Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang

Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya


dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan
budi nurani) (Fuad, 2005). Pendidikan menjadi salah satu faktor penting bagi bangsa
Indonesia, hal tersebut tertuang dalam muatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019 terkait pendidikan yang merupakan tahapan ketiga dari
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) 2005-2025. Dalam perkembangan dunia
pendidikan saat ini, kita juga dihadapkan dengan revolusi industri 4.0, sudah seharusnya
masyarakat terbuka akan teknologi yang mana mampu membantu kegiatan masyarakat
diberbagai aspek kehidupan khususnya dalam perkembangan di bidang pendidikan,
teknologi juga mengambil peran penting dalam situasi Covid-19 saat ini dimana segala
informasi diperoleh dan disebarluaskan melalui kecanggihan teknologi, namun faktanya
masih banyak masyarakat khususunya di pedesaan yang belum memanfaatkan keberadaan
teknologi dengan tepat karena minimnya informasi, kondisi geografis yang jauh dari pusat
kota dan kebiasaan masyarakat yang masih menggunakan cara konvensional dan hal ini
menjadi perhatian yang serius.
Permasalahan pendidikan masih dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, tidak
terkecuali Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Provinsi
Lampung, Kabupaten Lampung Selatan berada di urutan ke-3 jumlah kasus terbanyak anak
putus sekolah. Hal ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah rendahnya minat
dan semangat masyarakat untuk melanjukan pendidikan hingga jenjang yang tinggi. Desa
Banding merupakan salah satu desa di Kabupaten Lampung Selatan yang memiliki jumlah
sumber daya manusia yang terbilang mencukupi dengan jumlah penduduk tahun 2019
sekitar 2053 jiwa, namun tidak diikuti dengan kualitas sumber dayanya. Hal tersebut
tercermin dari minat masyarakat terhadap pendidikan yang terbilang rendah dan
tergambarkan dengan jumlah penduduk yang sebagian besar hanyalah tamatan tingkat
sekolah dasar dan menengah pertama. Jumlah warga yang berpendidikan Sekolah Dasar
sebanyak 522 jiwa, Sekolah Menengah Pertama sebanyak 918 jiwa Sekolah Menengah Atas
sebanyak 551, dan perguruan tinggi sebanyak 56 jiwa. Meskipun ada beberapa penduduk
sudah menamatkan pendidikan sampai Perguruan Tinggi, namun jumlah masyarakat yang
hanya merupakan lulusan sekolah dasar dan menengah pertama mencapai angka 71%.
Dalam rangka mengedukasi masyarakat melalui budaya baca, pemerintah Desa Banding
telah membangun perpustakan desa yang berlokasi di lingkungan Sekolah Dasar Negeri
Banding. Akan tetapi perpustakaan tersebut hanya berupa ruangan saja dan belum beroperasi
karena terkendala biaya. Membaca merupakan salah satu media penyerapan ilmu
pengetahuan dan membuka jendela dunia, namun pada kenyataannya masyarakat di Desa
Banding, khususnya para pelajar memiliki minat baca yang masih rendah. Rendahnya minat
baca di desa Banding disebabkan karena tidak tersedianya wadah tempat anak-anak
membaca, tidak adanya dukungan dari orang dewasa, dan kurangnya kesadaran dari masing-
masing individu. Jika mengaitkannya dengan Era Revolusi Industri 4.0 saat ini, kemajuan
teknologi juga seharusnya bisa meningkatkan kualitas pendidikan jika digunakan dengan
benar. Anak-anak dan remaja di Desa Banding mayoritas sudah mengenal smartphone
namun pemanfaatannya tidak tepat guna. Mereka menggunakan smartphone hanya untuk
bermain game serta menonton konten YouTube yang tidak ada kaitannya dengan
pendididkan dan pengetahuan, sedangkan untuk teknologi lainnya (komputer misalnya)
dominan masih merasa asing dan tidak mengerti cara pemakaiannya.
Berdasarkan permasalahan yang ada serta diskusi dengan kepala desa, Desa Banding
memerlukan solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Oleh karena itu, Himpunan
Mahasiswa Planologi Mandalanata berupaya untuk melakukan pemberdayaan masyarakat di
Desa Banding melalui program-program yang saling berkaitan dan berkelanjutan. Program
tersebut terdiri atas tiga topik utama, yakni teknologi, cita-cita, dan literasi yang dirancang
menjadi “PETE CITA LITERASI 5 Portal”. Untuk mengatasi permasalahan bidang
teknologi, kami memunculkan upaya pengenalan teknologi terhadap anak-anak di Desa
Banding yaitu berupa pengenalan robotik oleh organisasi mahasiswa itera yang bergerak di
bidang robotika yaitu UROTERA, edukasi dan pelatihan software dasar, pengarahan
penggunaan teknologi yang tepat guna, serta program digitalisasi peta administrasi dan
potensi desa oleh mahasiswa. Program ini juga akan melibatkan organisasi desa berbasis
teknologi informasi, yang mana Desa Banding sudah memiliki Kelompok Informasi
Masyarakat (KIM) yang berkualitas, namun hanya bekerja pada publikasi informasi dan
keperluan aparat desa, belum terjun langsung untuk memberdayakan masyarakat.
Terkait rendahnya minat penduduk usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi, kami berupaya menambah wawasan pengetahuan dengan
memperkenalkan cita-cita maupun keprofesian di Era Revolusi Industri 4.0 secara luas
didukung pengadaan media pohon cita-cita untuk tingkat sekolah dasar serta edukasi terkait
beasiswa dan konsultasi pemilihan jurusan kuliah untuk anak-anak sekolah menengah atas.
Kami juga akan mengaktifkan perpustakaan Desa Banding dan berupaya menghidupkan
budaya dan semangat literasi kepada masyarakat. Perpustakaan akan dibuat semenarik
mungkin baik secara fisik maupun bahan bacaannya. Melalui program berupa penyadaran
pentingnya budaya membaca, pengaktifan perpustakaan desa, pengenalan cita-
cita/keprofesian di era revolusi industri 4.0, serta edukasi literasi digital melalui video yang
dikemas dengan program yang menarik, diharapkan akan tumbuh semangat terhadap
pendidikan dan bertambahnya taraf kualitas sumber daya manusia di Desa Banding.
Dalam pengembangan dan pemberdayaan masyarakat desa, peran pemuda pada
dasarnya sangat penting sebagai motor penggerak baik dalam bidang pendidikan,
perekonomian, sosial, dan bidang lainya. Hal tersebut diperkuat dengan adanya Karang
Taruna yang dicetuskan oleh Kementrian Sosial. Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial
Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2019 tentang Karang Taruna disebutkan bahwa Karang
Taruna adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sebagai wadah generasi muda
untuk mengembangkan diri, tumbuh, dan berkembang atas dasar kesadaran serta tanggung
jawab sosial dari, oleh, dan untuk generasi muda, yang berorientasi pada tercapainya
kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Namun setelah dilakukan penelusuran, Karang Taruna
Desa Banding sudah tidak aktif sejak tahun 2015. Menurut kepala desa, hal tersebut
disebabkan oleh kurangnya komunikasi antaranggota dan pengelolaan keorganisasian yang
kurang baik. Hal tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja, diperlukan usaha untuk
menghidupkan kembali Karang Taruna agar dapat membantu dalam pengembangan desa.
Dalam upaya menghidupkan kembali Karang Taruna di Desa Banding, diperlukan program
pembekalan terkait keorganisasian, leadership, manajemen, dan lainnya, serta turut
mengajak anggota Karang Taruna terjun langsung dalam program-program pengembangan
yang rencananya diselenggarakan di Desa Banding. Dengan aktifnya Karang Taruna
diharapkan akan menjaga keberlanjutan program PETE CITA LITERASI, program ini juga
akan menjadi program pertama yang dilaksanakan Karang Taruna Desa Banding bersama
mahasiswa. Dimulai dari program di bidang pendidikan diharapkan Karang Taruna dapat
melaksanakan program di bidang yang lebih luas seperti kewirausahaan, keorganisasian,
ekonomi, olahraga, keterampilan, advokasi, keagamaan dan kesenian.
Melalui program PETE CITA LITERASI (Pengenalan Teknologi, Cita-Cita, dan
Literasi) 5 Portal serta pengaktifan Karang Taruna dan perpustakaan desa banding,
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat sehingga terwujud
desa banding yang berdaya saing di Era Revolusi Industri 4.0 dengan kualitas sumber daya
manusia yang mumpuni di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai