Anda di halaman 1dari 11

TUBERKULOSIS PARU

PENDAHULUAN

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi permasalahan


dalam masyarakat. Kemampuannya untuk menular kepada orang lain, timbulnya kuman
yang resisten tehadap pengobatan, keadaan sosioekonomi masyarakat yang rendah,
merupakan hal-hal yang mempersulit eradikasi penyakit ini.

TUJUAN

Agar penanganan tuberkolosis paru dapat berjalan dengan baik dan mencegah
semakin bertambahnya kuman yang resisten terhadap pengobatan.

BATASAN

Tuberkulosis paru adalah infeksi paru yang disebabkan oleh basil mikrobakterium
tuberkulosis

PROSEDUR TETAP

1. MENEGAKKAN DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
a. Gejala klinis
Gejala local berupa batuk dengan atau tanpa riak, batuk dengan tanpa darah,
nyeri dada dan sesak nafas.
Gejala sistemik berupa demam, keringat malam, nafsu makanmenurun, lelah,
lemah, berat badan menurun.
b. Pemeriksaan fisik
Ditemukan kelainan terutama pada segmen apikosposterior lobus superior
atau egmen superior lobus inferior. Kelainan menunjukkan tanda-tanda
infitrat, fibrosis, kavitas, efusi pleura.
c. Foto toraks
Gambaran infiltrat, fibrosis, kalsifikasi, kavitas, efusi pleura
d. Laboratorium
Laju endap darah meningkat, ditemukan bakteri tahan asam dalam
spuham/cairan pleura.
2. TINDAKAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
3. PEMBERIAN TERAPI
- Kategori 1
- Kategori 2
Relap atau gagal terapi
Pada fase awal diberikan …
Pada fase lanjutan diberikan ….. atau….
- Kategori 3
TBC paru dengan BTA (-), dan kelainan parenkim minimal, atau TBC
ekstrapulmonal yang tidak termasuk dalam kategori 1
Pada fase awal diberikan 2 HRZ atau 2 H3R3Z3
Pada fase lanjutan kombinasi INH dan rifampisin
- Kategori 4
TBC kronis
Diberikan terapi dengan obat eksperimental atau obat lini ke 2 ….
4. KELUAR RUMAH SAKIT
Penderita dipuangkan jika indikasi MRS sudah teratasi, dan selanjutnya terapi
diberikan secara rawat jalan.
PNEUMOTORAKS

PENDAHULUAN

Pneumotoraks merupakan kelainan yang memerlukan penanganan segera


mungkin. Penundaan penanganan dapat berakibat fatal bagi penderita. Kematian akibat
pneumotoraks mencapai ±12%, tetapi kematian ini umumnya disebabkan oleh beratnya
penyakit dasar.

TUJUAN

Agar diagnosis pneumotoraks dapat ditegakkan sedini mungkin dan penanganan


sesuai dengan prosedur yang benar.

BATASAN

Pneumotoraks adalah keadaan dimana terjadi akumulai udara dalam rongga


pleura.

PROSEDUR TETAP

1. MENEGAKKAN DIAGNOSIS
a. Gejala klinis
Sesak mendadak, makin lama makin berat, nyeri dada, batuk-batuk.
Timbulnya setelah batuk keras, angkat berat-berat, bersin dan sebagainya.
b. Pemeriksaan fisis
Penderita tanpa sesak, lemah sampai syok. Pencembungan pada sisi yang
sakit, pergerakn nafas menurun pada sisi sakit, hipersonor, suara nafas
melemah
c. Radiologis
Bagian pneumotoraks tampak hitam secara merata dan bagian lain dibatasi
oleh garis yang merupakan tepi paru yang kolaps.
2. PENENTUAN JENIS PNEUMOTORAKS
a. Ukur tekanan intrapleura
b. Kran diputar sehingga terdapat hubungan antara kavun pleura (jarum)
dengan tabung penghisap. Dilakukan penghisapan udara dalam kavum
pleura sebanyak 300 cc dengan cara merubah ketinggian tabung penhisap.
Kran diputar kembali sehingga terdapat hubungan antara kavum pleura
dengan manometer. Baca tekanan intrapleura
c. Tunggu ±10 menit. Baca kembali tekanan intrapleura.
Interpretasi:
- Jika sebelum penghisapan udara dan 10 menit sesudah penghisapan udara
tekanan intrapleura (inspirasi-ekspirasi) mendekati nol  pneumotoraks
terbuka.
- Jika segera sesudah penghisapan 300 cc udara dan 10 menit kemudian
tekanan intrapleura tetap  pneumotoraks tertutup.
- Jika sebelum penghisapan udara, tekanan intrapleura positif tinggi, segera
sesudah penghisapan sedikit menurun, tetapi 10 menit kemudian meningkat
dan positif tinggi lagi  pneumotoraks ventil.

Pada keadaan gawat, kateter toraks dapat dipasang tanpa didahului pengukuran
tekanan intrapleura.

3. PENATALAKSANAAN
 Oksigen
 Pemasangan kateter toraks
- Jika pneumotoraks terbuka dan kolaps lebih dari 20%  pasang
kateter toraks + WSD + pompa penghisap kontinyu.
- Jika pneumotoraks tertutup, tiak ada penyakit dasar yang mengganggu
fungsi paru, kolaps kurang dari 20%, lakukan penghisapan dengan alat
pneu, kemudian observasi. Jika pnemutoraks tidak membaik 
pasang kateter toraks + WSD.
- Pnemutoraks ventil  pasang kateter toraks + WSD.
 Dicari penyebab pneumotoraks dan terapi kausal
4. PERAWATAN PASKA PEMASANGAN KATETER TORAKS
- Foto toraks ulang
- Deteksi dini kemungkinan terjadinya pembuntuan selang ke WSD
- Deteksi kemungkinan kebocoran udara yang ditandai dengan timbulnya
gelembung udara yang menetap dalam botol WSD.
5. PELEPASAN KATETER TORAKS
Indikasi pelepasan kateter toraks ialah tekanan intrapleura sudah negative
dan paru sudah mengembang sempurna. Klem selama 24 jam dan jika tetap
mengembang sempurna, kateter dilepas.
EMPIEMA

PENDAHULUAN

Meskipun telah banyak kemajuan dalam teknik pembedahan dan penggunaan


antibiotic, tetapi sampai saat ini empyema. Tetap merupakan masalah penting dalam
bidang penyakit paru. Penanganan empyema secara dini dan dtepat dapat mencegah
empyema akut masuk ke fase kronis yang sering memerlukan tindak bedah.

TUJUAN

Menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang tepat untuk
mecegah terjadinya empyema yang kronis.

BATASAN

Empiema toraks adalah proses supurasi dalam rongga pleura

PROSEDUR TETAP

1. MENEGAKKAN DIAGNOSIS
- Gejalan klinik dan pemeriksaan fisik
Empiema akut dtandai dengan pnas tinggi, nyeri pleuritik, toksemia, batuk
produktif nanah bercampur darah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-
tanda cairan dalam rongga pleura, empyema nesesitatis. Empyema kronis
ditandai badan lemah, pucat, jari tabuh, dada datar dan adanya tanda-tanda
cairan pleura.
- Radiologis
Tanda-tanda cairan, air-fluid level
- Fungsi percobaan  didapatkan pus
- Laboratorium
Kultur dan test kepekaan dari cairan empiema.
- Test terhadap fistel bronkopleural
½ cc metilen biru yang diencerkan dengan aquadest steril ± 4,5 cc,
dimasukkan ke rongga pleura melalui kateter toraks. Perhatikan ada tidaknya
metilen biru dalam sputum penderita.
2. PENATALAKSANAAN
a. Lakukan pemasangan kateter toraks + WSD + pompa penghisap kontinyu.
Kekuatan penghisapan dinaikkan secara bertahap sampai maksimal.
b. Perawatan paska pemasangan kateter toraks.
- Botol WSD harus diganti setiap hari atau kalau penuh
- Dijaga supaya tidak terjadi pembuntuan kateter.
c. Pencucian rongga pleura dapat dilakukan jika tidak ada fistula bronkopleural.
Pencucian dilakukan setiap hari menggunakan larutan povidone iodine 10%
yang diencerkan dengan aqua steril dengan perbandingan 1:10.
d. Pelepasan kateter toraks dilakukan jika produksi kurang dari 50 cc, serous
dan sudah tidak ada rongga empiema.
e. Konsulkan ke bagian bedah jika setelah 3-4 minggu tidak ada kemajuan atau
terdapat tanda-tanda empiema kronis.
f. Terapi kausal
BRONKOSKOPI PIPA

(RIGID BRONCHOSCOPY)

PENDAHULUAN

Bronkoskopi pipa diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Jackson pada tahun
1915. Kemampuannya untuk melihat secara langsung keadaan trakeobronkial
menemptkan prosedur ini pada posisi yang sangat penting dalam diagnostic kelainan
trakeabronkial. Bahkan teknologi bronkoskopi serat optic yang sudah berkembang
sedemikian jauh, masih belum dapat sepenuhnya menggantikan prosedur ini.
Bronkoskopi pipa tetap merupakan metode pilihan untuk pengambilan bekuan darah
dan benda asing tertentu yang sulit dilakukan bronkoskopi serat optik.

DEFINISI

Bronkoskopi pipa adalah suatu prosedur pemeriksaan dengan menggunakan


bronkoskop pipa untuk melihat secara langsung kelainan patologi dalam trakeobronkial.

INDIKASI

1. Hemoptoe profus dan kemungkinan terdapat bekuan darah di jalan nafas,


2. Pengambilan benda asing yang kemungkinan sulit diambil dengan bronkoskop
serat optik
PEMERIKSAAN FAAL PARU

PENDAHULUAN

Pemeriksaan faal paru kini mutlak dilakukan untuk mengkaji seberapa jauh
perubahan/kelainan anatomis akibat suatu penyakit memberikan perubahan/gangguan
faal paru. Dalam klinik adakalanya selain untuk keperluan diagnostic, pemeriksaan faal
paru juga dapat diprgunakan untuk mengevaluasi hasil suatu tindakan pengobatan.
Pemeriksaan faal paru dapat mendeteksi kelainan paru secara dini sebelum keluhan-
keluhan lainnya muncul.

TUJUAN

Untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang baik maka dalam pemeriksaan faal
paru perlu dibuat suatu prosedur tatacara penyelenggara pemeriksaan yang efektif dan
efisien, serta sekaligus menghindar terjadinya kesalahan yang bersifat, systemic error,
maupun human error.

BATASAN

Pemeriksaan faal paru program minimal adalah pemeriksaan faal yang rutin
dikerjakan pada laboratorium faal paru dengan fasilitas sederhana, antara lain
pemeriksaan volum alur pernafasan, kapasitas vital dan volume ekspirasi paksa-1.
Pemeriksaan faal paru program maksimal adalah pemeriksaan faal paru yang lebih
mendalam dibandingkan program minimal, dan disini diperlukan fasilitas yang lebih
lengkap.

PROSEDUR TETAP

I. PEMERIKSAAN FAAL PARU PROGRAM MINIMAL DENGAN SPIROMETRI


1. Persiapan alat spirometer kedap air
- Basuh tabung spirometer dengan cara mendorong cungkup naik turun 2-3 X,
kran penghubung dalam keadaan terbuka.
- Lakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya kebocoran dengan
menutup kran serta meletakkan pemberat diatas cungkup. Jalankan tromol
pencatat pada kecepatan 32 mm/menit dan perhatikan garis yang dibuat oleh
pena pencatat.
- Lakukan pemeriksaan terhadap lembar kertas grafik pada kecepatan lambat
dan cepat masing-masing dengan skala.
2. Persiapan penderita
- Usahakan penderita dalam kondisi terbaik dan sudah makan pagi
- Pakaian harus longgar (pada wanita jangan memakai korset atau stagen,
kancing BH dilepas)
- Berikan intruksi maneuver pemeriksaan dengan sejelas-jelasnya
- Karet mulut (mouth piece) harus rapat dimasukkan antara gigi dan bibir
sehingga tidak bocor.
- Hidung dijepit dan bernafas dari mulut
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan 3 kali dan diambil hasil pemeriksaan yang
terbaik
a. Faal paru static
Penderita diminta bernafas biasa (alun pernafasan) dan direkam pada tromol
dengan kecepatan 160 mm/menit.
Pada akhir ekspirsi dari pernafasan biasa ini, penderita melakukan inspirasi
sedalam mungkin dan diikuti alun pernapasan biasa.
Setelah melakukan beberapa alun pernapasan pada akhir ekspirasi alun
pernapasan dilakukan ekspirasi semaksimal mungkin
Selanjutnya penderita bernafas biasa kembali
Pada akhir sekspirasi alun pernapasan, penderita melakukan inspirasi
sedalam mungkin dan langsung diikuti ekspirasi semaksimal mungkin.
b. Faal paru dinamik
Penderita bernafas biasa kembali.
Pada akhir ekspirasi, lakukan inspirasi sedalam mungkin dan ditahan sejenak
pada akhir inspirasi, sementara itu kymograph diubah kecepatannya menjadi
1920 mm/menit dan penderita melakukan ekspirasi secepat dan sekuat
mungkin sampai habis. Penderita bernafas biasa kembali.
Untuk memeriksa kapasitas maksimal paru penderita bernafas dengan
sekuat tenaga dan secepat mungkin selama 1 menit.
4. Perhitungan
Semua hasil perhitungan harus dikoreksi ke BTPS
- Volume alun pernapasan (Vt)
Ukur besarnya volum yang masuk selama inspirasi pada pernafasan normal.
- Kapasitas vital
Kapasitas vital diukur dengan menghitung amplitude terbesar jarak ujung
spirogram pada inspirasi dan ekspirasi maksimal. Dapat dengan menilai
inspirasi dan ekspirasi maksimal yang dilakukan secara terpisah (cara tidak
langsung) atau inspirasi maksimal yang langsung diikuti ekspirasi maksimal
(cara langsung).
- Volum cadangan inspirasi (Inspiratory Reserve Volum)
Volum udara yang dihirup setelah akhir inspirasi pada alun pernapasan biasa
sampai dengan puncak inspirasi maksimal
- Volum cadangan ekspirasi
Volum udara yang masih bisa dihembuskan keluar setelah akhir ekspirasi
alun pernapasan biasa sampai pada akhir ekspirasi maksimal
- Kapasitas vital paksa
Diukur dengan menghitung amplitudo terbesar jarak ujung spirogram pada
inspirasi maksimal dan ekspirasi dengan kekuatan
- Volum ekspirasi paksa-1

Anda mungkin juga menyukai