Oleh:
INDRIYANTI
E 281 19 143
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Industri Benih. Makalah ini merupakan salah satu materi pembelajaran yang harus
diselesaikan oleh Mahasiswa di Universitas Tadulako. Makalah ini dibuat dengan
studi literatur dari berbagai sumber.
Penulisan makalah ini diharapkan memberikan manfaat kepada para pembaca
Sehingga dapat menambah khazanah ilmu dan meningkatkan kecintaan terhadap
Bangsa Indonesia.
Penulis menyadari, makalah ini kurang sempurna. Maka dari itu, kritik dan
saran dari para pembaca akan bermanfaat dalam perbaikan makalah ini. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai negara agrarian
atau negara pertanian. Salah satu alasan Indonesia dikenal sebagai negara agraria
yaitu karena sektor pertanian merupakan leading sector dalam perekonomian
Indonesia dan masih banyak masyarakat Indonesia yang menggantungkan
kehidupannya dengan bekerja pada sektor pertanian.
Industri benih melibatkan penggabungan komponen-komponen penting bidang
perbenihan, yang keberadaannya dari hulu sampai ke hilir saling menunjang satu
sama lain. Penanganan komponen-komponen bidang perbenihan harus dilakukan
secara menyeluruh dan simultan. Komponen-komponen tersebut, seperti komponen
pemuliaan tanaman dan penelitian pengembangan IPTEK yang mengelola plasma
nutfah dan sumber daya alam, komponen pelepasan varietas, komponen pengendalian
mutu, komponen produksi benih, komponen distribusi benih, komponen pengguna
benih, dan komponen pasar serta pemanfaatan hasil produksi pertanian. Kegiatan
produksi benih merupakan salah satu komponen penting berkaitan dengan penyediaan
benih bermutu dengan kondisi enam tepat, yang keberhasilannya memerlukan
perencanaan yang baik, disiplin yang mantap, serta pengetahuan dan pengalaman
berusahatani khususnya tentang produksi benih.
Secara umum benih yang bermutu baik memberikan hasil relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan benih yang bermutu jelek. Karena itu penggunaan benih
bermutu merupakan cara paling mendasar dan termurah di antara cara-cara lainnya
untuk produksi tanaman. Benih bermutu baik ditentukan oleh faktor-faktor genetik,
fisik, fisiologis, dan kesehatan benih. Mutu genetik yang baik berarti varietas dengan
genotipe-genotipe yang baik (misalnya, memiliki kemurnian tinggi, berdaya hasil
tinggi, tahan terhadap penyakit dan hama, respon terhadap kondisi tumbuh yang lebih
3
baik, dan sebagainya). Mutu fisik yang baik berarti kotoran fisik rendah(tidak ada),
campuran benih varietas atau tanaman lain rendah(tidak ada), dan kadar air benih
rendah (aman untuk disimpan). Sedangkan mutu fisiologis dan kesehatan benih yang
tinggi berarti bebas dari penyakit dan serangga serta berdaya kecambah dan vigor
yang tinggi.
Padi atau beras merupakan bahan makanan pokok penduduk Indonesia, dengan
kebutuhan yang terus meningkat. Suryana et.al (2009) menyatakan bahwa
pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu hak manusia yang paling asasi
dan salah satu faktor penentu ketahanan nasional. Santoso (2011) menyatakan bahwa
beras merupakam komponen utama ketahanan pangan nasional, sehingga
swasembada beras tetap menjadi indikator utama ketahanan pangan. Kekurangan
pangan berpengaruh pada gizi buruk, kesehatan, dan sekaligus menurunkan kualitas
sumber daya manusia (Santoso 2011).
Mugnisjah, (2005). mengatakan benih yang bermutu tidak dapat dihasilkan
tanpa melaksanakan sistem produksi yang selalu memperhatikan aspek mutu pada
setiap mata rantai produksinya. Benih bermutu tinggi dihasilkan melalui proses
budidaya 'pertanaman benih' (seed crop), pengolahan benih, penyimpanan benih, dan
distribusinya yang memperhatikan masalah mutu tersebut. Dengan mengingatbahwa
kualifikasi mutu benih hanya dapat diketahui setelah benih tersebut diuji, Bidang
Teknologi Benih (Seed Technology) menjadi sangat berperan dalam proses produksi
benih yang bermutu tinggi. Untuk mencapai hal ini, dukungan dari Ilmu Benih (Seed
Science), sangat penting agar teknologi produksi benih bermutu dapat terus
berkembang. Dengan demikian, walaupun orientasi teknologi benih adalah petani,
kepentingan para produsen, pedagang, dan distributor benih tidak dikesampingkan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
banyak pada waktu pembungaan dan anakan yang mati jumlahnya sedikit
(Hasyim, 2000).
Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang-seling
dan terdapat satu daun pada setiap buku. Daun terdiri atas helaian daun yang
menempel pada buku melalui pelepah, pelepah daun yang membungkus ruas
diatasnya, telinga daun (auricle) pada dua sisi pangkal helaian daun,lidah daun
(ligula) yaitu struktur segitiga tipis tepat diatas telinga daun, dan daun bendera yaitu
daun teratas dibawah malai (Suharno, 2005).
Bunga padi adalah bunga telanjang, artinya mempunyai perhiasan bunga.
Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas. Jumlah benang sari ada 6 buah,
tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kantung
serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang
terbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu (Departemen
Pertanian, 2003). Butir biji adalah bakal buah yang matang, dengan lemma, palea,
lemma steril, dan ekor gabah (jika ada) yang menempel sangat kuat. Butir biji padi
tanpa sekam (kariopsis) disebut beras. Buah padi adalah sebuah kariopsis, yaitu biji
tunggal yang bersatu dengan kulit bakal buah yang matang (kulit ari), yang
membentuk sebuah butir seperti biji. Komponen utama butir biji adalah sekam, kulit
beras, endosperm, dan embrio (Suharno, 2005).
Terdapat tiga subspesies padi yaitu (1) indica, yang berhari pendek dan tumbuh
terutama di wilayah tropik hangat dan lembab; (2) japonica, yang beberapa kultivar
di antaranya berhari pendek, tetapi kebanyakan berhari netral dan tumbuh di luar
wilayah tropis; (3) javonica, yang berhari netral dan tumbuh di wilayah iklim
ekuator di Indonesia. Di samping itu masih juga terdapat hibrid antarketiga
subspesies ini, walaupun terdapat kesulitan untuk membentuk kultivar hubrid yang
fertil (subur) dalam beberapa kombinasi.
6
Kultivar padi dapat dikelompokkan menurut empat hal yaitu (1) kepekaannya
terhadap fotoperiode (tidak peka, pertengahan, atau peka); (2) pengelolaan airnya
(lahan kering, sawah berair dangkal, sawah berair sedang, dan sawah berair dalam,
gogo, gogorancah, sawah, sawah pasang surut, dan sawah rawa lebak); (3) tipe
tanamannya (semikerdil, tinggi, atau mengambang); (4) kandungan pati
ekdospermanya (bukan ketan, pertengahan, ketan, atau campuran). Adapun
pembeda sifat-sifat kultivar yang utama antara lain adalah waktu mencapai 50%
‗muncul malai‘ heading (cepat, lambat) dan panjang batang sampai malai (pendek,
panjang). Uraian selanjutnya adalah untuk padi sawah.
Tanaman-tanaman voluntir dari kultivar atau spesies yang berbeda yang tidak
dikehendaki kehadirannya dalam proses produksi benih berasal dari pertanaman
sebelumnya di lahan yang sama. Tanaman-tanaman voluntir tersebut telah memiliki
ketahanan lingkungan tertentu pada lahan tersebut. Untuk areal penangkaran serealia
sering disarankan interval sebanyak dua musim tidak ditanami tanaman sejenis atau
tanaman lain yang mengancam kemurnian genetisnya, tetapi dalam beberapa program
sertifikasi satu musim tanam pun diterima.
Kebiasaan pengusahaan tanaman padi secara terus menerus di lahan yang sama,
menyulitkan lahan tersebut bebas dari voluntir. Apalagi pola tanam yang dianjurkan
dalam setahun menggunakan varietas yang berbeda antarmusimnya. Hal ini
merupakan kesulitan dalam usaha memproduksi benih. Untuk menghindari kehadiran
voluntir lahan perlu dibiarkan bera (kering sedikitnya selama dua tahun).
7
yang sama dengan yang akan ditanam. Kalau bekas varietas lain agar varietas yang
mudah dibedakan dengan varietas yang akan ditanam, dengan persyaratan: (1)
produsen benih mampu mengerjakan pengolahan tanah dan melakukan roguing
dengan intensif, (2) sistem tanam secara tandur jajar, dan (3) pesemaian ditempatkan
di lahan yang bebas voluntir. Ketinggian tempat perlu disesuaikan dengan varietas
padi yang akan ditanam. Melakukan pengolahan tanah dan roguing secara intensif,
sistim tanam tandur jajar, dan persemaian pada areal yang bebas voluntir sangat efektif
untuk mencegah pencemaran genetis pada tanaman padi. Sedangkan untuk penengkaran
tanaman kacang-kacangan diperlukan interval tiga bulan bera pada lahan-lahan yang
sebelumnya ditanami tanaman sejenis. Persyaratan sejarah lahan ini lazimnya tidak
diperlukan dalam produksi benih berlabel.
Pengolahan tanah harus dilakukan sampai berstruktur lumpur dengan kedalam
15-30 cm, yang dapat diperoleh dengan cara berikut.
(1) merendam calon lahan 3-4 hari dan membajak pertama
(2) merendam 2-3 hari dan membajak kedua
(3) merendam 2-3 hari dan menggaru pertama
(4) merendam 2-3 hari
(5) menggaru kedua dan meratakan permukaan lahan agar air merata hingga siap
tanam.
Lahan terbaik untuk produksi benih baik BD, BP atau BR adalah lahan yang
pada musim sebelumnya tidak ditanami padi (bera) atau lahan yang ditanami dengan
varietas yang sama pada musim sebelumnya. Apabila produksi benih terpaksa di
lakukan pada lahan bekas pertanaman padi varietas lain, maka perlu dilakukan
tindakan sanitasi pada saat lahan diolah, untuk memastikan tidak ada tanaman
voluntir yang dapat menjadi sumber kontaminasi, dengan cara berikut:
8
• Tanah dibajak pertama, lalu digenangi air selama 2-3 hari, setelah itu lahan
dikeringkan (air dikeluarkan dari petakan), dan diberikan selama 7-10 hari.
• Pada saat fase pengeringan 5-7 hari setelah drainase, lalukan aplikasi herbisida
pasca tumbuh.
• Setelah selesai fase pengeringan pertama, lakukan pengolahan tanah kedua
(bajak II), lalu digenangi air selama 2-3 hari, setelah itu lahan dikeringkan (air
dikeluarkan dari petakan), dan dibiarkan selama 7-10 hari.
• Lakukan pengolahan tanah ketiga (garu), ratakan, dan bersihkan sisa-sisa
tanaman (senggang, gulma).
• Bila dirasa perlu, untuk menekan pertumbuhan gulma dapat dilakukan aplikasi
herbisida pera-tumbuh minimal 5 hari sebelum tanam atau sesuai dengan ajuran
pemakaian herbisida tersebut.
2.3.2 Persemaian
Kualitas lahan untuk persemaian sama pentingnya dengan kualitas lahan untuk
produksi benih. Oleh sebab itu tata cara penyiapan lahan untuk persemaian sama
persis dengan tata cara penyiapan untuk pertanaman produksi benih. Selanjutnya,
setelah di capai kondisi lahan seperti tersebut diatas maka 110 cm dengan panjang
sesuai kebutuhan. Pada umumnya luas lahan untuk persemaian adalah 4%-5% dari
luas areal pertanaman (Las et al. 2002) atau sekitar 400 -500 m² per hektar
pertanaman.
Benih kelas yang lebih tinggi diperlukan sebanyak 10-25 kg/ha untuk
memproduksi benih bersertifikat (10 kg BS untuk FS, 25 kg FS untuk SS, dan 25 kg
SS untuk ES). Padi dapat ditanam langsung atau melalui pembibitan. Pengecambah-
an benih lebih dahulu sebelum ditanam dapat dilakukan selama 16-20 jam. Untuk
memproduksi benih lebih baik menanam padi melalui pembibitan dan penanaman
dengan sistem tandur jajar.
9
Luas pesemaian diperlukan 400-500 m2 per hektar (5% dari luas tanam) dengan
lebar bedengan 110 cm, tinggi 15-20 cm, dan jarak antarbedengan 20-30 cm. Pemupukan
lahan pesemaian diperlukan sebanyak 10 g urea + 10 g TSP per m2 pada waktu membuat
bedengan pesemaian. Benih disebar merata di atas bedengan + 70 g per m2 pesemaian.
Pengawasan persemaian perlu dilakukan sampai 4 hari setelah semai untuk
menyelamatkan benih dari serangan burung. Bedengan persemaian dipertahankan basah,
tetapi perlu didrainase jika tergenangi, misalnya setelah hujan. Gulma diberantas di
persemaian.
Benih sebelum ditebar sebaiknya direndam dulu selama 24 jam, kemudian
diperam selama 24 jam. Benih yang telah mulai berkecambah kemudian ditabur
dipersemaian dengan kerapatan antara 0,5-1,0 kg per20 m². Pupuk yang digunakan
untuk persemaian adalah Urea, SP 36, dan KCI masing-masing dengan takaran 15
g/m².
Bibit dicabut dan segera ditanam pada umur 21-25 hari. Pada saat tandur
dianjurkan menanam 2-3 tanaman per rumpun dengan kedalaman tanam 2-3 cm dan
tanpa mengikutsertakan bibit lemah dan voluntir. Jarak tanam disesuaikan dengan
anjuran Diperta Pangan setempat. Untuk tanaman semusim jarak tanam 30 cm x 15 cm
dapat dilakukan. Pada musim kemarau jarak tanam disarankan 22 cm x 22 cm.
Namun Bibit juga dapat dipindahkan ke pertanaman pada saat berumur 10-15
hari setelah semai (bila lokasi tanam tidak ada gangguan keong emas) atau antara
umur 15-21 hari setelah semai. Bibit yang ditanam sebaiknya mempunyai umur
fisiologi bibit yang sama. Jarak tanam 25 x 25 cm atau 20 x 20 cm, tergantung
varietas yang ditanam, dengan 1 bibit/lubang. Setelah tanam pertanaman diairi sekitar
2-3 cm selama 3 hari untuk mendorong pertumbuhan anakan baru, kemudian air pada
petakan dibuang sampai kondisi macak-macak dan dipertahankan selama 10 hari.
Penyulaman dilakukan pada 7 hari setelah tanam dengan menggunakan bibit dari
varietas dan umur yang sama.
10
2.3.4 Pemeliharaan Tanaman
11
rogues, tidak dapat diterima kehadirannya dalam pertanaman benih walaupun dalam
jumlah sedikit. Rogues dapat berupa gulma, tanaman dari spesies lain, tanaman dari
kultivar lain dalam spesies yang sama, atau tipe simpang. Program sertifikasi mengatur
ketat batas-batas jumlah setiap jenis rogues yang dapat diizinkan, tergantung pada kelas
benih.
Kehadiran tipe simpang secara terus menerus dalam suatu varietas akan
menyebabkan kemunduran kemurnian genetik varietas tersebut. Tipe simpang dapat
terjadi yang disebabkan oleh kehadiran gen-gen resesif di dalam kondisi heterozigot pada
waktu pelepasan varietas, atau yang timbul karena mutasi. Di samping itu, tipe simpang
juga dapat terjadi karena adanya tanaman-tanaman voluntir yang timbul dari benih yang
ditanam secara tidak sengaja dari pencampuran benih lain pada saat produksi. Tipe
simpang dapat juga terjadi karena tanaman memiliki keragaman morfologi yang luas,
atau benih yang digunakan berasal dari hasil persilangan terutama persilangan dengan
tanaman liar dalam proses pembuatan suatu varietas baru. Roguing merupakan teknik
yang dilaksanakan dalam produksi benih untuk menjaga kemurnian varietas. Roguing
dilaksanakan dengan cara mengadakan pemeriksaan dan membuang tanaman-tanaman
yang memilik ciri-ciri berbeda dengan varietas yang sedang diperbanyak. Roguing
dilaksanakan untuk tanaman lain, tanaman tipe simpang, tanaman berpenyakit dan gulma
berbahaya, sehingga persyaratan sertifikasi dapat dipenuhi. Dalam proses sertifikasi,
roguing diikuti dengan pemeriksaan lapang oleh petugas sertifikasi benih. Roguing pun
penting dilaksanakan walaupun benih yang diproduksi bukan benih bersertifikat.
Roguing dan pemeriksaan lapang memerlukan keterampilan dalam pelaksanaan, seperti
misalnya;
1. Karakteristik (deskripsi) varietas yang diperbanyak.
2. Karakteristik tipe simpang.
3. Penyakit yang terbawa benih dan sulit dikendalikan dengan perawatan benih.
4. Gulma berbahaya, kurang berbahaya, dan yang lazim tumbuh.
5. Tanaman lain yang biasa ditemukan.
6. Ketidaknormalan tanaman termasuk stres nutrisi, suhu dan kelembaban tanah.
12
Jadi Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian
genetik dan fisik yang tinggi, oleh karena itu rouging perlu dilakukan dengan benar
dan perlu dilakukan sejak awal mungkin sampai akhir pertanaman. Rouging pada
dasarnya dilakukan untuk membuang rumpung-rumpung tanamanan yang ciri-ciri
morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang produksi benihnya.
Untuk tujuan tersebut, bila memungkinkan penanaman ‘check plot’ dengan
menggunakan benih outentik sangat disarankan. Pertanaman ‘check plot’ digunakan
sebagai referensi / acuan di dalam melakukan rouging dengan cara memperhatikan
karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan.
2.3.6 Panen
13
BUMN. Pemanenan dengan kombain memerlukan kadar air benih antara 15-25%.
Kerusakan mekanis terjadi jika kadar air benih di luar kisaran itu, benih terkupas
sekamnya jika dipanen dengan kadar air yang lebih rendah daripada 15%.
Benih biasanya langsung dirontok di sawah dengan cara memukulkan malai pada
suatu dinding perontokan yang terbuat dari kayu . Perontokan secara tradisional
dilakukan dapat pula dengan cara diinjak-injak (diiles). Para penangkar benih yang
bekerja sama dengan unit pengolahan benih (UPB) milik BUMN utau lainnya
menyerahkan pascapanen ini kepada UPB tersebut.
Pada saat dilakukan pengeringan kadar air benih perlu segera diturunkan
dengan cara menjemur atau menggunakan alat pengering, karena calon benih masih
mempunyai kadar air yang tinggi. Kemudian Pada tingkat kadar air yang tinggi,
calon benih bisa dianginkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan.
Pengeringan benih dilakukan sampai kadar airnya mencapai maksimum 13 %.
Pengeringan sampai kadar air mencapai 8% dapat memperpanjang daya simpan benih.
Diperlukan waktu 4-7 hari untuk penjemuran padi ini, tergantung pada kondisi cuaca.
Pengeringan secara buatan memerlukan suhu yang sesuai dengan kadar air awal benih
yang akan dikeringkan. Suhu maksimum pengeringan 37,8 C jika kadar air benih > 18%,
O
suhu maksimum pengeringan 37,8 C jika kadar benih 10-18%, suhu maksimum
O
pengeringan 43,8 C jika kadar air <10%, disarankan agar suhu pengeringan tidak lebih
O
dari 40 C. Jika cuaca hujan saat panen, benih harus dianginkan dahulu sebelum
O
dikeringkan dengan udara panas. Pemantauan penurunan kadar air benih selama
pengeringan bertahap di atas perlu dilakukan setiap jam. Benih pun perlu dibolak-balik
agar pengeringan terjadi merata.
Secara tradisional benih dibersihkan dengan cara menampi. Pembersihan secara
mekanis lazimnya menggunakan air-screen cleaner yang dikombinasikan dengan
14
indented cylinder atau gravity seperator. Butir-butir yang hijau hendaknya dapat
dikeluarkan dalam pembersihan.
15
informasi tentang variteas, kelas benih, berat benih bersih, dan susut selama
pengolahan.
2.4.3 Pengemasan
2.4.4 Penyimpanan
16
Kondisitersebut berlaku untuk kadar air benih 1,4-15% dan pada suhu 50oC- 0oC.
Ruang penyimpanan yang baik adalah apabila kelembaban relative (% RH) ditambah
dengan suhu ruang simpan (oF) sama dengan 100. Untuk memenuhi kondisi
demikian, ruang simpan benih idealnya dilengkapi dengan AC (aircondihoner) dan
alat untuk menurunkan kelembaban ruang simpan (dehumidifier). Jika kondisi
tersebut belum dapat dipenuhi, gudang penyimpanan selayaknya memenuhi
persyaratan sebagai berikut : Tidak bocor, lantai harus padat (terbuat dari
semen/beton), mempunyai venti lasi yang cukup dan sirkulasi udara berjalan lancar
agar gudang penyimpanan tidak lembab, bebas dari gangguan hama dan penyakit
(ruangan bersih, lubang ventilasi ditutup kawat kasa).
Setiap benih disimpan secara teratur dan setiap varietas terpisah dari varietas
lainnya. Penumpukan benih di gudang diatur serapi mungkin agar mudah dikontrol, ti
dak mudah roboh, dan benih atau barangyang keluar masuk gudang ti dak terganggu
dan mengganggu. Apabila benih tidak disimpan pada rak-rak benih, maka di bagian
bawah tumpukan harus diberi balok kayu agar benih ti dak bersentuhan langsung
dengan lantai ruang simpan.
Setiap tumpukan benih dilengkapi dengan kartu pengawasan yang berisi
informasi tentang : Nama varietas, tanggal panen, asal petak pertanaman atau
percobaan, jumlah benih asal (pada saat awal penyimpanan), jumlah benih pada saat
pemeriksaan stok terakhir, dan hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal, persentase
daya kecambah).
2.5 Pelabelan Benih Tanaman Padi
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan saat pelabelan pada benih yaitu
dilakukan pengawasan pemasangan label untuk mengetahui kebenaran pemasangan
label oleh produsen benih tanaman pangan . Kemudian Produsen benih mengajukan
permintaan nomor seri label benih bersertifikat atau segel kepada penyelenggara.
Label dan atau segel harus dipasang pada tiap-tiap wadah benih yang mudah dilihat.
Pengisian data label berdasarkan sertifikat Benih Tanaman Pangan. Pada label benih
berbentuk biji atau umbi berisi : Nama dan alamat produsen benih, nomor seri label,
17
Jenis/Varietas, Kelas Benih, Nomor Lot, CVL, Benih Murni, Benih Tanaman Lain,
Biji Gulma, Kotoran Benih, Daya Berkecambah, Kadar Air, Isi Kemasan, Kg, dan
Tanggal akhir masa edar benih.
Adapun Spesifikasi Label benih yaitu bahan terbuat dari kertas/bahan lain yang
tidak mudah robek. Ukuran pada label dengan lebar dan panjang 1 : (2-3) cm.
Berbentuk persegi empat dengan warna label pada Benih Penjenis (BS) berwarna
kuning, lalu Benih Dasar (BD) berwarna putih, sedangkan Benih Pokok (BP), BP1
dan BP2 berwarna ungu dan pada Benih Sebar (BR), BR1, BR2, BR3, BR4 berwarna
Biru. Selanjutnya pada label harus mencantumkan BENIH BINA BERSERTIFIKAT
dan Kelas Benih. Sedangkan benih yang mengandung pestisida/bahan kimia lainnya
diberi keterangan bahan-bahan yang digunakan dan tanda JANGAN DIMAKAN
ATAU DIBERIKAN PADA TERNAK.
18
1. Sumber Benih
Benih yang akan ditanam untuk menghasilkan benih bersertifikat harus berasal
dari kelas benih yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya untuk menghasilkan benih
sebar harus ditanam benih pokok, oleh sebab itu benih yang akan ditanam harus
bersertifikat/berlabel.
2. Varietas
Varietas benih yang dapat disertifikasi, yaitu varietas benih yang telah
ditetapkan sebagai varietas unggulan dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian serta
dapat disertifikasi.
3. Areal Sertifikasi
Tanah/Lahan yang akan dipergunakan untuk memproduksi benih bersertifikat
harus memenuhi persyaratan sesuai dengan komoditi yang akan diproduksi, karena
tiap-tiap komoditi memerlukan persyaratan sejarah lapang yang berbeda. Adapun
persyaratan areal tersebut diantaranya : Letak dan batas areal jelas satu blok untuk
satu varietas dan satu kelas benih. Sejarah lapangan seperti bekas tanaman lain, bekas
varietas yang sama dengan kelas benih yang lebih tinggi, atau bekas varietas lain
tetapi mudah dibedakan, luas areal diarahkan minimal 5 Ha (BR) mengelompok.
Syarat areal bekas tanaman padi yang dapat dijadikan areal sertifikasi.
4. Isolasi
Isolasi dalam sertifikasi terbagi dalam 2 bagian yaitu : isolasi jarak dan isolasi
waktu. Pada isolasi jarak antara areal penangkaran dengan areal bukan penangkaran
minimal 3 meter, ini bertujuan untuk menjaga agar varietas dalam areal penangkaran
tidak tercampur oleh varietas lain dari areal sekitarnya. Sedangkan isolasi waktu
kurang lebih 30 hari (selisih berbunga) , ini bertujuan agar tidak terjadi penyerbukan
silang pada saat berbunga antara varietas pengakaran dengan varietas disekitarnya.
19
5. Pemeriksaan Lapangan
Guna menilai apakah hasil benih dari pertanaman tersebut memenuhi standar
benih bersertifikat, maka diadakan pemeriksan lapangan oleh pengawas benih.
Pemeriksaan lapangan dilakukan secara bertahap yang meliputi Pemeriksaan
Lapangan Pendahuluan (paling lambat saat tanam), Pemeriksaan Lapangan Ke I (fase
Vegetatif), ke II (fase generatif), dan Pemeriksaan Lapangan Ke III (menjelang
panen).
7. Uji Laboratorium
Untuk mengetahui mutu benih yang dihasilkan setelah dinyatakan lulus
lapangan maka perlu diuji mutunya di laboratorium oleh analis benih, yang meliputi
uji kadar air, kemurnian, kotoran benih, campuran varietas lain, benih tanaman lain,
dan daya tumbuh.
20
Dalam sertifikasi benih ini pastinya ada permasalahan-permasalahan yang ada,
permasalahan dalam sertifikasi benih ini antara lain: Tidak selalu tersedianya sumber
benih yang diperlukan sesuai dengan kelasnya, lahan/lokasi pertanaman tidak
memenuhi persyaratan, dalam hal sejarah lapangan. keterbatasan pengetahuan para
petani terhadap sertifikasi benih berlabel, dan keadaan sosial ekonomi dari para
petani sangat berpengaruh penyerapan pasar benih yang berlabel (Benih hasil
Sertifikat).
21
penangkar menjadi benih SS. Sebagian benih FS dijual kepada produsen lain yang
sekala produksinya lebih kecil untuk dijadikan benih SS. Selanjutnya, benih SS bisa
dijual kepada pedagang untukk disalurkan ke petani. Sebagian benih SS diproduksi
oleh produsen benih padi menjadi benih ES lalu disalurkan kepada pengecer untuk
dijual kepada petani. Ada juga petani membeli langsung kepada produsen benih jika
lokasinya berdekatan dan pembelian dalam jumlah besar.
Sebagian besar produsen menjual benih padi kelas SS yang banyak diminati
petani. Produsen juga menjual benih kelas ES walaupun peminatnya sedikit. Benih
subsidi yang dijual oleh produsen BUMN adalah kelas ES. Hanya sebgian kecil
produsen benih yang memiliki outlet sendiri, umumnya produsen mengandalkan
pedagang dan pesanan langsung.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Disarankan agar mahasiswa lebih memperhatikan bidang kajian ilmu yang
disediakan, agar kiranya dapat berguna dimasa depan hingga dapat
mengimplementasikan ke-masyarakat terkhusus masyarakat petani.
23
DAFTAR PUSTAKA
https://hengkihariadi.blogspot.com/2016/03/makalah-produksi-padi.html
Mugnisjah, W.Q. dan A. Setiawan. 2005. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta.
Santoso , M.B. dan W. Madya, 2012. “ Budidaya Padi Ratun ”. BBPP Binuang,
Kalimantan Selatan.
24