Anda di halaman 1dari 121

SKRIPSI

EFEKTIFITAS TERAPI KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS


NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA ARTHRITIS REUMATOID
DI POSYANDU LANSIA MAWAR INDAH DUSUN JANGGAN
DESA JANGGAN KECAMATAN PONCOL
KABUPATEN MAGETAN

Oleh :
FINDY NUR ISA ISNAWATI
NIM : 201402077

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
SKRIPSI

EFEKTIFITAS TERAPI KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS


NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA ARTHRITIS REUMATOID
DI POSYANDU LANSIA MAWAR INDAH DUSUN JANGGAN
DESA JANGGAN KECAMATAN PONCOL
KABUPATEN MAGETAN

Diajukan untuk memperoleh


gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
pada Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Oleh :

FINDY NUR ISA ISNAWATI


NIM : 201402077

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018

ii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirohim..

Puji syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah

SWT atas segala nikmat serta limpah Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dengan terselesainya skripsi ini, penulis ingin mempersembahkan

proposal ini untuk semua pihak yang turut membantu, khususnya :

1. Kedua orang tuaku, Papa Djoko Sutrisno dan Mama Wiwin Catur Indra

Nuryati yang telah memberikan saya kesempatan untuk belajar,

memberikan saya support dan terima kasih yang tak terhingga atas segala

dukungan moril maupun materil, doa serta kasih sayang yang telah

diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua adekku M.Odie Indra Saputra dan Talitha Hasnaa Nabiilah, tak

akan tergantikan saat berkumpul bersama kalian, walaupun sering

bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna terssendiri untukku, terima

kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini. Maaf belum bisa menjadi

panutan, tetapi setidaknya aku akan selalu menjadi yang terbaik untuk

kalian semua.

3. Untuk Priyoto, S.Kep,Ns.,M.Kes dan Sagita Haryati, S.Kep,Ns.,M.Kes

terima kasih telah memberikan bimbingan dan masukkan dalam


penyusunan skripsi dengan sabar dan ketelatena. Semoga Allah SWT

memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan.

4. Almamater yang saya banggakan Program Studi Ilmu Kesehatan STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun dan seluruh dosen pengajar maupun staf

terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan, pengalaman dan bantuan

yang sangat berarti yang telah kalian berikan kepadaku selama ini.

5. Untuk Dina Putri Adiyati, Eka Fifiandani, Rizky Dwi Oktaviani, Senja

Nur Hamidah, Tri Wulandari, Sylvia Rika Pohan, Rosel, Titis Arum,

Nanda Rizky, Priyo Pambudi, Putri, Ema, Lutfiana, Harma, Adel, Arum,

Antira, Wiwik A, Yusi Vita, Geztika, Herlina, kakak tingkat yang selalu

mendukung ku Ranti Rosita, Ratih Dwi Susilo dan seseorang yang selalu

support, memotivasi Devin Ardianto terima kasih telah menjadi patner

yang baik dalam perjalanan masa kuliah saya dan terima kasih telah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Untuk teman-teman satu almamater dan seperjuanganku angkatan 2014

Prodi S1 Keperawatan perjuangan kita belum selesai sampai disini. Mari

kita lanjutkan dengan membuktikan bahwa kita mampu menjadi perawat

yang profesional dan bisa diandalkan agar dapat mengharumkan nama

STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Findy Nur Isa Isnawati

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 01 Desember 1995

Agama : Islam

Email : findynurisa85@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. Lulus Dari Pendidikan TK Kemala Bayangkari Tahun 2002

2. Lulus Dari Sekolah Dasar Negeri Bulu 1 Tahun 2008

3. Lulus Dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sukomoro Tahun 2011

4. Lulus Dari Sekolah Menengah Kejurusan Persatuan Maospati Tahun 2014

5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun 2014-sekarang


ABSTRAK

Findy Nur Isa Isnawati

EFEKTIFITAS TERAPI KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS


NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA ARTHRITIS REUMATOID DI
POSYANDU LANSIA MAWAR INDAH DUSUN JANGGAN DESA
JANGGAN KECAMATAN PONCOL KABUPATEN MAGETAN
100 Halaman + 10 Tabel + 8 Gambar + 18 Lampiran
Penyakit Arthritis Reumatoid merupakan suatu penyakit yang menyerang
autoimun dimana persendian (tangan dan kaki), mengalami peradangan, sehingga
terjadi nyeri dan dapat menyebabkan kerusakan pada sendi (Handriani, 2011).
Untuk mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan dengan pemberian terapi Non
Farmakologis salah satunya dengan terapi kompres air hangat yang bertujuan
untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah spasme otot (Hidayah & Uliyah,
2012). Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui efektifitas terapi
kompres air hangat terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang
menderita Arthrtitis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan
Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.
Penelitian ini menggunakan desain Pra Eksperimen dengan rancangan One-
group Pra-post. Sampel penelitian berjumlah 28 orang yang mengalami nyeri
Arthritis Reumatoid diambil dengan teknik sampling Simple Random Sampling
dan pengumpulan data menggunakan lembar observasi. Analisa data
menggunakan Uji Statistik Wilcoxon Sign Rank Test.
Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perubahan intensitas nyeri
sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres air hangat dengan mean sebelum
diberikan 6,7 sedangkan sesudah diberi terapi mean 4,6. Hasil penelitian dengan
uji Wilcoxon diperoleh nilai P = 0.000 < 0,05, karena nilai ρ value < α maka H¹
diterima.
Berdasarkan hasil tersebut diharapkan terapi kompres air hangat dapat
dijadikan sebagai salah satu terapi dalam mengurangi nyeri pada lansia yang
menderita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan
Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan dan terapi kompres air
hangat efektif dalam penurunan intensitas nyeri pada lansian yang menderita
Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa
Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.

Kata kunci : Kompres Air Hangat, Arthritis Rumatoid

ix
ABSTRACT

Findy Nur Isa Isnawati

EFFECTIVENESS OF WATER COMPRESS WARM AGAINST INTENSITY OF


PAIN IN ELDERLY TREATING ARTHRITIS REUMATOID IN POSYANDU
LANSIA MAWAR INDAH DUSUN JANGGAN DESA JANGGAN KECAMATAN
PONCOL KABUPATEN MAGETAN

100 Pages + 10 Tables + 8 pictures + 18 Attachments


Reumatoid Arthritis disease is an autoimmune disease that attacks the joints
where (hands and feet), experiencing inflammation, which can cause damage and
pain in the joints (Handriani, 2011). Factors that influence include genetic
factors, hormonal factors and fantor infection (Noer, 2012). To reduce the pain
can be done with Non Pharmacological therapy of granting one of them with a
warm water compress therapy aims to reduce pain and prevent muscle spasme
(Hidayah & Uliyah, 2012).
This research uses Experimental Design Pre design One-group Pre-post.
Sample research totalling 28 people experiencing soreness Arthritis Reumatoid
taken with sampling Simple Random Sampling and data collection using the
observation sheet. Analyze data using Statistical test of Wilcoxon Signed Rank
Test.
The results showed that there was a change in pain intensity before and
after giving warm water compress therapy with the mean before being given 6.7
while after being given mean therapy 4.6. The results of the study with Wilcoxon
test obtained P value = 0.000 <0.05, because the value of ρ value <α then H¹ was
accepted.
Based on these results, it is expected that warm water compress therapy can
be used as one of the therapies in reducing pain in the elderly who suffer from
Rheumatoid Arthritis in the Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa
Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan and warm water compress
therapy is effective in reducing pain intensity in patients suffering Rheumatoid
Arthritis at the Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan,
Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan.

Keywords: Warm Water Compress, Rumatoid Arthritis


DAFTAR ISI

Sampul Depan...........................................................................................................i
Sampul Dalam..........................................................................................................ii
Lembar Persetujuan................................................................................................iii
Lembar Pengesahan................................................................................................iv
Lembar Persembahan...............................................................................................v
Halaman Pernyataan..............................................................................................vii
Daftar Riwayat Hidup...........................................................................................viii
Abstrak....................................................................................................................ix
Abstract....................................................................................................................x
Daftar Isi..................................................................................................................xi
Daftar Tabel..........................................................................................................xiv
Daftar Gambar........................................................................................................xv
Daftar Lampiran....................................................................................................xvi
Daftar Istilah........................................................................................................xvii
Daftar Singkatan..................................................................................................xviii
Kata Pengantar......................................................................................................xix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kompres Air Hangat
2.1.1 Pengertian Kompres Hangat ............................................ 8
2.1.2 Efek Terapeutik Pemberian Kompres Hangat ................. 8
2.1.3 Efek Fisiologi Pemberian Kompres Hangat .................... 9
2.1.4 Manfaat Efek Kompres Hangat ...................................... 10
2.1.5 Mekanisme Kerja Panas ................................................. 11
2.1.6 Prosedur Kompres Hangat .............................................. 11
2.1.7 Mekanisme Kerja Kompres Hangat terhadap Nyeri
Sendi ................................................................................ 12
2.2 Konsep Nyeri
2.2.1 Pengertian Nyeri .............................................................. 13
2.2.2 Faktor-faktor Mempengaruhi Pengalaman Nyeri ............ 13
2.2.3 Fisiologi Nyeri ................................................................ 14
2.2.4 Patofisiologi Nyeri........................................................... 15
2.2.5 Sistem Penekanan Nyeri .................................................. 16
2.2.6 Klasifikasi Nyeri .............................................................. 17
2.2.7 Skala Pengukuran Nyeri Arthritis Reumatoid ................. 18
2.2.8 Tindakan Pereda Nyeri .................................................... 22
2.3
Konsep Lansia
2.3.1 Pengertian Lansia................................................................25
2.3.2 Batasan Lansia....................................................................26
2.3.3 Perubahan Lansia................................................................26
2.3.4 Teori-teori Penuaan............................................................28
2.3.5 Faktor-faktor Penuaan........................................................32
2.3.6 Masalah-masalah Pada Lansia............................................34
2.4 Konsep Arthritis Reumatoid
2.4.1 Pengertian Arthritis Reumatoid..........................................36
2.4.2 Etiologi...............................................................................37
2.4.3 Patofisiologi........................................................................38
2.4.4 Manifestasi Klinis...............................................................38
2.4.5 Pembagian Penyakit Arthritis Reumatoid...........................39
2.4.6 Penatalaksanaan Arthritis Reumatoid.................................39
2.4.7 Perawatan Arthritis Reumatoid...........................................40
2.4.8 Mekanisme Terapi Kompres Hangat Terhadap
Arthritis Reumatoid............................................................42
2.5 Kerangka Teori 44
2.6 Penerapan Kerangka Teori..............................................................44
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual.....................................................................45
3.2 Hipotesa Penelitian.........................................................................46
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian 47
4.2 Populasi dan Sampel.......................................................................48
4.2.1 Populasi 48
4.2.2 Sampel 48
4.3 Teknik Sampling 50
4.4 Kerangka Kerja Penelitian..............................................................51
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional................................52
4.5.1 Indentifikasi Variabel 52
4.5.2 Definisi Operasional Variabel.............................................52
4.6 Instrumen Penelitian.......................................................................53
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................53
4.8 Prosedur Pengumpulan Data..........................................................54
4.9 Pengolahan dan Analisa Data.........................................................56
4.9.1 Pengolahan Data 56
4.9.2 Analisa Data 58
4.10 Etika Penelitian 59
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian....................................................62
5.2 Hasil Penelitian 63
5.2.1 Data Umum 63
5.2.2 Data Khusus 64
5.3 Pembahasan 67
5.4 Keterbatasan Penelitian..................................................................70
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan.....................................................................................71
6.2 Saran...............................................................................................72

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................74
Lampiran-lampiran.................................................................................................76
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Mekanisme Kerja Panas ........................................................ 11


Tabel 2.2 Klasifikasi Nyeri ................................................................... 17
Tabel 4.1 Skema Penelitian One-group pra-post test design ................ 47
Tabel 4.2 Definisi Operasional .............................................................. 52
Tabel 5.1 Distribusi Tendensi Frekuensi Usia Responden di
Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa
Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan April
2018 (n = 28) ......................................................................... 63
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan lansia di Posyandu
Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec.
Poncol Kab. Magetan ............................................................ 63
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pekerjaan lansia di Posyandu Lansia
Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec. Poncol
Kab. Magetan ........................................................................ 64
Tabel 5.4 Skor skala Intensitas Nyeri Pada Lansia yang Menderita
Arthritis Reumatoid sebelum diberikan terapi Kompres Air
Hangat di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan
Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan ............................. 65
Tabel 5.5 Skala Intensitas Nyeri Pada Lansia yang Menderita
Arthritis Reumatoid sesudah diberikan terapi Kompres Air
Hangat di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan
Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan ............................. 65
Tabel 5.6 Hasil Analisa Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Lansia yang Menderita
Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah
Dusun Janggan Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan ... 66

xiv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Deskriptif.............................................18


Gambar 2.2 Skala Intensitas Nyeri Analog Visual......................................19
Gambar 2.3 Skala Intensitas Nyeri Numerik...............................................20
Gambar 2.4 Skala Intensitas Nyeri Wajah..................................................21
Gambar 2.5 Kerangka Teori........................................................................44
Gambar 2.6 Penerapan Kerangka Teori......................................................44
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual..............................................................45
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian.......................................................51
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pencarian Data Awal STIKES ................................. 76


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian STIKES .................................................. 77
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian BanKes BangPol ..................................... 78
Lampiran 4 Surat Izin Desa Janggan ........................................................... 80
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian UPTD PusKesMas Poncol ...................... 81
Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian ..................................................... 82
Lampiran 7 Lembar Permohonan Menjadi Responden ............................... 83
Lampiran 8 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................. 84
Lampiran 9 SOP (Standar Operasional Prosedur) ....................................... 85
Lampiran 10 Lembar Assemen Nyeri ............................................................ 87
Lampiran 11 Data Assemen Nyeri Responden .............................................. 89
Lampiran 12 Distribusi Frekuensi Responden .............................................. 90
Lampiran 13 Data Demografi ........................................................................ 92
Lampiran 14 Uji Normalitas .......................................................................... 94
Lampiran 15 Hasil Uji SPSS Wilcoxon Sign Rank Test ................................ 96
Lampiran 16 Dokumentasi Penelitian ........................................................... 97
Lampiran 17 Jadwal Penyusunan Skripsi ...................................................... 98
Lampiran 18 Lembar Konsultasi Bimbingan ................................................ 99
DAFTAR ISTILAH

Guided imaginery :Teknik Imajinasi Terbimbing


Shock absorber : Peredam Kejut
None : Tidak Nyeri
Mild : Nyeri Ringan
Moderate : Nyeri Sedang
Severe : Nyeri Berat
Middle age : Usia Pertengahan
Ederly : Lanjut Usia
Old : Tua
Very Old : Sangat Tua
Early old age : Usia Dini
Advance old age : Lanjut Usia Tua
Teori error catasrophe : Konsep Kesalahan Catasrophe
Arthritis Reumatoid : Arthritis Reumatoid/Rematik
Inform consent : Fomulir Persetujuan
Numeric rating scale : Skala Penilaian Nomor
Editing : Pengeditan
Coding : Perkodean
Entry : Memasukan data
Cleaning : Pembetulan atau koreksi
Tabulating : Tabel
Respect for human dignity : Menghormati harkat dan Martabat
Manusia
Autonomy : Otonomi
Confidentiality : Kerahasiaan
Respect for justice an inclusiveness : Keadilan dan Keterbukaan
DAFTAR SINGKATAN

DinKes : Dinas Kesehatan


DNA : Deoxybrose Neucleic Acid
NRS : Numeric Rating Scale
PBS : Pusat Badan Statistik
PTM : Penyakit Tidak Menular
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
RNA : Rebonucleic Acid
WHO : World Health Organization
WWZ : Warm Water Zak
VAS : Visual Analog Scale
VDS : Visual Descriptor Scale
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “EFEKTIFITAS TERAPI KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP

INTENSITAS NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA ARTHRITIS

REUMATOID DI POSYANDU MAWAR INDAH DUSUN JANGGAN, DESA

JANGGAN KECAMATAN PONCOL KABUPATEN MAGETAN” dengan baik.

Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan

moral kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Tatang Broto Legowo selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Poncol

dan seluruh Staf Puskesmas Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.

2. Bapak Sarmo selaku Kepala Desa Janggan yang telah memberi ijin peneliti

untuk melakukan penelitian di Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten

Magetan.

3. Bapak Zaenal Abidin, SKM., M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun.

4. Ibu Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana

Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun.

5. Bapak Priyoto W, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing 1 beserta

Ibu Sagita Haryati, S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing 2 yang

selalu membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.

xix
6. Kedua Orang tua saya Bapak Djoko Sutrisno dan Ibu Wiwin Catur Indra

Nuryati yang telah memberi dorongan dan semangat tanpa henti.

7. Teman-teman yang telah memberi dorongan dan bantuan berupa apapun

dalam penyusunan tugas skripsi ini. Mas Devin Ardianto, Tri Wulandari,

Putri, Dina Putri Adiyati, Eka, Senja Nur, Emma, Rika Pohan, Titis Arum,

Ainin, Risma, Yusi Vita, Nanda dan Priyo Pam yang banyak membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin

Wassalamualaikum Wr.Wb

Madiun, 26 Juli 2018


Peneliti,

Findy Nur Isa Isnawati


NIM. 201402077

xx
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Arthritis Reumatoid termasuk penyakit yang menyerang

pada sistem muskuloskeletal. Dimana kekuatan muskulur mulai merosot

pada usia 40 tahun, dengan suatu kemunduran yang cepat setelah usia 60

tahun dengan perubahan gaya hidup dan perubahan kekuatan otot. Salah

satu penyakit yang sering diderita pada lansia adalah penyakit Arthritis

Reumatoid. Suatu penyakit yang menyerang autoimun dimana persendian

(tangan dan kaki), secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi

pembengkaan nyeri dan dapat menyebabkan kerusakan pada bagian dalam

sendi (Handriani, 2011).

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit Arthritis

Reumatoid seperti faktor genetik, faktor hormonal, dan faktor infeksi (Noer,

2012). Untuk mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan dengan pemberian

terapi Farmakologis dan terapi Non Farmakologis. Terapi Farmakologis

(medis) adalah pemberian obat analgesik non opioid dan obat antiinflamasi

non steroid, analgesik opioid, dan obat tambahan (adjuvan) atau

koanalgesik, tetapi salah satu efek yang serius dari obat antiinflamasi non

steroid adalah perdarahan saluran cerna. Sedangkan dalam keperawatan

terapi non farmakologis disebut juga keperawatan komplementer. Terapi

komplementer meupakan terapi alamiah diantarnya adalah dengan terapi

1
herbal. Pengobatan dengan terapi komplementer mempunyai manfaat selain

dapat meningkatkan kesehatan secara menyeeluruh juga lebih murah,

manfaat dengan menggunakan terapi komplementer dirasakan oleh klien

dengan penyakit kronik yang rutin mengeluarkan dana. Pengalaman klien

yang yang harus membeli obat dengan harga yang murah sehingga

pengeluaran dana untuk membeli obat dapat berkurang setelah

menggunakan pengobatan komplementer. Oleh karena itu, terapi Arthritis

Reumatoid dapat dilakukan dengan terapi herbal atau dengan menggunakan

terapi tanaman seperti jahe merah, rebusan daun sereh dan dapat juga

menggunakan dengan terapi relaksasi, distraksi dan pemberian sensai hangat

dengan cara terapi kompres air hangat (Perry, 2009). Kompres air hangat

dapat dilakukan oleh semua orang yang menderita Arthritis Reumatoid dan

kompres air hangat lebih efektif dilakukan setiap saat ketika nyeri Arthrtitis

Reumatoid terasa atau kambuh.

Kompres air hangat memberikan efek mengatasi atau menghilangkan

sensai nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa

hangat (Hidayat & Uliyah, 2012). Pemakaian kompres air hangat biasanya

dilakukan hanya setempat saja pada bagian tubuh tertentu. Dengan

pemberian kompres air hangat, pembuluh-pembuluh darah melebar,

sehingga akan memperbaiki pereedarah darah didlam jaringan dengan cara

penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan

pembuangan dari zat yang dibuang akan diperbaiki. Jadi akan timbul proses

pertukaran zat yang lebih baik. Aktifitas sel yang meningkat akan

2
mengurangi rasa sakit dan akan menunjang proses penyembuhan luka,

radang yang setempat seperti abses, bisul yang besar dan bernanah, radang

empedu dan juga beberapa radang persendian. Pada otot-otot, kompres air

hangat memiliki efek menghilangkan ketegangan.

Di dunia penderita Arthritis Reumatoid mencapai angka 335 juta jiwa,

sekitar 1 dari 6 orang di dunia ini menderita Arthritis Reumatoid.

Diperkirakan angka terus bertambah hingga tahun 2025 dengan indikasi

lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. WHO (World Health

Organization) melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang Arthritis

Reumatoid dimana 5-10% adalah yang berusia diatas 60 tahun (Taja, 2011).

Prevalensi Arthritis Reumatoid di Indonesia tahun 2013 cukup tinggi yaitu

mencapai 15,5% pada wanita dan 12,7% pada pria. Prevalensi yang cukup

tinggi dan sifatnya yang cukup besar baik negara maju maupun dinegara

berkembang diperkirakan 1-2 juta orang penderita cacat karena tidak

melakukan pencegahan / perawatan diri dari pada penderita Arthritis

Reumatoid (Diana, 2011).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur,

penyakit Arthritis Reumatoid merupakan salah satu penyakit terbanyak yang

diderita oleh lansia pada tahun 2007 sebanyak 4.209.817 lansia yang

menderita penyakit Arthritis Reumatoid (Smart, 2010). Hasil data dari

DinKes Kota Magetan, Surveilans Kasus PTM dikota / kabupaten Magetan

tahun 2017 yang menderita penyakit Arthritis Reumatoid pada lansia laki-

laki dan perempuan sebanyak 48 orang. (DinKes Kota Magetan, 2017)


Dampak dari penyakit Arthritis Reumatoid ini adalah kerusakan pada

sendi, kecacatan dan bahkan Arthritis Reumatoid dapat mengalamai trauma

dalam dua tahun pertama perjalanan penyakit tersebut (Handriani, 2011).

Terapi farmakologis harus diminimalkan dalam penggunakannya, karena

obat-obatan dapat menyebabkan ketergantungan dan memiliki

kontraindikasi. Oleh sebab itu, terapi non farmakologi lebih utama untuk

mencegah atau memungkinkan untuk mengurangi angka kejadian Arthritis

Reumatoid. Terapi secara non farmakologis dapat dilakukan dengan

berbagai cara seperti, sentuhan terapeutik, relaksasi, distraksi, stimulus

kutaneus dan pemberian sensasi hangat dengan memberikan tindakan

pemberian kompres hangat, karena pemberian sensasi kompres air hangat

untuk mengurangi nyeri dan memberikan kesembuhan. Intervensi

pemberian kompres hangat diberikan sesuai dengan kondisi klien (Perry,

2009).

Hasil data yang diperoleh dari Puskesmas Poncol Kabupaten Magetan

pada tahun 2017, jumlah keseluruhan penyakit Arthritis Reumatoid

sebanyak 364 orang. Hasil data survey yang dilakukan Puskesmas Poncol di

posyandu lansia yang menderita Arthritis Reumatoid se-kecamatan Poncol

sebanyak 471 orang. Sedangkan jumlah lansia terbanyak se-Kecamatan

Poncol adalah Desa Janggan dengan jumlah 70 orang.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari

2018 berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas bahwa dari 15 orang

di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Janggan Kecamatan


Poncol Kabupaten Magetan menderita Arthritis Reumatoid. Peneliti

melakukan wawancara terhadap 5 orang yang menderita Arthritis

Reumatoid, mereka mengatakan selama ini belum ada cara untuk

menurunkan rasa nyerinya. Untuk mengurangi keluhan tersebut, sebagian

besar lansia diberi terapi farmakologis (mengkonsumsi obat-obatan dari

kader Posyandu) dari pada melakukan tindakan non farmakologis seperti

kompres air hangat, distraksi dan relaksasi. Ternyata penderita selama ini

belum pernah melakukan kompres air hangat. Penderita tidak mengetahui

kompres air hangat sebenarnya lebih efektif untuk menurunkan rasa nyeri

pada Arthitis Reumatoid.

Berdasarkan urian latar belakang diatas, maka penulis ingin

mengangkat masalah tentang “Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat

terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia yang Menderita Arthritis Reumatoid

di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Janggan Kecamatan

Poncol Kabupaten Magetan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka dapat disimpulkan

bahwa peneliti menyimpulkan “Apakah ada efektifitas terapi kompres air

hangat terhadap intensitas nyeri pada lansia yang menderita Arthritis

Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Janggan

Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan getan?”.


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas terapi

kompres air hangat terhadap perubahan intensitas nyeri pada lansia yang

menderita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun

Janggan, Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi perubahan tingkat nyeri pada lansia yang menderita

Arthritis Reumatoid sebelum pemberian terapi kompres air hangat di

Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Poncol

Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.

2. Mengidentifikasi perubahan tingkat nyeri pada lansia yang menderita

Arthritis Reumatoid sesudah pemberian terapi kompres air hangat di

Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Poncol

Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.

3. Menganalisis efektifitas terapi kompres air hangat terhadap perubahan

tingkat nyeri pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid di

Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Janggan

Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.


1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk Institusi

Hasil penelitian diharapkan dapat menabah informasi mengenai terapi

kompres air hangat didesa dengan pengendalian intensitas nyeri pada

lansia.

2. Untuk Desa

Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pelaksanaan terapi

kompres air hangat didesa agar dapat meningkatkan kesehatan lansia.

3. Untuk Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa

tentang pelaksanaan penberian terapai kompres air hangat diinstitusi.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kompres Air Hangat

2.1.1 Pengertian Kompres Hangat

Kompres Hangat adalah tindakan yang bertujuan memenuhi

kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mencegah

terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat pada bagian tubuh

yang memerlukannya. (Kusyati, 2006)

Kompres Hangat adalah memberikan rasa hangat untuk memenuhi

kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,

mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada

bagian daerah tertentu. (Uliyah & Hidayat, 2006)

Terapi Kompres Hangat adalah tindakan yang dilakukan dengan

memberikan kompres hangat untuk memenuhi rasa nyaman, mengurangi

atau memebebaskan nyeri, dan memeberikan rasa hangat. (Hidayat &

Uliyah, 2006)

2.1.2 Efek Terapeutik Pemberian Kompres

Menurut Potter & Perry (2005), efek terapeutik pemberian kompres

hangat dijelaskan sebagai berikut :

1. Vasodilatasi, meningkatkan aliran darah kebagian tubuh yang

mengalami cedera, meningkatkan pengiriman nutrisi dan

8
pembuangan zat sisa, mengurangi kongesti vena di dalam jaringan

yang mengalami cidera.

2. Viskositas darah menurun, meningkatkan pengiriman leukosit dan

antibiotik ke daerah luka.

3. Ketegangan otot menurun, meningkatkan relaksasi otot dan

mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan.

4. Metabolisme jaringan meningkat, meningkatkan aliran darah,

memberi rasa hangat local.

5. Permaebilitas kapiler meningkat, meningkatkan pergerakan zat sisa

dan nutrisi.

2.1.3 Efek Fisisologis Kompres Hangat

1. Vasodilatasi

2. Meningkatkan mermeabilitas kapiler

3. Meningkatkan metabolisme seluler

4. Merelaksasi otot

5. Meningkatkan aliran darah ke sutu area

6. Meredakan nyeri

7. Efek sedative

8. Mengurangi kekakuan sendi meredakan perdarahan.

Pemakaian kompres hangat biasanya dilakukan hanya setempat saja

pada bagian tubuh tertentu. Dengan pemberian panas, pembuluh-pembuluh

darah melebar. Sehingga akan memperbaiki peredaran darah didalam

9
jaringan tersebut. Pada otot –otot, panas memeiliki efek menghilangkan

ketegangan.

2.1.4 Manfaat Efek Kompres Hangat

Menurut Kozier (2009), kompres hangat digunakan secara luas dalam

pengobatan karena memiliki efek bermanfaat yang besar. Adapun manfaat

efek kompres hangat adalah efek fisik, efek kimia, dan efek biologis.

1. Efek fisik

Panas dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami

pemuaian ke segala arah.

2. Efek kimia

Bahwa rata-rata kecepatan reaksi kimia didalamtubuh tergantung pada

temperatur. Menurunnya reaksi kimia tubuh sering dengan

menurunnya temperatur tubuh. Permeabilitas membran sel akan

meningkat sesuai dengan peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi

peningkatan metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran

antara zak kimia tubuh dengan cairan tubuh.

3. Efek biologis

Panas dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang

mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon

tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan pembuluh darah

menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot,

meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas

kapiler. Respon dari panas inilah yang digunakan untuk keperluan


terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang terjadi dalam tubuh.

Panas menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam waktu 15-20

menit, elakukan kompres lebih dari 20 menit akan mengakibatkan

kongesti jaringan dan klien akan beresiko mengalami luka bakar

karena pembuluh darah yang berkontriksi tidak mampu membuang

panas secara adekuat melalui sirkulasi darah (Kozier, 2009).

2.1.5 Mekanisme Kerja Panas

Tabel 2.1 Suhu yang direkomendasikan untuk Kompres Panas dan Dingin

Deskripsi Suhu Aplikasi


Sangat Dingin Dibawah 15oC Kantong es
Dingin 15 - 18oC Kemasan pendingin
Sejuk 18 - 27oC Kompres dingin
Hangat Kuku 27 - 37oC Mandi spons – alkohol
Hangat 37 - 40oC Mandi dengan air hangat, bantalan aquatermia
Panas 40 - 46oC Berendam dalam air panas, irigasi, kompres panas
Sangat Panas Diatas 46oC Kantong air panas untuk orang dewasa
Sumber : Kozier, (2009)

2.1.6 Prosedur Kompres Hangat

Menurut Sriyanti (2016), langkah-langkah pemberian terapi kompres

hangat adalah sebagai berikut:

1. Persiapan alat dan bahan

a. Botol atau kain yang dapat menyerap air

b. Air hangat dengan suhu 40 oC

2. Tahap kerja

a. Cuci tangan

b. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan

c. Ukur suhu air dengan thermometer


d. Isi botol dengan air hangat, kemudian dikeringkandan dibungkus /

lapisi botol dengan kain ataau menggunakan WWZ (Warm Water

Zak)

e. Bila menggunakan WWZ (Warm Water Zak) isin WWZ dengan

air hangat kemudian tempelkan pada aera yang nyeri

f. Bila menggunakan kain, masukkan kain pada air hangat, lalu

diperas

g. Tempatkan botol berisi air hangat atau kain yang sudah

diperas pada daerah yang akan dikompres

h. Angkat botol atau kain setelah 15-20 menit, dan lakukan kompres

ulang jika nyeri belum teratasi

i. Kaji perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan

2.1.7 Mekanisme Kerja Kompres Hangat terhadap Nyeri Sendi

Pemberian kompres air hangat adalah intervensi keperawatan yang

sudah lama di aplikasikan oleh perawat, kompres air hangat dianjurkan

untuk menurunkan nyeri karena dapat meredakan nyeri, meningkatkan

relaksasi otot, meningkatkan sirkulasi, meningkatkan relaksasi psikologis,

dan memberi rasa nyaman, bekerja sebagai counteriritan (Koizier & Erb,

2009). Pada tahap fisiologis kompres hangat menurunkan nyeri lewat

tranmisi dimana sensasi hangat pada pemberian kompres dapat

menghambat pengeluaran mediator inflamasi seperti sitokinin pro

inflamasi, kemokin, yang dapat menurunkan sensitivitas nosiseptor yang


akan meningkatkan rasa ambang pada rasa nyeri sehingga terjadilah

penurunan nyeri.

2.2 Nyeri

2.2.1 Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi

tunggal yang disebabkan oleh stimulu tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan

sangat bersifat indivisual. Stimulus nyeri dapaat berupa stimulus yang

bersifat fisik dan atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada

jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individul (Mahon, 1994,

dikutip oleh Potter & Perry, 2009) .

Nyeri sendi adalah masalah bagi pasien dalam semua kelompok usia

yang menyerang persendian seseorang (Stanley, 2006).

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.

Keluhan sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, keju, cangkue

dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri (Mutaqqin, 2008).

Pengertian lain nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang

memefektifitasi seseorang yang pernah mengalaminya (Mc. Caffery

dikutip oleh Asmadi, 2006).

2.2.2 Faktor-Faktor Mempengaruhi Pengalaman Nyeri

Berbagai faktor mempengaruhi persepsi dan reaksi seseorang terhadap

nyeri. Nyeri merupakan suatu yang kompleks, banyak faktor yang

mempengaruhi pengalaman nyeri individu (Perry & Potter, 2009), yaitu :


1. Faktor Fisiologis

2. Faktor Sosial

3. Faktor Spiritual

4. Faktor Psikologis

2.2.3 Fisiologi Nyeri

Nyeri diawali sebagai pesan yang diterima oleh saraf-saraf perifer. Zat

kimia (substansi P, bradikinin, prostaglandin) dilepaskan, kemudian

menstimulasi saraf perifer, membantu mengantarkan pesan nyeri dari

daerah yang terluka ke otak. Sinyal nyeri dari daerah yang terluka berjalan

sebagai implus elektrokimia di sepanjang nervus ke bagian dorsalbspinal

cord (daerah pada spinal yang menerima sinyal dari seluruh tubuh). Pesan

kemudian dihantarkan ke thamulus, pusat sensorik di otak dimana sensasi

sperti panas, dingin, nyeri, dan sentuhan pertama kali dipersepsikan.

Pessan lalu dihantarkan ke cortex, dimana intensitas dan lokasi nyeri

dipersepsikan. Penyembuhan nyeri dimulai sebagai tanda dari otak

kemudian turun ke spinal cord. Di bagian dorsal, zat kimia seperti

endorphin dilepaskan untuk mengurangi nyeri di daerah yang terluka

(Potter & Perry, 2005).

Di dalam spinal cord, ada gerbang yang dapat terbuka atau tertutup.

Ssat gerbang terbuka, implus nyeri lewat dan dikirim ke otak. Gerbang

juga bisa ditutup. Stimulasi saraf sensorik dengan cara menggaruk atau

mengelus secara lembut di dekat daerah nyeri dapat menutup gerbang

sehingga mencegah transmisi implus nyeri. Implus dari pusat juga dapat
menutup gerbang, misalnya motivasi dari individu yang bersemangat ingin

sembuh dapat mengurangi dampak atau beratnya nyeri yang dirasakan

(Potter & Perry, 2005).

2.2.4 Patofisologi Nyeri Sendi

Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologis persendian

diatrodial penyakit atau sinovial merpakan kunci untuk memahami

patofisiologi penyakit nyeri sendi. Fungsi persendian sinovial adalah

gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati

masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada

sendi-sendi yang dapat digeraka. Pada sendi sinoval yang normal.

Kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan

menghasilakan permukaan yang licin sertas ulet untuk gerakan. Membran

sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan

kedalam ruang antara tulang. Cairan sinoval ini berfungsi sebagai peredam

kejut (shock absorber) dan pelunas yang memungkinkan sendi untuk

bergerak secarabebas dalam arah arah yang tepat. Sendi merupakan bagian

tubu yang sering terkana inflamasi dan degenarasi yang terlihat pada

penyakit nyeri sendi. Meskipun memiliki keanekaragaman mulai dari

kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga kelainan multi sistem yang

sistemik, semua penyakit reumatik meliputi inflamasi dan degenarasi

dalam derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat

pada persendian sebagai sinovitis.


Inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang merupakan

proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannue (proliferasi

jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun.

Sebaliknya pada penyakit nyeri sendi degenerati dapat terjadi proses

inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta

menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar kemungkinannya

untuk terlihat pada penyakit yang lanjut. Sinovitis dapat berhungan dengan

pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebass dari karilago artikulerr

yang mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi dapat terlibat

(Smeltzer, 2011).

2.2.5 Sistem Penekanan Nyeri

Derajat reaksi seseorang terhadap rasa nyeri sangat bervariasi.

Keadaan ini sebagian disebabkan oleh kemampuan otak sendiri untuk

menekan besarnya sinyal nyeri yang masuk kedalam sistem saraf, yaitu

dengan mengaktifkan sistem pengatur nyeri, disebut sistem analgesik.

Neurotransmietr otak akan menjadi reseptor dan jika diaktivasi, sistem

saraf pusat tubuh tertekan, sehingga menurunkan persepsi nyeri. Sebagai

neurotransmitter dasar dan sama pentingnya seperti noradrenalin, serotin

dan dopamine dalam fungsi otak (Voight, 2003). Pengalam nyeri berbeda

pada setiap indivisu. Beberapa orang mempunyai toleransi tinggi terhadap

nyeri dari pada yang lain. Jumlah endrophin yang dilepaskan dalam

aktivitas yang berbeda adalah berbeda pada setiap orang. Semakin banyak
endorphin dalam tubuh, nyeri yang dirasakan semakin berkurang (Voight,

2003).

2.2.6 Klasifikasi Nyeri

Menurut Barbara C.Long (1989) dikutip oleh Mubarak (2008), nyeri

dapat diklasifikasikan menjai dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.

Tabel 2.2 Perbandingan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis


Tujuan / keuntungan Memperingatkan adanya Tidak ada
cedera atau masalah
Awitan Mendadak Terus-menerus/
interminet
Intensitas Durasi singkat (dari beberapa Ringan sampai berat
detik sampai 6 bulan )
Durasi respon autonom 1. Konsisten dengan respon Durasi lama (6 bulan
stress simpati atau lebih)
2. Frekuensi jantung
meningkat
3. Volume sekuncup
meningkat
4. Tekanan darah meningkat
5. Tegangan otot meningkat
6. Motilitas gastrointensial
menurun
7. Aliran saliva menurun
(mulut kering )
Komponen psikologis Ansietas Tidak ada respon
autonomy
Respon jenis lainnya Tidak ada Depresi, mudah marah,
menarik diri dari minat
dunia luar, menarik diri
dari persahabatan
Contoh Nyeri bedah, trauma Nyeri kanker, arthritis,
neuralgia trigeminal
Sumber : Port CM ( 1995 ), dikutip oleh Smeltzer (2002)

Nyeri kronis sering terjadi pada lansia. Diperkirakan sekitar 80%

lansia mengalami stidaknya satu kondisi kronis yang dihubungkan dengan

nyeri. Penyebabnya kemungkinan diketahui persisten atau progresif

(misalnya Arthritis Reumatoid atau kanker) atau tidak diketahui atau sulit

ditemukan.
2.2.7 Skala Pengukuran Nyeri Arthritis Reumatoid

Menurut Smeltzer dalam Qittun ada 3 metode umumnya yang

digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri, yaitu Verbal Descriptor

Scale (VDS), Visual Analog Scale (VAS) dan Numerical Rating Scale

(NRS).

1. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri

yang lebih obyektif. Skala pendeskrisi verbal (Verbal Descriptor

Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai

lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di

sepanjang garis. Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak terasa sakit”

sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien

skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri yang

baru klien rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri

yang paling dirasakan dan seberapa jauh nyeri terasa tidak

menyakitkan. Alat ADV ini memungkin klien memilih sebuah

kategori untuk mendeskripsikan nyeri.

Gambar 2.1

Skala Intensitas Nyeri Deskriptif

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sumber : Smeltzer, S.C bare B.G dalam Qittun 2008


2. Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel

subdivisi. VAS adalah alat ukur nyeri dengan garis lurus, mewakili

intensites nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada

setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk

mengidentifikasi keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien

dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa

memilih satu kata atau satu angka.

Gambar 2.2

Skala Intensitas Nyeri Analog Visual

Tidak Nyeri sangat


nyeri hebat

Sumber : Smeltzer, S.C bare B.G dalam Qittun 2008

3. Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scale, NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat deskripsi kata. Dalam hal ini, klien

menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif

digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah

melakukan intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk

menilai nyeri maka direkomendasiakn patokan 10 cm.


Gambar 2.3

Skala Intensitas Nyeri Numerik

Sumber : Smeltzer, S.C bare B.G dalam Qittun 2008

Keterangan :

0 : None (tidak nyeri)

1-3 : Mild (nyeri ringan) : secara obyektif klien dapat

berkomunikasi dengan baik

4-6 : Moderate (nyeri sedang) : secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik

7-10 : Severe (nyeri berat) : secara obyektif klien terkadang tidak

dapat mengikuti perintah tetapi masih respon / tidak

merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi

nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi

dengan alih posisi nafas panang dan distraksi.

Menurut Wong-Baker dalam Kozier (2009), tidak semua klien

mengerti atau menghubungkan nyeri yang dirasakan ke skala intensitas

nyeri berdasarkan angka. Termasuk di dalamnya adalah anak-anak yang


tidak dapat mengkomunikasikan ketidaknyamanan secara verbal, klien

lansia yang mengalami kerusakan kognitif atau komunikasi, dan orang

yang tidak dapat berbahasa inggris. Untuk klien tersebut, menggunakan

skala nyeri wajah.

Gambar 2.4

Skala Intensitas Nyeri Waja

Sumber : Wong-Banker dalam Kozier 2009

Jelaskan pada klien bahwa setiap wajah adalah wajah seseorang yang

terlihat bahagia karena ia tidak merasa nyeri (sakit) atau terlihat sedih

karena ia merasakan nyeri sedikit atau banyak. Wajah 0 sangat bahagia

atau tidak merasakan sakit. Wajah 1 nyeri yang dirasakan sedikit. Wajah 4

nyeri sekali. Wajah 5 nyeri yang dirasakan sangat hebat, walupun kamu

tidak perlu mnangis untuk merasakan nyeri ini. Minta klien untuk memilih

wajah sesui dengan nyeri yang dirasakan klien saat itu. Instruksi kata

singkat : Tunjuk setiap wajah dan gunakan kata-kata untuk menggambar

intensitas nyeri. Minta lansia untuk memilih wajah yang paling

menggambarkan rasa nyerinya dan catat nomor yang sesuai.


2.2.8 Tindakan Pereda Nyeri

1. Tindakan Non Farmakologis

Tindakan pereda nyeri Non Farmakolis menurut Tri Sulistyarini,

dkk, (2017) dikutip dalam Perry, (2005), antara lain :

a. Sentuhan Terapeutik

Berasal dari praktik kuno “ meletakan tangan “ (Mackey, 1995

yang dikutip oleh Perry, 2005). Pendekatan ini menyatakan

bahwa pada individu yang sehat, terdapat ekuilibrum antara aliran

energi dalam dan luar tubuh. Sentuhan terapeutik meliputi

penggunaan tangan untuk secara sadar melakukan pertukaran

energi. Langkah dasar dalam melakukan teknik ini adalah

pemusatan, pengkajian terapi dan evaluasi.

b. Relaksasi

Kien dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif

dengan melakukan relaksasi dan teknik imajinasi. Relaksasi

merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stres.

Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi

rasa tidak nyaman atau nyeri. Teknik relaksasi tersebut

merupakan upaya pencegahan untuk membantu tubuh segar

kembali dan beregenerasi setiap hari dan meupakan alternatif

(Edlman dan Mandle, 1994 yang dikutip oleh Perry, 2005).

Teknik relaksasi meliputi meditasi, yoga dan latihan relaksasi.


c. Distraksi

Distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga

menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan

toeransi terhadap nyeri. Distraksi bekerja memberi efektifitas

paing baik untuk jangka waktu yang singka, saah satu distraksi

yang efektif adaah musik, yang dapat menurunkan nyeri

fisiologis, stress dan cemas dengan mengalihkan perhatian

seseorang dari nyeri.

d. Pemberian Sensasi Hangat dan Dingin

Mengurangi nyeri dan memberikan kesembuhan pemiihan antara

intervensi pemberian sensasi hangat dan sensai dingin bervarias

sesuai dengan kondisi kien (McCarberg dan O’connor, 2004 dam

Perry, 2005) .

2. Tindakan Farmakologis

Tindakan pereda nyeri Farmakologis menurut Tri Sulistyarini,

dkk, (2017) dikutip dalam Perry, (2009), antara lain :

a. Analgesik

Analgesik merupakan metde yang paing umum untuk mengatasi

nyeri ada beberapa jenis analgesik, yaitu :

1) Non narkotik, seperti Asitaminfen (paacetamol), asam

asetilsaisilat (aspirin)

2) Obat antinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen, naproksen,

indometasin, tolmetin, piroksikam, ketorolak.


3) Analgesik narkotik atau opiat, seperti meperidin, matimorfin,

morfin sulfat, fentanil, butofanol, hidromorfon Hcl.

4) Obat tambahan (adjusvant) atau koanalgesik, seperti

amitriptilin, hidroksin, klorpromazin, diazepam.

b. Analgesik Dikontrol Pasien (ADP)

Klien menerima keuntungan, apabila ia mampu mengontrol terapi

nyeri. Sistem pembeian obat ADP ini merupakan metode yang

aman untuk penatalaksanaan nyari kanker, nyeri paska-operasi

dan nyeri traumatik. Tujuan metode ini adalah mempertahankan

kadar plasma analgetik yang konstan, sehingga masalah

pemberian dosis sesuai kebutuhan dihindari.

c. Anastesi Lokal dan Regional

Anastesi lokal adalah suatu keadaan hilangnya sensasi pada

lokalisasi bagian tubuh. Dokter menggunakan anastesi ini saat

menjahit luka, membantu persalinan dan melakukan pembedahan

sederhana.

d. Analgesia Epidural

Analgesia epidural merupakan suatu bentuk anestesi lokal dan

terapi yang efektif untuk menangani nyeri paksa – operasi akut,

nyeri persalinan dan melahirkan, serta neri kronik khususnya

yang berhubungan dengan kanker. Analgesia ini memungkinkan

pengontrolan atau pengurangan nyeri yang berat tanpa efek

sedatif dari narkotik parenteral atau oral yang lebih srius.


Keuntungan analgesia ini adalah penghasil analgesia yang luar

biasa, kejadian sedasi yang minimal, kerja durasi yang panjang,

tidak ada efek yang bermakna pada sensasi dan efek pada tekanan

darah dan denyut jantung yang kecil.

2.3 Lansia

2.3.1 Definisi Lansia

Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

tidak secara tibatiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,

dewasa, dan akhirnya menjadi tua (Azizah, 2011). Lansia bukan suatu

penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang

ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres

lingkungan (Pujiastuti, 2003 dikutip dalam Efendi, 2006).

Menurut pengertian lainnya lansia adalah keadaan yang ditandia oleh

kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap

kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan perubahan daya

kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual

(Hawari, 2001 dikutip dalam Efendi, 2008).

Menurut Undang-Undang No.13 tahun 1998 dikutip dalam Nugroho,

2008 Lansia adalah seorang pria atau wanita yang telah mencapai usia 60

tahun keatas.
2.3.2 Batasan Lansia

1. Batasan usia menurut WHO dalam Nugroho, 2008 meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun

2. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog dari Universitas Indonesia)

dalam Nugroho, 2008. Lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa.

Kedewasaan di bagi menjadi empat bagian, yaitu :

a. Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun

b. Fase varilitas, antara usia 40-50 tahun

c. Fase praesenium, antara usia 55-65 tahun

d. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia.

3. Menurut (Hurlock 1979 dalam Nugroho, 2008) perbedaan lanjut usia

terbagi dalam dua tahap, yaitu :

a. Early old age (usia 60-70 tahun)

b. Advance old age (usia 70 tahun keatas).

2.3.3 Perubahan-perubahan Lansia

Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan

secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Slanjutnya akan

menyebabkan perubahan anatomis, fisologis dan biokimia pada tubuh

sehingga memefektifitasi fungsi dan kemampuan tubuh secara

keseluruhan.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik

maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,

rambut memutih, perubahan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan

melambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional

meningkat dan kurang gairah.

Menurut Nugroho, 2008. Perubahan-perubahan pada lansia adalah

sebagai berikut :

1. Perubahan-perubahan Fisik

a. Sel

b. Sistem Persarafan

c. Sistem Pendengaran

d. Sistem Penglihatan

e. Sistem Kardiovaskuler

f. Sistem Pernapasan

g. Sistem Pencernaan

h. Sistem Reproduksi

i. Sistem Genitourinaria

j. Sistem Integumen

k. Sistem Muskuloskeletal

2. Perubahan Mental

Faktor yang memepngaruhi perubahan mental, antara lain :

a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan (hereditas)

e. Lingkungan

f. Kenangan (memori)

1) Kenangan jangaka panjang : berjam-jam sampai berhari-hari

yang lalu mencangkup beberapa perubahan

2) Kenangan jangka pendek (0-10 menit) kenangan buruk.

g. IQ (Intelegency Quantion) Perubahan spiritual

2.3.4 Teori-teori Proses Penuaan

1. Teori Biologi

a. Teori “Genetic Clock”

Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya

program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam

jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya

maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini

ditunjukkan oleh hasil penelitian Hiflick, (1980) dikutip Darmojo

dan Martono (2009) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan

antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur

spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya

yang per;i diperhatikan dalam mengalisis faktor-faktor penyebab

terjadinya proses menus adalah faktor lingkungan yang

menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum

diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur.


Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progesif pada DNA sel

somatik, akan menyebabkan terjadinya perubahan kemampuan

fungsional set tersebut.

b. Teori “Error”

Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somotik

adalah hipotesis “Error Castastrophe” (Darmojo dan Mrtono,

2002). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh

menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan

manusia. Akibat kesalhan tersebut akan berakibat kesalahan

metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi

sel secara perlahan.

c. Teori “Autoimun”

Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi

yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun

tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi

somatik menyebabkan terjadinya kelainan pad permukaan sel,

maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap

sel ini mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan

menghancurkannya Goldstein (1989) dikutip dari Azis (1994). Hal

ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto

antibody pada lansia (Brocklehurst, 1987 dikutif dari Darmajo dan

Martono, 2009). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya

pertahananya mengalami perubahan pada proses menua, daya


seranganya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel

patologis meningkat sesuai dengan meningkatnya umur (Suhana,

2002 dikutip dari Nuryati, 2005).

d. Teori “Free Radical”

Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas

dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa superoksida

(O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H202).

Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif, sehingga

dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh.

Menurut Oen (1999) yang dikutif dari Darmajo dan Martono

(2009) menyatakan bahwa semakin tua umur makin banyak

terbentuknya radikal bebas, sehingga proses pengrusakan terus

terjadi, kerusakan organel sel semakin banyak akhirnya sel mati.

e. Wear & Tear Theory

Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak.

f. Teori Kolagen

Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan

kecepatan kerusakan jaringan dan melabatnya perbaikan sel

jaringan.

2. Teori Sosiologis

a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan perubahan jumlah

kegiatan secara langsung.


b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang

menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.

c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar

seperti hubungan dengan masyarkat, hubungan dengan individu

lain. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,

seseorang secara berangsur-angsur mulai melepas diri dari

kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial

lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas

sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :

1) Kehilangan peran

2) Hambatan kontak sosial

3) berkurangnya kontak komitmen

4) teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam

usia tua akan mempercepat proses penuaan.

3. Teori Psikologis

a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai

aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa

mencapai kebutuhan yang sempurna.

b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai

tugas dalam perkembangan kehidupan.

c. Course of Human Life Theory, seseorang dalam hubungan dengan

lingkungan ada tingkat maksimumnya.


d. Development Task Theory, tiap tingakt kehidupan mempunyai

tugas perkembangan sesuai dengan usianya.

e. Penuan Primer adalah perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang

mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak

mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil

oksigen, sehingga membran sel menjdai kisut dan akibat kurang

membuat protein maka akan terjadi perubahan imunologi dan

mudeah terjadi infeksi.

f. Penuaan Sekunder adalah proses penuaan akiba dari faktor

lingkungan, fisik, psikis dan sosial. Stress fisik, psikis, gaya hidup

dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua. Contoh diit, seperti

suka memakan oksidator atau yang lebih dikenal dengan makanan

yang hampir expired. Gairah hidup yang dapat mempercepat proses

menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal pada

kepribadian tipe A yang tidsk pernah puas dengan apa yang

diperolehnya.

2.3.5 Faktor-faktor Penuaan

Mbnurut Nugroho tahun 2008 faktor-faktor yang mepenaruhi

penuaan, yaitu :

1. Hereditas (Keturunan atau Genetik)

Penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang

berjalan dari satu kewaktu yang lain untuk mengubah sel atau struktur

jaringan.
2. Nutrisi (Makanan)

Radikalbebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal

bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan

organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-

sel tidak dapat regenerasi.

3. Status Kesehatan

Pada saat orang mengalami proses penuaan akan terjadi suatu proses

menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti diri, mempertahankan struktur dan

fungi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas

(termasuk infesi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

4. Pengalaman Hidup

Bertabahnya usia seseorang secara berangsur-angsur mulai

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari

pergaulan sekitarnya.

5. Lingkungan

Faktor-faktor di dalam lingkungan dapat membawa perubahan proses

penuaan. Faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan,

dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan

merupakan faktor utama dalam penuaan.


6. Stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang bisa digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestablan

lingkungan kestabilan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh

telah terpakai.

2.3.6 Masalah-masalah Pada Lansia

Menurut Nugroho tahun 2008 masalah dan penyakit pada lanjut usia,

yaitu :

1. Masalah Fisik Umum

a. Mudah Jatuh

Jatuh pada lanjut usia meupakan masalah yang sering terjadi.

Penyebabnya multi-faktor.baik faktor intrinsik mapupun dari dalam

diri lanjut usia.

b. Mudah Lelah

Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan,

keletihan atau depresi) dan gangguan organisme.

2. Gangguan Kardiovaskuler

a. Nyeri Dada

Dapat disebabkan oleh penyakit jjantung koroner.

b. Sesak Nafas pada kerja fisik

Dapat disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan sistem

saluran nafas, berat badan berlebih dan anemia.


c. Palpasi

d. Edema kaki

3. Nyeri atau Ketidaknyamanan

Nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, keluhan pusing,

kesemutan pada anggota badan.

4. Berat Badan Menurun

Disebabkan oleh nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah

hidup, adanya penyakit kronis, gangguan pada saluranpencernaan,

faktor sosial ekonomi.

5. Gangguan Eleminasi

a. Inkontinesia atau ngompol

Disebabkan oleh melehnya otot dasar panggul, kontraksi abdomen

pada kangdung kemih, radang kandung kemih, radang saluran

kemih, kelainan kontrol pada kandung kemih.

b. Inkontinesia Alvi

Disebabkan oleh obat pencahar perut, gangguan saraf, keadaan

diare, kelainan pada usus besar, kelainan pada ujung saluran

pencernaan dan neurodiabetik.

6. Gangguan Ketajaman Penglihatan

Disebabkan oleh presbiopi,kekeruhan pada lensa, pupil konstruksi,

tekanan dalam mata, retina terjadi degenasi, radang saraf mata.


7. Gangguan Pendengaran

Disebabkan oleh kelainan degenerasi, ketulian pada lanjut usia,

vertigo.

8. Gangguan Tidur

Gangguan tidur pada lansia disebabkan oleh :

a. Faktor eksternal

b. Faktor intinsik

9. Mudah Gatal

Disebabkan oleh kelainan kulit dan penyakit sistemik.

2.4 Arthritis Reumatoid (Rematik)

2.4.1 Definisi Arthritis Reumatoid (Rematik)

Arthritis Reumatoid adalah penyakit kronos sistemik yang progresif

pada jaringan pengikat mencankup peradangan pada persendian sinovial

yang simetris sehingga menyebabkan kerusakan pada persendian (Reever,

C. Dkk, 2011).

Arthritis Reumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik kronik dengan

manifestasi utama poliarthritis dan melibatkan seluruh tubuh (Noer, 2012).

Menurut pengertian lain Arthritis Reumatoid adalah suatu penyakit

autoimun dimana persendian (biasanya terjadi pada tangan dan kaki),

secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan

nyeri dan menyebabkan kerusakan pada bagian sendi (Handriani, 2011).


2.4.2 Etiologi

Menurut Noer, (2012) faktor penyebab terjadinya Arthritis Reumatoid

secara pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang

menyebabkan terrjadinya penyakit Arthritis Reumatoid, diantaranya :

1. Faktor Genetik

Hal ini membuktikan terdapatnya hubungan antar komples

histokompabilitas utama untuk menderita penyakit Arthritis

Reumatoid.

2. Faktor Hormonal

Kecenderungan wanita untuk menderita Arthritis Reumatoid dan

sering dijumpai pada wanita yang sedang hamil. Menimbulkan dugaan

terdapatnya aktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor

yang berefektifitas pada penyakit ini, walaupun demikian pemberian

estrogen eksternal tidak pernah menghasilakn perbaikan, sehingga

faktor hormonal belum dipastikan sebagai faktor penyebab penyakit

ini.

3. Faktor Infeksi

Infeksi ini telah menyebabkan Arthritis Reumatoid. Dugaan dari

faktor infeksi sebagai penyebab terjadinya Arthritis Reumatoid, karena

penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul sebagai gambaran

inflasi yang menolak. Hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi.

Suatu mikroorganisme dari jaringan sinovial, tidak memungkinkan

bahwa terdapat suatu komponen endotoksin mikroorganisme yang


dapat menyebabkan terjadinya Arthritis Reumatoid. Infeksius yang

diduga sebagai penyebab Arthtritis Reumatoid diantaranya bakteri,

dan virus.

2.4.3 Patofisologi

Pada Arthritis Reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi dalam

jaringan sinovial prosese fagositosis yang menghasilkan enzom-enzim

dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga

terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhrinya pembentukan

pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi

pada tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan

mengganggu gerak sendi. Otot akan terkena karena serabut otot akan

mengalami degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan

kekuatan kontraksi otot (Sweitzer, 2012).

2.4.4 Manifestasi Klinis

1. Rasa nyeri dari pembengkakan sendi, panas, dan gangguan fungsi

pada sendi

2. Kaku sendi di pagi hari berlangsung lebih dari 30 menit

3. Deformitas tangan dan kaki

4. Nafsu makan berkurang

5. Berat badan menurun

6. Fenofena keynoud (vasospasme yang ditimbulakn oleh cuaca dingin

dan stres sehingga jari-jari menjadi pucat atau sianosis).


2.4.5 Pembagian Penyakit Arthritis Reumatoid

Menurut Handriani (2011), Arthritis Reumatoid dibagi menjadi 2,

yaitu :

1. Arthritis Akut

Gejala inflamasi akibat aktivasi sinovial yang bersifat reveriabel.

Menurut Handriani (2013), manifestasi sistemik yang terjadi adalah

lesu, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Persendian yang

sering diserang adalah tangan, lutu, siku, kaki, bahu dan pinggul.

Karakteristik pada Arthritis Akut seperti persendian tangan dan kaki.

Gejala lokal awal adalah nyeri dan kekakuan ringan (lebih dari 1 jam)

yang terutama dirasakan waktu mulai menggerakkan persendian yang

meradang.

2. Arthritis Kronis

Gejala dari Arthritis Kronis ini adalah akibat kerusakan struktur

persendian yang bersifat ireversibel. Kerusakan struktur persendian

akibat kerusakan rawan persendian dan erosi pada tulang. Periartikuler

merupakan proses yang tidak dapat diperbaiki lagi dan memerlukan

modifikasi mekanik atau pembebasan rekonstruksf. Pada fase ini

terdapat nodula-nodula reuamtoid deformitas sendi (Noer, 2012).

2.4.6 Penatalaksanaan Arthritis Reumatoid

Menurut Smeltzer (2011), setelah dilakukan diagnosa Arthritis

Reumatoid dapat ditegakkan bahwa pendekatan pertama yang harus


dilakukan adalah mambina hubungan baik antar pasien dan keluarga

dengan dokter dan tim keshatan yang merawatnya.

1. Pendidikan pada pasien yang menderita penyakit Arthritis Reumatoid

2. Istirahat, latihan spesifik bemanfaat dalam mempertahankan fungsi

persendian

3. Kompres hangat pada bengkak dan nyeri

4. Alat-alat pembantu mungkin diperlukan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari

5. Pemberian obat sejak dini membantu untuk mengurangi rasa nyeri,

aspirin dewasa dosis 3-4 x 1 / hari.

2.4.7 Perawatan Penyakit Arthritis Reumatoid

1. Tindakan Farmakologis

Dengan pemberian analgesik. Disini analgesik dibagi menjadi 3

macam, yaitu :

a. Analgesik non opioid dan obat antiinflamasi non steroid

b. Analgesik opioid

c. Obat tambahan (ajuvan) atau koanalgesik

2. Tindakan Non Farakologis

a. Diet

Menurut Smeitzer (2011), untuk penderita Arthritis Reumatoid diet

rendah purin. Purin adalah protein yang termasuk dalam golongan

nukleoprotein.
b. Latihan

Menurut Reevers (2011), latihan untuk penderita Arthritis

Reumatoid dengan menjaga tubuh agar tetap pada kondisi yang

paling baik, mengontrol berat badan, waktu istirahat dan waktu

latihan.

c. Mengurangi Rasa Nyeri

Menurut Priharjo (2012), nyeri pada sendi penderita Arthritis

Reumatoid dapat dikurang dengan cara :

1) Mengistirahatkan pada bagian sendi yang nyeri

2) Istirahat tidak boleh terlalu lama, diselingi dengan

relaksasi/istirahat 15-20 menit dan dilakukan massage

3) Kompres dengan iar hangat

4) Menjemur daerah sendi dengan sinar matahari pagi jam 07.00-

09.00 WIB

5) Saat nyeri lakukan untuk napas dalam

6) Berobat ke Puskesmas

d. Istirahat

Menurut Priharjo (2012), istirahat pada penderita Arthritis

Reumatoid meliputi :

1) Istirahat setiap hari minimal 30-60 menit

2) Istirahat malam hari 8-9 jam

3) Pada Arthritis Reumatoid posisi tidur terlentang atau setengan

duduk
4) Setelah melakukan kegiatan atau pekerjaan segera istirahat

yang cukup

e. Kompres air hangat

Menurut Tri Sulistyarini, Dkk. (2017), dikutip dalam Potter &

Perry (2005), efek dari pemberian kompres air hangat adalah :

1) Dapat meningkatkan aliran darah keseluruh tubuh yang

mengalami cidera, dan mengurangi kongesti vena di dalam

jaringan yang mengalami cidera

2) Meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi rasa nyeri akibat

spasme atau kekaukan

3) Metabolisme jaringan dapat meningkat dan memberi rasa

hangat local.

f. Relaksasi

Klien dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif

dengan melakukan relaksasi dan teknik imajinasi. Relaksasi

merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.

g. Distraksi

2.4.8 Mekanisme Terapi Kompres Hangat terhadap Arthritis Reumatoid

Pemberian kompres air hangat adalah intervensi keperawatan yang

sudah lama di aplikasikan oleh perawat, kompres air hangat dianjurkan

untuk menurunkan nyeri karena dapat meredakan nyeri, meningkatkan

relaksasi otot, meningkatkan sirkulasi, meningkatkan relaksasi psikologis,

dan memberi rasa nyaman, bekerja sebagai counteriritan (Koizier & Erb,
2009). Pada tahap fisiologis kompres hangat menurunkan nyeri lewat

tranmisi dimana sensasi hangat pada pemberian kompres dapat

menghambat pengeluaran mediator inflamasi seperti sitokinin pro

inflamasi, kemokin, yang dapat menurunkan sensitivitas nosiseptor yang

akan meningkatkan rasa ambang pada rasa nyeri sehingga terjadilah

penurunan nyeri.
2.5 Kerangka Teori

Keperawatan

membantu
Dapat melakukan aktivitas hidup sehari-hari IndividuMelalui pelaksanaan aktivitas
Melakukan kehidupan, menyamankandan komponen k
kegiatan:

Preventif
Kenyamanan
Mencoba

Koping terhadap ketergantungan esensial


Kehidupan dan kesehatan
Pemulihan kesehatan

Gambar 2.5 Kerangka Teori


Sumber : Teori Virginia Henderson (1996)

2.6 Penerapan Kerangka Teori

Penurunan Penyebab : Intervensi :


Arthritis Reumatoid  Gene tik  Kompres Air
Nyeri Sendi
 Hor monal Hangat
 Infeksi

Koping Pemulihan Kehidupan dan


ketergterhadap kesehatan kesehatan
e antungan
ensial

Gambar 2.6 Penerapan Kerangka Teori


Sumber : Teori Virginia Henderson (1996)
BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor penyebab
terjadinya
Arthritis
Reumatoid : Penatalaksanaan Farmakologis pada Arthritis Reumatoid :

1. Faktor genetik Analgesik non opioid dan obat antiinflamasi non steroid
2. Faktor hormonal Analgesik opioid
3. Faktor infeksi Obat tambahan (adjuvan) atau koanalgesik

Arthrititis
Reumatoid

Perubahan Intensitas Nyeri

Penatalaksanaan Non Farmakologis pada Arthritis Reumatoid :

Diet
Latihan
Istirahat
Distraksi
Relaksasi

f.Kompres air hangat

Keterangan
:
: Diteliti

: Tidak diteliti : efektifitas

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Terapi Kompres Air Hangat Terhadap


Intensitas Nyeri Pada Lansia yang Menderita Penyakit
Arthritis Reumatoid.

45
Gambar 3.1 menjelaskan bahwa Arthritis Reumatoid dipengaruhi

beberapa faktor yaitu, faktor genetik, faktor hormonal dan faktor infeksi.

Terapi kompres air hangat merupakan salah satu jenis terapi yang dapat

menangani penyakit Arthritis Reumatoid. Terapi kompres air hangat

mampu mengatasi atau menghilangkan sensasi nyeri, memberikan reaksi

fisiologis meningkatkan respon inflamasi dan mencegah terjadinya

spasme otot dan memberikan rasa hangat pada bagian tubuh yang

memerlukannya.

3.2 Hipotesis

Ha : Ada efektifitas terapi kompres air hangat terhadap intensitas nyeri

pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia

Maawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol

Kabupaten Magetan.

46
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis

penelitian Pra eksperimental. Desain yang digunakan dalam penelitian ini

adalah One-group pra-post test design,dimana pada penelitian ini

dilakukan dengan intervensi/tindakan pada satu kelompok kemudian

diobservasi pada variabel dependen setelah dilakukan intervensi.

Bentuk rancangan ini sebagai berikut :

Tabel 4.1 Skema Penelitian One-group pra-post test design

Subyek Pra Perlakuan Pasca-tes


K O I OI

Keterangan :

K : Subjek

O : Observasi sebelum perlakuan (pre test)

I : Intervensi (kompres air hangat)

OI : Observasi setelah perlakuan (post test)

Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud

dan tujuan serta inform consent. Setelah mendapatkan persetujuan dari

responden peneliti membagikan Numeric Rating Scale pada responden dan

menjelaskan cara mengisi Numeric Rating Scale setiap item pernyataan

pada Numeric Rating Scale yangtelah diisi secara lengkap selanjutnya

diserahkan kepada peneliti untuk pengolahan data. Setelah pengisian

47
Numeric Rating Scale selesai, responden diberikan terapi Kompres Air

Hangat untuk mengurangi intensitas nyeri pada penderita Arthritis

Reumatoid. Setelah terapi Kompres Air Hangat selesai, peneliti

melakukan observasi kepada responden tentang nyeri yang dirasakan dan

20 menit setelah dilakukan terapi peneliti melakukan observasi kembali.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang menderita

penyakit Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun

Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Populasi

dalam penelitian ini adalah anggota posyandu lansia yang menderita

Arthirtis Reumatoid dengan berjumlah 30 orang. Peneliti memiliki kriteri

inklusi semua lansia yang menderita Arthritis Reumatoid diPosyandu

Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol

Kabupaten Magetan, dan kriteria eksklusi yang tidak merasakan nyeri pada

saat didatangi peneliti, yang mengalami penurunan kesadaran.

4.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia yang menderita

Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan

Desa Janggan Kec.Poncol Kab. Magetan.

Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini dihitung dengan rumus

besar sampel menggunakan rumus Slovin, adapun rumus Slovin sebagai

berikut :

48
N
𝑛=
1 + N (d)²

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar ppulasi

d = tingkat signifikan

30
𝑛=
1 + 30 (0,05)2

30
𝑛=
1 + 30 (0,0025)

30
𝑛=
1 + 0,075

30
𝑛=
1,075

𝑛 = 27,90

𝑛 = 28 orang

Sehingga dengan menggunakan rumus diatas maka besar sampel yang

diperlukan untuk kelompok perlakuan adalah n = 28 responden.

Untuk menghindari Drop Out dalam penelitian, maka perlu

penambahan jumlah sampel agar besar sampel tetap terpenuhi dengan

rumus berikut :

𝑛′ = n
(1 − ƒ)
28
=
(1 − 0,005)
28
=
0,95
= 29, 47

= 29

Keterangan:

n’ = ukuran sampel mengantisipasi drop out

n = ukuran sampel asli

1 – ƒ = perkiraan proporsi Drop Out, yang diperkirakan 10% (ƒ=0,005)

4.3 Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan teknik nonprobability yaitu sampel jenuh

atau sering disebut sampling Simpel Random Sampling dengan cara

mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel.


4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi
Seluruh lansia yang menderita penyakit Arthritis Reumatoid sebanyak 30 orang di
Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Janggan Kecamatan Poncol
Kabupaten Magetan

Sampel
Sebagian lansia yang menderita penyakit Arthritis Reumatoid yang berjumlah 28 orang di
Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten
Magetan

Teknik Sampling
Simple Random Sampling

Desain Penelitian
Pra Eksperimental (One-group pra-post test design)

Pengumpulan Data
Lembar Observasi (Numeric Rating Scale)

Pengolahan Data
Editing, Coding,Entry, Cleaning, Tabulating

Analisis
Uji Wilcoxon Sign Rank Test

Hasil dan Kesimpulan

Penyajian

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Tentang Efektifitas Terapi Kompres Air
Hangat Terhadap Intensita Nyeri pada Lansia yang Menderita
Penyakit Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah
Dusun Janggan, Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten
Magetan.
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Identifikasi Variabel

Macam jenis variabel meliputi independen dan dependen (Nursalam,

2008 dalam Nursalam, 2016) :

1. Variabel independen (Variabel bebas)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian kompres air

hangat terhadap lansia yang menderita Arthritis Reumatoid.

2. Variabel dependen (Variabel terikat)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah intensitas nyeri pada lansia

yangmenderita Arthritis Reumatoid.

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional secara rinci dapat dilihat dalam definisi

operasional penelitian yang digambarkan dibawah ini:

Tabel 4.2 Definisi Operasional Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat


terhadap Intensita Nyeri pada Lansia yang Menderita Penyakit
Arthritis Reumatoid

Definisi Skala
Variabel Operasional Parameter Cara Ukur Alat Ukur Data Skor
Independent Salah satu 1. Suhu kompres Dengan Termomet - -
Pemberian terapi hangat melihat suhu er air dan
kompres air dengan 40 °C air pada jam/stopw
hangat mengggunak 2. Alat yang termometer atch
an rasa digunakan dengan suhu
hangat yang untuk kompres 40 °C dan
didapat dari hangat melihat
kompres air menggunakan pengompresan
hangat WWZ (Warm selama 20
Water Zak), menit dengan
botol dan menggunakan
waslap atau jam/stopwatch
kain
3. Air yang
dibutuhkan
50cc
Definisi Skala
Variabel Parameter Cara Ukur Alat Ukur Skor
Operasional Data
4. Lama
pemberian
kompres hangat
selama 20
menit
5. Setiap harinya
4 respondeen
dalam 7 hari
atau satu
minggu

Dependent Suatu nyeri Skala nyeri Klien diminta Lembar rasio Skore
Intensitas yang menggunakan untuk Observasi Nyeri
nyeri pada disampaikan penilaian angka menyebutkan Numeric 0-10
lansia yang dari klien 0-10 dengan skala nyeri Rating
menderita tentang nyeri keterangan nilai yang Scae (NRS)
Arthritis yang 0: tidak nyeri dirasakan
Reumatoid dirasakanny hinggan nilai 10: 0 : Tidak
a nyeri berat Nyeri
1-3 : Nyeri
Ringan
4-6 : Nyeri
Sedang
7-9 : Nyeri
Berat
10 : Nyeri
Sangat Berat

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini dilakukan menggunakan alat ukut

tingkat nyeri yang dalam penggunaannya menggunakan termometer air,

WWZ (Warm Water Zak) dan lembar observasi, alat ukur tingkat nyeri

yang paling efektif yang sering digunakan adalah Numeric Rating Scale

(NRS).

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Peneliti ini telah dilakukan di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun

Janggan, Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.


2. Waktu

Penelitian ini telah dilakukan dalam kurun waktu bulan Desember

2017 – Mei 2018.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Beberapa langkah yang dilakukan peeliti dalam pengumpulan data

berawal dari mengurus surat izin penelitian dengan membawa surat dari

STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun untuk ditunjukan kepada Kepala

Bakesbangpol Magetan. Setelah mendapat persetujuan dan surat izin dari

Bakesbangpol Magetan, peneliti memberikan surat izin tersebut yang

diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas Poncol.

Setelah menddapat persetujuan dan izin dari Dinas Kesehatan dan

Pusksmas Poncol peneliti memberikan penjelasan kepada responden

tentang maksud dan tujuan serta informed consent responden. Setiap

responden diberikan kebebasan untuk memberikan persetujuan atau

menolak menjadi subjek penelitian. Setelah calon responden menyatakan

ketersedian untuk mengikuti prosedur penelitian, maka responden diminta

untuk menandatangani lembar informed consent yang telah disipakan

penelitia (lampiran). Setelah mengisi lembar informed consent, kemudian

responden dimintai untuk mengisi data demografi meliputi nama, umur,

usia, jenis kelamin dan alamat. Selanjutnya responden dilakukan tindakan

sebelum tindakan responden terrlebih dahulu akan diobservasi intensitas

nyerinya kemudian dilakukan terapi kompres air hangat, setelah dilakukan


tindakan terapi kompres air hangat responden diobservasi lagi intensitas

nyerinya.

Penelitian yang dilakukan di Posyandu Lansia Mawar indah Dusun

Janggan Desa Janggan Kec.Poncol ini, dilaksanakan pada bulan April

selama 7 hari. Seluruh populasi atau calon responden di kumpulkan di

Posyandu Lansia untuk dilakukan pengambilan sampel dengan teknik

Simpel Random Sampling sebanyak 30 orang untuk menjadi responden

dalam penelitian ini. Pelaksanaan penelitian ini dibantu oleh beberapa

teman dari peneliti dan bidan desa 1 orang.

Setelah mendapatkan 30 responden selama 7 hari dengan setiap hari

mengambil responden sebanyak 4 orang, di hari pertama peneliti

melakukan observasi nyeri awal pada responden sebagai pre-test

menggunakan penilaian intensitas nyeri Numerik Rating Scale/NRS,

kemudian hasil observasi nyeri awal dicatat pada lembar observasi nyeri

yang sudah disediakan.

Setelah responden dilakukan observasi nyeri awal kemudian

dilakukan tindakan terapi kompres air hangat oleh peneliti sendiri dengan

cara menggunakan alat WWZ (Warm Water Zak), botol dan waslap atau

kain dengan air yang dibutuhkan sebanyak 50cc dengan suhu 40 °C dan

memberikan beberapa penjelasan tentang prosedur pemberian terapi

kompres air hangat tersebut diberikan selama 20 menit pada saat

merasakan nyeri. Peneliti memberikan terapi kompres air hangatdengan


mengumpumpul di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa

Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan..

Setelah dilakukan tindakan terapi kompres air hangat dihari pertama

sampai hari ke-2 dan satu minggu atau 7 hari kumdian responden

dilakukan observasi nyeri menggunakaan lembar penilaian intensitas nyeri

menggunakan Numerik Rating Scaale/NRS sebagai post-test dan mencatat

hasilnya pada lembar observasi nyeri. Saat data sudah terkumpul semua,

selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis. Pada penelitian, peneliti

memberikan reinforcement positif pada semua respondeen atau

keterlibatan dalam penelitian.

4.9 Pengolahan Data dan Analisis Data

4.9.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses

dan dianalisis secara sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut di

tabulasi dan dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti.

Langkah-langkah pengolahan data (Notoatmodjo, 2012) meliputi :

1. Editing

Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat kembali

apakah isian pada lembar pengumpulan data sudah cukup baik sebagai

upaya menjaga kualitas data agar dapat di proses lebih lanjut. Pada

saat melakukan penelitian, apabila ada kolom yang belum diisi oleh

responden maka responden diminta untuk mengisi kembali.


2. Coding

Coding atau pengkodean yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat

menjadi bentuk angka. Pada penelitian ini diberikan kode antara lain

yaitu :

a. Jenis kelamin

Laki-laki 1

Perempuan 2

b. Umur

45-59 Tahun 1

60-74 Tahun 2

75-90 Tahun 3

90 Tahun 4

c. Tingkatan Skala Nyeri

Tidak nyeri =1

Ringan =2

Sedang =3

Berat =4

Sangat berat =5

d. Pendidikan

Tidak sekolah =1

SD =2
e. Pekerjaan

Tani =1

Pedagang =2

Buruh =3

3. Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

ke dalam master tabel atau data komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi.

4. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi.

5. Tabulating

Tabel yang akan ditabulasi adalah tabel yang berisikan data yang

sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

4.9.2 Analisa Data

4.9.2.1 Analisa Univariat

Analisa Univariat dalam penelitian ini adalah intensitas nyeri, jenis

kelamin, usia dan uji Shapiro-Wilk untuk mngetahui normalitas data,

distribusi data dikatakan normal jika p > 0,05 dan tidak normal jika nilai

p < 0,05. Uji normalitas Shapiro-Wilk digunakan jika jumlah sampel ≤ 50,

pada penelitian ini jumlah sampel sebanyak 28 orang sehingga cocok


menggunakan uji Shapiro-Wilk. Data–data tersebut akan disajikan dalam

bentuk tabel.

4.9.2.2 Analisa Bivariat

Metode analisis statistik ini untuk mengetahui perubahan intensitas

nyeri pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid yaitu sebelum

dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan terapi kompres air

hangat. Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui perubahan

intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres air hangat

pada penderita Arthritis Reumatoid. Untuk menentukan analisa bivarian

dari penelitian ini, peneliti menggunakan uji wilcoxon sign rank test untuk

menguji efektifitas terapi kompres air hangat, peneliti menggunakan uji ini

karena data yang didapatkan dari hasil penelitian setelah dilakukan uji

normalitas berdistribusi tidak normal dengan kemaknaan nilai α kurang

dari 0,05. Perhitungan uji statistik menggunakan perhitungan dengan

system komputerisasi SPSS 16,0.

4.10 Etika Penelitian

Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia

menjadi isu sentral yang berkembang saat ini. Peneliti harus memahami

prinsip-prinsip etika penelitian. Apabila hal ini tidak dilaksanakan, maka

peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia yang kebetulan

sebagai klien. Subjek harus menurut semua anjuran yang diberikan

(Nursalam, 2016).
Dalam melakukan penelitian ini , masalah etika meliputi :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy)

2. Kerahasiaan (Confidentiality)

Setiap subyek mempunyai hak-hak dasar termasuk privasi dan

kebebasan dalam memberikan informasi. Subyek berhak untuk tidak

memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain.Oleh sebab itu,

peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan

kerahasiaan identitas subyek. Peneliti seyogyanya cukup

menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice an Inclusiveness)

Menurut peneliti di dalam hal ini menjamin bahwa semua subjek

penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa

membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya serta perlunya

prinsip keterbukaan dan adil pada kelompok.Keadilan dalam

penelitian ini pada setiap calon responden, sama-sama diberi

intervensi pemberian terapi kompres air hangat selama 20 menit

mengenai intensitas nyeri pada masing-masing responden meski

responden tidak memenuhi kriteria inklusi. Perlakuan peneliti dengan


memberikan lembar Numeric Rating Scale tentang perawatan Arthritis

Reumatoid kepada responden yang tidak menjadi sampel setelah

dilakukan pemberian lembar observasi pre post test.


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang

efektifitas terapi kompres air hangat terhadap intensitas nyeri pada lansia yang

menderita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan

Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Pengumpulan data

dilakukan selama 1 minggu yaitu tanggal 07 April sampai 13 April 2018. Jumlah

responden 60 lansia. Penyajian data dibagi menjadi dua yaitu data umum dan data

khusus. Data umum berisi karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia,

pendidikan, pekerjaan dan tingkatan nyeri. Data khusus yang disajikan

berdasarkan hasil pengukran variabel, yaitu penyakit Arthitis Reumatoid sebelum

dan sesudah diberikan terapi kompres air hangat pada lansia.

5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Posyandu wilayah Puskemas Poncol.

Puskesmas Poncol terdapat 4 posyandu yaitu Posyandu Dagung Sekar

Wangi, Posyandu Tawang Sedap Malam, Posyandu Danguk Kelapa Indah

dan Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan

Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Penelitian ini dilaksanakan di

Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan

Poncol Kabupaten Magetan. Jumlah anggota Posyandu Lansia Mawar

Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten

Magetan sebanyak 60 lansia di mana anggota yang tinggal di dusun

62
Janggan Desa Janggan itu sendiri. Posyandu Lansia Mawar Indah terletak

di Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan

yang di laksanakan oleh kader wilayah setempat sebanyak 8 kader.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Data Umum Responden

1. Distribusi Frekuensi Usia Responden

Data ini menyajikan karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin, usia, tingkatan nyeri, pendidikan dan pekerjaan.

Tabel 5.1 Distribusi Tendensi Frekuensi Usia Responden di Posyandu


Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Mei 2018
Variabel Usia
Mean 63,85
SD 1,10
Min-Max 50,00-80,00
Sumber : Data Primer Responden

Tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa rerata usia pada lansia yang

menderita Arthritis Reumatoid 63,85, standart devisiasi 1,10 dan min-

max 50,00-80,00.

2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan lansia di Posyandu


Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec.
Poncol Kab. Magetan Bulan Mei 2018
Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)
Tidak Sekolah 17 60,7
SD 11 39,3
Total 28 100,0
Sumber: Data Primer Responden, 2018

63
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden

terbanyak dengan tingkat pendidikan tidak sekolah sebanyak 17 orang

dengan persentase sebanyak 60,7%.

3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi pekerjaan lansia di Posyandu Lansia


Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec. Poncol
Kab. Magetan Bulan Mei 2018
Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
Petani 15 53,6
Pedagang 5 17,9
Buruh 8 28,6
Total 28 100,0
Sumber: Data Primer Responden, 2018

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa jumlah responden

terbanyak dengan pekerjaan petani sebanyak 15 orang dengan

presentase 53,6%.

5.2.2 Data Khusus Responden

Setelah dilakukan normalitas data diketahui data tidak berdistribusi

normal sehingga dalam menganalisis data menggunakan uji non-

parametrik yaitu dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test

untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi kompres air hangat terhadap

perubahan intensitas nyeri pada lansia yang menderita arthritis reumatoid

di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan

Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan.


1. Identifikasi Skor Skala Intensitas Nyeri Pada Lansia Yang
Menderita Arthritis Reumatoid Sebelum Diberikan Terapi di
Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan
Kec. Poncol Kab. Magetan

Tabel 5.4 Skor skala Intensitas Nyeri Pada Lansia yang Menderita
Arthritis Reumatoid sebelum diberikan terapi Kompres
Air Hangat di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun
Janggan Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan Bulan
Mei 2018
Tendensi Sentral Sebelum
Mean 6,7
Minimal 6
Maksimal 8
Standar deviasi 0,762
P= 0,000 N= 28
Sumber : Data dari hasil pengolahan data observasi penelitian di Posyandu Lansia
Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan

Tabel 5.4 dapat dijelaskan bahwa rerata skor skala intensitas pad

lansia yang menderita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar

Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kaabupaten

Magetan mean 6,7, min 6, mak 8 dan standart deviasi sebesar 0,762.

2. Identifikasi Skor Skala Intensitas Nyeri Pada Lansia Yang


Menderita Arthritis Reumatoid Sesudah Diberikan Terapi di
Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan
Kec. Poncol Kab. Magetan

Tabel 5.5 Skala Intensitas Nyeri Pada Lansia yang Menderita


Arthritis Reumatoid sesudah diberikan terapi Kompres Air
Hangat di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan
Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan Bulan Mei 2018
Tendensi Sentral Sesudah
Mean 4,6
Minimal 3
Maksimal 7
Standar deviasi 0,9511
P= 0,000 N= 28
Sumber : Data dari hasil pengolahan data observasi penelitian di Posyandu Lansia
Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan

Tabel 5.5 dapat dijelaskan bahwa rerata skor skala intensitas

nyeri tertinggi pada lansia di Posyandu Lansia Mawaar Indah Dusun


Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan mean

4,6, min 3, mak 7 dan standart devisiasi 0,9511.

3. Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat Terhadap Intensitas


Nyeri Pada Lansia Yang Menderitas Arthritis Reumatoid di
Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan
Kec. Poncol Kab. Magetan

Tabel 5.6 Hasil Analisa Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat


Terhadap Intensitas Nyeri Pada Lansia Yang Menderita
Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah
Dusun Janggan Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan
Bulan Mei 2018
Tendensi Sentral Sebelum Sesudah
Mean 6,7 4,6
Minimal 6 3
Maksimal 8 7
Standar deviasi 0,762 0,951
P= 0,000 N= 28
Sumber : Data dari hasil pengolahan data observasi penelitian di Posyandu Lansia
Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec. Poncol Kab. Magetan

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dijelaskan bahwa skala nyeri

tertinggi sebelum diberikan terapi yaitu 8 dan skala nyeri terendah 6.

Sedangkan skor skala intensitas nyeri tertinggi sesudah diberikan

terapi menurun menjadi 7 dan skala nyeri terendah sesudah diberi

terapi 3 maka dapat disimpulkan ada perubahan skala nyeri dari

sebelum dan sesudah pemberian terapi. Rerata selisih sebelum dan

sesudah diberi terapi sebesar 2, 17. Dari hasil uji statistik Wilcoxon

didapatkan p-value (0,000) ≤ α (0,05) artinya H0 ditolak dan H1

diterima dengan begitu terdapat efektifitas terapi kompres air hangat

terhadap perubahan intensitas nyeri pada Lansia yang menderita

Arthitis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan

Desa Janggan Kecamatan Poncol KabupatenMagetan.


5.3 Pembahasan

5.3.1 Identifikasi Skala Nyeri Sebelum Diberikan Terapi Kompes Air


Hangat Terhadap Intensitas Nyeri Pada Lansia Yang Menderita
Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun
Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan

Hasil penelitian terhadap 28 responden di Posyandu Lansia Mawar

Indah Dususn Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten

Magetan, dapat diketahui rerata skala nyeri sebelum diberikan terapi

kompres air hangat adalah 6,7, min 6 dan max 8.

Ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Nugroho (2008)

bahwa penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat diindari,

berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambunga sehingga dapat

menyebabkan perubahan anatomis dan biokimia pada tubuh sehingga

mengefektifitasi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Selain

itu penyakit pada lanjut usia sangat banyak seperti masalah pada fisik,

gangguan kardiovaskuler, nyeri atau ketidaknyamanan, gangguan

ketajaman penglihatan, gangguan pendengaran dan gangguan tidur.

Berdasarkan hasil penelitian diatas sehingga peneliti dapat

menyimpulkan bahwa ketika lansia terkena penyakit Arhtritis Reumatoid

maka terjadi peradangan pada area yang terkena penyakit Arthritis

Reuamtoid sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri.


5.3.2 Identifikasi Skala Nyeri Sesudah Diberikan Terapi Kompes Air
Hangat Terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia Yang Menderita
Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun
Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan

Hasil penelitian terhadap 28 lansia di Posyandu Lansia Mawar Indah

Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan

menunjukkan rerata nyeri mean 4,6, min 3 dan max 7. Sesuai dengan yang

disampaikan oleh Kozier (2009) bahwa beberapa manfaat dari terapi ini

adalah salah satunya dapat mengurangi nyeri. Kompres air hangat dapat

dilakukan dengan sangaat terjangkau dalam artian sangat mudah

dilakukan, dan sederhana hanya menggunakan alat kompres seperti WWZ

(Warm Water Zak), waslap atau juga bisa menggunakan botol kaca.

Menurut Perry (2009) menyatakan bahwa tindakan non farmakologis

salah satu tindakan yang paling umum digunakan untuk meredakn nyeri.

Sedangan menurut Kozier & Erb (2009) menyatakan bahwa intervensi

keperawatan yang sudah lama diaplikasikan oleh perawat adalah kompres

hangat yang dianjurkan untuk menurunkan nyeri karena darat meredakan

rasa nyeri, meningkatkan relaksasi otot, meningkatkan sirkulasi,

meningkatkan relaksasi psikologis dan memberi rasa nyaman karena

bekreja sebagai counteriritan. Pada tahap fisiologis kompres air hangat

menurunkan nyeri lewat tranmisi dimana sensasi hangat pada pemberian

kompres dapat menghambaat pengeluaran mediator inflamasi seperti

sitokinin pro inflamasi, kemokin, yang dapat menurunkan sensitivitas

nosiseptor yang akan meningkatkan rasa ambang pada rasa nyeri sehingga

terjadilah penurunan nyeri.


Berdasarkan dari penjelasan hasil penelitian diatas terdapat

penurunan skor nyeri antara dan sebelum diberikan terapi sehingga peneliti

dapat menyimpulkan bahwa terapi Kompres air hangat menurunkan

intensitas nyeri. Sebagian besar skala intensitas nyeri sesudah diberikan

terapi mengalami penurunan yang cukup signifikan.

5.3.3 Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat Terhadap Perubahan


Intensitas Nyeri Pada Lansia Yang Menderitas Arthritits Reumatoid
di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kec.
Poncol Kab. Magetan

Untuk mengetahui efektifitas terapi kompres air hangat terhadap

perubahan skala nyeri pada lansia di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun

Janggam Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan maka

dilakukan uji statistik menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan

syarat data minimal berskala normal dan untuk mengetahui perbedaan skor

sebelum dan sesudah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa

rerata sebelum diberikan terapi yaitu 8 turun menjadi 7 dengsn nilai (p)

yang diperoleh yaitu 0,000 dan tingkat kemaknaan α = 0,05. Karena nilai

(p) lebih kecil dari nilai α, maka hal ini menyatakan bahwa terdapat

penurunan yang signifikaan antara sebelum pemberian terapi kompres air

hangat dan sesudah pemberian terapi kompres air hangat.

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Smeltzer, S.C bare B.G

dalam Qittun (2008), bahwa skala paling efektif yang digunakan saat

pengkajian intensitas nyeri sebelum dan sesudah melakukan intervensi

dapat menggunakan penilaian numerik. Hasil penelitian tersebut sesuai

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afdaleli, Wiwit


Fetrisia, Nikmatullah Wahida dan Fauzi Ashra (2016) menyatakan bahwa

tingkat nyeri pada pasien rematik (osteoarthritis) sesudah dilakukan

kompres hangat aromaterapi lavender pada lansia di Panti Kasih Sayang

Ibu Batusangkar sebagian besar mengalami penurunan skala nyeri sedang

dan terapi kompres hangat aromaterapi lavender efektif terhadap

penurunan nyeri pada lansia yang menderita rematik (osteoarthritis).

Berdasarkan konsep teoritis dan hasil penelitian terkait yang ada

sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa terapi kompres air hangat

efektif dalam perubahan skala nyeri pada lansia di Posyandu Lansia

Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten

Magetan. Sehingga terapi ini dapat diterapkan pada lansia yang mengalami

nyeri Arthritis Reumatoid.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini terdapat berbagai kelemahan dan

kekurangan sehingga memungkinkan hasil dipaparkan dalam penelitian ini

kurang maksimal . Adapun kelemahan dan kekurangan tersebut adalah

peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding untuk

mengontrol berbagai faktor perancu sehingga memungkinkan adanya bias

pada penelitian ini. Pada saat peneliti melakukan penelitian lansia yang

menderita Arthritis Reumatoid tidak mengkonsumsi obat.


BAB 6

PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang berrjudul efektifitas terapi kompres air

hangat terhadap intensitas nyeri pada lansia yang menderita Arthritis

Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan Desa

Janggan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Sebelum dilakukan terapi kompres air hangat terhadap intensitas nyeri

pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia

Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol

Kabupanten Magetan dengan skala nyeri berat dan nyeri sedang.

2. Setelah dilakukan terapi kompres air hangat terhadap intensitas nyeri

pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia

Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol

Kabupanten Magetan dengan skala nyeri berat dan nyeri ringan.

3. Ada efektifitas terapi kompres air hangat terhadap intensitas nyeri

pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid di Posyanddu Lansia

Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol

Kabupaten Magetan dibuktikan dengan hasil analisis nilai p (0,00) < α

(0,05).

71
6.2 Saran

1. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Sudah banyak literatur dan referensi di bidang keperawatan yang

membahas mengenai terapi kompres air hangat untun menurunkan

intensitas skala nyeri, namun masih minimnya penerapan secara

langsung pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid. Sehingga,

peneliti menyarankan agar penelitian ini dapat dijadikan referensi

sebagai terapi non farmakologi untun menurunkan intensitas skala

nyeri pada lansia yang menderita Arthritis Reumatoid.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan mengubah

beberapa metode penelitian. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini

masih banyak kekurangan sehingga peneliti menyarankan pada

peneliti lain agar dapat memperjelas dalam membuat lembar observasi

yang akan diamati sehubungan dengan terapi kompres air hangat dan

memperpanjang waktu penelitian sehingga peneliti lain mendapatkan

hasil yang optimal.

3. Bagi Lansia yang Mendirita Arthritis Reumatoid di Posyandu Lansia

Mawar Indah Dusun Janggan Desa Janggan Kecamatan Poncol

Kabupaten Magetan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa nyeri terasa sangat hebat pada

pagi hari. Oleh karena itu peneliti menyarankan pada saat nyeri terasa

hebat lansia untuk melakukan terapi kompres air hangat. Dan bagi

72
keluarga lansia yang menderita Arthritis Reumatoid juga dapat

membantu lansia untuk melakukan terapi kompres air hangat saat

nyeri terasa.

4. Bagi Perawat

Peneliti menyarankan agar terapi kompres air hangat dapat diberikan

oleh perawat. Perawat dapat mengajarkan lansia yang mengalami

nyeri Arthritis Reumatoid dengan diberikan cara pemberian terapi

kompres air hangat, sehingga lansia tidak tergantung pada pengobatan

medis.
DAFTAR PUSTAKA

Afdaleli, Wiwit Fetrisia dkk. 2016. Pengaruh Kompres Hangat Aromaterapi


Lavender Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Rematik (Osteoartitis)
Pada Lansia di Panti Kasih Sayang Ibu Batusangkar Tahun 2016. Jurnal.
Vol.0 No1 Januari 2017. STIKes Prima Nusantara Bukittinggi.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedur Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Diana, S. 2011. Osteoartritits, Artritis Reumathoid, dan Penyakit Sendi. Januari


2015.

Dinas Kesehatan. 2017. Laporan Surveilans Kasus PTM. Desember. Kota


Magetan.

Effendi & Makhfudli. 2006. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:
FKUI.

Handriani. 2011. Kesehatan Gaya Hidup Modern bisa Disebabkan Reumatik.


Diakses 29 Januari 2015.

Hidayat, A. A. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta


Salemba Medika.

Kozier, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Klinis, Jakarta: EGC.

Kusyanti, 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Kesehatan Teknik


Mengatasi Nyeri. Jakarta: EGC.

Lalla, N. Norma. 2015. Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Arthritis


Reumatoid. Jurnal Keperawatan. Akademik Keperawatan Sandi Karsa
Makassar: Makassar.

Martono. 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Noer, Sarwono. 2012. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 (Edisi Ketiga).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

74
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis


Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Perry, P. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Praktik.


Edisi 4. Jakarta: EGC.

Perry, P. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Praktik.


Edisi 7. Jakarta: EGC.

Reevers. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medical.

Smart, A. 2010. Rematik dan asam urat; pengobatan dan terapi sampai sembuh
total. Yogyakarta: A’Plus Books.

Smeltzer, S. C. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8). (vol.3).
Jakarta: EGC.

Stanley, M. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Sulistyarini, T. Sari, H. P. Ika Dewi, dan Kurnia, E. 2017. Kompres Hangat dan
Senam Lansia. Dalam Menurunkan Nyeri Sendi Lansia. Editor Adji Media
Nusantara. Cetakan 2. Nganjuk: Penerbit Adji Media Nusantara.

Voight. 2003. Techniques in musculoskeletal rehabilitation. Mc Graw-Hill,


Medical Pub. Division Walsh, Linda 2008 Buku Ajar Kebidanan
Komunitas. Jakarta: EGC.

WHO. 2013. World Health Organization Internation of Associations for


Rhematoidology Community Oriented Program for Control of Rhematic
Disease.

75
Lampiran 1

Surat Izin Pencarian Data Awal STIKES


Lampiran 2

Surat Izin Penelitian STIKES


Lampiran 3

Surat Izin Penelitian BanKes BangPol


Lampiran 4

Surat Ijin Penelitian DESA JANGGAN


Lampiran 5

Surat Ijin Penelitian UPTD PUSKESMAS PONCOL


Lampiran 6

Surat Keterangan Penelitian


Lampiran 7

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Progam Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Findy Nur Isa Isnawati
NIM 20140277
Bermaksud melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Terapi Kompres Air
Hangat Terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia yang Menderita Arthritis
Reumatoid”. Sehubungan dengan ini, saya mohon kesediaan saudara untuk
bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan saya lakukan.
Kerahasiaan data pribadi saudara akan sangat kami jaga dan informasi yang akan
saya gunakan untuk kepentingan penelitian.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya
ucapkan terima kasih.

Madiun, Mei 2018


Peneliti

Findy Nur Isa Isnawati


NIM : 20140277
Lampiran 8

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(Informed Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama:
Umur :
Alamat :

Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan


kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
yang bernama Findy Nur Isa Isnawati berjudul “Pengaruh Terapi Kompres Air
Hangat Terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia yang Menderita Arthritis
Reumatoid di Posyandu Lansia Mawar Indah Dusun Janggan, Desa Janggan
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan”. Saya mengetahui bahwa informasi yang
akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan di
Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang diperlukan dengan sebenar-
benarnya. Demikian penyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai
keperluan.

Madiun, Mei 2018


Responden
Lampiran 9

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


KOMPRES AIR HANGAT PADA PENDERITA
ARTHRITIS REUMATOID

Standar Opersional Prosedur


Pengertian Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah
tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan.
Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian,
kekejangan otot, perut kembung, dan kedinginan.
Tujuan 1. Untuk menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan
2. Memperlancar sirkulasi darah
3. Menurunkan suhu tubuh
4. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
5. Sebagai terapi alternatif selain terapi farmakologis
Indikasi 1. Klien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah)
2. Klien dengan perut kembung
3. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang
persendian
4. Sepasme otot
5. Adanya abses, hematoma
Alat dan Bahan 1. WWZ (Warm Water Zak), botol atau kain yang menyerap
air
2. Termometer
3. WWZ dan baskom
4. Air hangat dengan suhu 40ºC
5. Air yang dibutuhkan 50cc
6. Lama pemberian 20 menit
Persiapan Klien Responden diberi penjelasan dari inform consent
Prosedur 1. Observasi skala nyeri sebelum diberikan terapi kompres
air hangat
2. Bila klien sudah diobservasi isi WWZ (Warm Water Zak)
dengan air hangat
3. Ukur suhu air dengan termometer dengan skor normal
yaitu hangat 40ºC
4. Atur posisi klien senyaman mungkin sesuai nyeri yang
dirasakan
5. Isi WWZ (Warm Water Zak dengan air hangat, kemudian
tempelkan WWZ pada bagian tubuh yang terasa nyeri
6. Bila menggunakan botol, masukan air hangat dengan
suhu 40ºC pada botol dan kemudian tempelan pada
bagian tubuh yang terasa nyeri
7. Bila menggunakan waslap atau kain, masukan kain pada
baskom yang terisi air hangat, lalu diperas dan kemudian
tempelkan waslap atau kain pada bagian tubuh yang
terasa nyeri
8. Angkat WWZ, botol atau kain setelah 20 menit
9. Evaluasi: observasi perubahan intensitas nyeri yang
terjadi setelah dilakukan kompres air hangat
Lampiran 10

LEMBAR ASSEMEN NYERI


EFEKTIFITAS TERAPI KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS
NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA ARTHRITIS REUMATOID
DI POSYANDU LANSIA MAWAR INDAH DUSUN JANGGAN
DESA JANGGANKECAMATAN PONCOL
KABUPATEN MAGETAN

1. Nama Responden :

2. Umur :

3. Alamat :

Pengukuran nyeri pre-post test (sebelum dan sesudah dilakukan terapi

kompres air hangat).

A. Petunjuk Pengisian Lembar Observasi

1. Diisi sebelum dan sesudah dilakukan terapi kompres air hangat.

2. Lingkarilah nomor sesuai dengan tingkat nyeri yang saat ini anda

rasakan!

LEMBAR ASSEMEN NYERI


MENGGUNAKAN NUMERIC RATING
SCALE

1. Sebelum Terapi Kompres Air Hangat


2. Susudah Terapi Kompres Air Hangat

Keterangan:

a. 0: None (tidak nyeri)

b. 1-3: Mild (nyeri ringan): secara obyektif klien dapat

berkomunikasi dengan baik

c. 4-6: Moderate (nyeri sedang): secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik

d. Severe (nyeri berat): secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tetapi masih respon/tidak merespon terhadap

tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapatb diatasi dengan alih posisi nafas

daalam dan distraksi


Lampiran 11

DATA ASSEMEN NYERI RESPONDEN

EFEKTIFITAS TERAPI KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS


NYERI PADA LANSIA YANG MENDERITA ARTHRITIS REUMATOID
DI POSYANDU LANSIA MAWAR INDAH DUSUN
JANGGAN DESA JANGGANKECAMATAN PONCOL
KABUPATEN MAGETAN

Nama
Jenis
No Responden Umur Alamat Pendidikan Pekerjaan Pre Post Selisih
Kelamin
(Inisial)
1. Ny. J 59 P Ds. Janggan 02/01 - BURUH 7 5 2
2. Ny. T 51 P Ds. Janggan 02/01 SD PETANI 7 5 2
3. Ny. D 65 P Ds. Janggan 02/01 SD PETANI 6 4 2
4. Ny. B 50 P Ds. Janggan 02/01 SD PETANI 6 5 1
5. Ny. R 78 P Ds. Janggan 02/01 - PEDAGANG 8 6 2
6. Ny. K 63 P Ds. Janggan 02/01 - PEDAGANG 8 5 3
7. Ny. W 54 P Ds. Janggan 02/01 - BURUH 6 5 1
8. Ny. S 80 P Ds. Janggan 04/01 - BURUH 6 4 2
9. Ny. K 65 P Ds. Janggan 02/01 - BURUH 8 4 4
10. Ny. T 75 P Ds. Janggan 02/01 - PETANI 6 5 1
11. Ny. P 65 P Ds. Janggan 02/01 - PETANI 7 3 4
12. Ny. M 65 P Ds. Janggan 01/01 SD PETANI 8 5 3
13. Ny. H 50 P Ds. Janggan 02/01 - PETANI 6 4 2
14. Ny. T 51 P Ds. Janggan 02/01 - PETANI 6 5 1
15. Ny. P 79 P Ds. Janggan 04/01 - BURUH 7 4 3
16. Ny. S 54 P Ds. Janggan 04/01 SD PETANI 7 4 3
17. Ny. M 60 P Ds. Janggan 01/01 - PEDAGANG 8 6 2
18. Ny. S 65 P Ds. Janggan 01/01 SD PEDAGANG 6 4 2
19. Ny. S 78 P Ds. Janggan 04/01 SD PETANI 7 5 2
20. Ny. S 80 P Ds. Janggan 02/01 SD BURUH 6 5 1
21. Ny. K 79 P Ds. Janggan 02/01 - PETANI 6 3 4
22. Ny. P 63 P Ds. Janggan 04/01 - PETANI 7 4 3
23. Ny. R 50 P Ds. Janggan 02/01 - BURUH 7 3 4
24. Ny. P 50 P Ds. Janggan 04/01 - BURUH 6 4 2
25. Ny. K 51 P Ds. Janggan 02/01 - PEDAGANG 6 5 1
26. Ny. M 63 P Ds. Janggan 01/01 SD PETANI 7 6 1
27. Ny. K 75 P Ds. Janggan 04/01 SD PETANI 7 7 0
28. Ny. H 75 P Ds. Janggan 04/01 SD PETANI 6 5 1
Total 58
Lampiran 12

DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 50 4 14.3 14.3 14.3
51 3 10.7 10.7 25.0
54 2 7.1 7.1 32.1
59 1 3.6 3.6 35.7
60 2 7.1 7.1 42.9
63 3 10.7 10.7 53.6
65 4 14.3 14.3 67.9
75 3 10.7 10.7 78.6
78 2 7.1 7.1 85.7
79 2 7.1 7.1 92.9
80 2 7.1 7.1 100.0
Total 28 100.0 100.0

Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 28 100. 100. 100.0
0 0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Sekolah 17 60.7 60.7 60.7
SD 11 39.3 39.3 100.0
Total 28 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tani 15 53.6 53.6 53.6
Pedagang 5 17.9 17.9 71.4
Buruh 8 28.6 28.6 100.0
Total 28 100.0 100.0
Pretest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 6 13 46.4 46.4 46.4
7 10 35.7 35.7 82.1
8 5 17.9 17.9 100.0
Total 28 100.0 100.0

Postest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 3 10.7 10.7 10.7
4 9 32.1 32.1 42.9
5 12 42.9 42.9 85.7
6 3 10.7 10.7 96.4
7 1 3.6 3.6 100.0
Total 28 100.0 100.0
Lampiran 13

DATA DEMOGRAFI

Statistics

Usia JK Pendidikan Pekerjaan Pretest Postest


N Valid 28 28 28 28 28 28
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 63.8571 2.0000 1.3929 1.7500 6.7143 4.6429
Median 63.0000 2.0000 1.0000 1.0000 7.0000 5.0000
Mode 50.00a 2.00 1.00 1.00 6.00 5.00
Std. Deviation 1.10075E1 .00000 .49735 .88715 .76290 .95119
Minimum 50.00 2.00 1.00 1.00 6.00 3.00
Maximum 80.00 2.00 2.00 3.00 8.00 7.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
HASIL

DISTRIBUSI SELISIH PRE DAN POST

Statistics

selisih

N Valid 28

Missing 0

Mean 2.1071

Median 2.0000

Mode 2.00

Std. Deviation 1.10014

Minimum .00

Maximum 4.00

selisih

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid .00 1 3.6 3.6 3.6

1.00 8 28.6 28.6 32.1

2.00 10 35.7 35.7 67.9

3.00 5 17.9 17.9 85.7

4.00 4 14.3 14.3 100.0

Total 28 100.0 100.0


Lampiran 14

UJI NORMALITAS

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pretest 28 100.0 0 .0% 28 100.0%
Postest 28 % 0 .0% 28 100.0%
100.0
%

Descriptives

Statistic Std. Error


Pretest Mean 6.7143 .14417
95% Confidence Interval for Lower Bound 6.4185
Mean
Upper Bound 7.0101

5% Trimmed Mean 6.6825

Median 7.0000
.582
Variance
.76290
Std. Deviation
6.00
Minimum
8.00
Maximum
2.00
Range
1.00
Interquartile Range
.550 .441
Skewness -1.027 .858
Kurtosis
Postest Mean 4.6429 .17976
95% Confidence Interval for Lower Bound 4.2740
Mean
Upper Bound 5.0117
5% Trimmed 4.6190
Mean Median 5.0000
Variance .905
Std. Deviation .95119
Minimum 3.00
Maximum 7.00
Range 4.00
Interquartile Range 1.00
Skewness .253 .441
Kurtosis .289 .858

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretest .290 28 . . 28 .000


000 776
Postest .218 28 28 .011
. .
002 900

a. Lilliefors Significance Correction


Lampiran 15

HASIL UJI SPSS

UJI WILCOXON SIGN RANK TEST

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Postest - Pretest Negative Ranks 27a 14.00 378.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 1c

Total 28

a. Postest < Pretest

b. Postest > Pretest

c. Postest = Pretest

Test Statisticsb

Postest - Pretest

Z -4.589a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


Lampiran 16

DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 17
JADWAL PENYUSUNAN SKRIPSI

Bulan
No Kegiatan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1. Pengajuan dan konsul judul
2. Penyusunan proposal
3. Bimbingan Proposal
4. Ujian proposal
5. Revisi proposal
6. Pengambilan data (Penelitian)
7. Penyusunan dan bimbingan skipsi
8. Ujian skripsi

98
Lampiran 18

Lembar Konsultasi Bimbingan

Anda mungkin juga menyukai