Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan dan teori dalam bidang keperawatan mengalami
perkembangan secara bekelanjutan dan konsisten. Perawat sebagai ujungtombak
bidang kesehatan harus dapat mengaplikasikan konsep-konsep keperawatan yang
telah dibangun oleh pakar-pakar keperawatan sebagai bentuk eksistensinya di
masyarakat. Filosofi keperawatan yang terus dikembangkan akan menjadi acuan
dalam setiap perkembangan teori keperawatan.
Pelayanan keperawatan yang berkualitas didapat dari pengembangan
filosofi. Filosofi keperawatan yang mendasari pengembangan teori-teori
keperawatan yang disusun meningkatkan pemahaman terhadap fenomena
keperawatan yang mengarahkan perkembangan ilmiah dari ilmu dan praktek
sehingga terjadi perkembangan dalam profesi keperawatan.
Philosophical Theory diartikan sebagai pernyataan yang mendukung
tuntutan ontologi tentang fenomena sebagai pusat perhatian suatu disiplin ilmu,
tuntutan epistemic tentang bagaimana fenomena muncul dan tuntutan etik
tentang nilai dari suatu disiplin ilmu (Fawcett, 2005).
Philosophical Theory merefleksikan kepercayaan atau pandangan.
Philosofi keperawatan merupakan suatu pernyataan dari fundamental dan asumsi
umum, kepercayaan dan prinsip tentang pengetahuan dan kebenaran dan
tentangsesuatu yang mencolok yang diperlihatkan dalam metaparadigma (Smith,
2008).
Salah satu teori filosofi keperawatan yang dapat diterapkan oleh perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien adalah teori dari Kari
Martinsen. Kari Martinsen mengemukakan teori Philosophy of Caring. Periode
tahun 1976-1986 merupakan tahun berkembangnya teori Philosophy of Caring
dari Martinsen (Kirkevold, 2000). Oleh karena itu kami tertarik membahas lebih
detail tentang Teori Phylosophy of Caring dari Kari Martinsen.

1
2
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum

Penulisan makalah ini adalah menganalisa menganalisis teori


Philosophy of Caring Kari Martinsen.
b. Tujuan Khusus

1. Mampu memahami latar belakang philosophical theory oleh


Kari Martinsen.
2. Mampu memahami sumber philosophical theory oleh Kari
Martinsen.
3. Mampu mengidentifikasi konsep utama philosophical theory
oleh Kari Martinsen.
4. Mampu memahami fokus utama philosophical theory oleh
Kari Martinsen.
5. Mampu memahami asumsi utama philosophical theory oleh
Kari Martinsen.
6. Mampu memahami penerimaan oleh keperawatan komunitas
dan praktik.
c. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan
tentang analisis philosophical theory oleh Kari Martinsen.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Latar Belakang Teori

Karl Marie Martinsen, seorang perawat dan seorang penyusun teori


filosofi keperawatan lahir di Oslo, Norwegia tahun 1943 ketika terjadi perang
dunia ke II saat Jerman mengekspansi Norwegia. Seusai periode perang,
moral dan sosiopolitik menjadi tema utama pembicaraan dalam keluarga
Martinsen yang terdiri dari tiga generasi, Martinsen dan adiknya, orang tua
dan nenek.
Kedua orang tua Martinsen adalah ahli ekonomi, dan Ibu Martinsen
pekerja yang sibuk. Setelah lulus sekolah menengah, martinsen melanjutkan
pendidikan di Ulleval College of Nursing di Oslo dan lulus tahun 1964.
Sambil mempersiapkan diri masuk ke jenjang Universitas, Martinsen sempat
bekerja di rumah sakit Ulleval selama satu tahun. Martinsen lalu mangambil
spesialisasi keperawatan jiwa dan lulus tahun 1966.
Selama bekerja sebagai perawat, Martinsen menjadi lebih peduli
dengan kesenjangan sosial yang terjadi dimasyarakat umumnya dan di
pelayanan kesehatan khususnya. Sehat, sakit, perawatan dan pengobatan
dipandang Martinsen terpola secara unik. Martinsen merasa penasaran dengan
adanya perbedaan antara teori ideal dan tujuan pelayanan kesehatan disatu
sisi, dengan hasil pelayanan keperawatan, medis dan pelayanan sistem
kesehatan disisi lain.
Martinsen mulai mempertanyakan kepedulian masyarakat dan
profesi merawat orang sakit dan pengangguran. Poin utama yang menjadi
kegusarannya adalah tentang kepedulian perawat terhadap pasien yang tingkat
ketergantungannya tinggi. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana perawat
bisa merawat pasien dengan maksimal jika hanya pendekatan medis yang
diutamakan.
Dengan kata lain bagaimana perawat bisa memberikan layanan
keperatan yang maksimal, seiring dengan pendekatan medis yang diberikan.
Martinsen berharap pertanyaan- pertanyaannya menjadi pendekatan ilmiah
dalam ilmu keperawatan. Pertanyaan-pertanyaan Martinsen menjadi studi

4
tambahan baginya saat mengambil kuliah magister psikologi jiwa tahun 1968.
Sebagai prasyaratnya, Martinsen harus mengambil mata kuliah
fisiologi dan juga mengambil filosofi. Materi kuliah filosofi dan
fenomenologi ternyata mengubah pola pikir Martinsen secara drastis.
Martinsen merasa bahwa filosofi lebih mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang dimilikinya dari pada bidang psikologi. Ketertarikan
Martinsen tentang fenomenologi membuatnya melanjutkan kuliah di The
University of Bergen, kota terbesar kedua di Norwegia.
Selama tahun 1972 sampai 1974, Martinsen kuliah di Fakultas
Filosofi University of Bergen. Dalam menyusun disertasinya, Martinsen
masih meneruskan studi tentang pertanyaan-pertanyaan yang muncul darinya
tentang kebingungannya sebagai warga kota, seorang professional, dan
pekerja bidang kesehatan.
Disertasinya yang berjudul Philosophy and Nursing: A Marxist and
Phenomenological Contribution (Martinsen, 1975) menjadi bahan perdebatan
dan mendapat banyak kritikan. Disertasinya adalah disertasi pertama yang
ditulis perawat yang mengkritisi bidang keperawatan yang ditinjau dari luar
disiplin keperawatan yaitu dari perspektif filosofi dan sosial.
Selama rentang tahun 70-an pendidikan keperawatan di Norwegia
mengalami pergeseran. Tiga sekolah keperawatan dimasukkan dalam satu
universitas. Karena dibutuhkan seorang perawat berkualifikasi pendidikan
tinggi, Martinsen diangkat sebagai dekan fakultas keperawatan di University
of Bergen selama periode 1976-1977.
Martinsen juga mempelopori ide adanya perubahan jenjang
pendidikan keperawatan di Norwegia. Jenjang pendidikan yang bermula
hanya 4 tahun, Martinsen usulkan ditambah menjadi 4 tahun. Usulan itu
menjadi perdebatan yang panas di kalangan asosiasi perawat Norwegia.
Tahun 1978, Martinsen mendapat kesempatan bekerja di departemen
sejarah Universitas Oslo. Martinsen melanjutkan studinya tentang sosiohistori
keperawatan. Periode 1981-1985 Martinsen yang menjadi pengajar di
departemen sejarah University of Bergen. Periode tahun 1976-1986 bisa
dikatakan tahun berkembangnya filosofi caring dari Martinsen (Kirkevold,
2000).

5
Selama periode tersebut Martinsen bekerjasama dengan Anne Lise
Seip, profesor sejarah sosial; Ida Blom, profesor sejarah feminis; dan Kari
Warness, profesor sosiologi. Pada tahun 1979, Martinsen dan Warness
menerbitkan sebuah buku dengan judul yang provokatif, Caring Without Care
(Martinsen &Warness, 1979).
Dibuku ini, Martinsen mengangkat pertanyaan penting, yaitu (1)
apakah perawat "bergerak menjauh" dari si sakit, (2) apakah prinsip “caring”
semakin menghilang ketika alat kesehatan dan obat – obatan semakin maju
berkembang, (3) ketika perawat semakin sibuk menjadi administrator dan
peneliti apakah perawatan akan semakin banyak diserahkan kepada kelompok
okupasi lain Periode sejarah keperawatan terutama perawat yang terlatih di
Norwegia belum terlalu lama.
Sekitar periode akhir 1800an menjadi periode awal adanya perawat
yang terlatih di Norwegia. Ketika para suster gereja mendapat pelatihan di
Jerman. Mereka adalah peletak dasar pertama sistem pendidikan keperawatan
Norwegia. Periode sejarah itu tertulis dalam buku Martinsen, History of
Nursing: Frank and Engaged Deaconesses: A Caring Profession Emerges
1860-1905 (Martinsen, 1984). Dari tulisannya itu, Martinsen meraih gelar
doctor filosofi dari Universitas Bergen tahun 1984.
Dalam mempertahankan disertasinya, Martinsen menyiapkan dua
tulisannya Health Policy Problems and Health Policy Thinking behind the
Hospital Law of 1969 (Martinsen,1989a) dan The Doctors Interest in
Pregnancy-Part of Perinatal care: The Period ca. 1890-1940 (Martinsen,
1989b). Tulisan itu Martinsen buat selama sepuluh tahun perjalanannya
dalam mempelajari sosiohistori keperawatan, feminism dan dan sosiohistori
kedokteran Tahun 1986 Martinsen bekerja sebagai associate professor di
department of health and social medicine di Universitas Bergen.
Martinsen melanjutkan tulisannya tentang filosofi dan menerbitkan
karya tulis berjudul Caring, Nursing and Medicine: Historical-Philosophical
Essays (Martinsen, 1989c). Dengan hadirnya buku tersebut, menjadi penanda
dimulainya periode Martinsen yang lebih filosofis lagi dalam beberapa edisi.
Dalam jurnal antologi Denmark yang dipublikasikan 1990, Martinsen menulis
6
jurnal dengan judul Moral Practice and Documentation in Practical Nursing.

Tahun 1990 Martinsen pindah ke Denmark dan bekerja di


Universitas Arhus. Dalam periode tersebut Martinsen semakin
mengembangkan teori filosofinya. Dalam tulisannya yang berjudul Caring,
Nursing and Medicine: Historical-Philosophical Essays, Martinsen
mengaitkan teorinya dengan teori caring Martin Heldegger (19889-1976)
seorang filsuf Jerman yang bersimpati dengan nazi.
Selain itu Martinsen juga mempelajari teori aspek caring Knud E
Logstrup (1905-1981) seorang ahli teologi dan filsuf Denmark. Ketika di
Denmark Martinsen bertemu dengan Patricia Benner dalam diskusi publik di
Norwegia, Denmark, dan California. Hasil diskusi mereka dirangkum dalam
tulisan yang berjudul Ethics and Vocation, Culture and the Body.
Martinsen juga melanjutkan diskusinya dengan Katie Eriksson,
seorang professor keperawatan dari Finlandia. Hasil diskusi mereka
terangkum dalam tulisan yang berjudul Phenomenology and Caring: three
Dialogues (Martinsen, 1996). Periode 1990an pemikiran Martinsen
didominasi pemikiran filosofi dan ontologi serta pengaruhnya bagi
keperawatan. Bukunya The Eye and The Call yang terbit tahun 2000 lebih
bersifat abstrak dari sebelumnya. Dibidang lain Martinsen juga
mengembangkan idenya tentangarsitektur. Martinsen menerbitkan artikel
yang berjudul The House and The Song, The Tears and The Shame: Space
and Architecture as Caretakers of Human Dignity.
Martinsen berkontribusi dalam buku ajar keperawatan di Norwegia,
yang berjudul The Thoughtful Nurse tahun 1993). Tahun 2003 Martinsen juga
mengeluarkan tulisan yang berjudul Ethics, Discipline and Refinement:
Elizabeth Haggemanns Ethics Book New Readings (Martinsen &
Wyller,2003).
Buku in menjelaskan analisis teori etik yang dipakai dari 1930
sampai 1965, yang ditulis dua filsuf Perancis Pierre Bourdieu dan Michel
Foucault dan juga sosiologis Jerman Max Weber. Tahun 2012, Martinsen
bersama dosen lainnya di Harstad University College, menerbitkan buku
tentang Narasi dan kode etik keperawatan. Periode pemikiran Martinsen yang
panjang dan memberi kontribusi pada ilmu keperawatan tersebut
7
mengantarkannya mendapat penghargaan Knight, First Class, of the Royal
Norwegian Order of St. Olav di tahun 2011.

8
2.2 Sumber Teori
Latar belakang teoritis Martinsen yang dalam dirinya menganalisis
profesi keperawatan di awal 1970-an, Martinsen tampak tiga filsuf
khususnya: filsuf Jerman, politisi, dan ahli teori sosial Karl Marx (1818-
1883); filsuf Jerman dan pendiri fenomenologi Edmund Husserl (1859 untuk
1938); dan filsuf Perancis dan fenomenolog tubuh Merleau-Ponty (1908-
1961). Kemudian, dia memperluas sumber teoritis untuk menyertakan
lainnya filsuf, teolog, dan sosiolog.
Karl Marx: Kritisan Analisis Sebuah Praktek Transformatif Filsafat
Marxis memberi Martinsen beberapa analisis untuk menggambarkan realitas
disiplin keperawatan dan krisis sosial. Krisis terdiri dari kegagalan disiplin
untuk memeriksa dan mengenali sifatnya sebagai terfragmentasi, khusus, dan
teknis menghitung, karena berpura-pura perspektif holistik pada perawatan.
Dia menemukan bahwa disiplin adalah bagian dari positivisme dan kapitalis
sistem, tanpa praksis pembebasan.
Karl Marx mengkritik individualisme dan kepuasan kebutuhan orang
kaya dengan mengorbankan orang miskin. Martinsen mengatakan bahwa hal
itu penting untuk mengekspos fenomena ini ketika terjadi dalam pelayanan
kesehatan. paparan seperti realitas ini dapat menjadi kekuatan untuk
perubahan. Dia berpendapat bahwa kita harus mempertanyakan sifat
keperawatan, konten dan struktur, asal sejarah, dan asal-usul profesi. Ini hasil
interogasi disebuah panti kritis praktek sebagai praktisi memandang
pekerjaannya dan profesi dalam konteks sejarah dan sosial. kepentingan
sejarah Martinsen memiliki kritis dan transformatif niat.
Edmund Husserl: Fenomenologi sebagai Sikap alami Fenomenologi
Edmund Husserl penting untuk kritik Martinsen ini ilmu pengetahuan dan
positivisme. lihat positivisme tentang diri terletak pada sikap objektivikasi
dan sikap manusiawi dan menghitung arah orang tersebut. Husserl melihat
fenomenologi sebagai ilmu yang ketat.
Proses metodologis yang ketat fenomenologi menghasilkan sikap terdiri
refleksi atas realitas ilmiah kita, sehingga kita dapat mengungkap struktur dan
konteks di mana kita sebaliknya perform diambil-untuk-diberikan dan tidak
sadar kerja. Praktek ini adalah tentang membuat diambil-forgranted
9
bermasalah. Dengan problematizing diambil forgranted pemahaman diri, kita
menemukan peluang untuk memahami "hal itu sendiri," yang akan selalu
mengungkapkan sendiri perspectively. Fenomenologi bekerja dengan pra
ilmiah, apa yang kita temui dalam sikap alami, ketika kita diarahkan sesuatu
dengan niat untuk mengenali dan memahami itu bermakna.
Fenomenologi menekankan pada konteks, keutuhan, keterlibatan,
keterlibatan, tubuh, dan kehidupan hidup. Kita hidup dalam konteks, dalam
waktu dan ruang, dan kita hidup historis. tubuh tidakdapat dibagi ke dalam
tubuh dan jiwa; itu adalah keutuhan yang berhubungan dengan badan-badan
lainnya, untuk hal di dunia, dan dengan alam.
Merleau-Ponty: The Body sebagai Natural Sikap Merleau Ponty (1908-
1961) dibangun berdasarkan pemikiran Husserl, tetapi berfokus lebih dari
yang lain pemikir pada tubuh manusia di dunia. kedua Husserl dan Merleau-
Ponty mengkritik Descartes (1596-1650), yang memisahkan orang dari dunia
di mana satu hidup dengan orang lain. Tubuh yang mewakili Sikap alami di
dunia. Profesi keperawatan berkaitan dengan tubuh dalam semua aspeknya.
Kami menggunakan kita sendiri tubuh dalam kinerja peduli, dan kita
berhubungan dengan badan-badan lain yang membutuhkan keperawatan,
pengobatan, dan peduli. tubuh kita dan orang- orang dari pasien kami
mengekspresikan sendiri melalui tindakan, sikap, kata- kata, nada suara, dan
gerak tubuh. Fenomenologi melibatkan tindakan interpretasi, deskripsi, dan
pengakuan dari hidup kehidupan, kehidupan sehari-hari bahwa orang hidup
bersama dengan orang lain di alam bersama, termasuk profesional konteks di
mana kepedulian dilakukan.

2.3 Konsep Utama dan Definisi


1. Perawatan
Perawatan adalah suatu bentuk yang bukan hanya sekadar nilai dasar
keperawatan, tetapi juga merupakan nilai dasar hidup kita. Perawatan ialah
perkembangan positif individu melalui kebaikan. Perawatan berbentuk
trinitas, terdiri dari hubungan, praktik, dan moral yang terjadi secara
simultan. Perawatan mempunyai arah untuk menuju situasi orang lain. Dalam
konteks profesional, perawatan memerlukan pendidikan dan latihan. Tanpa
10
pengetahuan profesional, hubungan dengan pasien akan berubah menjadi
sentimentil (Martinsen, 1990). Adanya pengamanan, tidak ada kelalaian, dan
tidak sentimentil merupakan ekspresi dari perawatan.

2. Penilaian Profesional
Penilaian profesional menunjukkan kualitas suatu hubungan yang
sebenarnya. Hal ini bisa dicapai melalui latihan menilai secara profesional
baik dalam praktik maupun kehidupan sehari-hari berdasarkan observasi
klinis kita. Penilaian profesional tidak hanya dilatih dengan melihat,
mendengar dan menyentuh secara klinis, tetapi juga perlu dilatih bagaimana
melihat, mendengar, dan menyentuh secara klinis dengan cara yang baik dan
benar (Martinsen, 1993).
Pasien memberikan kesan yang berbeda-beda pada kita (perawat) karena
persepsi seseorang memiliki analog dengan variasi karakter yang
ditimbulkannya dan bergantung pada situasi tertentu. Satu hal yang perlu
diingat dan direnungkan adalah adanya hubungan antara kesan dengan
situasi, pengetahuan profesional yang dimiliki, dan pengalaman sebelumnya.
Kebijaksanaan menunjukkan pengetahuan profesional melalui kepekaan
alami dan bahasa sehari-hari (Martinsen, 2005, 2006). "Tanpa pengetahuan
profesional, kepedulian terhadap pasien menjadi hanya sentimentalitas."

3. Praktik Moral Dalam Perawatan


Praktik moral dapat terjadi bila empati dan refleksi ditampilkan secara
bersama-sama saat bekerja sehingga caring dapat diekspresikan dalam
tindakan keperawatan (Martinsen, 1990). Moral itu ada dalam situasi nyata
yang harus diperhitungkan. Tindakan kita perlu dipertanggungjawabkan,
yang didasarkan pada empati dan refleksi (Martinsen, 1990).

4. Person Oriented Professional


Person Oriented Professional mempunyai makna bahwa perawat
sebagai tenaga profesional memandang pasien sebagai orang yang
menderita dan harus dilindungi integritasnya. Hal ini memberikan
tantangan bagi profesional untuk meningkatkan kompetensi dirinya dalam
11
menjalin hubungan yang saling menguntungkan dan bersifat manusiawi
dengan tujuan untuk melindungi dan merawat pasien. Selain itu,
profesionalisme berbasis individu juga berbicara tentang pemahaman
terhadap posisi masing-masing pihak dimana pihak satu membutuhkan
pihak lainnya, dan menempatkan pasien sebagai fokus dari caring
(Martinsen, 2000).

5. Ungkapan Hidup Tertinggi


Ungkapan hidup tertinggi adalah keterbukaan, kemurahan hati,
kepercayaan, harapan, dan cinta. Hal ini merupakan fenomena yang dapat
kita terima seperti kita menerima waktu, ruang, udara, air, dan makanan
(Alvsvag 2003). Tanpanya hidup menjadi kacau, dan caring tidak dapat
dilaksanakan (Martinsen, 2000).

6. Area Yang Tak Dapat Disentuh


Ungkapan ini menunjukkan bahwa ada area-area yang tidak boleh
kita masuk ke dalamnya, menemui orang lain ataupun menemui alam lain.
Terdapat batasan yang harus kita hormati. Dalam caring, area yang tidak
tersentuh adalah kesatuan, yang merupakan lawan dari keterbukaan.
Keterbukaan dan area yang tak tersentuh merupakan suatu hal yang
kontradiktif dalam caring (Martinsen, 1990, 2006).

7. Vokasi
Vokasi adalah suatu kebutuhan hidup yang membuat manusia merasa
sempurna dalam berhubungan dan merawat (peduli) terhadap orang lain
(Martinsen, 2000). Keperawatan memerlukan penyempurnaan pribadi
selain pengetahuan dalam hal professional.

8. Mata Hati
Hati bicara tentang eksistensi individu, derita orang lain dan situasi yang
ada didalamnya. Mata hati berhubungan dengan perhatian yang didasarkan
pada hubungan saling berbalas dan saling memahami.

12
9. The Registering Eye
The Registering Eye adalah objektifitas dan perspektif dari pengamat.
Hal itu berkaitan dengan mencari koneksi, sistematisasi, peringkat,
klasifikasi, dan menempatkan dalam sistem. The registering eye merupakan
aliansi antara ilmu pengetahuan alam modern, teknologi, dan industrialisasi.
Jika seorang pasien dan seorang profesional menggunakan tatapan ini secara
sepihak, kasih sayang akan keluar dari situasi tersebut, dan kemauan untuk
hidup berkurang (Martinsen, E. H, 2011).

2.4 Fokus Unik


Filosofi keperawatan dari Karl Martinsen yeng terkenal adalah
Philosophi of Caring. Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang
dikembangkan berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika
keperawatan serta caring. Pandangan dunia fenomenologis berbasis
Martinsen adalah manusia tidak dapat dipahami atau dipertimbangkan dalam
isolasi dari lingkungannya. Manusia dan lingkungan merupakan suatu
perangkat yang menyebabkan setiap situasi tergantung konteks dan bersifat
unik. (Alligood, M. R., & Tomey, A. M, 2010).
Moral adalah fokus keunikan caring di dalam model keperawatan Karl
Martinsen. Bagaimana merawat dan peduli pada klien. (Alligood, M. R., &
Tomey, A. M, 2010). Asuhan keperawatan yang diberikan oleh seorang
perawat profesional tidak hanya sebatas tuntas memberikan asuhan
keperawatan tetapi memberikan makna dalam sebuah kedekatan terapeutik
pada pasien. Perawat tidak hanya terampil dalam hal tindakan keperawatan
yang dilakukan tetapi jiwa dari apa yang dilakukan tersebut mengandung
moralitas perawat.
Berempati, berefleksi diri, memberikan keterbukaan, kemurahan hati,
kepercayaan, harapan dan cinta dalam setiap pemberian asuhan keperawatan
merupakan kepekaan rasa yang harus dimunculkan dalam diri seorang
perawat. (Alligood, M. R., & Tomey, A. M, 2010). Bahwasannya dalam
suatu kedekatan terapeutik dengan pasien, moral dapat terjadi bila empati dan
refleksi ditampilkan secara bersama – sama sehingga caring dapat
diekspresikan dalam tindakan keperawatan.
13
Moral itu ada dalam situasi nyata, dalam suatu tindakan keperawatan
yang harus diperhitungkan. Kemudian tindakan tersebut harus
dipertanggungjawabkan didasarkan pada empati dan refleksi. Moral, etika
dan caring merupakan tiga komponen yang harus bersinergi dalam upaya
pelayanan keperawatan profesional yg terindividualisasi, tidak hanya sekadar
terstandar saja. Dapat dibayangkan bagaimana asuhan keperawatan yg
diberikan perawat tanpa disertai rasa moral, etika, dan caring, tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien menjadi tidak profesional.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam caring menurut Karl
Martinsen yaitu caring harus berkaitan dengan hubungan, praktek dan moral.
Benner dan wrubel (1989) dalam Potter dan Perry (2009), mengatakan “
Caring membuat kemungkinan”. Perhatian seseorang terhadap orang lain,
kejadian sesuatu memberikan motivasi dan petunjuk kepada individu untuk
perduli.
Caring sebagai dasar asuhan keperawatan adalah aspek yang mempunyai
implikasi praktis untuk mengubah praktek keperawatan sesuai kebutuhan
klien. Hubungan yang terbina harus didasarkan pada pendidikan dan
pelatihan serta kepedulian bahwa individu itu unik dan moral memberikan
aspek afektif menentramkan yang merupakan salah satu esensi keunikan
dalam asuhan keperawatan.

2.5 Asumsi Utama


1. Keperawatan
Asumsi dasar philosophical caring termasuk dalam hal praktik
keperawatan dimana perawat memberikan asuhan keperawatan merawat
dan peduli pada orang lain. Menurut Alvsvåg, 2011 (dalam Alligood.
2014), mengatakan bahwa caring merupakan landasan utama dan jiwa
bagi keperawatan maupun pekerjaan lainnya yang berkaitan dengan
kepedulian. Caring melibatkan tentang rasa mempertimbangkan, merawat,
dan peduli terhadap yang lain.
Dalam caring terdapat tiga hal yang saling berkaitan yang disebut dengan
Trinity of Caring yaitu, adanya hubungan, praktik dan moral :

14
1) Caring berkaitan dengan hubungan : Caring itu setidaknya
melibatkan dua orang. Martinsen menggambarkan hal tersebut sebagai
berikut : “seseorang peduli pada orang lain, keika orang tersebut dalam
kondisi yang menderita atau berduka dan bersedia utuk mengurangi rasa
sakitnya.
Maka caring atau rasa peduli adalah hal yang paling alami dan yang
paling mendasari yang diperlukan bagi orang tersebut. Dalam caring,
hubungan antar sesama adalah unsur yang paling penting. Yang dikerjakan
orang tersebut adalah untuk kepentingan orang lain. Intinya disini adalah
caring atau sifat peduli selalu mengandaikan sebagai orang lain atau
memposisikan diri kita sebagai orang tersebut. Lebih lanjut Martinsen
mengatakan bahwa dirinya tidak pernah dapat memahami dirinya atau
menyadari dirinya sendiri atau tidak bergantung dengan orang lain”
(Martinsen, 1989c, p. 69).
2) Caring berhubunngan dengan praktik : Hal ini berkaitan dengan
sesuatu yang bersifat nyata dan dapat dipraktikkan. Caring atau sikap
peduli pada orang lain dapat dilatih dan dipelajari melalui prakik langsung.
3) Caring berhubungan dengan moral : dapat diartikan sebagai situasi
bahwa kita harus yakin dan tidak meremehkan kemampuan pasien dalam
membantu dirinya sendiri untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
pernyataannya Martinsen mengatakan “jika caring merupakan hal yang
benar, maka saya harus menghubungkannya dengan suasana hati yang
membenarkan atau menerima orang lain berada dalam situasinya”
(Martinsen, 1989c, p. 71).
Caring memerlukan pemahaman yang jelas terhadap suatu kondisi,
yang memerlukan evaluasi yang baik dari tujuan yang melekat dalam
situasi caring tersebut: tindakan keperawatan pada dasarnya ditujukan
pada orang yang tidak mampu mandiri dalam pemenuhan kesehatnnya,
orang yang sakit dan memerlukan perawatan. Martinsen menegaskan
bahwa “dalam memberikan perawatan pada orang yang sakit melalui
asuhan keperawatan melibatkan pengetahuan, keterampilan dan
terorganisasi” Martinsen, 1989c,

15
2. Manusia
Dalam konsep manusia, Martinsen menyebutkan bahwa, manusia tidak
dapat dipisahkan dari lingkungan sosial dan komunitasnya. Martinsen
berpendapat bahwa terdapat hubungan yang paralel antara manusia dengan
tubuhnya.Sebagai tubuh, manusia berhubungan dengan diri sendiri, orang
lain, dan dunia, sedangkan manusia adalah tubuh itu sendiri dimana sebagai
tubuh, manusia mempunyai persepsi dan pemahaman.Tubuh terdiri dari
jasmani dan jiwa (Alligood, 2014)

3. Ligkungan
Manusia selalu berada dalam situasi yang berbeda dari satu tempat ke
tempat yang lain dan dalam ruang yang satu ke ruang yang lain (berada
dalam tempat dan ruang khusus). Martinsen mengungkapkan kapan
waktunya, bagaimana bentuk bangunan, dan pengetahuan dalam menciptakan
suasana suatu ruang. Dilihat dari dimensi ruang terdapat waktu, suasana, dan
kekuatan.
Martinsen menyatakan bahwa waktu, arsitektur, dan pengetahuan dapat
bekerja terhadap suasanasuatu dimensi ruang.Arsitektur, hubungan dengan
orang lain, penggunaan obyek, kata-kata, pengetahuan, keberadaan kita di
dalam ruangan, semuanya tersusun teratur dalam ruang dan situasi.Manusia
masuk dalam ruang universal, ruang alami, tetapi melalui penciptaan ruang
budaya.Kita membangun rumah dengan ruangan-ruangan dan aktivitas
pelayanan kesehatan menempati ruangan yang berbeda (Alligood,2014) .

4. Sehat
Sehat adalah refleksi dari kondisi organisme, selain itu juga merupakan
ekspresi tingkat kompetensi dalam pengobatan.Konsep modern dari sehat
adalah tidak bisa dikatakan sehat jika salah satu terjadi kerusakan meskipun
salah satu organ yang menjadi lebih baik.
Pengobatan terkadang berdampak yang membahayakan dan pelayanan
yang tidak adekuat bagi orang yang menderita penyakit kronis menyebabkan
Martinsen kembali berpikir ke konsep konservatif yaitu sehat secara ideal.Hal
yang penting adalah pengobatan yang jarang, sering menolong, dan selalu
16
memberikan kenyamanan.
Martinsen juga mengungkapkan bahwa kita tidak boleh mengubah
lingkungan, yang dibutuhkan adalah perhatian.
2.6 Penerimaan Oleh Keperawatan Komunitas dan Praktik
1. Pendidikan
Sebagian besar perguruan tinggi keperawatan di Norwegia dan
Denmark, menggunakan karya-karya Martinsen menjadi acuan dalam
kurikulum pendidikan. Selain itu buku-buku teori caring digunakan dalam
proses pembelajaran tidak hanya bagi keperawatan tetapi karya beliau juga
digunakan oleh disiplin ilmu lain, karena konsep caring dari Martinsen
mengadop usnur-unsur sosial dan moral ( Alligood, 2014).
2. Praktik
Teori martinsen dalam praktik kepeduliannya, melihat pasien secara
menyuluruh dan bagaimana memahami dan mendekati pasien. Kekuatannya
adalah kemampuan melatih caring dalam praktik sehingga keperawatan dapat
dikatakan sebagai praktik yang berkaitan dengan moral.
3. Research
Dalam penelitian karya Martinsen digunakan sebagai dasar atau acuan
dalam penelitian atau disertasi. Contohnya adalah, disertasi doctor dari
Norwegia yang mengacu pada teori Kari Martinsen terkait dengan care of
life. Dan masih terdapat beberapa peneliti lainnya yang menggunakan karya
teori Martinsen dalam penelitainnya.

17
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis Hubungan Teori Kari Martinsen dengan Filosofi dan Paradigma
Keperawatan
Kelompok menyimpulkan bahwa, dalam pandangannya terhadap konsep
keperawatan Martinsen menegaskan bahwa caring merupakan jiwa dalam
memberikan asuhan keperawatan yang erat kaitannya dengan profesionalisme
perawat. Setiap pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya dalam
upaya mencapai kesehata yang optimal sudah selayaknya kita sebagai
perawat memberikan asuhan keperawatan berbasis caring.
Perilaku caring dapat kita pelajari, pahami dan kita aplikasikan saat
memberikan asuhan keperawatan dengan cara memposisikan diri kita pada
situasi yang dialami oleh pasien sehingga kita mampu memberikan perhatian
dan caring pada pasien kita. Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
caring ke pasien yaitu :adanya hubungan, praktik, dan moral.
Asuhan perawatan atau caring yang kita berikan pada orang yang saki
tetap berlandaskan pengetahuan, keterampilan dan harus terorganisir. Tujuan
keperawatan dalam teori caring mengacu pada filosofi caring, yaitu
Martinsen menekankan caring sebagai nilai sentral dimana perawat dapat
merefleksikan dirinya jika berada pada situasi yang dialami oleh pasien
(emphaty).
Sehingga perawat dapat memberikan tindakan yang terbaik bagi pasien.
Berdasarkan pandangan ini, caring merupakan bukti nyata tindakan
keperawatan yang didasari oleh keinginan untuk mengerti, menolong dan
mengurangi penderitaan pasien berdasarkan nilai-nilai kebaikan. Pasien yang
dalam kondisi lemah, ketidak berdayaan dalam memenuhi kebutuhannya
dengan prinsip caring yang diterapkan oleh perawat, maka akan
menimbulkan kondisi perbaikan dan tujuan teori ini, perawat mampu
menempatkan dirinya pada situasi yang dialami oleh pasien.

18
Dengan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pasien dan memahami
kebutuhannya maka masalah kesehatan yang dialami oleh pasien dapat segera
diatasi. Perilaku caring juga dapat diinternalisasikan melalui proses
pembelajaran dengan mengaplikasikan komponen-komponen dari caring
dalam setiap pemberian asuhan keperawatan.
Dalam Theoretical assertion, Martinsen memaparkan praktik
keperawatan dalam konsep caring. Martisen menjelaskan bahwa manusia
diciptakan saling tergantung dan berhubungan satu sama lain. Perawatan
merupakan hal yang mendasar bagi kehidupan manusia. Sebagai manusia kita
dalam kehidupan ini kita tidak hanya dalam berhubungan antar manusia satu
dengan yang lain tetapi kita juga berhubungan dengan hewan dan alam.
Tubuh tercipta berdasarkan suatu kesatuan, yaitu fisik dan jiwa, yang di
dalamnya terdapat kebaikan, yang merupakan suatu hal yang tak terelakkan.
Dalam konsep ini yang menjadi pusat adalah Care of the body.
Keperawatan merupakan pekerjaan duniawi yang menuntut kejujuran karena
keperawatan professional adalah melindungi tubuh dan memberikan berbagai
kemungkinan hidup dari pasien.Pekerjaan ini menunjukkan adanya suatu
tuntutan hidup untuk peduli terhadap sekitar, dalam hal ini adalah pasien
dalam pekerjaannya. Ini adalah suatu pekerjaan yang memberi jasa pada
proses kehidupan. Mencintai sekitar merupakan hal yang konkret, praktis,
professional, dan moral.
Hal yang berkaitan dengan panca indera dan pengetahuan yang
berdasarkan pengalaman adalah hal utama dari fundamental dan dasar dalam
praktik keperawatan. Caring dipelajari melalui pengalaman praktis dalam
situasi konkret di bawah pengawasan perawat ahli dan berpengalaman
(Martinsen, 1993, 2003).
Penekananan keperawatan dalam konsep Caring lebih kepada
kepemilikan rasa empati, keterbukaan, kemurahan hati saat merawat pasien,
sehingga perawat mampu mengaplikasikan teori caring.
Perawat dapat merasakan apa yang pasien rasakan. Hal tersebut
19
merupakan suatu sifat dasar dan alamiah yang dimiliki oleh perawat.
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan di masyarakat terdapat
keterkaitan satu sama lainnya, karena pelayanan yang diberikan haruslah
bersifat komprehensif dan berkesinambungan karena kebutuhan tiap individu
berbeda satu sama lainnya, maka perawat haruslah bersikap sesuai dengan
kebutuhan pasien saat itu.
Teori caring dari Martisen mellibatkan empat konsep metaparadigma
yang teridiri dari manusia, sehat, lingkungan dan kperawatan. Keterkaitan
antar komponen tersebut mempengaruhi dan saling berhubungan. Dalam
konsepnya ,Martinsen membahas keempat komponen tersebut beserta
hubungannya dengan sangat jelas. Dimana komponen keperawatan
difokuskan pada sifat Caring dari seorang perawat, caring melibatkan dua
orang atau lebih yang saling berinteraksi dengan hubungan praktik dan moral.
Dalam praktik caring yang diterapkan dalam keperawatan, keperawatan
memandang pasien secara seutuhnya baik fisik maupun jiwa. Menurut
Martinsen, memandang seseorang (pasien) seutuhnya baik fisik maupun jiwa
merupakan konsep dari manusia. Disini Martinsen juga melihat bahwa
manusia terdapat hubungan parallel antara tubuhnya yang terdiri dari jasmani
dan jiwa. Pada pemberian perawatan kepada pasien, Martinsen
mendeskripsikan konsep lingkungan sebagai suatu ruang yang dapat
membantu dalam proses keperawatan sehingga kesehatan optimal.
Konsep kesehatan menurut Martinsen dijelaskan sebagai suatu refleksi
yang dipegaruhi oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang kondusif seperti
adanya kasih sayang, kepedulian dan perhatian sangat mempengaruhi kondisi
kesehatan individu. Sehingga dalam kondisi sakit seorang pasien perlu
mendapatkan asuhan keperawatan yang berbasis caring.
Bentuk logis Martinsen dapat digambarkan sebagai pendekatan induktif
dan pendekatan analogis. Aspek induktif pemikirannya bersumber pada
pengalaman dalam hidup dan dalam pelayanan kesehatan adalah titik awal
untuk karya teoritisnya. Martinsen berpaling kepada filsafat dan sejarah
dengan harapan mendapatkan wawasan dan pemahaman tentang pekerjaan
konkrit keperawatan dan kehidupan hidup yang lebih besar dalam penemuan
filsafat hidup dan fenomenologi maka dia bertemu dengan ontologis dan
20
metafisis dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan filsafat tradisional.
Tuturan hidup, waktu penciptaan dan ruang adalah fakta ontologis dan
metafisis. Analogi akan mengatakan bahwa kita berpikir fakta dan mengenali
mereka dalam pengalaman konkret kami dalam kehidupan praktis kita.
Kirkevold (1998) menulis bahwa’ “Martinsen tidak membangun teori
logical.sebaliknya, ia menjauhkan dirinya membentuk pandangan
pengetahuan yang menegaskan teori memiliki struktur logis dari prinsip
jangka dan aturan. Teori Martinsen adalah analisis interpretatif kepedulian
dimana penulis mencoba untuk menjelaskan dari berbagai
perspektif.perawatannya dari fenomena ini, harus dikatakan baik luas dan
menyeluruh.
Caring dapat dipahami dalam beberapa tingkatan, yaitu ontologi,
kenyataan, dan praktik. Atau pada tingkat sistem oragnisasi. Dalam
keperawatan kita didorong untuk bertindak secara professional dan bermoral,
sehingga rasa peduli atau caring muncul dalam hubungan anatara perawat dan
pasien. Hal yang paling penting untuk dikembangkan yaitu tentang
pengembangan pikiran, gagasan, konsep caring dalam penelitian. Ilmu
pengetahuan keperawatan memiliki batasan tertentu.
Tantangnnya yaitu untuk mengembangkan suatu penelitian yang tidak
menghilangkan praktik atau dengan kata lain Martinsen mengatakan
tantangannya adalah menciptakan praktik yang berdasarkan hasil research
sehingga ada kerja sama yang baik antara peneliti dengan praktisi. Pada
tingkat organisasi dan sosial, konsep perawatan juga sangat relevan. Hal ini
penting untuk mengembangkan sistem sosial dan oragnisasi, seperti
pelayanan kesehatan sehingga dapat difasilitasi pelayanan yang professional.
Teori Caring dari Kari Martinsen dalam aplikasi sistem holarci
contemporer termasuk pada tingkat teori Filosofi. Philosophical Theory
diartikan sebagai pernyataan yang mendukung tuntutan ontologi tentang
fenomena sebagai pusat perhatian suatu disiplin, tuntutan epistemic tentang
bagaimana fenomena muncul dan tuntutan etik tentang nilai suatu disiplin
ilmu (Fawcett, 2005). Karl Martinsen mengemukakan teori Philosophy of
Caring . Periode tahun 1976-1986 merupakan tahun berkembangnya teori
Philosophy of Caring dari Martinsen (Kirkevold, 2000).
21
Fenomena yang mendasari teori caring dari Kari Martinsen adalah suatu
kondisi yang dia amati saat bekerja sebagai perawat dirumah sakit. Saat itu
Martinsen menjadi lebih peduli dengan kesenjangan sosial yang terjadi di
masyarakat umumnya dan di pelayanan kesehatan khususnya. Hal utama
yang menjadi kegusarannya adalah tentang kepedulian perawat terhadap
pasien yang tingkat ketergantungannya tinggi.
Fenomena tersebutlah diakitkan dengan konsep metapardigma yang
meliputi manusia, sehat, lingkungan dan keperwatan. Martinsen memandang
manusia dalam fenomena tersebut sebagai kesatuan yang utuh jiwa dan
jasmaniahnya. Pandanganya terhadap rentang sehat sakit dimana orang yang
berada dalam kondisi sakit harus mendapat perhatian dan kepedulian dari
perawat yang merawatnya. Sehingga kondisi sehat dapat tercapai.
Keperawatan dipandang sebagai upaya dari perawat dalam merawat
pasien dengan kepedulian yang merupakan sifat alamiah yang seharusnya
dimliki oleh perawat dengan menjaga lingkungan perawatan. Dari fenomena
yang ada dan pengaruh terhadap metaparadigma maka muncul suatu
keyakinan dan kepercayaan dari Kari Martinsen terahadap keperawatan
bahwa seharus perawat dalam memberikan asuhan keperawatnnya
menekankan pada kepedulian atau caring. Martinsen beraharap dalam teori
filosofinya ini perawat bisa merawat pasien tidak hanya dengan pendekatan
medis namun pendekatan keperawatan dengan caring. Konsep ini masih
bersifat abstrak pada setiap komponennya sehingga harus diturunkan menjadi
teori yang lebih konkret.

22
CONTOH KASUS

Pasien menyatakan ketakutan, merasa tidak aman (takut banjir datang


kembali), merasa bersalah karena tidak bisa menolong anak dan istrinya yang
terseret banjir, pasien terlihat sangat berduka, sedih, waspada berlebihan,
ansietas.

Data hasil pengkajian DS : Pasien menyatakan ketakutan, merasa tidak


aman (takut banjir datang kembali), merasa
bersalah dan tidak bisa menolong anak dan
istrinya yang terseret banjir.
DO : pasien terlihat sangat berduka, sedih,
waspada berlebihan, ansietas.
Perawat menganalisa bahwa diagnosa Bapak X adalah Sindrom Pasca
Trauma.

Perencanaan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya antara pasien dan perawat
b. Bantu pasien dalam mengenali peristiwa traumatis yang dialaminya
c. Pasien dapat memahami hubungan antara peristiwa traumatis yang
dialaminya dan keadaan dirinya saat ini.
d. Pasien dapat mengidetifikasi cara-cara mengatasi sindrom pasca trauma
yang dialami.
e. Pasien dapat mengidentifikasi faktor pendukung yang dapat dijangkau
f. Pasien dapat memanfaatkan faktor pendukung

Implementasi keperawatan :
a. Membina hubungan saling percaya antara pasien dan perawat
b. Membantu pasien dalam mengenali peristiwa traumatis yang dialaminya
c. Membantu pasien untuk dapat memahami hubungan antara peristiwa
23
traumatis yang dialaminya dan keadaan dirinya saat ini.
d. Membantu pasien dapat mengidetifikasi cara-cara mengatasi sindrom pasca
trauma yang dialami.

e .Membantu pasien untuk dapat mengidentifikasi faktor pendukung yang


dapat di jangkau.
f. Membantu pasien untuk dapat memanfaatkan faktor pendukung.

Evaluasi keperawatan : Setelah mendapatkan tindakan keperawatan yang


berlandaskan caring dan empati dari perawat Y, keadaan dan traumatis pasien X sudah
berangsur-angsur baik dan berkurang, pasien X sudah mulai bisa menerima kenyataan
tentang kematian istri dan anaknya, walaupun sangat menyakitkan baginya. Rasa takut
pasien X akan adanya banjir susulan berangsur-angsur hilang. Perawat Y semakin
menyadari bahwa pentingnya caring dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien. Memiliki rasa empati dan refleksi terhadap apa yang dirasakan pasien, serta
memandang pasien sebagai individu yang harus dilindungi integritasnya.

24
PEMBAHASAN JURNAL

Judul “Care for Nurses Only ? Medicine and the Perceiving Eye”
Peneliti Elin Ha ˚konsen Martinsen
Tahun 7 December 2010
Latar Belakang Sebagian besar dari kita setuju bahwa asumsi bahwa
"perawat peduli" dan "dokter mengobati" terlalu sederhana, dan
itu tidak jarang bagi banyak perawat untuk tidak terlalu peduli
sama sekali, dan bagi beberapa dokter untuk merawat yang
hebat. berurusan. Namun, terlepas dari ini, masih ada perbedaan
teoritis antara keperawatan dan obat-obatan dalam kaitannya
dengan bagaimana perawatan ditangani; sementara perawatan
dapat dikatakan merupakan bagian penting dari pemahaman diri
profesional dalam keperawatan, itu masih dapat dikatakan
terletak di pinggiran pemikiran etis dalam kedokteran dan
jarang diterapkan
Tujuan Makalah ini memperkenalkan kerangka teoritis pada perawatan
yang dikembangkan oleh perawat Norwegia dan filsuf Kari
Martinsen, dan saya berpendapat bahwa pendekatan ini
memiliki relevansi tidak hanya dalam keperawatan, tetapi juga
dalam kedokteran klinis. Saya mencoba untuk membuktikan
klaim ini dengan menganalisis beberapa konsep kunci dalam
pendekatan ini, dan saya menggambarkan relevansi klinis
potensial dari pendekatan ini dengan menerapkannya dalam
kaitannya dengan dua skenario perawatan. Akhirnya, saya
membahas beberapa kekhawatiran yang telah diangkat
sehubungan dengan tujuan menyoroti perawatan dalam
kedokteran.
Metode Fenomenologi
Hasil Penelitian Dalam makalah ini saya berpendapat bahwa
pengembangan tatapan sensual dan mempersepsikan penting
25
dalam kedokteran untuk memfasilitasi perawatan dan memenuhi
defisiensi klinis. Bergantung pada filosofi perawatan Kari
Martinsen, saya menyarankan bahwa pemahaman tentang
perawatan sebagai untuk melihat dan mengekspresikan daya
tarik [pasien] untuk membantu ’dapat mewakili cara yang
bermanfaat dalam menangani perawatan di bidang kedokteran.
Dengan ini, kedua pentingnya perhatian sebagai
dikonseptualisasikan oleh mata penglihatan, serta dimensi
perawatan relasional dan praktis, ditekankan. Pendekatan
semacam itu dapat lebih berkontribusi untuk melindungi
integritas pasien, selain berkontribusi untuk mengembalikan
kemampuan klinis dokter dalam pertemuan klinis. Masalah
yang mungkin telah diatasi, sementara beberapa pertanyaan juga
dibiarkan terbuka untuk penyelidikan lebih lanjut: Sebagai
contoh, bagaimana kita melatih dan mendidik dokter dalam cara
pandang dalam kedokteran
Pembahasan Sejauh ini, saya telah mendiskusikan konsep-konsep
sentral dalam filosofi perawatan Kari Martinsen dalam
kaitannya dengan obat-obatan, dengan fokus pada
pembahasannya tentang melihat dalam perawatan kesehatan dan
konsepsinya tentang pengamatan dan pencatatan mata. Saya
telah menegaskan bahwa melihat dalam kedokteran didominasi
oleh tatapan rekaman dan bahwa pengembangan tatapan sensual
dan mempersepsikan adalah penting untuk memfasilitasi
perawatan dan memenuhi defisiensi klinis. Ada banyak aspek
yang dibahas di sini, dan saya tidak akan membahas perspektif
teoritis Martinsen dalam konteks ini lebih lanjut, 10 tetapi saya
akan membahas kemungkinan kelemahan menyoroti perspektif
seperti itu dalam kedokteran. Sehubungan dengan hal ini,
penting untuk menunjukkan bahwa meskipun perawatan telah
menjadi bidang permintaan yang terpinggirkan di dalam filsafat
kedokteran dan etika medis, ada transisi yang sedang
berlangsung dalam lanskap etika medis di mana kelayakan etika

26
perawatan dalam hubungan obat sedang diakui dalam filsafat
kedokteran, pendidikan kedokteran, etika feminis dan
antropologi medis. Tentu saja ada banyak kekhawatiran yang
mungkin timbul untuk orientasi perawatan dalam konteks
kedokteran dan etika medis. Dalam bagian berikut, saya akan
membahas beberapa argumen yang terkait dengan pernyataan
bahwa perspektif perawatan dalam kedokteran kemungkinan
akan membawa konsekuensi buruk bagi pasien dan dokter.
Dengan ini, saya membatasi diskusi saya untuk mengecualikan
argumen-argumen kritis yang mencoba menegaskan bahwa
pengertian tentang perawatan itu sendiri bermasalah dan tidak
perlu. Mari kita lihat beberapa keberatan yang secara khusus
berkaitan dengan diskusi saat ini:
Pertama, dapat dikatakan bahwa perawatan
mengganggu praktik medis yang tepat dengan menghambat
organisasi informasi dokter, di samping proses pengambilan
keputusan. Beauchamp dan Childress, membahas kebaikan
belas kasih dalam kedokteran, arahkan ke hubungan ini dalam
bagaimana belas kasihan '' dapat membutakan alasan dan tidak
memihak refleksi . '' Konstan kontak dengan penderitaan dapat
membanjiri dan bahkan melumpuhkan seorang dokter dan
perawat yang penuh kasih. Menanggapi kekhawatiran ini,
penting untuk menunjukkan bahwa tidak ada yang intrinsik
pada perspektif perawatan yang mengecualikan bentuk-bentuk
perhatian dan welas asih yang tidak terpisahkan, untuk
memparafrasakan Carse'' Seorang profesional perawatan
kesehatan yang baik harus dapat memanggil tingkat detasemen
emosional yang sesuai, atau keseimbangan batin, ketika ini
sangat penting untuk melayani kesejahteraan pasien, ’’ kata
Carse. Jika kita mengaitkan keberatan ini dengan perspektif
Martinsen, kita dapat menanyakan apakah tampilan pandangan
yang mempersepsikan dalam kedokteran dapat menghambat
daripada memfasilitasi praktik medis. Pertama, menurut
27
Martinsen, perawatan yang tepat tidak sesuai dengan tindakan
yang mengganggu pekerjaan medis yang diperlukan. Di sini,
saya mengandalkan penekanannya pada refleksi profesional
dalam kaitannya dengan pertemuan klinis. Dalam pandangan
Martinsen, penilaian klinis bergantung pada pengetahuan
profesional untuk menyusun dan mengatur

28
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Karie Marie Martinsen adalah seorang perawat dan filosofer,
mengungkapkan teori keperawatan philosophical caring dengan asumsi
dasar bahwa caring termasuk dalam praktik keperawatan dimana perawat
memberikan asuhan keperawatan, merawat dan peduli pada orang lain.
Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan caring kepada pasien
yaitu: caring berkaitan dengan hubungan, praktik, dan moral. Caring
dapat dipraktikkan dalam kasus nyata dimana caring melibatkan
setidaknya dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dalam situasi
yang konkrit/ tindakan praktik dan kaitannya dengan moral adalah
didasarkan pada evaluasi tindakan keperawatan.
Dalam konsep ini dijelaskan bahwa caring merupakan hal yang
fundamental dalam keperawatan karena caring melibatkan pertimbangan,
kepedulian dan berkaitan dengan orang lain. Dalam konteks professional,
caring membutuhkan pendidikan dan pelatihan. Apabila praktik
keperawatan tanpa pengetahuan professional maka hubungan pada
pasien menjadi perasaan yang sentimental. Martinsen menjelaskan
bahwa kecerobohan dan emosional bukan merupakan ekspresi dari care.
Martinsen dalam konep caring nya menegaskan bahwa caring
merupakan sifat alamiah dan mendasar bagi seorang perawat dan dapat
dilatih serta diaplikasikan pada proses asuhan keperawatan. Dengan
demikian tujuan dari teori ini bahwa saat merawat pasien, perawat
mampu menempatkan diri pada situasi yang dirasakan oleh pasien atau
memiliki rasa empati, sehingga kepedulian atau caring muncul dalam
setiap intervensi keperawatan yang dapat mengantarkan pasien pada
situasi yang nyaman dan mempercepat proses penyembuhan.

29
4.2 Saran
Setelah mempelajari tentang teori filosofikal keperawatan,
sebaiknya mahasiswa program magister keperawatan benar- benar bisa
memahami tentang konsep caring dan dapat menerapkannya dalam
praktik keperawatan sehari-hari pada
pasien.
Seorang perawat sebagai tenaga professional di pelayanan
kesehatan sebaiknya mengetahui tentang konsep caring dan
mengaplikasikannya dalam tugas sehari-hari sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. (2014). Nursing theorist and their work (8th ed).
St.Louis: Mosby Elsevier,Inc.
Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2010). Nursing theorists and their
work (7th ed.).Maryland Heights, MO:Mosby Elsevier.
Fawcett, J. (2005). Contemporary nursing knowledge: Analysis and
evaluation of nursing models and theories (2th ed). Philadelpia: FA Davis
Company.

31
32
33
10
20

Anda mungkin juga menyukai