Anda di halaman 1dari 10

Perbandingan Karakteristik Lingkungan Peneluran Penyu Dikaji Dari Aspek

Geomorfologi Pesisir
(Studi Kasus pada Pantai Pelang dan Pantai Kili-kili di Kecamatan Panggul, Kabupaten
Trenggalek)

Nur Fadhilah
nur.fadhilah1020@gmail.com
Sunarto
sunartogeo@gmail.com

Abstract
The research was conducted in Wonocoyo Village Village, Panggul District, Trenggalek
Regency. The purpose of this research is to know the difference and comparison of geomorphic
characteristics of Pelang Beach and Kaili-kili Beach, as well as to know the suitable coastal
characteristics for turtle nesting habitat. The method used is field survey with purposive
sampling. The results of this study can be concluded that there are differences both from
morphological characteristics and geomorphic process. Morphological data include length,
width, and coastal slope. Beach Kili-kili has a long and wide beach larger than the Pelang
Beach. Pelang Beach has a slope of slope (2.20 - 2.90%) and Kili-kili Beach (10 - 12.50%). The
test results of Pelang Beach sandy material of fine sand and Kili-kili beach is medium sand. The
calculation of geomorphic process of Kili-kili Beach wave period is 12 seconds, Pelang Beach
wave period is 10 seconds. These wave period differences have an impact on the calculation of
wave height and different wavelengths between the two beaches. The research results of Kili-kili
Beach is more suitable for turtle nesting habitat.
Keywords: Turtle, morphological, material, geomorphic process.
Abstrak
Penelitian dilakukan di kepesisiran Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Kabupaten
Trenggalek. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan dan perbandingan
karakteristik geomorfik Pantai Pelang dan Pantai Kaili-kili, serta untuk mengetahui karakteristik
pantai yang sesuai untuk habitat peneluran penyu. Metode yang digunakan adalah survei
lapangan dengan purposive sampling. Hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat perbedaan
baik dari karakteristik morfologi dan proses geomorfiknya. Data morfologi meliputi panjang,
lebar, dan kemiringan pantai. Pantai Kili-kili memiliki panjang dan lebar pantai lebih besar
dibandingkan dengan Pantai Pelang. Pantai Pelang memiliki kemiringan landai (2,20 – 2,90 %)
dan Pantai Kili-kili (10 – 12,50 %). Hasil pengujian material pasir Pantai Pelang berjenis pasir
halus dan Pantai Kili-kili berpasir sedang. Hasil perhitungan proses geomorfik Pantai Kili-kili
periode gelombangnya 12 detik, Pantai Pelang periode gelombangnya 10 detik. Perbedaan
periode gelombang tesebut berdampak pada perhitungan tinggi gelombang dan panjang
gelombang yang berbeda antara kedua pantai. Hasil penelitain Pantai Kili-kili lebih sesuai untuk
habitat peneluran penyu.
Kata Kunci : penyu, morfologi, material, proses geomorfik.
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara geomorfik dari kedua pantai dengan tujuan


kepulauan dengan jumlah pulau lebih dari untuk mengetahui karakteristik geomorfik
17.500 yang berada di sepanjang ekuator dari masing-masing pantai dan mengetahui
dan memiliki luas lautan lebih dari 360 juta kesesuaian lahan untuk habitat peneluran
hektar merupakan habitat yang baik bagi penyu. Metode penelitian adalah surebi
terumbu karang, rumput laut, ekosistem laut, lapangan dengan purposive sampling dan
dan tentunya untuk penyu (Kementrian menggunakan analisis deskriptif.
Kelautan dan Perikanan, 2009). Keunikan
pesisir Indonesia terletak pada posisinya METODE PENELITIAN
yang strategis memiliki pesisir yang tenang
dan diapit oleh pulau besar dan kecil. Data yang digunakan dalam penelitian
Terdapat 7 jenis penyu di dunia dan 6 di ini adalah data primer dan data sekunder.
antaranya terdapat di Indonesia yakni penyu Parameter yang digunakan dalam penelitian
hijau (chelonia mydas), penyu sisik morfologi, material, proses geomorfik, dan
(eretmochelys imbricate), penyu lekang parameter lain. Parameter morfologi
(lepidochelys olivacea), penyu pipih meliputi panjang, lebar, dan kemiringan
(natator depressus), penyu tempayan pantai pengumpulan datanya dengan cara
(caretta caretta), penyu belimbing pengukuran langsung dilapangan. Hasil
(dermochelys coriacea), dan penyu kempi kemiringan pantai disesuaikan dengan
(lepidochelys kempi). Penyu kempi ini hanya klasifikasi kemiringan pantai dan pemberian
ditemukan di perairan Florida dan laut skor yang sesuai untuk sarang penyu
Mexsiko (Limpus et al., 1985). menurut Nuitja (1992) yang disajikan dalam
Tabel 1 sebagai berikut.
Pantai Pelang dan Pantai Kili-kili
merupakan pantai yang bersandingan dan Tabel 1. Klas dan Skor Kemiringan Pantai
dipisahkan oleh cliff. Salah satu pantai yang untuk Habitat Penyu.
disinggahi penyu untuk mendarat adalah Kemiringan
Pantai Konservasi Taman Kili-kili. Pantai Klasifikasi Keterangan skor
pantai (%)
berpasir merupakan tempat yang tepat Cukup
3-8 Landai 2
digunakan untuk membuat sarang bagi Sesuai
penyu. Pantai Pelang merupakan pantai yang 8-16 Miring Sesuai 3
memiliki suasana tenang dan rindang Tidak
>16 Curam 1
menjadi pantai tuuan untuk pariwisata. sesuai
Penyu merupakan salah satu hewan Sumber: Fathin, 2016
yang sebagian besar hidupnya berada di laut, Parameter material berupa jenis pasir
kecuali untuk bertelur. Tidak semua pantai yang terdapat dilokasi kajian, pengumpulan
sesuai untuk habitat bertelur penyu. Pantai datanya dengan cara pengamilan sempel
yang cocok untuk habitat bertelur penyu dilapangan dan kemudian dilakukan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengayakan untuk pengetahui jenis butir
pasang surut air laut, lebar dan kemiringan pasir. Pasir yang telah diamati selanjutnya di
pantai, jenis pasir, dan tutupan vegetasi klasifikasikan dan pemberian skor butir pasir
(Panjaitan dkk, 2012).
Penelitian ini terletak di Pantai Pelang
dan Pantai Kili-kili Desa Wonocoyo.
Penelitian ini membandingkan karakteristik
yang sesuai untuk habitat peneluran karakteristuik empasan gelombang menurut
penyu menurut Bustard (1972) seperti Tabel Galvin dalam Pethick (1984) pada Tabel 3.
2. Tabel 3. Tipe Empasan Gelombag
Tabel 2. Klas dan Skor Ukuran Butir Pasir. No. Nilai Bb Tipe
Diameter empasan
Pasir Klasifikasi Skor 1 < 0,003 Surging
(mm) 2 0,003 – 0,068 Plunging
0,10-0,20 Halus 2 3 >0,068 Spilling
0,21-0,50 Sedang 3 4 -tidak Collopsing
0,51-1,00 Kasar 1 diklasifiksikan
Sumber: Fathin, 2016 Sumber: Pethick, 1984
Klasifikasi tipe empasan gelombang
Pengumpulan data proses geomorfik dapat dijabarkan sebagai berikut:
dilakukan dengan pengamatan dan 1. Surging
pengukuran variabel proses gelombang Empasan gelombang yang terjadi pada
berupa periode gelombang serta proses kemiringan dasar yang cukup curam,
angin berupa kecepatan dan arah angin. sehingga pecah gelombang terjadi tepat di
Periode gelombang diukur dengan tepi pantai dengan sifat lemah. Gelombang
stopwatch. Rumus perhitungan yang yang pecah ditepi pantai menimbulkan surf
digunakan menggunakan aplikasi teori zone yang sempit.
gelombang yang dikembangkan oleh Pethick 2. Plunging
(1984). Rumus yang digunakan dijabarkan Empasan gelombang yang cenderumg
sebagai berikut ini. berbentuk cembung di bagian dalam dan
berbentuk cekung kearah depan. Gelombang
1. Panjang gelombang
ini terjadi saat kemiringan lereng dan
kemringan gelombang bertmabhan sehingga
L = Panjang gelombang (m) puncak gelombang terjun ke depan.
g = percepatan gravitasi (m/dt2) 3. Spiling
T = periode gelombang (dt) Empasan gelombang yang terjadi pada
(Sumber: Pethick, 1984) kemiringan pantai yang rendah dan
2. Tinggi gelombang cenderung datar serta pecah dengan jarak
H = 0,031 x U10 yang cukup jauh dari pantai, sehingga
H = tinggi gelombang (m) pecahnya berangsur-angsur menuju pantai.
(Sumber: Pethick, 1984) 4. Collopsing
3. Koefisien empasan gelombang Empasan gelombang yang pecahnya
tidak dipermukaan namun terdapat buih
sebagai empasan gelombang yang biasa
terjadi pada kemiringan dasar yang sangat
Bb = koefisien empasn gelombang curam (Pethick, 1984).
s = sudut kemiringan lereng (%) Data tambahan yang telah didapat dari
Hb = tinggi empasan gelombang, dengan obeservasi terkait jenis vegetasi, jenis penyu
rumus: yang bertelur, kedalaman sarang, dan jarak
Hb = 0,38 x g1/5 x (t x H2)2/5 permukiman disajikan dalam bentuk
(Sumber: Pethick, 1984) deskriptif. Data penggunaan lahan disajikan
Selanjutnya nilai koefisien empasan dalam bentuk tabel pengkelasan penggunaan
gelombang diklasifikasikan berdasarkan lahan dan pemberian sekor. Data
penggunaan lahan tahun 2015 didapat dari Wilayah Pantai Pelang sendiri tidak
BAPPEDA dan disesuaikan dengan jauh beda dengan Pantai Kili-kili. Pada
penggunaan lahan yang ada pada kawasan dasarnya Pantai Pelang dan kili-kili
penelitian saat itu serta diklasifikasikan merupakan satu bibir pantai yang sama,
untuk diberikan nilai skoring yang disajikan hanya saja di pisahkan oleh tebing (cliff).
pada tabel 4. Pantai Pelang sendiri lebih
dimanfaatkan untuk kepariwisataan.
Tabel. 4 Klas dan Skor Penutup Lahan Vegetasi yang ada di sekitar Pantai Pelang
Penutup Penggunaan adalah cemara udang (Casuarinaceae
Skor equisetifolia. Cemara udang merupakan
Lahan Lahan
Hutan barier yang baik untuk penahan gelombang
Kebun 1 pasang karena memiliki akar tunjang yang
Vegetasi Sawah menembus ke dalam tanah.
Semak Belukar 2 Pantai Kili-kili digunakan untuk
Tegalan/Ladang tempat konservasi penyu. Pantai Kili-kili
Tidak Ada Lahan Kosong juga merupakan pantai yang paling sering
3
Vegetasi (Pantai) digunakan untuk pendaratan penyu di
Permukiman, Kabupaten Trenggalek. Sehingga pantai ini
Lahan pasar, terminal, dijadikan tempat konservasi utama oleh
1
Terbangun pemecah pemerintah daerah. Vegetasi yang terdapat
gelombang. di Pantai Kili-kili adalah pandan laut (P.
Perairan Sungai 1 tectorius).
Sumber : Fathin, 2016 2. Morfologi
Dari hasil pengambilan sempel Lokasi pertama tedapat di ujung barat
selanjutnya membandingkan kedua Pantai Pelang. Total keseluruhan panjang
karateristik morfologi pantai kajian dan Pantai Pelang adalah 375 meter. Titik
membuat peta kesesuaian lahan untuk sarang pengukuran dari lokasi pertama yang paling
penyu. lebar yaitu 20,7 meter, karena berada di
Hasil parameter yang telah diambil ujung pantai dan ujung vegetasi pantai, pada
dibandingaan untuk mengetahui masing- titik ke-2 memiliki lebar 14,76 meter yang
masing karakteristik morfologi pesisir pada berada di tengah pantai. Lokasi titik yang
kedua pantai penelitian. Prameter yang telah ketiga yang paling sempit yaitu 10,56 meter.
memilik skor yaitu kemiringan pantai, Kemiringan pantai memiliki nilai yang
penutup lahan, dan jenis pasir kemudian di hampir sama. Pada lokasi petama memiliki
overlay (intersect), selanjutnya menghitung kemiringan 2,2%, lokasi pertama merupakan
total skor dari penjumlahan parameter lokasi yang paling landai karena berada pada
terebut. Hasil skor yang telah dijumlah bagian ujung vegetasi bagian barat dan
selanjutnya diklasifikasikan dan dibuat peta lokasi cukup lebar langsung mengarah ke
kesesuaian lahan. bagian utara. Pada lokasi ke-2 kemiringan
HASIL DAN PEMBAHASAN pantai seberar 2,7%. Pada lokasi ini
merupakan lokasi utama wisatawan
a. Perbedaaan dan Membandingkan
menghabiskan waktu di pantai. Lokasi ini
Karakteristik Geomorfologi Pantai
merupakan tempat terdekat dengan rest area
Pelang dan Pantai Kili-Kili.
wisatawan. Lokasi yang ke-3 memiliki
1. Wilayah pesisir pantai pelang dan kemiringan 2,9% dan merupakan lokasi
pantai kili-kili.
terjauh dari tempat wisatawan. Hasil sedang. Gelombang besar yang terbentuk
penelitian seperti pada Tabel 5. berdampak pada terjadinya abrasi di pantai.
Perbedaan kemiringan pada lokasi Abrasi tersebut berdampak di pesisir dan
pengukuran disebabkan karena banyak mengakibatkan penyu tidak bisa untuk
sedikitnya aktifitas yang dilakukan pada pencapai daerah peneluran.
masing-masing lokasi pengukuran. Pada Pada pengamatan kali ini 3 titik lokasi
lokasi petama berbatasan langsung dengan di bagian barat dan 1 lokasi di sebalah timur.
sungai yang menyebabkan adanya proses Lokasi pertama dan ke-2 milik lebar pantai
pengangkutan dan pemindahan material oleh yang hampir sama yaitu pada lokasi petama
air sungai yang berdampak daerah tersebut 25,55 meter dan lokasi ke-2 23,51meter,
menajadi semakin landai serta daerah yang lokasi ke-3 memiliki lebar yang paling besar
sedikit vegetasi yang menyebabkan proses yaitu 43,93 meter dan lokasi ke-4 memiliki
penyebaran pasir oleh angin akan semakin lebar 18,12 meter.
baik. Bebeda dengan daerah ketiga yang Kemiringan Pantai Kili-kili memiliki
berbatasan langsung dengan tebing cliff, nilai yang bermacam-macam. Pada lokasi 1
daerah ini akan lebih sedikit terjadi proses dan 2 memiliki nilai yang hampir sama yaitu
pengangkutan material pasir oleh angina 11,9% dan 11,4%. Pada lokasi ke-3
karena langsung berbatasan dengan tebing memiliki kemiringan yang paling landani
yang meghalangi pergerakan angina serta 10% dan lokasi ke-4 yang berada di bagian
terdpatnya vegetasi yang lebat akan lebih timur memiliki kemiringan yang lebih dari
mempersulit terjadinya penganggukatan ketiganya 12,5%. Perbedaaan kemiringan
material pasir oleh angin. pantai dapat terjadi karena akumulasi dan
Tabel 5. Pengukuran Morfologi Pantai penumpukan pasir yang disebabkan oleh
Pelang perpindahan massa pasir oleh angin dan
Panjang
ombak pada saat pasang (Yuriasdi, 2000).
Lebar Pantai di pesisir Kecamatan Panggul
Lokasi Pengukuran Pantai Kemiringan
No. Pantai
(m) Pantai (%)
(m) kususnya di Pantai Pelang, Pantai Kili-kili,
X Y dan Pantai Konang berhadapan langsung
1 546931 90877071 20,7 2,2
2 546779 9087061
375
14,76 2,7
dengan Samudera Hindia. Sedangkan Pantai
3 546651 9087041 10,56 2,9 Pasir Putih, Pantai Joketro, dan Pantai
Rata-rata 15,34 2,6
Kuyon aman dari gelombang tinggi
Sumber: Hasil pengamatan dan pengukuran, Samudera Hindia karena tertutupi oleh batu
2017 karang. Pengaruh besarnya dinamika
Lokasi pengamatan di Pantai Kili-kili. oseanik yang terjadi di Pantai Pelang, Pantai
Total keseluruhan Panjang pantai 826 meter. Kili-kili, dan Pantai Konang mengakibatkan
Sisi barat pantai penelitian memiliki daerah terjadinya erosi pantai yang signifikan.
yang lebih landai karena terjadinya proses Terjadinya erosi ini membuat bibir pantai
pengangkutan pasir yang baik dan memiliki kemiringan yang sangat curam.
penyebaran merata pada sisi barat sedangkan Sehingga akan menyulitkan penyu untuk
pada sisi timur terjadinya persebaran menuju ke tempat pembuatan sarang. Erosi
gelombang yang tidak merata karena yang terjadi mecapai ketinggian 165 cm.
bertemunya gelombang yang menuju ke 3. Tekstur Pasir
pantai bertabrakan dengan air sungai yang Hasil pengukuran jenis pasir di Pantai
datang dari hilir Sungai Gedangan, Pelang lebih kecil dan lebih halus tergolong
mengakibatkan gelombang menjadi tidak pada pasir halus yang dikategorikan dalam
stabil beberapa gelombang menjadi besar ukuran 1 - 0,5 mm, sedangkan pasir di
dan yang lainnya menjadi gelombang
Pantai Kili-kili lebih besar dan lebih kasar Musim Timur, di selatan pulau Jawa angin
digolongkan pada jenis pasir sedang yang bertiap dari benua Australia menuju ke
memiliki ukuran 0,5 - 0,25 mm. barat. Hal ini menyebabkan pergerakan
Material pasir pantai yang berwarna massa air permukaan dari selatan Pulau
hitam bisa disebabkan oleh deflaksi abu Jawa menuju bagian barat Samudera Hindia,
vulkanik dan materia sedimentasi dari hulu angin musim timur sendiri terjadi pada bulan
yang telah lapuk dan terangkut hingga April, Mei, Juni, Juli, dan Agustus.
berakhir di pantai, dengan bantuan b. Gelombang
gelombang material pasir tersebut Periode gelombang pada kedua pantai
didistribusikan ke sepanjang pantai. kajian memiliki nilai yang berbeda. Dimana
Sedangkan pasir pantai yang berwarna Pantai Pelang memiliki periode gelombang
kecoklatan berasal dari material pelapukan 10 detik dan Pantai Kili-kili memiliki
tebing, bukit, atau batu karang jutaan tahun periode gelombang 12 detik. Dari hasil
lalu yang berada di sekitar pantai biasa periode gelombang yang diperloleh
disebut dengan pantai pesisir struktural dan selanjutnya dapat digunakan untuk
erosi gelombang. menghitung nilai panjang gelombang.
4. Proses Panjang gelombang pada Pantai Pelang
a. Angin 156,21 meter, pada Pantai Kili-kili 224,94
Angin merupakan gerakan sejajar meter seperti yang ditunjukkan pada Tabel
dengan permukaan bumi. Udara bergerak 4.5. Melalui tiga faktor periode gelombang
dari tekanan tinggi ke daerah bertekanan tersebut yaitu durasi angin, kecepatan angin,
rendah (Tjasyono, 2004). Angin berfungsi dan memiliki fetch yang panjang. Semakin
sebagai tenaga penggerak sedimen dan panjang fetch maka gelombang yang akan
kekuatan utama pembangkit gelombang terbentuk akan semakin besar dan periode
(Sunarto et al., 2014). yang dibutuhkan akan semakin lama.
Kecepatan angin pada daerah kajian di b. Karakteristik Pantai yang Sesusai
wilayah pesisir Desa Wonocoyo Untuk Pembuatan Sarang Penyu
menunjukkan kecepatan angin pada rata-rata Dari segi morfologi pantai yang
0,8 m/detik hingga 2,3 m/detik atau dalam memenuhi syarat untuk habitat pembuatan
skala Beaufort angin tersebut dapat sarang penyu terdapat pada Pantai Kili-kili
dikategorikan dalam udara ringan (0,3-1,5 karena memiliki karakteristik pantai yang
m/detik) dan sepoi lembut (1,6-3,3 m/detik) panjang, lebar, dan memiliki kemiringan
seperti yang di tunjukkan pada Tabel 4.4. yang sesuai. Sedangkan pada Pantai Pelang
Angin dengan kecepatan ≥ 3 m/detik, memiliki pantai yang datar dan lebar tetapi
membuat kondisi laut berombak dan tidak memenuhi syarat dari segi panjang
membuat angin bertiup kencang, sehingga pantai. Menurutr Nuitja (1992) penyu akan
dapat menyebabkan penyu sulit mendarat memililih pantai yang memiliki kemiringan
(Sanger et al., 2012). Periode bulan sangat landai hingga miring (3-16%), Pantai Pelang
menentukan penyu menuju ke pantai untuk memiliki kemiringan 2,20 – 2,90% yang
mendarat membuat sarang. Periode bulan masuk dalam kategori datar dan Pantai Kili-
sangat berhubungan erat dengan kondisi kili memiliki kemiringan 10 – 12,50% yang
pantai (Setyawatiningsih et al., 2011). masuk dalam kategori miring. Pantai yang
Arah angin pada daerah penelitian landai dan miring akan memudahkan penyu
menunjukkan bahwa angin mengarah ke untuk mendarat dan menuju pesisir.
bagian baratlaut. Berdasarkan penelitian Dari hasil pengukuran panjang pantai,
Putra (2004) diketahui bahwa pada saat Pantai Kili-kili memiliki pesisir yang paling
panjang. Pantai Pelang memiliki panjang lahan terbuka untuk membuat sarang
pantai sebersar 375 meter sedangkan Pantai (Satriadai, 2003). Ditunjukkan pada Tabel.6.
Kili-kili memiliki panjang pantai sebesar
826 meter. Banyak sedikitnya sarang penyu Tabel 6. Kesesuaian Habitat Penyu
yang ditemukan tergantung dengan panjang Kesesuaian Sumber
No. Biofisik
pantainnya. Semakin pajang pantai tersebut Sesuai Cukup Sesuai
Tidak
Sesuai
maka akan semakin banyak pula sarang
penyu yang akan ditemukan. Pada saat 1
Kemiringan
Patai (%)
8-16 3-8
<3 dan
>16
Nuitja
1992
pengamatan di Pantai Kili-kili ditemukan 4
Tidak ada Bangunan
sarang penyu. 2
Penutup
Lahan
Vegetasi vegetasi/Lahan dan
Satriadi
2003
Terbuka Perairan
Lebar pantai mempengaruhi penyu
untuk membuat sarang, semakin lebar pantai Ukuran
Sedang
Halus (0,10-
Kasar
Bustard
3 (0,21- (0,51-
akan memberikan rasa aman untuk penyu Butir Pasir
0,50)
0,20)
1,00)
1972

membuat sarang di pesisir. Pantai Pelang


memiliki lebar 15,3 meter dan Pantai Kili- Sumber: Fathin 2016
kili memiliki lebar pantai 27 meter. Menurut Sebagian besar daerah wilayah kajian
Nuitja (1992) lebar pantai yang sesuai untuk adalah daerah yang cukup sesuai. Pada
habitat penyu memiliki jarak 30-80 meter daerah kajian di Pantai Kili-kili memiliki
dari pasang terjauh. Dari pengukuran nilai kemiringan diatas 13%, nilai tersebut
tersebut pantai yang paling sesuai untuk merupakan nilai kemiringan pantai yang
habitat peneluran penyu berada di Pantai paling sesuai untuk habitat peneluran penyu.
Kili-kili dibandingkan dengan Pantai Pelang. Di sekitar wilayah kajian merupakan darah
pantai yang panjang dan distribusi pasir yang sesuai marginal karena parameter
yang merata membuat Pantai Kili-kili penggunaan lahan tersebut berupa
memiliki lebar pantai yang lebih dari pada tegalan/ladang, sedangkan pada parameter
Pantai Pelang. Pesisir yang lebar akan kemirngan pantai memiliki nilai 2-8% yang
menghindarkan sarang penyu dari rendaman masuk pada skor 2 dan jenis tanah memiliki
air laut ketika pasang terjadi. nilai skor tertinggi yang masih tergolong
Karakteristik material pasir juga daerah berpasir. Setiap parameter kesesuaian
berpengaruh dalam penentuan habitat sarang habitat penyu diasumsikan menjadi faktor
penyu. Menurut Bustard (1972) kondisi yang sama penting. Parameter yang
pasir yang sesuai untuk sarang penyu mendukung untuk habitat peneluran penyu
memiliki kategori pasir sedang (0,21-0,50 mendapat nilai skor 3 sedangkan parameter
mm) dan cukup sesuai untuk habitat sarang yang tidak mendukung untuk habitat
penyu pada pasir halus (0,10-0,21 mm). peneluran penyu akan mendapat nilai skor 1.
Karena pasir yang terlalu halus akan Pemberian nilai skor 1-3 pada setiap
menyebabkan penyu sulit membuat sarang parameter.
dan sarang akan mudah longsor (Nuitja, Pantai Pelang tergolong pada kelas
1992). Penyu akan memilih daerah pesisi sesuai marginal. Pada Pantai Pelang
yang memiliki vegetasi untuk membuat mendapat nilai rendah pada kemiringan
sarang, vegetasi tersebut akan memilindungi pantai. Pantai Pelang memiliki kemiringan
sarang penyu dari hujan dan menjaga suhu 2% yang menunjukkan daerah tersebut pada
sarang tetap stabil, tidak semua penyu pantai yang cukup sesuai untuk habitat
memilih daerah bervegetasi seperti halnya peneluran penyu. Material pasir yang
penyu lekang lebih memilih daerah yang terdapat di Pantai Pelang termasuk dalam
kategori pasir hasul juga termasuk pada
parameter pasir yang cukup sesuai. Menurut vegetasi mendukung untuk pembuatan
ketangan pengelola pantai didaerah tersebut sarang penyu agar memiliki suhu yang
juga tidak pernah ditemukan penyu untuk sesuai. Daerah tidak sesuai permanen
mendarat membuat sarang. memiliki luas yang paling besar karena pada
Daerah kelas sangat sesuai memiliki daerah tersebut merupakan daerah
luas 0,39 Ha ditunjukkan pada Tabel 7. penggunaan lahan berupa hutan,
Tabel 7. Luas Kesesuaian Lahan. permukiman, dan daerah persawahan.
Kelas Daerah tersebut terletak pada daerah yang
No. Kesesuaian Luas (Ha) datar 0 - 2% atau terdapat di daerah
Lahan
perbukitan yang memiliki kemiringan lebih
Sangat Sesuai dari 25%. Kelas sangat sesuai dan cukup
1 0,39
(S1) sesuai merupakan daerah yang paling tepat
Cukup Sesuai digunakan untuk habitat peneluran penyu
2 1,9 saat itu. Pada kelas cukup sesuai memiliki
(S2)
kemirangan pantai 3 – 8 %, jenis pasir yang
Sesuai
3
Marginal (S3)
3,2 berbutir sedang, dan daerah bervegetasi.
Kemiringan pantai sewaktu-waktu
Tidak Sesuai dapat berubah karena distribusi pasir di
4 13,8
Saat Ini (N1)
pantai selatan yang sangat intensif.
5
Tidak Sesuai
60,9
Kesesuaian lahan pada musim angin barat
Permanen (N2) dan timur bisa mengalami perubahan.
Jumlah 80,19

KESIMPULAN
Hasil pemetaan habitat kesesuian lahan
seperti pada gambar 1. 1. Dari segi fungsi Pantai Pelang
Gambar 1. Peta Kesesuaian lahan dikembankan untuk pantai wisata dan Pantai
Kili-kili dikembangkan untuk pantai
konservasi. Pengukuran morfologi Pantai
Kili-kili memiliki panjang pantai dan lebar
pantai yang lebih besar dari pada Pantai
Pelang, kermiringan pantai yang lebih landai
berada di Pantai Pelang. Rata-rata lebar
pantai yang di teliti adalah 15,34 m pada
Pantai Pelang dan Pantai Kili-kili 27,7 m.
Pantai Pelang memiliki jenis pasir halus
(0,5-0,25 mm) dan Pantai Kili-kili memiliki
jenis pasir sedang (1 - 0,5 mm). Proses
gelombang kedua pantai memiliki jenis
empasan gelombang yang sama yaitu
Pada daerah kelas paling sesuai ini setiap surging. Pada Pantai Pelang memiliki
parameter kesesuaian lahan mendapatkan gelombang yang relatif tenang dengan
nilai skor tertinggi. Memiliki kemiringan 8 – periode gelombang 10 detik dan Pantai Kili-
16 % yang merupakan daerah pantai yang kili yang memiliki gelombang yang relatif
ideal untuk sarang penyu, jenis butir pasir lebih besar dengan peridode gelombang 12
berukuran sedang, dan penggunaan lahan detik. Penggunaan lahan di kedua pantai
tepat pada daerah pesisir. Keterdapatan yaitu digunakan sebagai tegalan.
2. Karakteristik yang sesuai untuk Nuitja, I.N.S. (1992). Biologi dan Ekologi
habitat peneluran penyu ditunjukkan dengan Peles tarian Penyu Laut. Institut
hasil pembuatan peta karakteristik Pertanian Bogor Press. Bogor.
kesesuaian lahan untuk habitat bertelurnya
penyu pada Pantai Pelang dan Pantai Kili- Panjaitan, R.A., Iskandar, Alysahbana S.
kili. Daerah kajian memiliki beberpa jenis (2012). Hubungan Perubahan Garis
kelas keseuaian lahan yaitu sangat sesuai, Pantai Terhadap Habitat Bertelur
cukup sesuai, dan sesuai marginal. Pantai Penyu Hijau (Chelonia mydas) di
Kili-kili menjadi pantai yang memiliki Pantai Pangumbahan Ujung Genteng,
karakteristik paling sesuai. Kabupaten Sukabumi. Jurnal
Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 3.
SARAN Pp: 311-320.
Pethick, J. (1984). An Introduction to
1. Menggunakan data primer dalam Coastal Geomorphology. London :
melihat parameter material guna mengetahui Edward Arnold Ltd.
karakteristik parameter yang lebih spesifik.
Putra, E. 2004. Variabilitas Angin dan Paras
2. Penelitian dilakukan ketika musim Laut Serta Interaksina di Perairan
bertelur penyu pada jangka waktu yang lebih Utara dan Selatan Pula Jawa. Bogor.
lama agar mendapatkan data yang lebih Intitut Pertanian Bogor.
akurat.
Hasil penelitian dapat menjadi Sanger, RJ, Fibriani, C & Nataliani, Y,
inventaris pada daerah konservasi dan 2012, ‘Perancangan Aplikasi Sistem
pemerintah daerah guna dapat menjaga dan Informasi Pemantauan Kecepatan
mengembangan daerah wisata dan Angin Beserta Pengkategorian Jenis
konservasi. Angin dengan Hardware Inframerah
Sebagai Media Kalibrasi’, Jurnal.
DAFTAR PUSTAKA Satriadi, A., Rudiana, E., dan Af-Idati, N.
(2003). Identifikasi Penyu dan Studi
Bustard R. (1972). Sea Turtles, Natural Karakteristik Fisik Habitat
History and Conservation. (220). Penelurannya di Pantai Samas,
Sidney: Collin. Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Jurnal
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2009, Ilmu Kelautan. Vol 8 (2). Halaman: 69-
Surat Keputusan Dirjen Perikanan 75.
Budidaya Nomor KEP. 45/DJ-
PB/2009 tentang Pedoman Umum Setyawatiningsih, SC, Marniasih, D &
Pengembangan Kawasan Minapolitan, Wijayanto, 2011, ‘Karakteristik
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Biofisik Tempat Peneluran Penyu
Jakarta. Sisik (Eretmochelys imbricata) di
Limpus, C and P. C. Reed. (1985). The Pulau Anak Ileuh Kecil, Kepulauan
Green turtle (Chelonia Mydas) in Riau’, Jurnal Teknobiologi, vol. 2, no.
Queensland,” a premilinary description 2, hal. 17-22.
of The Population structure in a oral Sunarto, M. Aris Marfai, dan M. Anggri S.
Reef”. feeding ground, reprited krom (2014). Geomorfologi dan Dinamika
The biology of Australian bros and Pesisir Jepara. Yogyakarta. UGM
reptiles pp 45-52. Press
Yuriadi, A, 2000, Pantai Perancak di
Kabupaten Jembaran Bali Sebagai
Habitat Peneluran Penyu Lekang
(Lepidochelys olivacea E), Skripsi,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai