Anda di halaman 1dari 39

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


“OBSTRUKSI USUS”
DI RUANG IGD RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

Pembimbing Akademik Mahasiswa

Manggar Purwacaraka, S.Kep., Ners., M.Kep. Ari Aruna Samodra Ning Tyas

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
“OBSTRUKSI USUS”

A. DEFINISI
Obstruksi usus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (tractus
intestinal). Obstruksi usus dapat akut atau kronik, partial atau total. Obstruksi usus yang
mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian besar
dari obstruksi mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat
yang memerlukan diagnosis dini dan Tindakan pembedahan darurat (Nurarif, 2015).
Obstruksi usus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya disertai dengan
pengeluaran banyak aliran cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari
obstruksi-obstruksi maupun muntah (Syamsuhidayat, 2011).
Obstruksi usus (Ileus) terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran normal isi usus sedangkan peristaltiknya normal (Reeves, 2011).
Obstruksi usus adalah gangguan aliran isi usus yang bisa disebabkan oleh adanya
obstruksi usus mekanik dan non mekanik sehingga terjadi askumulasi cairan dan gas di
lumen usus.

B. KLASIFIKASI
1) Obstruksi mekanik (ileus obstruktif)
Terdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan ekstrinsik. Obstruksi
mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu tempat obstruksi)
dan obstruksi lengkung tertutup (paling sedikit 2 obstruksi). Karena lengkung tertutup
tidak dapat didekompresi, tekanan intralumen meningkat dengan cepat,
mengakibatkan penekanan pebuluh darah, iskemia dan infark (strangulasi) sehingga
menimbulkan obstruksi strangulate yang disebabkan obstruksi mekanik yang
berkepanjangan. Obstruksi ini mengganggu suplai darah, kematian jaringan dan
menyebabkan gangren dinding usus.
2) Obstruksi paralitik (ileus paralitik)
Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma yang
mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik tidak efektif, suplai darah
tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara spontan setelah 2 sampai 3 hari
(Nurarif, 2015).
C. ETIOLOGI
1) Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif,
sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi
intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang
disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi
abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus
obstruktif di dalam masa anak-anak.
2) Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau
parastomal ) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan
merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi
abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen
Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.
3) Neoplasma.Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,
sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat menyebabkan obstruksi
melalui kompresi eksternal.
4) Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus
yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus
mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
5) Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama
masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
6) Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital,
seperti malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
7) Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong
empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang
besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup
ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
8) Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi
radiasi, atau trauma operasi.
9) Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan
cairan.
10) Benda asing, seperti bezoar.
11) Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia
Littre.
12) Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan
kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti meconium (Nurarif, 2015).
D. MANIFESTASI KLINIS
1) Mual dan muntah
2) Nyeri berkala
3) Distensi abdomen
4) Syok hipovolemi
5) Oliguria
6) Gangguan elektrolit (Nurarif, 2015).

E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2) Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid
yang tertutup.
3) Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum
amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4) Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic (Nurarif,
2015).

G. PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan
syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi
usus kembali normal.
1) Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan
gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti
ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda
vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga
pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan
lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi
abdomen.
2) Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
3) Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik
bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini
beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi: Jika obstruksinya
berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang
dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal sangat diperlukan.
Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedah yang dilakukan pada obstruksi
ileus:
a) Koreksi sederhana (simple correction).
Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari
jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh
streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
b) Tindakan operatif by-pass.
Membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus yang tersumbat,
misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung
usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma
colon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus,
kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena
penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca
sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
dilakukan reseksi usus dan anastomosis (Nurarif, 2015).

H. KOMPLIKASI
1) Nekrosis usus, perforasi usus, dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama
pada organ intra abdomen.
2) Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
3) Syok-dehidrasi, terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
4) Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi, karena absorbsi
toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat
pada intra abdomen.
5) Pneumonia aspirasi dari proses muntah,
6) Gangguan elektrolit, karena terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit pada usus.
7) Kematian ( Brunner & Suddarth, 2013 )

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Konstipasi b.d. penurunan motilitas gastrointestinal d.d. defekasi kurang dari 2 kali
seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, mengejan saat defekasi, feses keras,
peristaltic usus menurun, distensi abdomen, teraba massa pada rektal,
2) Hipovolemia b.d. kekurangan intake cairan d.d. merasa lemah, mengeluh haus,
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit
menurun, volume urine menurun, suhu tubuh meningkat.
3) Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologi d.d. mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
4) Gangguan Rasa Nyaman b.d. efek samping terapi
5) Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit d.d. ketidakseimbangan cairan.
6) Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan d.d. keinginan untuk mengelola
masalah Kesehatan dan pencegahannya.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Konstipasi b.d. penurunan motilitas gastrointestinal d.d. defekasi kurang dari 2 kali
seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, mengejan saat defekasi, feses keras,
peristaltic usus menurun, distensi abdomen, teraba massa pada rektal,
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 8 jam eliminasi fekal
membaik dengan kriteria hasil :
- Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
- Mengejan saat defekasi menurun
- Konsistensi feses membaik
- Peristaltic usus membaik
- Distensi abdomen menurun
- Teraba massa pada rektal menurun
Intervensi :
Manajemen konstipasi
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala konstipasi
2. Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi, bentuk, volume,
dan warna
Terapeutik
3. Anjurkan diet tinggi serat
4. Lakukan masase abdomen, jika perlu
5. Lakukan evakuasi feses secara manual, jika perlu
6. Berikan enema atau irigasi, jika perlu
Edukasi
7. Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
8. Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi
9. Latih buang air besar secara teratur
10. Ajarkan cara mengatasi konstipasi
Kolaborasi
11. Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan/peningkatan frekuensi
suara usus
12. Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu
2) Hipovolemia b.d. kekurangan intake cairan d.d. merasa lemah, mengeluh haus,
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit
menurun, volume urine menurun, suhu tubuh meningkat.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 8 jam status cairan
membaik dengan kriteria hasil :
- Perasaan lemah menurun
- Kekuatan nadi meningkat
- Turgor kulit meningkat
- Membrane mukosa membaik
- Output urine meningkat
- Kadar hematokrit membaik
Intervensi :
Manajemen hipovolemia
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit menurun, membrane mukosa
kering, volume urine menurun, haus, lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
3. Hitung kebutuhan cairan
4. Berikan posisi modified tredelenburg
5. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)

3) Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologi d.d. mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 8 jam tingkat nyeri
menurun dengan kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Nafsu makan membaik
- Berfokus pada diri sendiri menurun
Intervensi :
Manajemen nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri dan memperingan nyeri
Terapeutik
5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis. hipnosis,
akupresur, terapi musik, terapi pijat, kompres hangat/dingin)
6. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
7. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi meredakan nyeri
9. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

4) Gangguan Rasa Nyaman b.d. efek samping terapi d.d. mengeluh tidak nyaman,
gelisah, menunjukkan gejala distress
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 8 jam status
kenyamanan meningkat dengan kriteria hasil :
- Keluhan tidak nyaman menurun
- Gelisah menurun
- Kesejahteraan fisik meningkat
- Kesejahteraan psikologis meningkat
Intervensi :
Terapi relaksasi
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi,
atau gejala lain yang menganggu kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum
dan sesudah latihan
Terapeutik
4. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
5. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
Edukasi
6. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis:
music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
7. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
8. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
9. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis: napas dalam, peregangan
atau imajinasi terbimbing)

5) Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit d.d. ketidakseimbangan cairan.


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 8 jam keseimbangan
elektrolit meningkat dengan kriteria hasil :
- Serum natrium meningkat
- Serum kalium meningkat
- Serum klorida meningkat
Intervensi :
Pemantauan elektrolit
Observasi
1. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
2. Monitor kadar elektrolit serum
3. Monitor mual, muntah dan diare
4. Monitor dan tanda gejala hipokalemia
5. Monitor dan tanda gejala hiperkalemia
6. Monitor dan tanda gejala hyponatremia
7. Monitor dan tanda gejala hypernatremia
8. Monitor dan tanda gejala hipokalsemia
9. Monitor dan tanda gejala hiperkalsemia
Terapeutik
10. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
11. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
12. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
13. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
6) Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan d.d. keinginan untuk mengelola
masalah Kesehatan dan pencegahannya.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 8 jam manajemen
Kesehatan meningkat dengan kriteria hasil :
- Melakukan Tindakan untuk mengurangi factor resiko
- Menerapkan program perawatan
- Aktivitas hidup sehari-hari efektif memenuhi tujuan kesehatan
- Verbalisasi kesulitan dalam menjalani program perawatan/ pengobatan
Intervensi :
Manajemen kesehatan
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
5. Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
6. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Keperawatan Edisi 8 Volume
2. Jakarta : EGC

Nurarif, A. H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda NIC NOC. Jogjakarta: MediAction Publishing

Price, S. A & Wilson, L. M. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi
VI. Jakarta : EGC

Reeves, Charlene. et al. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika

Syamsuhidayat, R & Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : EGC

TIM Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Ed 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNII

TIM Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Ed 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI

TIM Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Ed 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. B DENGAN KASUS OBTRUKSI USUS
DI RUANG IGD RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

KASUS SEMU :
Ny. B berusia 40 tahun dengan obstruksi usus dibawa ke IGD RSUD Dr. Iskak Tulungagung
pada tanggal 08-02-2021 pukul 18.00. Klien mengeluh nyeri perut dirasakan 1 minggu yang
lalu dan memberat ± 1 hari ini, nyeri perut dirasakan terus menerus, perut terasa kembung,
mual (+), muntah (-), nafsu makan ↓, BAB terakhir kemarin pagi. TD : 120/80 mmHg, N :
72 x/menit, RR : 15 x/menit, S : 36,6 °C, GCS : E4V5M6.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009

Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-322738


Tulungagung 66224
Alamat E-mail : stikeshahta@yahoo.co.id

FORMAT PENGKAJIAN
DI INSTALASI GAWAT DARURAT

NO. MR : 0098765XX
DATA IDENTITAS PASIEN

Nama Lengkap (KTP) : Ny. B Umur : 40 tahun


No. KTP/SIM : 35098610980004 Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD Alamat Rumah :
Status Perkawinan : Kawin Jln/Dsn :S
Diagnosa Medik : Obstruksi usus Kel/Desa :W
Datang di IGD tanggal / pukul: 08-02-2021 / 18.00 Kec. : Karangrejo
Kodya/Kab. : Tulungagung

Kendaraan :
 Ambulan 118  Mobil pribadi  Lainya .......

Kejadian tgl : 1-2-2021 Jam : 12.00 WIB


Tempat : Di Rumah

KEADAAN PRE HOSPITAL:


GCS : E4V5M6
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Pernafasan : 15 x/menit,
Suhu : 36,6 °C

TINDAKAN PRE HOSPITAL:


 RJP  Infus  Bebat  ETT  Penjahitan
 Trakeostomi  NGT  Bidai  Pipa oro/naso  Pipa oro/naso
 O2  Obat  Kateter Urine  Section

Lain-lain: ……………...................................................................

TRIAGE:
S.Ax : 36,6 °C N : 72 x/menit
Dilakukan jam : 17.55 WIB S.Rec : … °C T : 120/80 mmHg
Oleh perawat : Ari Aruna P : 15 x/menit
Keluhan Utama : Nyeri perut BB (Pediatri) : 69 Kg

Riwayat Penyakit:
 DM
 PJK
 Asma
 Tidak ada
 dll : Maag
Riwayat Alergi : Kategori Triage :
 Ya  P1  P2  P3  P4
 Tidak
 Lain – lain: ...............................

Keadaan Umum:
 Baik
 Sedang
 Buruk

PRIMARY SURVEY
AIRWAY (A) BREATHING (B) CIRCULATION (C)
Jalan Nafas : Pola Nafas: Nadi:
 Paten  Apneu  Teraba
 Tidak Paten  Dispneu  Tidak teraba
Obstruksi :  Bradipneu Sianosis:
 Lidah  Tachipneu  Ada
 Cairan  Lain ................  Tidak
 Benda Asing Bunyi nafas: CRT:
 Lain : Tidak ada  Vesikuler  < 2 detik
Suara Nafas :  Bronchovesikuler  > 2 detik
 Snoring  Bronkhial Akral:
 Gurgling Suara nafas tambahan:  Hangat
 Stridor  Whezing  Dingin
 Lain : Normal  Ronchi Pendarahan:
 Rales  Ada
Keluhan Lain:  Pleural friction rub  Tidak
.............................................. Gerakan dada :  Jika ada ........cc
..  Simetris  Lokasinya .................
 Asimetris
Irama Nafas: Keluhan Lain:
 Reguler ............................................
 Ireguler
Penggunaan otot bantu nafas:
 Retraksi otot dada:
 Cuping hidung
Sesak Nafas :
 Ya
 Tidak
 RR : 15 x/menit

Keluhan Lain:
.......................................................
......
DISABILITY (D) EXPOSURE (E) Keluhan Lain:
Respon (anak): …………………………
 Alert
 Verbal
 Pain
 Unrespon
Kesadaran kualitatif:
 CM
 Apatis
 Delirium
 Somnolen
 Lain-lain: ...............
GCS:
 Eye :4
 Verbal : 5 Deformitas :  Ya  Tidak
 Motorik : 6 Contusio :  Ya  Tidak
Pupil: Abrasi :  Ya  Tidak
 Isokor  
Penetrasi : Ya Tidak
 Anisokor
Laserasi :  Ya  Tidak
 Pinpoint
Edema :  Ya  Tidak
 Medriasis
Respon cahaya:
 Ada Lokasi trauma : Tidak ada
 Tidak Luas / kedalaman luka ............
Skala nyeri ...........................
Keluhan Lain:
.............................. Keluhan Lain:
.............................................

THERAPI: ……………………………………………….
Jam Terapi / Tindakan / Konsul Jawaban / catatan
08.00 O2 2 lpm
08.05 IVFD RL 20 tpm
08.10 Inj. Ceftriaxone 3 x 1 gr
08.10 Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
08.20 Konsul Dokter Bedah
- Cek darah rutin
- Foto polos abdomen 3 posisi
- Foto thorax
JAM KELUAR IGD : 07.45

TINDAK LANJUT
 KRS
 MRS
 PP
 Operasi
 Pindah ke bag……..
 Lain – lain ……….

Tanggal : 09-02-2021 Tanda Tangan

Nama Perawat : Ari Aruna


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009

Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-322738


Tulungagung 66224
Alamat E-mail : akperta@gmail.com

PENGKAJIAN DATA DASAR DAN FOKUS

Pengkajian diambil tgl : 09-02-2021 Jam : 08.00


Tanggal Masuk : 08-02-2021 No. reg : 0098765XX
Ruangan / Kelas : Dahlia
No. Kamar : 05
Diagnosa Masuk : Obstruksi usus
Diagnosa Medis : Obstruksi usus

IDENTITAS
1. Nama : Ny. B
2. Umur : 40 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
6. Bahasa : Jawa
7. Pendidikan : SD
8. Pekerjaan : Petani
9. Alamat : Karangrejo, Tulungagung
10. Alamat yg mudah dihubungi : Karangrejo, Tulungagung
11. Ditanggung oleh : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri
RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :
a. Alasan Masuk Rumah Sakit:
Klien mengeluh nyeri perut dirasakan 1 minggu yang lalu, memberat ± 1 hari ini
b. Keluhan Utama:
Saat awal MRS : Nyeri perut, mual (+), muntah (-)
Saat pengkajian : Nyeri perut, BAB (-), mual muntah setiap makan
2. Riwayat Penyakit Sekarang ( PQRST ) :
Saat awal MRS : Klien mengeluh nyeri perut dirasakan 1 minggu yang lalu dan memberat
± 1 hari ini, nyeri perut dirasakan terus menerus, skala nyeri 9, perut terasa kembung, mual
(+), muntah (-), nafsu makan ↓, BAB terakhir kemarin pagi
Saat pengkajian : Klien mengeluh nyeri perut hebat, nyeri terus-menerus, skala nyeri 8,
perut kembung, nafsu makan ↓, mual (+), muntah (+), BAB (-), flatus (-)

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :


Klien mengatakan memiliki Riwayat penyakit maag sudah lama

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit menurun atau menular

POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI

SEBELUM MASUK RS DI RUMAH SAKIT

A. Pola Tidur / Istirahat


Waktu Tidur 22.00 WIB 21.00

Waktu Bangun 05.00 WIB Tidak menentu

Masalah Tidur Tidak ada Sering terbangun

Hal-hal yang Tidak ada Tidak ada


mempermudah tidur

Hal-hal yang Tidak ada Nyeri perut


mempermudah pasien
terbangun

B. Pola Eliminasi
BAB
- Warna Kuning kecoklatan Selama MRS px belum ada
- Bau Khas BAB
- Konsistensi Keras
- Jumlah Tidak terkaji
- Frekwensi 1 x sehari
- Kesulitan BAB BAB sulit dan lama
- Upaya mengatasi Tidak ada

BAK
- Spontan / Catheter Spontan Spontan
- Warna Kuning Kuning
- Bau Khas Khas
- Konsistensi Cair Cair
- Jumlah Tidak terkaji Sedikit
- Frekwensi ± 6 x sehari ± 3 x sehari
- Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
C. Pola Makan dan Minum
1. Makan
- Per Oral / NGT Oral Oral
- Frekwensi 3 x sehari 3 x sehari, habis 2 sdm
- Jenis Nasi, lauk pauk Nasi, sayur, lauk pauk
- Diit Tidak ada Tinggi serat
- Pantangan Tidak ada Tinggi lemak
- Yang Disukai Gorengan Tidak ada
- Yang Tdk disukai Sayuran Tidak ada
- Alergi Tidak ada Tidak ada
- Masalah makan Sering telat makan Mual (+) muntah (+)
- Upaya mengatasi Tidak ada Obat-obatan

2. Minum
- Frekwensi ± 8 gelas /hari ± 5 gelas /hari
- Jenis Air putih, teh Air putih
- Diit Tidak ada Tidak ada
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Yang Disukai Teh Tidak ada
- Yang Tdk disukai Tidak ada Tidak ada
- Alergi Tidak ada Tidak ada
- Masalah minum Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
- Cairan IV Tidak ada Tidak ada

D. Kebersihan diri / personal


hygiene :
1. Mandi 2 x sehari 2 x sehari (dilap)
2. Keramas 2 x seminggu Tidak
3. Pemeliharaan gigi dan 2 x sehari 2 x sehari
mulut
4. Pemeliharaan kuku 1 x seminggu 1 x seminggu
5. Ganti pakaian 2 x sehari 2 x sehari

E. Pola Kegiatan / Aktifitas Bertani Bedrest, ADL dibantu


Lain

F. Kebiasaan
- Merokok Tidak Tidak
- Alkohol Tidak Tidak
- Jamu, dll Tidak Tidak

DATA PSIKO SOSIAL


A. Pola Komunikasi :
Ny. B mudah diajak berkomunikasi
B. Orang yang paling dekat dengan klien :
Suami
C. Rekreasi
Hobby : Memasak
Penggunaan Waktu Senggang :
Menonton TV
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit :
Ny. B merasa jenuh selama di RS
E. Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial :
Ny. B bisa diajak komunikasi dengan lancar. Ny. B dan keluarga tampak saling
mendukung satu sama lain
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan :
Suami

KONSEP DIRI
A. Gambaran Diri :
Ny. B mengatakan selama sakit tidak bisa menjalankan aktivitas normal , harus
mengontrol aktivitasnya, pola makan dan minum.
B. Harga Diri :
Baik
C. Ideal Diri :
Px tampak tenang dan berharap kesembuhan untuk penyakitnya
D. Identitas Diri :
Px mengatakan bernama Ny. B berasal dari Karangrejo, Tulungagung
E. Peran :
Px berperan sebagai istri

DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah :
Selama MRS px tidak melaksanakan ibadah
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit :
Px yakin akan sehat & sakit pasti ada obatnya
C. Keyakinan terhadap penyembuhan :
Px yakin akan sembuh setelah MRS
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum
Lemah
B. Tanda – tanda vital
Suhu Tubuh : 37 °C Nadi : 76 x/menit
Tekanan darah : 100/60 mmHg Respirasi : 20 x/menit
Tinggi Badan : 155 cm Berat Badan : 69 kg
C. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : Normocephal
Ubun-ubun : Datar
Kulit kepala : Bersih
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Merata
Bau : Khas keringat
Warna : Hitam
c. Wajah
Warna Kulit : Sawo matang
Struktur Wajah : Simetris
Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap dan simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) : Tidak ada peradangan
c. Konjuctiva dan sklera : Konjungtiva anemis dan sklera ikterik
d. Pupil : Isokor
e. Kornea dan iris : Tidak ada peradangan
f. Ketajaman penglihatan / visus : Tidak terkaji
g. Tekanan bola mata : Tidak terkaji

Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris
b. Lubang Hidung : Bersih, tidak ada polip dan iritasi
c. Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung

Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris
Ukuran telinga : Normal
Ketenggangan telinga : Lentur
b. Lubang telinga : Serumen (+)
c. Ketajaman pendengaran : Baik
Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : Kering
b. Keadaan gusi dan gigi : Bersih
c. Keadaan lidah : Bersih
d. Orofarings : Tidak terkaji

Leher
a. Posisi trakhea : Simetris
b. Tiroid : Tidak ada pembesaran
c. Suara : Jelas
d. Kelenjar Lymphe : Tidak ada pembesaran
e. Vena jugularis : Tidak ada distensi
f. Denyut nadi coratis : Teraba

D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit )


a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : Dingin pada akral
c. Warna : Sawo matang
d. Turgor : CRT < 2 detik
e. Tekstur : Halus
f. Kelembaban : Kering
g. Kelainan pada kulit : Tidak ada

E. Pemeriksaan payudara dan ketiak


a. Ukuran dan bentuk payudara : Simetris

b. Warna payudara dan areola : Sawo matang dan kecoklatan

c. Kelainan-kelainan payudara dan puting : Tidak ada

d. Axila dan clavicula : Pembesaran lelenjar getah bening (-) dan fraktur (-)

F. Pemeriksaan Thorak / dada


1. Inspeksi Thorak
a. Bentuk Thorak : Simetris
b. Pernafasan
Frekwensi : 20 x/menit
Irama : Reguler
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : Tidak ada
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vocal fremitus ) : Simetris
b. Perkusi : Sonor (+/+)
c. Auskultasi
Suara Nafas : Vesikular
Suara Ucapan : Terdengar jelas diseluruh lapang paru
Suara Tambahan : Tidak ada

3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulsasi : Ictus cordis tidak terlihat
- Ictus cordis : Ictus cordis teraba 1 jari lateral ICS IV
b. Perkusi
Batas-batas jantung :
Kanan atas : ICS II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah : ICS IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas : ICS II Linea Para Sternalis Sinistra
Kiri bawah : ICS IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : Lub
- Bunyi jantung II : Dub
- Bunyi jantung Tambahan : Tidak ada
- Bising / Murmur : Tidak ada
- Frekwensi denyut jantung : 76 x/menit

G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Kontur abdomen cembung
- Benjolan / Massa : Tidak ada
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen : Tidak ada
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : Menurun
- Bunyi jantung Anak / BJA : Tidak ada
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : Ada nyeri tekan di seluruh lapang perut
- Benjolan / massa : Tidak ada
- Tanda-tanda ascites : Tidak ada
- Hepar : Tidak terkaji
- Lien : Tidak terkaji
- Titik Mc. Burne : Tidak terkaji
d. Perkusi
- Suara Abdomen : Hipertympani
- Pemeriksaan Ascites : Tidak ada tanda-tanda ascites

H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya


1. Genetalia
a. Kelainan – kelainan pada genetalia eksterna dan daerah inguinal :
Tidak ada kelainan
2. Anus dan Perineum
a. Lubang anus : Normal
b. Kelainan – kelainan pada anus dan perineum : Tidak ada kelainan

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimitas )


a. Kesimetrisan Otot : Simetris
b. Pemeriksaan Oedem : Tidak ada oedem
c. Kekuatan Otot :
5 5
5 5
d. Kelainan – kelainan pada ekstrimitas dan kuku : Tidak ada kelainan

J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS : E4V5M6
2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) : Tidak terkaji
3. Syaraf otak ( Nervus cranialis ) : Tidak terkaji
4. Fungsi Motorik : Baik
5. Fungsi Sensorik : Baik
6. Refleks :
a. Refleks Fisiologis : Normal
b. Refleks Patologis : Normal

K. Pemeriksaan Status Mental


a. Kondisi Emosi / Perasaan : Stabil
b. Orientasi : Baik
c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan ) : Baik
d. Motivasi ( Kemauan ) : Px ingin cepat sembuh dari penyakitnya
e. Persepsi : Baik
f. Bahasa : Bicara dengan Bahasa yang jelas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Obstruksi usus
B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :
1. Laboratorium (08-02-2021)
Parameter Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 11,4 13,5 – 18 g/dl
Leukosit 29,4 5,0 – 10,0 x 10³ /µl
Eritrosit 3,42 4,0 – 5,0 x 10⁶ /µl
Trombosit 234 150 – 450 x 10³ /µl
Hematrokrit 49,2 40 – 48 %
Glukosa Darah Sewaktu 70 76 – 150 mg/dl
SGOT 26,8 3 – 45 u/L
SGPT 0,87 0 – 35 u/L
Ureum 32,5 10 – 50 mg/dl
Creatinin 0,87 0,6 – 1,1 mg/dl
Natrium 110 135 – 145 mmol/L
Kalium 1,5 3,5 – 5,0 mmol/L
Klorida 88 94 – 111 mmol/L
2. Rontgen Abdomen
Tampak dilatasi dan penebalan dinding usus. Udara usus tidak mencapai rectum. Psoas line dan
kontur ginjal kiri tertutup bayangan udara usus. Tidak tampak bayangan radioopak di proyeksi
tractus urinarius, kontur corpus vertebra dalam batas normal. Tampak multiple air fluid level.
Kesan : Ileus Obstruktif

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


O2 2 lpm
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 3 x 1 gr
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
Inj. Metronidazole 3 x 500 mg
Inj. Santagesik 3 x 500 mg
Pemasangan NGT (dekompresi) → keluar cairan berwarna kuning kecoklatan 80 cc
Mahasiswa

ARI ARUNA SAMODRA NING TYAS


NIM. A2R16007
ANALISA DATA
Nama pasien : Ny. B
Umur : 40 tahun
No. Register : 0098765XX

NO KELOMPOK DATA PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN


1. DS : px mengeluh nyeri perut Obstruksi usus Nyeri Akut
DO :
- Skala nyeri 8 Cairan, gas dan udara
- Tampak meringis (+) berkumpul di belakang
- Posisi menghindari nyeri obstruksi
(+)
- Gelisah (+) Peristaltik meningkat
- Sulit tidur (+) sementara, upaya untuk
- Nafsu makan ↓ memaksa isi usus mendorong
- Berfokus pada diri sendiri sumbatan
(+)
Distensi bertambah

Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri)

Medulla spinalis

Otak
(korteks somatosensorik)

Persepsi nyeri

Nyeri Akut

2. DS : px mengatakan BAB Obstruksi usus Konstipasi


lama dan sulit, terakhir BAB 2
hari yang lalu, selalu sangat Cairan, gas dan udara
mengejan saat BAB berkumpul di belakang
DO : obstruksi
- Feses keras (+)
- Peristaltik usus ↓ Peristaltik meningkat
- Distensi abdomen (+) sementara, upaya untuk
- Teraba massa pada rektal
Rectal toucher : Sfingter memaksa isi usus mendorong
ani tidak menjepit kuat, sumbatan
mukosa rectum licin,
permukaan kenyal, Distensi bertambah
terdapat darah berwarna
merah gelap bercampur Peristaltik usus menurun
feses pada handscoon.
Disfungsi motilitas
gastrointestinal

Konstipasi

3. DS : px mengatakan muntah Obstruksi usus Hipovolemia


(+) dan badan terasa lemah
DO : Cairan, gas dan udara
- Nadi teraba lemah (+) berkumpul di belakang
- Turgor kulit ↓ obstruksi
- Membran mukosa kering
(+) Peristaltik meningkat
- Volume urine ↓ sementara, upaya untuk
- Hematokrit ↑ memaksa isi usus mendorong
sumbatan

Distensi bertambah

Distensi menghalangi
pasokan darah ke dalam usus
sehingga menghambat
absorbsi usus

Dinding usus membengkak


Ketika air, natrium, serta
kalium disekresikan ke dalam
usus dan tidak diabsorbsi
Kembali dari dalam usus

Dehidrasi

Hipovolemia
4. DS : - Obstruksi usus Risiko Ketidakseimbangan
DO : Elektrolit
- Natrium ↓ = 110 mmol/L Cairan, gas dan udara
- Kalium ↓ = 1,5 mmol/L berkumpul di belakang
- Klorida ↓ = 88 mmol/L obstruksi

Peristaltik meningkat
sementara, upaya untuk
memaksa isi usus mendorong
sumbatan

Distensi bertambah

Distensi menghalangi
pasokan darah ke dalam usus
sehingga menghambat
absorbsi usus

Dinding usus membengkak


Ketika air, natrium, serta
kalium disekresikan ke dalam
usus dan tidak diabsorbsi
Kembali dari dalam usus

Risiko Ketidakseimbangan
Elektrolit

5. DS : px mengatakaningin Kesiapan Peningkatan


mengelola masalah kesehatan Manajemen Kesehatan
DO :
- Pilihan hidup sehari-hari
tepat untuk memenuhi
tujuan program kesehatan
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny. B


Umur : 40 tahun
No. Register : 0098765XX
TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL
1. 09-02-2021 Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologi d.d. mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah, sulit tidur, nafsu makan menurun, berfokus pada diri
sendiri.

2. 09-02-2021 Konstipasi b.d. penurunan motilitas gastrointestinal d.d. pengeluaran feses


lama dan sulit, mengejan saat defekasi, feses keras, peristaltic usus menurun,
distensi abdomen, teraba massa pada rektal,

3. 09-02-2021 Hipovolemia b.d. kekurangan intake cairan d.d. merasa lemah, nadi teraba
lemah, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine
menurun, hematokrit meningkat.

4. 09-02-2021 Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit d.d. ketidakseimbangan cairan.

5. 09-02-2021 Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan d.d. keinginan untuk mengelola


masalah Kesehatan dan pencegahannya.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny. B
Umur : 40 tahun
No. Register : 0098765XX
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b.d. agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
pencedera fisiologi d.d. keperawatan selama 1 x 8 Observasi
mengeluh nyeri, tampak jam tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
meringis, bersikap protektif, dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
gelisah, sulit tidur, nafsu - Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
makan menurun, berfokus - Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
pada diri sendiri. - Sikap protektif 3. Identifikasi respon nyeri non
menurun verbal
- Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
- Kesulitan tidur memperberat nyeri dan
menurun memperingan nyeri
- Nafsu makan membaik Terapeutik
- Berfokus pada diri 5. Berikan teknik nonfarmakologis
sendiri menurun untuk mengurangi nyeri (mis.
hipnosis, akupresur, terapi
musik, terapi pijat, kompres
hangat/dingin)
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
7. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
9. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

2. Konstipasi b.d. penurunan Setelah dilakukan intervensi Manajemen konstipasi


motilitas gastrointestinal d.d. keperawatan selama 1 x 8 Observasi
pengeluaran feses lama dan jam eliminasi fekal 1. Periksa tanda dan gejala
sulit, mengejan saat defekasi, membaik dengan kriteria konstipasi
feses keras, peristaltic usus hasil : 2. Periksa pergerakan usus,
menurun, distensi abdomen, - Keluhan defekasi lama karakteristik feses (konsistensi,
teraba massa pada rektal, dan sulit menurun bentuk, volume, dan warna
- Mengejan saat defekasi Terapeutik
menurun 3. Anjurkan diet tinggi serat
- Konsistensi feses 4. Lakukan masase abdomen, jika
membaik perlu
- Peristaltic usus 5. Lakukan evakuasi feses secara
membaik manual, jika perlu
- Distensi abdomen 6. Berikan enema atau irigasi, jika
menurun perlu
- Teraba massa pada Edukasi
rektal menurun 7. Jelaskan etiologi masalah dan
alasan tindakan
8. Anjurkan peningkatan asupan
cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
9. Latih buang air besar secara
teratur
10. Ajarkan cara mengatasi
konstipasi
Kolaborasi
11. Konsultasi dengan tim medis
tentang penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus
12. Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu

3. Hipovolemia b.d. kekurangan Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipovolemia


intake cairan d.d. merasa keperawatan selama 1 x 8 Observasi
lemah, nadi teraba lemah, jam status cairan membaik 1. Periksa tanda dan gejala
turgor kulit menurun, dengan kriteria hasil : hipovolemia (mis. frekuensi
membrane mukosa kering, - Perasaan lemah nadi, nadi teraba lemah, tekanan
volume urine menurun, menurun darah menurun, turgor kulit
hematokrit meningkat. - Kekuatan nadi menurun, membrane mukosa
meningkat kering, volume urine menurun,
- Turgor kulit meningkat haus, lemah)
- Membrane mukosa 2. Monitor intake dan output cairan
membaik Terapeutik
- Output urine 3. Hitung kebutuhan cairan
meningkat 4. Berikan posisi modified
- Kadar hematokrit tredelenburg
membaik 5. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
6. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)

4. Risiko Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi Pemantauan elektrolit


Elektrolit d.d. keperawatan selama 1 x 8 Observasi
ketidakseimbangan cairan. jam keseimbangan elektrolit 1. Identifikasi kemungkinan
meningkat dengan kriteria penyebab ketidakseimbangan
hasil : elektrolit
- Serum natrium 2. Monitor kadar elektrolit serum
meningkat 3. Monitor mual, muntah dan diare
- Serum kalium 4. Monitor dan tanda gejala
meningkat hipokalemia
- Serum klorida 5. Monitor dan tanda gejala
meningkat hiperkalemia
6. Monitor dan tanda gejala
hyponatremia
7. Monitor dan tanda gejala
hypernatremia
8. Monitor dan tanda gejala
hipokalsemia
9. Monitor dan tanda gejala
hiperkalsemia
Terapeutik
10. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
11. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
12. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
13. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu

5. Kesiapan Peningkatan Setelah dilakukan intervensi Manajemen kesehatan


Manajemen Kesehatan d.d. keperawatan selama 1 x 8 Observasi
keinginan untuk mengelola jam manajemen Kesehatan 1. Identifikasi kesiapan dan
masalah Kesehatan dan meningkat dengan kriteria kemampuan menerima informasi
pencegahannya. hasil : Terapeutik
- Melakukan Tindakan 2. Sediakan materi dan media
untuk mengurangi pendidikan kesehatan
factor resiko 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan
- Menerapkan program sesuai kesepakatan
perawatan 4. Berikan kesempatan untuk
- Aktivitas hidup sehari- bertanya
hari efektif memenuhi Edukasi
tujuan kesehatan 5. Jelaskan factor resiko yang dapat
- Verbalisasi kesulitan mempengaruhi kesehatan
dalam menjalani 6. Ajarkan perilaku hidup bersih
program perawatan/ dan sehat
pengobatan
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Ny. B Umur : 40 tahun No. Register : 0098765XX Kasus : Obstruksi usus

TANGGAL/ TANDA TANGGAL/ TANDA


NO NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM TANGAN JAM TANGAN
1. I 09-08-2021 Manajemen nyeri 09-08-2021 S : Px mengatakan masih nyeri perut, perut kembung,
Observasi 14.00 mual dan muntah.
08.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, O:
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri (nyeri pada - Skala nyeri 8
seluruh lapang perut, nyeri terus-menerus) - Tampak meringis (+)
08.02 2. Mengidentifikasi skala nyeri (skala nyeri 8) - Posisi menghindari nyeri (+)
08.02 3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal - Gelisah (+)
(tampak meringis) - Sulit tidur (+)
Terapeutik - Nafsu makan ↓
08.03 4. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk - Berfokus pada diri sendiri (+)
mengurangi nyeri (kompres hangat) A : Masalah nyeri akut belum teratasi
08.08 5. Mengontrol lingkungan yang memperberat P : Intervensi dilanjutkan no. 1-9
nyeri (suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
08.10 6. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
08.13 7. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
08.15 8. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
08.20 9. Berkolaborasi pemberian analgetic (santagesik
3 x 500 mg)

2. II 09-08-2021 Manajemen konstipasi 09-02-2021 S : Px mengatakan selama MRS belum BAB


Observasi 14.00 O:
08.22 1. Memeriksa tanda dan gejala konstipasi (BAB - Peristaltik usus menurun
lama dan sulit) - Distensi abdomen (+)
08.23 2. Memeriksa pergerakan usus, karakteristik feses - Teraba massa pada rektal (Rectal toucher :
(feses keras) Sfingter ani tidak menjepit kuat, mukosa
Terapeutik rectum licin, permukaan kenyal, terdapat darah
08.25 3. Menganjurkan diet tinggi serat berwarna merah gelap bercampur feses pada
08.30 4. Melakukan masase abdomen handscoon)
08.35 5. Melakukan evakuasi feses secara manual A : Masalah konstipasi belum teratasi
08.37 6. Memberikan enema atau irigasi P : Intervensi dilanjutkan no. 1-11
Edukasi
08.40 7. Menjelaskan etiologi masalah dan alasan
tindakan
08.45 8. Menganjurkan peningkatan asupan cairan, jika
tidak ada kontraindikasi
08.48 9. Melatih buang air besar secara teratur
08.53 10. Mengajarkan cara mengatasi konstipasi
Kolaborasi
08.55 11. Berkonsultasi dengan tim medis tentang
penurunan/peningkatan frekuensi suara usus

3. III 09-08-2021 Manajemen hipovolemia 09-02-2021 S : Px mengatakan badan terasa lemah, muntah (+)
Observasi 14.00 O:
09.00 1. Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia (nadi - Kekuatan nadi meningkat
teraba lemah, turgor kulit menurun, membrane - Turgor kulit meningkat
mukosa kering, volume urine menurun, lemah) - Membrane mukosa kering
09.05 2. Memonitor intake dan output cairan (intake = ± - Volume urine menurun
5 gelas / hari, output = frekuensi BAK ± 3x A : Masalah hypovolemia teratasi sebagian
sehari, BAK sedikit) P : Intervensi dilanjutkan no. 1,2,4,5,6
Terapeutik
09.10 3. Memberikan posisi modified tredelenburg
09.12 4. Memberikan asupan cairan oral
Edukasi
09.15 5. Menganjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
Kolaborasi
09.18 6. Berkolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(RL 20 tpm)

4. IV 09-08-2021 Pemantauan elektrolit 09-02-2021 S:-


Observasi 14.00 O:
09.25 1. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab - Natrium ↓ = 110 mmol/L
ketidakseimbangan elektrolit (dehidrasi) - Kalium ↓ = 1,5 mmol/L
09.27 2. Memonitor kadar elektrolit serum - Klorida ↓ = 88 mmol/L
09.35 3. Memonitor mual, muntah dan diare ( mual +, A : Masalah risiko ketidakseimbangan elektrolit
muntah +, diare - ) belum teratasi
09.38 4. Memonitor dan tanda gejala hipokalemia P : Intervensi dilanjutkan no. 1-10
(konstipasi)
09.40 5. Memonitor dan tanda gejala hiponatremia
(membrane mukosa kering)
09.43 6. Memonitor dan tanda gejala hipokalsemia
(peka rangsang)
Terapeutik
09.50 7. Mengatur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
09.55 8. Mendokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
10.00 9. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
10.05 10. Menginformasikan hasil pemantauan

5. V 09-08-2021 Manajemen kesehatan 09-02-2021 S : Px mengatakan sudah paham tentang penyakitnya


Observasi 14.00 O : Pilihan hidup sehari-hari tepat untuk memenuhi
10.10 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan tujuan program kesehatan
menerima informasi A : Masalah kesiapan manajemen kesehatan teratasi
Terapeutik P : Intervensi dihentikan
10.13 2. Menyediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
10.20 3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
10.25 4. Memberikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
10.30 5. Menjelaskan factor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
10.40 6. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

Anda mungkin juga menyukai