Oleh
KELAS X SIJA 2
SMKN 26 JAKARTA
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan hikmat-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penugasan Mendeskripsikan Tokoh Pada
Pemberontakan PRRI dan Permesta.
Tujuan dari pembuatan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok Bapak
Yoyo Sugiono pada mata pelajaran Sejarah. Selain memenuhi nilai tugas Kelompok, makalah ini
juga bertujuan menambah wawasan tentang Tokoh Pada Pemberontakan PRRI dan Permesta
bagi para pembaca serta penulis.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kami dengan cara
membagi pengetahuannya sehingga saya dapat menjadikannya referensi dalam menyelesaikan
makalah ini.
Dengan kerendahan hati, kami sebagai penulis memohon maaf jika ada kesalahan atau
ketidaksesuaian dalam penulisan kata serta kalimat. Pada dasarnya makalah ini tidaklah
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangatlah kami harapkan.
Absen No. 32 - 36
2
DAFTAR ISI
Judul………………………………………………………………………..………. 1
Kata Pengantar……………………………………………………………………..... 2
Daftar Isi…………………………………………………………………….…….... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………..….. 4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………... 4
C. Tujuan……………………………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Jalannya Pemberontakan PRRI/Permesta………………………………………... 6
B. Jendral Gatot Subroto dalam mempertahankan NKRI dari pemberontakan
PRRI/Permesta…………………………………..…………………...……………8
C. Peran Letkol Slamet Riyadi dalam mempertahankan NKRI dari pemberontakan
PRRI/Permesta…………………………………..……………………………..… 9
D. Peran Kolonel Maludin Simbolon dalam mempertahankan NKRI dari
pemberontakan PRRI/Permesta…………………………………..
……………………………... 10
E. Peran Letkol Agus Prasmono dalam mempertahankan NKRI dari pemberontakan
PRRI/Permesta…………..…………………………………………..………….. 11
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Jalannya Pemberontakan PRRI/Permesta
2. Jendral Gatot Subroto dalam mempertahankan NKRI dari pemberontakan
PRRI/Permesta
3. Peran Letkol Slamet Riyadi dalam mempertahankan NKRI dari pemberontakan
PRRI/Permesta
4. Peran Kolonel Maludin Simbolon dalam mempertahankan NKRI dari pemberontakan
PRRI/Permesta
5. Peran Letkol Agus Prasmono dalam mempertahankan NKRI dari pemberontakan
PRRI/Permesta
4
C. Tujuan
1. Menjelaskan Jalannya pemberontakan PRRI/Permesta
2. Menjelaskan Peran Jendral Gatot Subroto dalam mempertahankan NKRI dari
pemberontakan PRRI/Permesta
3. Menjelaskan Peran Letkol Slamet Riyadi dalam mempertahankan NKRI dari
pemberontakan PRRI/Permesta
4. Menjelaskan peran Kolonel Maludin Simbolon dalam mempertahankan NKRI dari
pemberontakan PRRI/Permesta
5. Menjelaskan Peran Letkol Agus Prasmono dalam mempertahankan NKRI dari
pemberontakan PRRI/Permesta
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2. Mulai tanggal 22 Desember 1956 tidak lagi mengakui Kabinet Djuanda.
3. Mulai tanggal 22 Desember 1956 mengambil alih pemerintahan di wilayah tertera
da n tetorium I’
7
pemberontakan, serta membicarakan soal rencana pemberian ultimatum kepada
pemerintah pusat dan pembentukan negara secara terpisah dari RI jika ultimatum tersebut
tidak dipenuhi dalam waktu 5×24 jam. Isi Ultimatum tersebut antara lain: di bidang
pemerintahan dituntut agar pemerintah memberikan Otonomi yang luas kepada daerah.
Pada bidang pembangunan menuntut agar pemerintah melakukan perbaikan radikal di
segala bidang, sedangkan di bidang militer, dewan Banteng menuntut supaya dibentuk
komandan utama di Sumatera Utara.
Jenderal TNI (Purn.) Gatot Subroto (lahir di Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah,
10 Oktober 1907 – meninggal di Jakarta, 11 Juni 1962 pada umur 54 tahun) adalah tokoh
perjuangan militer Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan juga pahlawan nasional
Indonesia. Ia dimakamkan di Ungaran, kabupaten Semarang
Selama memimpin, Gatot Subroto dikenal sebagai pemimpin yang disiplin, tegas,
berani, dan membela kaum yang tertindas. Maka, pada tahun 1953, ketika terjadi
kerusuhan di istana negara akibat tuntutan rakyat atas pembubaran parlemen ditolak,
Gatot Subroto yang dituduh sebagai dalang kerusuhan tersebut langsung mengundurkan
diri dari jabatannya sekaligus dari dinas militer. Namun, ia kembali dipanggil pemerintah
untuk duduk dan menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) pada
tahun 1956. Melalui tangannya, ia berhasil melumpuhkan pemberontakan PRRI/
Permesta yang ada di Sumatera dan Sulawesi Utara.
Pada tanggal 11 Juni 1962, Gatot Subroto meninggal di usia 54 tahun. Pangkat
terakhir yang disandangnya adalah Letnan Jenderal. Ia adalah penggagas akan perlunya
sebuah akademi militer gabungan (Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut)
untuk membina para perwira muda. Gagasan tersebut diwujudkan dengan pembentukan
Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada tahun 1965.
8
Melengkapi pangkatnya, seminggu setelah ia dimakamkan di desa Mulyoharjo, Ungaran,
Jawa Tengah, gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional menurut Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia No.283 tanggal 18 Juni 1962 disematkan kepadanya.[
Pada tanggal 10 juli 1950, Letnan Kolonel Slamet Riyadi, ditugaskan dalam
operasi penumpasanRMS di Maluku dan Andi Azis di Sulawesi Selatan bersama
Panglima TT VII – KolonelKawilarang. Dalam tugas inilah ia gugur muda dalam usia 23
tahun. Ia tertembak di depanbenteng Victoria setelah berusaha merebutnya.
9
D. Peran Kolonel Maludin Simbolon dalam mempertahankan NKRI dari
pemberontakan PRRI/Permesta
Sebelum menjadi tentara, Maludin Simbolon adalah seorang guru sekolah. Ia
tamatan salah satu sekolah guru zaman kolonial, Christelijke Hollandsch Inlandsche
Kweekschool di Kartasura. Setelah kakaknya, Johan Simbolon, disiksa hingga tewas oleh
serdadu Jepang karena dituduh mata-mata, Maludin mendaftarkan diri ikut latihan
perwira tentara sukarela (Gyugun). Pada 1946, ia mengepalai Divisi Satu Sumatera di
Palembang. Sejak 1950, Simbolon adalah panglima Tentara Teritorium I/Bukit Barisan
yang bermarkas di Medan.
Simbolon bergabung dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI), dan mengumumkan pemutusan hubungan wilayah militer Sumatera Utara
dengan pemerintahan pusat tanggal 22 Desember 1956 di Medan. Kabinet Ali
Sastroamidjojo di Jakarta pada malam hari itu juga mengadakan rapat darurat, dan pada
pagi harinya Presiden Soekarno mengumumkan pencopotan Maludin dari posisinya dan
menunjuk wakilnya Letkol, djamin Gintings untuk mengamankan situasi. Selain itu juga
disebutkan bahwa Letkol. Abdul Wahab Makmoer akan menjadi pengganti selanjutnya
apabila Letkol. Gintings tidak berhasil bertindak.
Jakarta mengirimkan pasukan payung yang diterjunkan di Medan untuk
mendukung pasukan Djamin Gintings, sehingga pasukan yang setia pada Maludin
mundur menghindari pertempuran ke utara Medan, lalu melanjutkan Balige, Tapanuli
Tengah. Selanjutnya, Maludin dan pasukan yang loyal kepadanya kemudian melanjutkan
perlawanan secara bergerilya, dan berkoordinasi dengan kekuatan PRRI lainnya di bawah
Letkol. Achmad Husein di Bukittinggi. Tidak hanya Medan, pemerintah pusat juga
menerjunkan pasukan payung dan melakukan pendaratan pasukan dari laut di Palembang
dan Padang, untuk secara efektif menguasai kota-kota pusat perlawanan PRRI di
Sumatera tersebut.
Pada tanggal 27 Juli 1961, Maludin Simbolon bersama pasukannya “Divisi Pusuk
Buhit” menyerahkan diri secara resmi kepada Panglima Kodam II, Letkol. Manaf Lubis,
di Balige, dengan demikian mengakhiri perlawanannya terhadap pemerintah pusat. Pada
tahun 2000, Maludin Simbolon meninggal dunia di usia 84 tahun.
10
E. Peran Letkol Agus Prasmono Husein dalam mempertahankan NKRI dari
pemberontakan PRRI/Permesta
Pada era 1950-an, komandan tentara di daerah punya potensi menjadi warlord
atau setidaknya menjadi orang yang ditakuti sipil, salah satunya Ahmad Husein. Gusti
Asnan menyebutnya sering bertindak di luar kontrol.
Sebagai komandan resimen di daerah bekas Divisi Banteng, Husein menjadi salah
satu orang penting di Sumatra Barat. Namanya, seperti disebut Asnan, pernah muncul
sebagai calon Gubernur Sumatra Tengah yang diusulkan oleh Nahdlatul Ulama (NU)--
organisasi yang tidak mengakar di Sumatra Barat.
11
Pada 28 November 1998, tepat hari ini 22 tahun lalu, Ahmad Husein wafat di
Jakarta dan dimakamkan di kampung halamannya. Ia dimakamkan dengan upacara
militer yang dipimpin oleh Panglima Kodam Bukit Barisan Mayor Jenderal Izmed
Yuzairi Chaniago--kawan Prabowo Subianto dan Kivlan Zein, yang juga menantunya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terjadinya suatu peristiwa tidak lepas dari hal-hal yang telah terjadi sebelumnya,
seperti yang telah diketahui bahwa dalam disiplin ilmu sejarah berlaku hukum kausalitas
atau sebab-akibat. Peristiwa pemberontakan PRRI/Permesta yang terjadi juga tidak lepas
dari berbagai factor yang menyebabkannya. Factor politis dan ekonomis sangat berperan
sebagai penyebab dari pemberontakan ini. Posisi militer sebagai opsan pemerintah
berusaha mengambil alih kekuasaan sipil setelah melihat berbagai kekurangan dalam
berbagai kebijakannya.
Kondisi yang dianggap ”sentralistik” oleh daerah menyebabkan hubungan antara
pusat dan daerah menjadi kurang harmonis. Hal tersebut dikarenakan perbedaan pendapat
antara daerah dengan pusat. Daerah menganggap bahwa kebijakan pemerintah tidak
sesuai dengan daerah. Sedangkan pemerintah pusat menganggap bahwa daerah kurang
mampu dalam melaksanakan tugasnya. Gerakan PRRI/Permesta merupakan gejolak
daerah yang berusaha melakukan koreksi terhadap kondisi bangsa yang morat-marit.
12
B. Saran
Dari penjelasan di atas, kita sebagai Bangsa Indonesia dapat mengambil pelajaran
dari Peristiwa Pemberontakan PRRI/PERMESTA. Kita sebagai bangsa yang baik patut
melanjutkan perjuangan para pahlawan yang telah memerdekakan Bangsa Indonesia ini
dengan lebih giat belajar, serta menjaga persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
https://www.coursehero.com/file/58106912/PEMBERONTAAN-PERMESTAdocx/
https://sejarah-tni.mil.id/2017/03/18/jenderal-gatot-soebroto/
https://brainly.co.id/tugas/14828783
https://gmba-maguwo.org/2014/08/12/ignatius-slamet-riyadi-teladan-dari-solo/
https://tirto.id/sejarah-prri-para-kolonel-pembangkang-menentang-jakarta-cBT8
https://id.wikipedia.org/wiki/Maludin_Simbolon
https://tirto.id/sejarah-prri-para-kolonel-pembangkang-menentang-jakarta-cBT8
13