = 0,0150. Berarti bahwa besarnya pengaruh variabel

supervisi manajerial terhadap motivasi kerja pengawas adalah sebesar

1,51%. Maka dapat disimpulkan bahwa sebesar 1,51% variabel otivasi

kerja pengawas dipengaruhi oleh supervise manajerial. Bila hasilnya

sesuai dengan rencana dan harapan berarti pemimpin tersebut berhasil

dalam tugasnya.Kemampuan manajerial dan kepemimpinan kepala

sekolah / madrasah sesuai dengan praturan menteri pendidikan nasional

nomor 13 tahun 2007

2.Pengaruh Supervisi Manajerial terhadap Kompetensi Pedagogik


Guru di SD Negeri Ciwaru Kabuapetn Kuningan

Hipotesis penelitian berbunyi “ada pengaruh yang positif dan

signifikan antaraSupervisi Manajerial terhadap Kompetensi Pedagogik

Guru. Model hubungan Supervisi Manajerial terhadap Kompetensi

Pedagogik Guru dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi Y= 24.120

+ 1.127 X1 Uji signifikansi persamaan regresi dapat disajikan pada

tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Signifikansi Supervisi Manajerial terhadap Kompetensi


Pedagogik Guru
Coefficientas

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
Model
95

1 (Constant) 24.120 2.509 .000


supervisi ks 1.390 .390 2.731 .000
9..492
a. Dependent Variable: Kompetensi Pedagogik Guru
.216
Berdasarkan uji signifikansi variabel Supervisi Manajerial terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru diperoleh nilai t hitung 2.731 dengan

signifikansi 0.000. Setelah dikonsultasikan dengan harga t tabel sebesar

1.975 dimana harga t hitung lebih besar dari t tabel maka H0 ditolak

sehingga variabel Supervisi Manajerial secara signifikan mempengaruhi

Kompetensi Pedagogik Guru.

Setelah diketahui ada pengaruh antara Supervisi Manajeerial

terhadap Kompetensi Pedagogik Guru, besar pengaruhnya yaitu sebesar

0.238 (adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi), atau (0.488 x

0.488 = 0.238). R Square dapat disebut koefisien determinasi yang

dalam hal ini berarti besarnya varian Kompetensi Pedagogik Guru

yang dipengaruhi atau ditentukan Supervisi Manajerial adalah sebesar

23,8%.

Kekuatan hubungan antara Supervisi Manajerial dengan Kompetensi

Pedagogik Guru dinyatakan dengan koefisien korelasi (r) 0.488

dengan p=0.000. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0)

ditolak, yang berarti hipotesis penelitian yang menyatakan ada

pengaruh positif dan signifikan antara Supervisi Manajerial terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru dapat diterima kebenarannya.

3.Pengaruh Motivasi Kerja Pengawas terhadap Kompetensi Pedagogik


Guru di SD Negeri Ciwaru Kabuapetn Kuningan
96

Hipotesis penelitian berbunyi “ada pengaruh yang positif dan

signifikan antara Motivasi Kerja Pengawas terhadap Kompetensi

Pedagogik Guru. Model hubungan Motivasi Kerja Pengawas terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi

Y= 26,284 + 1.355 X2 Uji signifikansi persamaan regresi dapat disajikan

pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Signifikansi Motivasi Kerja Pengawas terhadap Kompetensi


Pedagogik Guru.
Coefficientas

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 26.284 2.805 .000
komp. pedagogik .
9.331
1.355 .379 .309 3.135 .000

a. Dependent Variable: Kompetensi Pedagogik Guru

Berdasarkan uji signifikansi variabel Motivasi Kerja Pengawas

terhadap Kompetensi Pedagogik Guru diperoleh nilai t hitung 3,135

dengan signifikansi 0.000. Setelah dikonsultasikan dengan harga t tabel

sebesar 1.975 dimana harga t hitung lebih besar dari t tabel maka H0

ditolak sehingga variabel Motivasi Kerja Pengawas secara signifikan

mempengaruhi Kompetensi Pedagogik Guru.

Setelah diketahui ada pengaruh Motivasi Kerja Pengawas terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru, besar pengaruhnya yaitu sebesar 0.275

(adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi), atau (0.524 x 0.524 =

0.275). R Square dapat disebut koefisien determinasi yang dalam


97

hal ini berarti besarnya varian Kompetensi Pedagogik Guru yang

dipengaruhi atau ditentukan Motivasi Kerja Pengawas adalah sebesar

27,5%.

Kekuatan hubungan antara Supervisi Manajerial dengan Motivasi

Kerja Pengawas dinyatakan dengan koefisien korelasi (r) 0.524

dengan p=0.000. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0)

ditolak, yang berarti hipotesis penelitian yang menyatakan ada

pengaruh positif dan signifikan antara Supervisi Manajerial terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru dapat diterima kebenarannya.

2. Pengaruh secara Bersama-sama antara Supervisi Manajerial dan


Motivasi Kerja Pengawas Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru
di SD Negeri Ciwaru Kabuapetn Kuningan

Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh persamaan

regresi sebagai berikut: Y = 29.373 + 0.358 X2 + 1.149 X1, Signifikan

ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Hasil analisis Regresi Ganda X1 dan X2 terhadap Y

ANOVAb
98

Sum of Mean
Model F Sig.
Squares df Square

1 4443.722 2 2221.861 29.222 .000a


Regression 10112.388 133 76.033
Residual 14556.110 135
Total
a. Predictors: (Constant), Supervisi Manajeriasl, Motivasi Kerja

Pengawas

b. Dependent Variable: Kompetensi Pedagogik Guru

Nilai R sebesar 0,553 yang merupakan hasil penghitungan

koefisien korelasi ganda yang menunjukkan bahwa persentase

pengaruh 2 prediktor/ variabel independen terhadap Kompetensi

Pedagogik Guru (Y). Angkar R2 (R square) merupakan koefisien

determinasi sebesar 0.305 yang merupakan kuadrat dari 0,553.

Berdasarkan rumus 0,553 x 0,553 x 100% = 30,5% dapat dikatakan

bahwa pengaruh Supervisi Manajerial (X1), dan Motivasi Kerja Pengawas

(X2) terhadap perubahan nilai Kompetensi Pedagogik Guru adalah 30.5%

dan sisanya 59.5% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel yang

diteliti.

Dari uji Anova diperoleh Fhitung sebesar 29,222 dengan tingkat

signifikansi <0,001, sementara Ftabel sesuai dengan taraf signifikansi

0,05 sebesar 3,07 sehinga Fhitung > Ftabel (29,222 > 3,07) artinya

secara statistik data yang digunakan untuk membuktikan bahwa

semua variabel bebas (Supervisi Manajerial dan Motivasi Kerja


99

Pengawas) berpengaruh terhadap nilai Kompetensi Pedagogik Guru. Atau

dengan kata lain Supervisi Manajerial (X1), Motivasi Kerja Pengawas

(X2) secara bersama- sama berpengaruh terhadap Kompetensi Pedagogik

Guru (Y). Keputusannya adalah menolak Hipotesis nol dan menerima

Hipotesis alternatif. Artinya nilai koefisien regresi ganda Supervisi

Manajerial (X1), Motivasi Kerja Pengawas (X2), secara bersama-

sama berbeda dengan nol. Sehingga Supervisi Manajerial (X1), Motivasi

Kerja Pengawas (X2), secara bersama-sama berpengaruh terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru (Y).

B. Pembahasan Hasil penelitian

Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan bahwa Supervisi

Manajerial (X1) dan Motivasi Kerja Pengawas (X2), berpengaruh secara

signifikan terhadap Kompetensi Pedagogik Guru (Y). Uraian selengkapnya

adalah sebagai berikut:

1. Hubungan Supervisi Manajerial dengan Motivasi Kerja Pengawas di

SD Kecamatan Ciwaru

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diketahui bahwa penilaian

responden terhadap supervisi manajerial terhadap motivasi kerja pengawas

menunjukan berdasarkan data mengenai kompetensi manajerial kepala

madrasah yang berhasil dikumpulkan dari 22 responden secara kuantitatif

Pengaruh Antar Variabel Pengaruh Kausal Langsung Tidak Langsung

(Melalui X2) Total X1 terhadap X2 0.123 - 0.123 X1 terhadap Y 0.025

0,015 (0.123 x 0,124) 0.040 X2 terhadap Y 0.124 - 0,12494 menunjukkan


100

kecenderungan bahwa skor total minimum yang didapat sebesar 34 dan

skor total maksimumnya adalah 57. Berdasarkan hasil pengolahan data,

maka dapat dijelaskan bahwa sebanyak 22 responden (69,41%) dalam

kategori mempunyai tingkat kompetensi manajerial yang sangat tinggi, 21

responden (29,41%) dalam kategori mempunyai tingkat kompetensi

manajerial yang tinggi, 1 responden (1,18%) dalam kategori mempunyai

tingkat kompetensi manajerial yang sedang. Hasil temuan penelitian ini

menunjukkan bahwa kecenderungan sebagian besar responden

menyatakan bahwa supervise manajerial dikategorikan sangat tinggi

sehingga dapat dikatakan bahwa supervisi manajerial terhadap motivasi

kerja pengawas di SD Kecamatan Ciwaru sudah baik dan perlu

dipertahankan. Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai R=

0.388 dan Rsquare= 0.015 dengan nilai Fhit=1.275 (p=0,260) yang berarti

pengujian signifikan. Hal ini menunjukan bahwa: supervisi manajerial

berhubungan positif terhadap motivasi kerja pengawas. Artinya semakin

baik supervisi manajerial maka semakin tinggi tingkat motivasi kerja

pengawas. Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel supervisi

manajerial terhadap motivasi kerja pengawas diketahui nilai Koefisien

Determinasi R2 = 0,0150. Berarti bahwa besarnya pengaruh variabel

supervisi manajerial terhadap motivasi kerja pengawas adalah sebesar

1,51%. Maka dapat disimpulkan bahwa sebesar 1,51% variabel otivasi

kerja pengawas dipengaruhi oleh supervise manajerial. Bila hasilnya


101

sesuai dengan rencana dan harapan berarti pemimpin tersebut berhasil

dalam tugasnya.

2.Supervisi Manajerial Berpengaruh terhadap Kinerja

Hasil analisis data dapat dibuktikan bahwa Supervisi Manajeerial

(X1) berpengaruh besar terhadap Kompetensi Pedagogik Guru

(produktivitas kerja). Besarnya pengaruh tersebut dapat dinyatakan oleh

besarnya koefisien determinasi sebesar 23,8 %. Dibandingkan dengan

variabel-variabel bebas lainnya dalam penelitian ini, maka variabel

Supervisi Manajeerial adalah memiliki pengaruh besar terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru. Hal ini dapat dipahami karena Supervisi

Manajerial atau dalam organisasi sosial memiliki peran yang sangat

penting dalam menggerakkan roda organisasi. Hasil penelitian ini

mendukung hipotesis yang dikemukakan pada Bab II bahwa ada

pengaruh positif dan signifikan antara Supervisi Manajeerial terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru.

Berdasarkan hasil analisis regresi ditemukannya besarnya pengaruh

yang diberikan Supervisi Manajerial terhadap kompetensi pedagogic

guru dapat dilihat dari persamaan regresi. Dapat disimpulkan bahwa

pengaruh antara Supervisi Manajerial terhadap Kompetensi Pedagogik

Guru adalah signifikan, dengan persamaan regresi Y= 24,120 + 1,127

X1 menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit skor Supervisi

Manajerial akan menyebabkan kenaikan skor Kompetensi Pedagogik

Guru sebesar 1.127 unit pada konstanta 24,120.


102

Berkaitan dengan hasil penelitian ini, maka pelaksanaan

Supervisi Manajerial perlu ditingkatkan agar memberikan kontribusi yang

lebih besar terhadap Kompetensi Pedagogik Guru. Hasil ini selaras

dengan penelitian Sri Mulyani (2004) bahwa ada pengaruh yang

signifikan antara Supervisi Manajeerial terhadap kompetensi pedagogik

guru di SD Negeri Kecamatan Ciwaru.

3.Kompetensi Pedagogik Berpengaruh terhadap Kompetensi Pedagogik

Guru.

Telah diketahui bahwa besarnya pengaruh variabel Motivasi

Kerja Pengawas (X2) terhadap Kompetensi Pedagogik Guru (Y) yang

dihitung berdasarkan koefisien korelasi (ry2) adalah sebesar 0, 486 atau

koefisien determinasi (r2) sebesar 23,6%. Hal ini berarti bahwa

Motivasi Kerja Pengawas merupakan variabel yang memiliki pengaruh

besar terhadap Kompetensi Pedagogik Guru.

Hal ini dapat dipahami bahwa ketika seseorang memiliki


kompetensi pedagogik yang mumpuni maka wawasannya akan semakin
bertambah. Disi lain pola pikirnya juga akan berubah kearah yang
positif. Dengan demikian kinerja mereka juga akan semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya kinerja mereka sebagai guru.

4. Supervisi Manajerial dan Motivasi Kerja Pengawas Secara


Bersama-sama Berpengaruh Secara Signifikan terhadap
Kompetensi Pedagogik Guru
103

Pengaruh yang signifikan antara Supervisi Manajerial dan

Motivasi Kerja Pengawas secara bersama dengan Kompetensi Pedagogik

Guru. Berdasarkan hasil penghitungan analisis regresi ganda (multiple

regression) diperoleh dari analisis tabel tersebut R square adalah 0,305

yang merupakan kuadrat dari 0,553 atau 0,5532. Sekor inilah

merupakan koefisien diterminasi, yang artinya 30.5% kontribusi

ditentukan oleh variabel Supervisi Manajerial dan Motivasi Kerja

Pengawas sedangkan sisanya 69.5% dijelaskan oleh sebab-sebab lainnya

(selain variabel dalam penelitian ini). Jadi, Supervisi Manajerial dan

Motivasi Kerja Pengawas secara bersama- sama memberikan kontribusi

terhadap Kompetensi Pedagogik Guru sebesar 30.5%.

Pengaruh yang besar Supervisi Manajerial terhadap Kompetensi

Pedagogik Guru (produktivitas kerja), mengisyaratkan bahwa Supervisi

Manajerial berperanan sangat penting dalam menentukan kualitas

Kompetensi Pedagogik Guru di sekolah. Sehingga pelaksanaan kegiatan

supervisi yang sistematis dan mendidik sangat perlu dilaksanakan dalam

rangka peningkatan kualitas Kompetensi Pedagogik Guru.

Disisi lain tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang belajar

untuk meningkatkan kemampuannya dalam bekerja. Bertambahnya

wawasan kependidikan dan perubahan pola pikir sebagai hasil

belajar akan sangat berpengaruh positif terhadap peningkatan

kualitas kompetensi pedagogik guru. Oleh sebab itu guru harus selalu

berusaha meningkatkan kompetensi pedagogiknya melalui peningkatan


104

jenjang pendidikan. Karena dengan dengan ditunjang Supervisi

Manajerial yang baik dan semakin meningkatnya Motivasi Kerja

Pengawas akan ber pengaruh secara positif terhadap Kompetensi

Pedagogik Guru.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


105

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1.Ada hubungan yang positif dan signifikan antara supervisi Manajerial

dengan motivasi kerja pengawas di SD negeri Kecamatan Ciwaru

besarnya pengaruhnya adalah sebesar 1,51%. Maka dapat disimpulkan

bahwa sebesar 1,51% variabel otivasi kerja pengawas dipengaruhi oleh

supervise manajerial. Bila hasilnya sesuai dengan rencana dan harapan

berarti pemimpin tersebut berhasil dalam tugasnya.

2.Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Supervisi Manajerial

dengan Motivasi Kerja Pengawas di SD Negeri Kecamatan Ciwaru

dengan p value 0,000 (<0,05). Dalam hal ini berarti besar varian

kompetensi paedagogik guru dipengaruhi atau di tentukan supervisi

menejerial adalah sebesar 23,8 %.

3.Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara Motivasi Kerja Pengawas

terhadap Kompetensi Pedagogik Guru di SD Negeri Kecamatan Ciwaru

dengan p value 0,000 (<0,05). Dalam hal ini berarti besar varian

kompetensi paedagogik guru dipengaruhi atau di tentukan motivasi kerja

pengawas adalah sebesar 27,5 %.

4. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa Supervisi Manajerial dan Motivasi

Kerja Pengawas, sama-sama berpengaruh terhadap Kompetensi

Pedagogik Guru di SD Negeri Kecamatan Ciwaru dengan p value 0,001

(<0,05). dapat dikatakan bahwa pengaruh Supervisi Manajerial (X1),


106

dan Motivasi Kerja Pengawas (X2) terhadap perubahan nilai

Kompetensi Pedagogik Guru adalah 30.5% dan sisanya 59.5%

dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel yang diteliti.

B. Saran

Berbagai fenomena telah ditemukan dalam penelitian, beberapa

saran yang dapat dikemukakaan adalah sebagai berikut:

1. Supervisi Manajerial yang sudah baik selama ini perlu dipertahankan

dan perlu ditingkatkan/dikembangkan upaya-upaya yang

memungkinkan untuk semakin meningkatkan kualitas Kompetensi

Pedagogik Guru.

2. Perlu penerapan gaya-gaya kepemimpinan yang lebih partisipatif

dan transformasional.

3. Perlu ada penelitian yang sejenis dengan tema yang berbeda

untuk menguji berbagai teori-teori manajemen sumber daya manusia,

serta dengan memilih variabel lain yang masih dalam lingkup

kompetensi pedagogik guru untuk mengungkap variabel lain yang

berpengaruh besar terhadap Kompetensi Pedagogik Guru.

C. Impliksi

Supervisi Manajerial adalah kegiatan kepala sekolah dalam

memkontribusii, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan

guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang terkait untuk
107

bekerja/berperan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan kepala

sekolah yang dimaksud adalah kegiatan dalam menjalankan fungsinya sebagai

pemimpin pendidikan, pemberi dorongan kepada guru agar mampu

menjalankan profesinya sesuai dengan kaidah Motivasi Kerja Pengawas.

Implikasi dari hal tersebut sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah sangat berkontribusi terhadap Kompetensi Pedagogik

Guru.

2. Motivasi Kerja Pengawas berkontribusi terhadap Kompetensi Pedagogik

Guru.

3. Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Pengawas berkontribusi terhadap

Kompetensi Pedagogik Guru.

4. Kepala sekolah sebagai figur sentral di sekolah yang dipimpimpinnya

harus senantiasa mengupayakan dan memberdayakan guru secara terus

menerus agar Motivasi Kerja Pengawas tetap baik, dan guru semangat

dalam melaksanakan tugas, mengingat Kompetensi Pedagogik Guru

belum optimal.

5. Motivasi Kerja Pengawas harus tetap dijaga dan ditingkatkan, karena

Motivasi Kerja Pengawas SD Di Kecamatan Ciwaru Kabupaten Kuningan

masih ada yang berkategori cukup dan bahkan kurang profesional dalam

melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu guru harus mau dan membuka

wawasan cara-cara melaksanakan evaluasi pengajaran dan administrasi

sekolah yang baik.

D. Rekomendasi
108

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pada bagian akhir


peneliti mengemukakan rekomendasi sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan terutama dalam implementasi teoritik peningkatan Motivasi
Kerja Pengawas dan Kompetensi Pedagogik.
2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberikan kontribusi
praktis kepada berbagai pihak antara lain:
a. Bagi Kementrian Agama, dapat digunakan sebagai bahan informasi
untuk peningkatan dalam rangka meningkatkan Supervisi Manajerial
kepala sekolah, Motivasi Kerja Pengawas terhadap motivasi kerja
guru sehingga dapat bermanfaat untuk peningkatan kinerja guru di
sekolah.
b. Bagi Kepala sekolah dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
informasi untuk senantiasa berupaya meningkatkan Supervisi
Manajerial dan kinerjanya guna meningkatkan motivasi kinerja guru di
lembaga yang dipimpinnya.
c. Bagi Guru agar dapat digunakan sebagai bahan masukan dan informasi
supaya selalu berupaya meningkatkan kinerja dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya sebagai pendidik dan pengajar, serta
menambah wawasan dan pengetahuan guru.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rojak (2016), Problematika sistem evaluasi pembelajaran di Indonesia


(http://www.dakwatuna.com). diakses 13 Sptember 2018
109

Akhmad Sudrajat,Teknik dan Model Pembelajaran (2008), Bandung, Sinar Baru


Algensindo

Al Fisqi Kayyasah Amaliyyah (2017), Pengaruh Motivasi Kerja dan Disiplin


Kerja Terhadap Kinerja Guru Yayasan Swadhipa Natar, Tesis tidak
dipublikasikan, Lampung, UNILA

Arikunto Suharsami, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, (1998)


Jakarta, Rajawali Press.

Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (2000), Kemampuan Dasar Guru dalam Proses
Belajar Mengajar, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

Dadi Permadi, Kepemimpinan Mandiri (Profesional) Kepala sekolah, (2011),


Bandung, PT Sarana Panca Karya Nusa.

Depdiknas, (2016), PP. RI.NOMOR 19 Tahun 2005Tentang Standar Nasional


Pendidikan, Bandung, Citra Umbara.

E Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (2009), Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru, (2017), Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

E.Mulyasa Standar Kompetensi dan Standar Kompetensi Guru, (2007), Bandung,


PT. Remaja Rosdakarya

Fayruzah El-Faradis, (2016) Pengaruh Manajerial Kepala Sekolah dan Motivasi


Kerja Terhadap Kinerja Guru di di Tarbiyatul Mualliemien Al-Islamiyah
Putri Al- Amien Preduan Sumenep Madura. Malang : UIN. Tesis tidak
dipublikasikan Frederick Herzbergs
(2015),DUA_FAKTOR_TEORI_MOTIVASI
(https://www.academia.edu.co.m). Diakses 12 September 2018

G.R Terry, (2005) Principles of Management, (Edisi ke 6 Richard D. Irwin


Homewood, Illionis.

Hamjah B. Uno, (2016) Profesi Kependidikan, Jakarta, Bumi Aksara


Husaini Usman, (2006) Pengantar Statistika, Jakarta, Bumi Aksara

Iradhatie Wurinanda (2016), Kompetensi kepala sekolah pengaruhi kinerja guru


(Okezone New) .diakses 03 Mei 2019.

Jhon M. Echokola, (1995) et All, Kamus InggrIs Indonesia, Jakarta, Gramedia


Pustaka Utama.
110

Kusnan, (2007), Kemampuan Manajer Kepala madrasah dan Implikasinya


Terhadap Kinerja Guru, https://jurnaliqro.files.wordpress.com. diakses
14 Agustus 2018.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2002), Jakarta, Balai Pustaka

Malayu SP. (2001) Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta PT


Toko Gunung Agung.

Marius R. (2010) Sarana Hubungan Antara Kemampuan Manajerial Kepala


Sekolah, Motivasi Guru, Lingkungan Kerja, Dan Komitmen Guru
Dengan Kinerja Guru SMP di Kabupaten Bantul, Tesis tidak
dipublikasikan, Yogyakarta : UNY.

Martinis Yamin dan Maisah, (2010) Profesionalisai Guru dan Implementasi


KTSP, Jakarta, Gaung Persada Press.

Muchlas Samani, (1999), Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta, Depdiknas.

Nawawi, (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jogjakarta, Gajahmada


University Press.

Rastina.R (2017) Pengaruh Supervisi Manajerial dan supervisi kepala sekolah


terhadap kinerja guru SD di gugus 1 Kec. Palu Barat Kota Palu, tesis
tidak dipublikasikan, Makasar, UIN.

Reeve, John Masrsjal, (1992), Understanding Motivation and Emotion Fort Wort
Harcout : Brace College.

Rohiat, (2010 ), Manajemen Sekolah, Bandung, Refika Aditama.

Sardiman, (2014), Inter Aksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali
Pers.

Sudarwan Danim, (2005 ) Visi Baru Manajemen, Jakarta, Bumi Aksara Group.

Sugiyono, (2007), Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Alfabeta.

Sugiyono, ( 2001), Metode Penelitian Bisnis, Bandung, CV AlFabeta.

Sutopo, (1999), Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta, UNS Pres.

Uhar Suharsaputra, (2005), Motivasi Kerja Pengawas (Studi Korelasional antara


Kemampuan Manajemen dan Kecerdasan Emosi dengan Motivasi
Kerja Pengawas Lanjutan Tingkat Pertama di Kabupaten Kuningan.
111

Jakarta.Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiah Prof.


Dr. Hamka.

Ulber Silalahi, (2003 ), Studi Tentang Ilmu Administrasi, Bandung, International


Thomson.

PP. RI.NOMOR 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan


(Bandung : Citra Umbara, 2016).

Wina Wijaya, (2016), Strategi Pembelajaran, Bandung, Prenadamedia Group.

Winarno Surakhmad, (1998), Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Metode


Tekhnik, Bandung, Tarsito.

Reni Lestari (2015). Berbagai masalah guru masih menghantui pemerintah


Okezone News.

Syamsudin, (2012)Pengawasan controling (http://syamsuddincoy.blogspot.com)


diakses 08 Mei 2019.

Sofia Hafsah (2016), Terbatasnya sarana prasarana pendidikan di Indonesia.


(https://www.kompasiana.com). diakses 12 September 2018.

Tiara (2016), Problema kurikulum dan pembelajaran dunia pendidikan di


Indonesia (https:/www.komposiana.com) diakses 12 September 2018.

Tidya Mentari (2014), Actuating dalam manajemen (https://tidyamentarielok.


Wordpress.com) di akses 08 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai