Anda di halaman 1dari 5

Strategi dan bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya

mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu dan


Belanda

Kelas : X SIJA 2
Kelompok 4
● Muhammad Febriansyah (16)
● Putri Rasyidah Dinanti (25)
● Sofiani Maulidya (30)
● Sonia Febrianti (31)
● Stanislaus Alva Jufinto (32)
● Wilda Akmalia Nurusshaffa (34)

Strategi Bangsa Indonesia Dalam Mempertahankan Kemerdekaan ada 2


cara yaitu :

1. Perjuangan secara perang bersenjata

a. Pertempuran Surabaya 10 November 1945


Pada tanggal 9 November 1945 komandan tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum
sehubungan meninggalnya tentara Sekutu dari Inggris bernama Brigjen A.W.S. Mallaby. Isi
ultimatum tersebut adalah “Semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus
menyerahkan diri selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945 pukul 06.00.” Ternyata
rakyat Surabaya tidak menggubris sama sekali ultimatum tersebut. Berbekal kebenaran dan
keadilan dengan semangat membela dan mempertahankan kemerdekaan rakyat Surabaya
bertempur pantang menyerah.

b. Pertempuran Ambarawa 20 November s.d. 15 Desember 1945


Pasukan Sekutu dengan berbagai cara bermaksud membantu NICA untuk menjajah kembali
Indonesia. Sehingga pertempuran hebat meletus di Ambarawa, dan menewaskan Komandan
Resimen Banyumas yang bernama Letkol Isdiman. Pada tanggal 12-15 Desember 1945
pertempuran bertambah panas, sehingga Panglima Divisi Banyumas, Kolonel Sudirman
mengambil alih pimpinan, pasukan diusir dan melarikan diri ke Semarang. Karena peristiwa
ini setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri.
c. Pertempuran Medan Area 1 Desember1945
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan Sekutu yang diboncengi NICA mendarat di Medan.
Mereka mencoba merebut seluruh kota Medan dan sekitarnya. Rongrongan pasukan Sekutu
tersebut tidak dibiarkan, maka pada tanggal 13 Oktober 1945 meletus pertempuran besar
yang disebut Pertempuran Medan Area. Insiden terjadi di hotel Jalan Bali, Medan tanggal 13
Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA) merampas dan menginjak-
injak lencana Merah Putih yang dipakai pemuda
Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi perusakan dan
penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA.
Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papanpapan yang bertuliskan Fixed
Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota Medan. Sejak saat itulah Medan Area
menjadi terkenal. Pasukan Inggris dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur
Republik yang berada di kota Medan

d. Agresi Militer I
Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatra terhadap
Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947. Operasi
Produk merupakan istilah yang dibuat oleh Letnan Gubernur Jenderal Johannes van Mook
yang menegaskan bahwa hasil Perundingan Linggarjati pada tanggal 25 Maret 1947 tidak
berlaku lagi. Operasi militer ini merupakan bagian dari Aksi Polisionil yang diberlakukan
Belanda dalam rangka mempertahankan penafsiran Belanda atas Perundingan Linggarjati.
Dari sudut pandang Republik Indonesia, operasi ini dianggap merupakan pelanggaran dari
hasil Perundingan Linggarjati.

f. Agresi Militer II
Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali
dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan
Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara
ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang
dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara. Peran Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
(PDRI) adalah penyelenggara pemerintahan Republik Indonesia yang dipimpin oleh
Syafruddin Prawiranegara. Pada saat terjadi agresi militer Belanda II, Presiden Sukarno
memberi mandat kepada Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat
di Bukittinggi Presiden Sukarno juga mengirimkan mandat serupa kepada Mr. Maramis dan
Dr. Sudarsono yang sedang berada di New Delhi. Syafruddin berhasil mendeklarasi
berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia ini dilakukan di Kabupaten Lima Puluh
Kota pada tanggal 19 Desember 1948.

g. Serangan Umum 1 Maret 1949


Melalui agresi militer Belanda II, para pemimpin RI berhasil ditawan dan Ibukota
Yogyakarta diduduki Belanda. TNI melancarkan serangan tanggal 1 Maret 1949 yang
dipimpin oleh Letkol. Soeharto TNI berhasil memasuki kota Yogyakarta jam 6.00 pagi
kemudian jam 12.00 siang terpaksa mundur dari Yogyakarta karena Belanda mendatangkan
bantuan penyerangan

h. Peristiwa Yogya Kembali


Pada 7 Mei 1949 diadakan Persetujuan Roem-Royen oleh ketua delegasi Indonesia Mr. Moh.
Roem dengan ketua delegasi Belanda Dr. Van Royen. Salah satu pernyataan dari Dr. Van
Royen dalam persetujuan ini adalah “Belanda menyetujui kembalinya Pemerintah RI ke
Yogyakarta.”
Pada 29 Juni 1949, tentara pendudukan Belanda ditarik dari ibukota RI Yogyakarta. Pada 6
Juli 1949, setelah kota Yogyakarta dikuasai penuh oleh TNI, barulah para pemimpin RI
kembali ke Yogyakarta. Panglima Besar Jendral Sudirman baru masuk ke Yogyakarta pada
tanggal 10 Juli 1949. Peristiwa ini dikenal dengan nama Peristiwa Yogya Kembali.

i. Puputan Margarana
Pertempuran Puputan Margarana merupakan salah satu pertempuran antara Indonesia dan
Belanda dalam masa Perang kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 20 November 1946.
Pertempuran ini dipimpin oleh Kepala Divisi Sunda Kecil Kolonel I Gusti Ngurah Rai.
Dimana Pasukan TKR di wilayah ini bertempur dengan habis habisan untuk mengusir
Pasukan Belanda yang kembali datang setelah kekalahan Jepang, untuk menguasai kembali
wilayahnya yang direbut Jepang pada Perang Dunia II.

2. Perjuangan secara jalur diplomasi


a. Perundingan Linggar Jati
Dilakukan pada tanggal 10 November 1946 di Linggarjati,Cirebon. Indonesia diwakili oleh
PM Sutan Syahrir Belanda diwakili oleh Prof. Scermerhorn Inggris oleh Lord Killearn,
seorang diplomat.
b. Komisi Tiga Negara (KTN)
Pada tanggal 25 agustus 1947, dewan keamanan PBB membentuk suatu komisi yang akan
menjadi penengah konflik antara Indonesia dan Belanda. Nama komisi ini adalah Komisi
Tiga Negara (KTN).

c. Perundingan Renville
Atas usul KTN, perundingan dilakukan di atas sebuah kapal pengangkut pasukan Angkatan
Laut Amerika Serikat “USS Renville” yang berlabuh di teluk Jakarta. Delegasi yang hadir
dalam perjanjian Renville. Delegasi Republik Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin.

d. Perundingan Roem Royen


Pada tanggal 17 April dimulailah perundingan pendahuluan di Jakarta yang diketuai oleh
Merle Cohran, wakil Amerika Serikat dalam UNCI. Dalam perundingan-perundingan
selanjutnya delegasi Indonesia diperkuat oleh Drs. Moh. Hatta dan Sri Sultan
hamengkubuwono IX.Setelah melalui perundingan yang berlarut-larut, akhirnya pada tanggal
7 Mei 1949 tercapai persetujuan, yang kemudian dikenal dengan nama “Roem-Royen
Statements”.

e. Konferensi Inter Indonesia 19-22 Juli 1949 & 30 Juli - 2 Agustus 1949
Diadakan sebagai persiapan RI menghadapi KMB dengan cara mengadakan Konferensi
bersamaBFO. Tujuannya untuk menyatukan pendapat dalam KMB dengan keputusan:
1) Pembentukan Negara Indonesia Serikat
2) Dibentuknya Uni Indonesia Belanda
3) APRIS adalah Angkatan Perang Nasional

f. Konferensi Meja Bundar (KMB)


Dilaksanakan di Den Haag Belanda tanggal 23 Agustus –2 November 1949
Menghasilkan:
1) Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara merdeka dan
berdaulat penuh
2) RIS terdiri dari 16 negara, 15 negara lainnya berbentuk federal
3) Penyelesaian Irian Barat ditangguhkan setahun kemudian
4) RIS adalah negara yang berdaulat penuh bekerja sama dengan Belanda perserikatan yg
dipimpin oleh ratu Belanda
5) RIS dan kerajaan Belanda membentuk UNI Indonesia-Belanda
6) Semua hutang Belanda selama perang kemerdekaan harus dibayar RIS sejak tahun 1942
Analisis
a. Strategi Bangsa Indonesia saat melawan penjajah sebelum adanya organisasi
1. Bangsa Indonesia melakukan perlawanan dengan cara yang kedaerahan
2. Indonesia kalah dalam persenjaatan dan teknologi
3. Mempunyai ketergantungan terhadap pemimpin, jadi jika pemimpinnya gugur,
pasukan akan mundur

b. Strategi Bangsa Indonesia saat melawan penjajah setelah adanya organisasi


1. Melakukan perlawanan dengan bentuk perundingan / diplomasi
2. Selain perlawanan tidak dengan cara kekerasan, seluruh Bangsa Indonesia sudah
Bersatu
3. Pemimpin dari orang-orang berpendidikan yang cerdas

Kesimpulan
Semakin berjalannya waktu, bangsa Indonesia memiliki pemikiran yang terus maju
disbanding yang sebelumnya. Dari yang melawan dengan persenjataan dan kekerasan, kini
melakukan perlawanan dalam bentuk diplomasi dan perundingan

Anda mungkin juga menyukai