Manggar Purwacaraka, S.Kep., Ners., M.Kep. Ari Aruna Samodra Ning Tyas
A. DEFINISI
Obstruksi usus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (tractus
intestinal). Obstruksi usus dapat akut atau kronik, partial atau total. Obstruksi usus yang
mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian besar
dari obstruksi mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat
yang memerlukan diagnosis dini dan Tindakan pembedahan darurat (Nurarif, 2015).
Obstruksi usus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya disertai dengan
pengeluaran banyak aliran cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari
obstruksi-obstruksi maupun muntah (Syamsuhidayat, 2011).
Obstruksi usus (Ileus) terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran normal isi usus sedangkan peristaltiknya normal (Reeves, 2011).
Obstruksi usus adalah gangguan aliran isi usus yang bisa disebabkan oleh adanya
obstruksi usus mekanik dan non mekanik sehingga terjadi askumulasi cairan dan gas di
lumen usus.
B. KLASIFIKASI
1) Obstruksi mekanik (ileus obstruktif)
Terdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan ekstrinsik. Obstruksi
mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu tempat obstruksi)
dan obstruksi lengkung tertutup (paling sedikit 2 obstruksi). Karena lengkung tertutup
tidak dapat didekompresi, tekanan intralumen meningkat dengan cepat,
mengakibatkan penekanan pebuluh darah, iskemia dan infark (strangulasi) sehingga
menimbulkan obstruksi strangulate yang disebabkan obstruksi mekanik yang
berkepanjangan. Obstruksi ini mengganggu suplai darah, kematian jaringan dan
menyebabkan gangren dinding usus.
2) Obstruksi paralitik (ileus paralitik)
Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma yang
mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik tidak efektif, suplai darah
tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara spontan setelah 2 sampai 3 hari
(Nurarif, 2015).
C. ETIOLOGI
1) Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif,
sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi
intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang
disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi
abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus
obstruktif di dalam masa anak-anak.
2) Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau
parastomal ) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan
merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi
abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen
Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.
3) Neoplasma.Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,
sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat menyebabkan obstruksi
melalui kompresi eksternal.
4) Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus
yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus
mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
5) Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama
masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
6) Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital,
seperti malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
7) Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong
empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang
besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup
ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
8) Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi
radiasi, atau trauma operasi.
9) Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan
cairan.
10) Benda asing, seperti bezoar.
11) Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia
Littre.
12) Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan
kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti meconium (Nurarif, 2015).
D. MANIFESTASI KLINIS
1) Mual dan muntah
2) Nyeri berkala
3) Distensi abdomen
4) Syok hipovolemi
5) Oliguria
6) Gangguan elektrolit (Nurarif, 2015).
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2) Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid
yang tertutup.
3) Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum
amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4) Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic (Nurarif,
2015).
G. PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan
syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi
usus kembali normal.
1) Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan
gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti
ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda
vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga
pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan
lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi
abdomen.
2) Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
3) Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik
bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini
beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi: Jika obstruksinya
berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang
dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal sangat diperlukan.
Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedah yang dilakukan pada obstruksi
ileus:
a) Koreksi sederhana (simple correction).
Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari
jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh
streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
b) Tindakan operatif by-pass.
Membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus yang tersumbat,
misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung
usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma
colon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus,
kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena
penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca
sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
dilakukan reseksi usus dan anastomosis (Nurarif, 2015).
H. KOMPLIKASI
1) Nekrosis usus, perforasi usus, dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama
pada organ intra abdomen.
2) Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
3) Syok-dehidrasi, terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
4) Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi, karena absorbsi
toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat
pada intra abdomen.
5) Pneumonia aspirasi dari proses muntah,
6) Gangguan elektrolit, karena terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit pada usus.
7) Kematian ( Brunner & Suddarth, 2013 )
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Konstipasi b.d. penurunan motilitas gastrointestinal d.d. defekasi kurang dari 2 kali
seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, mengejan saat defekasi, feses keras,
peristaltic usus menurun, distensi abdomen, teraba massa pada rektal,
2) Hipovolemia b.d. kekurangan intake cairan d.d. merasa lemah, mengeluh haus,
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit
menurun, volume urine menurun, suhu tubuh meningkat.
3) Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologi d.d. mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
4) Gangguan Rasa Nyaman b.d. efek samping terapi
5) Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit d.d. ketidakseimbangan cairan.
6) Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan d.d. keinginan untuk mengelola
masalah Kesehatan dan pencegahannya.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Konstipasi b.d. penurunan motilitas gastrointestinal d.d. defekasi kurang dari 2 kali
seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, mengejan saat defekasi, feses keras,
peristaltic usus menurun, distensi abdomen, teraba massa pada rektal,
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 8 jam eliminasi fekal
membaik dengan kriteria hasil :
- Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
- Mengejan saat defekasi menurun
- Konsistensi feses membaik
- Peristaltic usus membaik
- Distensi abdomen menurun
- Teraba massa pada rektal menurun
Intervensi :
Manajemen konstipasi
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala konstipasi
2. Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi, bentuk, volume,
dan warna
Terapeutik
3. Anjurkan diet tinggi serat
4. Lakukan masase abdomen, jika perlu
5. Lakukan evakuasi feses secara manual, jika perlu
6. Berikan enema atau irigasi, jika perlu
Edukasi
7. Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
8. Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi
9. Latih buang air besar secara teratur
10. Ajarkan cara mengatasi konstipasi
Kolaborasi
11. Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan/peningkatan frekuensi
suara usus
12. Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu
2) Hipovolemia b.d. kekurangan intake cairan d.d. merasa lemah, mengeluh haus,
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit
menurun, volume urine menurun, suhu tubuh meningkat.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 8 jam status cairan
membaik dengan kriteria hasil :
- Perasaan lemah menurun
- Kekuatan nadi meningkat
- Turgor kulit meningkat
- Membrane mukosa membaik
- Output urine meningkat
- Kadar hematokrit membaik
Intervensi :
Manajemen hipovolemia
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit menurun, membrane mukosa
kering, volume urine menurun, haus, lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
3. Hitung kebutuhan cairan
4. Berikan posisi modified tredelenburg
5. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
3) Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologi d.d. mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 8 jam tingkat nyeri
menurun dengan kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Nafsu makan membaik
- Berfokus pada diri sendiri menurun
Intervensi :
Manajemen nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri dan memperingan nyeri
Terapeutik
5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis. hipnosis,
akupresur, terapi musik, terapi pijat, kompres hangat/dingin)
6. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
7. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi meredakan nyeri
9. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4) Gangguan Rasa Nyaman b.d. efek samping terapi d.d. mengeluh tidak nyaman,
gelisah, menunjukkan gejala distress
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 8 jam status
kenyamanan meningkat dengan kriteria hasil :
- Keluhan tidak nyaman menurun
- Gelisah menurun
- Kesejahteraan fisik meningkat
- Kesejahteraan psikologis meningkat
Intervensi :
Terapi relaksasi
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi,
atau gejala lain yang menganggu kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
Terapeutik
4. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
5. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
Edukasi
6. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis:
music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
7. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
8. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
9. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis: napas dalam, peregangan
atau imajinasi terbimbing)
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Keperawatan Edisi 8 Volume
2. Jakarta : EGC
Price, S. A & Wilson, L. M. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi
VI. Jakarta : EGC
Reeves, Charlene. et al. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika
Syamsuhidayat, R & Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC
TIM Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Ed 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNII
TIM Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Ed 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
TIM Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Ed 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. B DENGAN KASUS OBTRUKSI USUS
DI RUANG IGD RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG
KASUS SEMU :
Ny. B berusia 40 tahun dengan obstruksi usus dibawa ke IGD RSUD Dr. Iskak Tulungagung
pada tanggal 08-02-2021 pukul 18.00. Klien mengeluh nyeri perut dirasakan 1 minggu yang
lalu dan memberat ± 1 hari ini, nyeri perut dirasakan terus menerus, perut terasa kembung,
mual (+), muntah (-), nafsu makan ↓, BAB terakhir kemarin pagi. TD : 120/80 mmHg, N :
72 x/menit, RR : 15 x/menit, S : 36,6 °C, GCS : E4V5M6.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
FORMAT PENGKAJIAN
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
NO. MR : 0098765XX
DATA IDENTITAS PASIEN
Kendaraan :
Ambulan 118 Mobil pribadi Lainya .......
Lain-lain: ……………...................................................................
TRIAGE:
S.Ax : 36,6 °C N : 72 x/menit
Dilakukan jam : 17.55 WIB S.Rec : … °C T : 120/80 mmHg
Oleh perawat : Ari Aruna P : 15 x/menit
Keluhan Utama : Nyeri perut BB (Pediatri) : 69 Kg
Riwayat Penyakit:
DM
PJK
Asma
Tidak ada
dll : Maag
Riwayat Alergi : Kategori Triage :
Ya P1 P2 P3 P4
Tidak
Lain – lain: ...............................
Keadaan Umum:
Baik
Sedang
Buruk
PRIMARY SURVEY
AIRWAY (A) BREATHING (B) CIRCULATION (C)
Jalan Nafas : Pola Nafas: Nadi:
Paten Apneu Teraba
Tidak Paten Dispneu Tidak teraba
Obstruksi : Bradipneu Sianosis:
Lidah Tachipneu Ada
Cairan Lain ................ Tidak
Benda Asing Bunyi nafas: CRT:
Lain : Tidak ada Vesikuler < 2 detik
Suara Nafas : Bronchovesikuler > 2 detik
Snoring Bronkhial Akral:
Gurgling Suara nafas tambahan: Hangat
Stridor Whezing Dingin
Lain : Normal Ronchi Pendarahan:
Rales Ada
Keluhan Lain: Pleural friction rub Tidak
.............................................. Gerakan dada : Jika ada ........cc
.. Simetris Lokasinya .................
Asimetris
Irama Nafas: Keluhan Lain:
Reguler ............................................
Ireguler
Penggunaan otot bantu nafas:
Retraksi otot dada:
Cuping hidung
Sesak Nafas :
Ya
Tidak
RR : 15 x/menit
Keluhan Lain:
.......................................................
......
DISABILITY (D) EXPOSURE (E) Keluhan Lain:
Respon (anak): …………………………
Alert
Verbal
Pain
Unrespon
Kesadaran kualitatif:
CM
Apatis
Delirium
Somnolen
Lain-lain: ...............
GCS:
Eye :4
Verbal : 5 Deformitas : Ya Tidak
Motorik : 6 Contusio : Ya Tidak
Pupil: Abrasi : Ya Tidak
Isokor
Penetrasi : Ya Tidak
Anisokor
Laserasi : Ya Tidak
Pinpoint
Edema : Ya Tidak
Medriasis
Respon cahaya:
Ada Lokasi trauma : Tidak ada
Tidak Luas / kedalaman luka ............
Skala nyeri ...........................
Keluhan Lain:
.............................. Keluhan Lain:
.............................................
THERAPI: ……………………………………………….
Jam Terapi / Tindakan / Konsul Jawaban / catatan
08.00 O2 2 lpm
08.05 IVFD RL 20 tpm
08.10 Inj. Ceftriaxone 3 x 1 gr
08.10 Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
08.20 Konsul Dokter Bedah
- Cek darah rutin
- Foto polos abdomen 3 posisi
- Foto thorax
JAM KELUAR IGD : 07.45
TINDAK LANJUT
KRS
MRS
PP
Operasi
Pindah ke bag……..
Lain – lain ……….
IDENTITAS
1. Nama : Ny. B
2. Umur : 40 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
6. Bahasa : Jawa
7. Pendidikan : SD
8. Pekerjaan : Petani
9. Alamat : Karangrejo, Tulungagung
10. Alamat yg mudah dihubungi : Karangrejo, Tulungagung
11. Ditanggung oleh : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri
RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :
a. Alasan Masuk Rumah Sakit:
Klien mengeluh nyeri perut dirasakan 1 minggu yang lalu, memberat ± 1 hari ini
b. Keluhan Utama:
Saat awal MRS : Nyeri perut, mual (+), muntah (-)
Saat pengkajian : Nyeri perut, BAB (-), mual muntah setiap makan
2. Riwayat Penyakit Sekarang ( PQRST ) :
Saat awal MRS : Klien mengeluh nyeri perut dirasakan 1 minggu yang lalu dan memberat
± 1 hari ini, nyeri perut dirasakan terus menerus, skala nyeri 9, perut terasa kembung, mual
(+), muntah (-), nafsu makan ↓, BAB terakhir kemarin pagi
Saat pengkajian : Klien mengeluh nyeri perut hebat, nyeri terus-menerus, skala nyeri 8,
perut kembung, nafsu makan ↓, mual (+), muntah (+), BAB (-), flatus (-)
B. Pola Eliminasi
BAB
- Warna Kuning kecoklatan Selama MRS px belum ada
- Bau Khas BAB
- Konsistensi Keras
- Jumlah Tidak terkaji
- Frekwensi 1 x sehari
- Kesulitan BAB BAB sulit dan lama
- Upaya mengatasi Tidak ada
BAK
- Spontan / Catheter Spontan Spontan
- Warna Kuning Kuning
- Bau Khas Khas
- Konsistensi Cair Cair
- Jumlah Tidak terkaji Sedikit
- Frekwensi ± 6 x sehari ± 3 x sehari
- Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
C. Pola Makan dan Minum
1. Makan
- Per Oral / NGT Oral Oral
- Frekwensi 3 x sehari 3 x sehari, habis 2 sdm
- Jenis Nasi, lauk pauk Nasi, sayur, lauk pauk
- Diit Tidak ada Tinggi serat
- Pantangan Tidak ada Tinggi lemak
- Yang Disukai Gorengan Tidak ada
- Yang Tdk disukai Sayuran Tidak ada
- Alergi Tidak ada Tidak ada
- Masalah makan Sering telat makan Mual (+) muntah (+)
- Upaya mengatasi Tidak ada Obat-obatan
2. Minum
- Frekwensi ± 8 gelas /hari ± 5 gelas /hari
- Jenis Air putih, teh Air putih
- Diit Tidak ada Tidak ada
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Yang Disukai Teh Tidak ada
- Yang Tdk disukai Tidak ada Tidak ada
- Alergi Tidak ada Tidak ada
- Masalah minum Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
- Cairan IV Tidak ada Tidak ada
F. Kebiasaan
- Merokok Tidak Tidak
- Alkohol Tidak Tidak
- Jamu, dll Tidak Tidak
KONSEP DIRI
A. Gambaran Diri :
Ny. B mengatakan selama sakit tidak bisa menjalankan aktivitas normal , harus
mengontrol aktivitasnya, pola makan dan minum.
B. Harga Diri :
Baik
C. Ideal Diri :
Px tampak tenang dan berharap kesembuhan untuk penyakitnya
D. Identitas Diri :
Px mengatakan bernama Ny. B berasal dari Karangrejo, Tulungagung
E. Peran :
Px berperan sebagai istri
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah :
Selama MRS px tidak melaksanakan ibadah
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit :
Px yakin akan sehat & sakit pasti ada obatnya
C. Keyakinan terhadap penyembuhan :
Px yakin akan sembuh setelah MRS
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum
Lemah
B. Tanda – tanda vital
Suhu Tubuh : 37 °C Nadi : 76 x/menit
Tekanan darah : 100/60 mmHg Respirasi : 20 x/menit
Tinggi Badan : 155 cm Berat Badan : 69 kg
C. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : Normocephal
Ubun-ubun : Datar
Kulit kepala : Bersih
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Merata
Bau : Khas keringat
Warna : Hitam
c. Wajah
Warna Kulit : Sawo matang
Struktur Wajah : Simetris
Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap dan simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) : Tidak ada peradangan
c. Konjuctiva dan sklera : Konjungtiva anemis dan sklera ikterik
d. Pupil : Isokor
e. Kornea dan iris : Tidak ada peradangan
f. Ketajaman penglihatan / visus : Tidak terkaji
g. Tekanan bola mata : Tidak terkaji
Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris
b. Lubang Hidung : Bersih, tidak ada polip dan iritasi
c. Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung
Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris
Ukuran telinga : Normal
Ketenggangan telinga : Lentur
b. Lubang telinga : Serumen (+)
c. Ketajaman pendengaran : Baik
Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : Kering
b. Keadaan gusi dan gigi : Bersih
c. Keadaan lidah : Bersih
d. Orofarings : Tidak terkaji
Leher
a. Posisi trakhea : Simetris
b. Tiroid : Tidak ada pembesaran
c. Suara : Jelas
d. Kelenjar Lymphe : Tidak ada pembesaran
e. Vena jugularis : Tidak ada distensi
f. Denyut nadi coratis : Teraba
d. Axila dan clavicula : Pembesaran lelenjar getah bening (-) dan fraktur (-)
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulsasi : Ictus cordis tidak terlihat
- Ictus cordis : Ictus cordis teraba 1 jari lateral ICS IV
b. Perkusi
Batas-batas jantung :
Kanan atas : ICS II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah : ICS IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas : ICS II Linea Para Sternalis Sinistra
Kiri bawah : ICS IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : Lub
- Bunyi jantung II : Dub
- Bunyi jantung Tambahan : Tidak ada
- Bising / Murmur : Tidak ada
- Frekwensi denyut jantung : 76 x/menit
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Kontur abdomen cembung
- Benjolan / Massa : Tidak ada
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen : Tidak ada
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : Menurun
- Bunyi jantung Anak / BJA : Tidak ada
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : Ada nyeri tekan di seluruh lapang perut
- Benjolan / massa : Tidak ada
- Tanda-tanda ascites : Tidak ada
- Hepar : Tidak terkaji
- Lien : Tidak terkaji
- Titik Mc. Burne : Tidak terkaji
d. Perkusi
- Suara Abdomen : Hipertympani
- Pemeriksaan Ascites : Tidak ada tanda-tanda ascites
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS : E4V5M6
2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) : Tidak terkaji
3. Syaraf otak ( Nervus cranialis ) : Tidak terkaji
4. Fungsi Motorik : Baik
5. Fungsi Sensorik : Baik
6. Refleks :
a. Refleks Fisiologis : Normal
b. Refleks Patologis : Normal
Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri)
Medulla spinalis
Otak
(korteks somatosensorik)
Persepsi nyeri
Nyeri Akut
Konstipasi
Distensi bertambah
Distensi menghalangi
pasokan darah ke dalam usus
sehingga menghambat
absorbsi usus
Dehidrasi
Hipovolemia
4. DS : - Obstruksi usus Risiko Ketidakseimbangan
DO : Elektrolit
- Natrium ↓ = 110 mmol/L Cairan, gas dan udara
- Kalium ↓ = 1,5 mmol/L berkumpul di belakang
- Klorida ↓ = 88 mmol/L obstruksi
Peristaltik meningkat
sementara, upaya untuk
memaksa isi usus mendorong
sumbatan
Distensi bertambah
Distensi menghalangi
pasokan darah ke dalam usus
sehingga menghambat
absorbsi usus
Risiko Ketidakseimbangan
Elektrolit
3. 09-02-2021 Hipovolemia b.d. kekurangan intake cairan d.d. merasa lemah, nadi teraba
lemah, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine
menurun, hematokrit meningkat.
Nama Pasien : Ny. B Umur : 40 tahun No. Register : 0098765XX Kasus : Obstruksi usus
3. III 09-08-2021 Manajemen hipovolemia 09-02-2021 S : Px mengatakan badan terasa lemah, muntah (+)
Observasi 14.00 O:
09.00 1. Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia (nadi - Kekuatan nadi meningkat
teraba lemah, turgor kulit menurun, membrane - Turgor kulit meningkat
mukosa kering, volume urine menurun, lemah) - Membrane mukosa kering
09.05 2. Memonitor intake dan output cairan (intake = ± - Volume urine menurun
5 gelas / hari, output = frekuensi BAK ± 3x A : Masalah hypovolemia teratasi sebagian
sehari, BAK sedikit) P : Intervensi dilanjutkan no. 1,2,4,5,6
Terapeutik
09.10 3. Memberikan posisi modified tredelenburg
09.12 4. Memberikan asupan cairan oral
Edukasi
09.15 5. Menganjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
Kolaborasi
09.18 6. Berkolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(RL 20 tpm)