Anda di halaman 1dari 4

Nama : Arfi Andika

NIM : 19416241034
Prodi : Pendidikan IPS B 2019

Ujian Tengah Semseter Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi

Dosen Pengampu: Dr. Nasiwan, M.Si. & Primanisa Inayati Azizah, S.Pd., M.Pd.

Soal dan Jawaban!

Salah satu kasus korupsi yang marak terjadi beberapa tahun terakhir ini adalah kasus korupsi
dana desa. Data yang dirilis oleh Indonesian Corruption Watch (ICW) menunjukkan dari total
271 kasus korupsi di tahun 2019 dengan jenis kasus terbanyak korupsi dana desa sebanyak 46
kasus (Kompas.com 18/2/2020). Hal ini menunjukkan gejala bahwa tindak korupsi tidak hanya
bisa dilakukan oleh pejabat tinggi saja, melainkan perangkat desa dan pejabat-pejabat daerah
juga bisa melakukannya. Maraknya korupsi dana desa juga mengindikasikan bahwa belum ada
sistem yang secara komperhensif dibuat oleh pemerintah dalam hal pengawasan dana desa.

Berdasarkan kasus tersebut, jawablah pertanyaan di bawah ini :

1. Bagaimanakah analisis saudara terhadap maraknya korupsi dana desa bila dilihat
dari perspektif sosiologi, politik, dan hukum?
Jawab :

Korupsi yang marak terjadi beberapa tahun terakhir ini telah dianggap sebagai hal yang biasa
di Indonesia, koruptor tidak lagi memiliki rasa malu dan takut, sebaliknya malah memamerkan
hasil korupsinya. Padahal tindak pidana korupsi merupakan masalah yang sangat serius, karena
tindak pidana korupsi dapat membahayakan pembangunan sosial, politik dan ekonomi
masyarakat, bahkan merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas bangsa.

Penggunaan dana desa sekarang ini menjadi perhatian yang serius dari kalangan pemerintah,
akademisi dan lainnya, hal ini dilakukan karena mengingat kasus penyalahgunaan dana desa
menjadi kasus korupsi terbanyak menurut data yang dirilis ICW pada 2019, sehingga
pemerintah sekarang ini banyak melakukan koordinasi baik antar lembaga negara terkait
dengan penanganan desa maupun antar lembaga penegak hukum agar kiranya ada upaya
preventif dan represif supaya aparat desa tidak terjerat kasus korupsi. Karena di khawatirkan
akan banyak lagi para aparatur desa akan terjerat pada persoalan korupsi,
Maraknya korupsi dana desa dalam perspektif sosiologi termasuk dalam perilaku menyimpang,
berkaitan dengan perilaku menyimpang tersebut, menurut Kartono dalam penelitiannya,
penyebab terjadinya korupsi di Indonesia adalah pertama kelemahan moral, kedua tekanan
ekonomi, ketiga hambatan struktur administrasi, dan keempat hambatan struktur sosial. Sebab
lainnya yang sudah menjadi pengetahuan umum adalah budaya suap-menyuap, dan hukuman
yang cenderung ringan dan tidak sesuai dengan besaran yang telah dikorupsi. Maraknya
korupsi yang terjadi ini dikarenakan rendahnya gaji dan tidak adanya penegakan hukum yang
efektif. Pelayan publik tingkat desa melakukan korupsi demi kelangsungan hidup, pejabat
tinggi melakukan korupsi untuk menumpuk kekayaan karena takut miskin ketika nanti sudah
tidak berkuasa lagi. Memang benar orang memiliki keinginan yang tak terbatas. Bila satu
keinginan sudah terpenuhi maka akan muncul keinginan lain, yang bisa jadi lebih besar. Jika
mereka memiliki peluang untuk mendapatkan uang lebih banyak dengan resiko yang kecil,
maka mereka akan melakukannya. Ini adalah cara lain untuk mengatakan bahwa gaji yang
tinggi tidak akan menghalangi orang melakukan korupsi, apalagi gaji kecil seperti aparat desa.

Kemudian korupsi dalam perspektif politik, dimana korupsi politik dimaknai sebagai korupsi
yang dilakukan oleh pihak yang memiliki pengaruh atau memiliki kekuasaan untuk
mengendalikan dalam rangka memenuhi hasrat kepentingan pribadi ataupun golongan. Dalam
banyak kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini, yang para pelakunya hampir rata-rata adalah
kader Partai Politik. Ada beberapa hal yang menyebabkan kader partai terjebak menjadi
koruptor, salah satunya dikarenakan ingin segera mengembalikan biaya-biaya politik yang
sudah dikeluarkan selama proses pencalonan menjadi Kepala Daerah/ Desa, biaya politik yang
tinggi menjadi penyebabnya.

Dalam perspektif hukum definisi korupsi sudah dijelaskan secara gamblang dalam 13 buah
Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Peyelewengan dana desa marak terjadi karena
pengawasan hukum masih lemah, dimana perhatian hukum lebih terfokuskan pada daerah
perkotaan/ diatas tingkat desa, peran aparat yang belum maksimal dalam melakukan
pengawasan pada daerang tingkat desa.

2. Susunlah strategi penanggulangan korupsi dana desa yang mencakup aspek preventif
dan kuratif!
Jawab :
Strategi penanggulangan korupsi dana desa yang mencangkup dalam aspek preventif dan
kuratif meliputi :

a. Pengelolaan keuangan desa dan manajemen desa harus didampingi secara serius dan
berkelanjutan.
b. Regulasi dan kelembagaan melalui Undang-Undang Desa, desa dituntut untuk
membuat lembaga Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) untuk mempermudah desa
melakukan akses jaringan atau pengelolaan sumber daya desa secara bersama-sama,
sehingga ringan sama dijinjing, berat sama dipikul menjadi slogan yang dapat
diaplikasikan dalam pembangunan desa.
c. Besarnya potensi desa dan peluang pengelolaan sumber daya desa yang melimpah, jika
kontrol terhadap pengambil kebijakan lemah mempunyai peluang yang besar untuk
disalahgunakan, maka dari itu diperlukan control terhadap kebijakan.
d. Perlu dilakukan pendampingan secara berkelanjutan bagi pemerintah desa dalam
mengelola tatanan pemerintahan di tingkat desa, karena memang tidak mudah
mengelola organisasi pemerintahan, dibutuhkan manajemen yang mumpuni, sistem
yang baik dan sumber daya yang kompeten dan berkualitas.
e. Perekrutan aparatur desa dengan harus memperhitungkan tingkat kualitas pelayanan
publik, Kualitas dapat berimplikasi terhadap pelayanan yang diberikan serta
memberikan potensi pengembangan terhadap tata laksana pemerintahan desa untuk
menjadi lebih bak, demokrtasi dan transparan.
f. Pemerintah desa harus mengubah pola pemerintahan yang lama dengan konsep
pemerintahan yang baru, yaitu melakukan reformasi birokrasi, hal ini harus didukung
oleh pengawasan yang fleksibel. Pengawasan harus dilakukan secara internal maupun
eksternal. Pengawasan juga perlu didukung oleh partisipasi dari masyarakat. Partisipasi
yang tinggi dapat mengontrol kinerja aparatur desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dan transparan.
g. Perlu adanya keterbukaan informasi publik yang masih belum sepenuhnya transparan
menyangkut administrasi dan pelayanan publik. Padahal sejatinya dalam Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik mengamanatkan
bahwa keterbukaan informasi publik menjadi hak setiap warga negara yang dijamin
oleh undang-undang melalui lembaga-lembaga publik. Keterbukaan informasi publik
dapat mendorong kinerja pelayanan publik. Keterbukaan informasi publik sejatinya
menjadi kontrol dari masyarakat terhadap lembaga-lembaga public
h. Pengaduan masyarakat yang belum dikelola secara baik, baik dalam penerimaan
pelaporan masyarakat terhadap aduannya dan penanganan yang kurang maksimal
menjadi kendala dalam pelaksanaan pencegahan tipikor. Prosedur dan mekanisme yang
belum optimal dan sarana prasarana pengaduan yang minim.
i. Kebijakan pengelolaan sumber daya alam desa harus memenuhi unsur berdemokrasi.
Demokrasi ditingkat lokal harus dikembangkan dan diajarkan kepada masyarakat desa
agar memahami pentingnya berbangsa dan bernegera.

Anda mungkin juga menyukai