Anda di halaman 1dari 22

STIGMA DAN PERMASALAHNNYA

DALAM PERAWATAN ORANG DENGAN


HIV/AIDS (ODHA)

Kusman Ibrahim, S.Kp., MNS., Ph.D


Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Beberapa Kisah tentang STIGMA ODHA

"Kami sering diusir, dihina,


dan tidak bisa diterima di
masyarakat. Kami juga harus
pindah dari satu tempat ke
tempat lainnya. Karena tidak
semua bisa menerima
keberadaan Adha," (Suara.com,
2/7/2019).
Beberapa Kisah tentang STIGMA ODHA

"“Saat terkapar, lumpuh


karena AIDS, aku meringkuk
di gubuk bawah flyover Rawa
Bebek. Tiga bulan aku tinggal
di gubuk itu” (Lotus, seorang PSK
pengidap HIV, suara.com, 27/2/2019).

Dua orang teman Lotus, satu sampai meninggal tinggal di Gubuk Kolong
Jembatan, satu lagi pulang kampung, “Tidak ada tempat penampungan
sementara bagi mereka, apalagi kalau sudah sampai AIDS. Karena kalau
sudah sampai AIDS, dia akan lumpuh dan tidak bisa apa-apa lagi,” ungkap
Ibu Ayu, 66 tahun, 30 tahun bekerja mendampingi PSK HIV positif.
Beberapa Kisah tentang STIGMA ODHA

...begitu Acep duduk, empat perawat itu mencecarnya


dengan sejumlah pertanyaan. Dicecar layaknya terdakwa di
persidangan membuat Acep merasa tak nyaman. "Katanya
prosedur konsultasi tapi kok saya merasa seperti
dinterogasi," ujar mahasiswa semester akhir jurusan HI di
salah satu PTN di Jakarta itu. Selesai dengan para perawat,
Acep dialihkan ke ruangan dokter. Acep berharap dokter
tersebut bisa lebih netral melihat kondisi dirinya. Dokter
tersebut membuka percakapan dengan mengatakan kurang
suka dengan orang-orang yang berisiko terinfeksi virus HIV.
"Lebih baik kalau kamu punya kesempatan, jangan tinggal
di Indonesia," ujar Acep menirukan ucapan dokter itu.
Merasa dihakimi secara verbal, Acep mengurungkan
niatnya ikut tes. Keberanian yang dikumpulkan berbulan-
bulan luruh seketika. Dia pun memutuskan angkat kaki dari
rumah sakit itu. "Gawat kalau saya balik ke rumah sakit ini
pasti perlakuannya sama seperti itu. Apalagi kalau hasilnya
positif.“ (news.detik.com, 1/12/2018)
APA ITU STIGMA?
STIGMA
Atribut yang tidak diinginkan
atau bersifat merendahkan
yang dimiliki oleh seorang
individu yang menyebabkan
individu tersebut
“didiskualifikasi” dari
penerimaan sosial secara
penuh dan menurunkan status
individu tersebut di mata
masyarakat (Goffman, 1963)
What is stigma?
⚫ Stigma is defined as a ‘mark of disgrace’. It’s “an
attribute that is deeply discrediting” and exists in
multiple forms, including enacted, perceived,
internalized, and “project” typologies (Goffman,
1963).
⚫ Based on its definition, stigma has a construct of
a range of psychological, social and societal
factors (e.g., stereotypes, cultural norms,
economic circumstances, and power structures).
STIGMA IN INDONESIA

❑ More than 75% of nurses felt that


they “needed to know the HIV
antibody status of patients they
are caring for.” (Waluyo, Culbert, Levy
& Norr, 2014)
❑ Fear of stigma is barrier to HIV
testing in Bali (Ford et al., 2005)
❑ 60% of people (667/1106) who
inject drugs (PWID) report
physical abuse by the police
(Davis, Triwahyuono & Alexander, 2009)
PENYEBAB STIGMA

1. Kurangnya pengetahuan,
kesalah fahaman dan ketakutan
2. Penilaian moral tentang orang
lain (terkait dengan nilai dan
norma yang berlaku)
3. Ketakutan akan kematian dan
penyakit
4. Kurangnya pengenalan/
pemahaman akan stigma.
KOMPONEN STIGMA

1. Labeling
2. Stereotyping
3. Emotional reaction
4. Cognitive separation
5. Discrimination
(Link dan Phelan, 2001)
JENIS-JENIS STIGMA

1. Self-stigma atau perceived stigma – adalah


pada saat seseorang menyalahkan dan
mengisolasi diri mereka sendiri.

2. Stigma by association – pada saat seluruh


keluarga mendapat stigma karena salah satu
anggota keluarganya

3. Felt stigma atau real stigma – persepsi atau


perasaan yang nyata terhadap seseorang dan
bukan datang dari orang tersebut.
BENTUK PERLAKUAN STIGMA:
DISKRIMINASI

❑ Pengucilan secara sosial dan


fisik dari keluarga, teman,
dan masyarakat
❑ Gosip, pemberian sebutan
yang buruk, kekerasan dan
pemberian hukuman.
❑ Kehilangan hak dan suara
dalam pengambilan
keputusan.
DIMANA STIGMA BISA DITEMUKAN?

1. Individual (self-stigma/internalized stigma)


2. Interpersonal and Community (keluarga,
teman, kerabat, tetangga)
3. Organizational (tempek kerja, sekolah,
fasyankes)
4. Societal (di masyarakat terkait budaya dan
norma)
5. Public policy (kebijakan lokal, nasional)
DAMPAK DARI STIGMA

❑ Kehilangan pekerjaan dan pendapatan


❑ Kehilangan pilihan menikah dan punya anak
❑ Kehilangan akses ke layanan kesehatan
❑ Pelayanan kesehatan yang buruk di fasilitas
pelayanan kesehatan
❑ Kehilangan harapan dan perasaan berharga
❑ Keluarga menolak melakukan perawatan di
rumah
❑ Kehilangan nama baik (reputation)
SIGNIFICANCE: HIV-RELATED STIGMA
EXPERIENCED BY PLWH

⚫ Stigma is an important obstacle affecting access


to health services, particularly for PLWH (Liu et
al., 2011).
⚫ Stigma impedes access to HIV treatment and
care and reduces ART adherence for HIV-positive
MSM (Katz et al., 2013).
⚫ Stigma has been recognized as a key barrier to
formulating meaningful programmatic responses
that address the global HIV epidemic (Sayles et
al., 2009).
STIGMA AND DISCRIMINATION
❑ criminalization of sex work (in some
provinces/districts)
❑ criminalization of men who have sex with men (MSM)
❑ criminalization of people who use drugs
❑ compulsory drug treatment
❑ laws concerning migrant workers
❑ Pornography laws hindering HIV information and
programming
❑ No HIV-related restrictions on entry, stay, and
residence
Joint United Nations Program on HIV/AIDS, 2013
Model of the dynamic of HIV/AIDS stigma (Holzemer et al, 2006)
MENGAKHIRI STIGMA DAN DISKRIMINASI
MENGATASI STIGMA
Orang umumnya merubag sikap stigma apabila:
❑ Memiliki informasi yang benar dan akurat tentang
HIV/AIDS
❑ Bila diberikan ruang sosial untuk dialog dan debat
tentang informasi tersebut
❑ Mereka mengambil bagian dan bertanggungjawab
terhadap permasalahan stigma
❑ Berfikir kritis tentang akar sosial dari stigma dan cara
mengatasinya
❑ Memahami cara-cara di masyarakat yang dapat
memperburuk stigma dan perlu merubahnya
❑ Memiliki kepercayaan diri (confidence) dan kekuatan
PROGRAM ANTI STIGMA

❑ Menentukan kelompok target spesifik


❑ Membentuk kelompok dukungan untuk ODHA
❑ Melibatkan ODHA dalam kegiatan-kegiatan
penanggulangan HIV
❑ Mendukung keluarga untuk merawat ODHA
❑ Bekerjasama dengan para tokoh agama, tokoh
masyarakat, komunitas, LSM, kalangan dunia
usaha, akademis, pemerintah, media, dll untuk
perduli dan terlibat dalam penguarangan stigma
pada ODHA.

Anda mungkin juga menyukai