Anda di halaman 1dari 5

F.6.

Usaha Kesehatan Masyarakat


Upaya Pengobatan Dasar
Puskesmas Dawe, Kudus
Mei 2019 – September 2019

SEORANG PASIEN LAKI-LAKI USIA 68 TAHUN DENGAN HIPERTENSI STAGE


II

dr. Andreas Tigor Partomuan


Latar Belakang Secara global WHO (World Health Organization) memperkirakan
penyakit tidak menular menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43%
kesakitan di seluruh dunia. Perubahan pola struktur masyarakat dari
agraris ke industri dan perubahan gaya hidup, sosial ekonomi
masyarakat diduga sebagai suatu hal yang melatarbelakangi
meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular, sehingga angka
kejadian penyakit tidak menular semakin bervariasi dalam transisi
epidemiologi. Salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok
penyakit tidak menular tersebut yaitu hipertensi. Hipertensi selain
dikenal sebagai penyakit, juga merupakan faktor risiko penyakit
jantung, pembuluh darah, ginjal, stroke dan diabetes mellitus (Depkes
RI, 2003).

Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika


yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai
angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak
diketahui penyebabnya (Kemenkes RI, 2014). Diperkirakan sekitar
80% kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di negara berkembang
pada tahun 2025, dari jumlah 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini
diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025.

Hipertensi terjadi berkaitan dengan beragam faktor risiko, baik


yang tidak dapat diubah maupun dapat diubah. Faktor risiko yang tidak
dapat diubah meliputi genetik, keadaan gizi, dan umur. Faktor risiko
yang dapat diubah adalah kegemukan, diet, dan aktifitas fisik/olahraga.
Dilain pihak kegemukan disebabkan oleh konsumsi makanan berlebih
dan aktivitas fisik/olahraga kurang. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Rachmawati (2013) di Desa Pondok Kecamatan Nguter
Kabupaten Sukoharjo, menyatakan bahwa faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi adalah aktifitas fisik dan konsumsi garam
yang berlebihan.

Penanganan hipertensi akan lebih baik jika diintegrasikan dengan


sistem kesehatan karena menyangkut aspek ketenagaan, sarana dan
obat-obatan. Obat yang telah berhasil diproduksi teknologi kedokteran
harganya masih relatif mahal sehingga menjadi kendala penanganan
hipertensi, terutama bagi yang memerlukan pengobatan jangka panjang
(Depkes RI, 2007). Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar
pengobatan standar dan merubah gaya hidup yang meliputi mengatur
pola makan, mengatur koping stress, mengatur pola aktivitas,
menghindari alkohol, dan rokok.

Permasalahan IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. AS
Usia : 68 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Piji, Kecamatan Dawe, Kudus

ANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan tanggal 14 Juni 2019 pukul 09.00 WIB di


Poli Umum Puskesmas Dawe

Keluhan utama

Kencang-kencang pada leher

Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengeluh kencang-kencang pada leher yang dialami selama + 1


minggu yang lalu. Kencang-kencang dirasakan sepanjang hari dan
biasanya dipicu pada saat pasien kurang tidur. Pasien belum pernah
minum obat sebelumnya. Pasien tidak mengeluh mual-muntah, nyeri
kepala, sesak, ataupun berdebar-debar

Riwayat penyakit dahulu

Pasien memiliki riwayat darah tinggi yang dikatakan pasien sudah lama
dialami dan tidak meminum obat secara teratur. Pola makan pasien
sebanyak 3 kali sehari dengan makanan pokok nasi, dan di siang serta
malam hari memiliki kebiasan memakan cemilan. Cemilan yang
dimakan berupa gorengan. Riwayat kencing manis (-), riwayat asma
(-), riwayat sakit jantung (-)

Riwayat penyakit keluarga

Tidak diketahui oleh pasien dengan pasti

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 99 x/menit
Pernapasan : 16 x/menit
Suhu : 35.8 ˚C
Status Generalis
Kepala Normocephal,
Mata Konjungtiva kanan dan kiri tidak anemis
Telinga tidak Normotia, tidak ada secret.
ada sklera
ikterik pada
kedua mata.

Hidung Tidak dilakukan pemeriksaan.


Gigi dan Mulut Tidak dilakukan pemeriksaan.
Leher Pembesaran KGB (-).
Toraks Paru-paru : Pergerakan hemitoraks kiri dan
kanan simetris ,suara nafas vesikular pada
lapang paru kanan dan kiri, rhonki -/-, wheezing
-/-.

Jantung : Bunyi jantung I-II murni reguler,


murmur (-), gallop (-).
Abdomen Perut datar, tampak verban pada abdomen
kanan bawah, hepar tidak teraba pembesaran,
lien tidak teraba perbesaran.
Ekstremitas Akral hangat, edema -/-, sianosis -/-

DIAGNOSA KERJA
Hipertensi derajat II

DIAGNOSIS BANDING

PEMERIKSAAN ANJURAN

Perencanaan dan Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan


Pemilihan gaya hidup dengan cara:
Intervensi - Penurunan berat badan
- Diet kaya buah, sayuran, produk rendah lemak dengan
jumlah lemak total dan lemak jenuh yang rendah
- Kurangi hingga <100 mmol per hari asupan natrium
- Aktivitas fisik aerobik teratur
- Stop alcohol
Atau dengan terapi farmakologi:
- Hipertensi stage 1 dapat dengan diuretic atau pemberian
penghambat ACE
- Hipertensi stage 2 apabila target terapi tidak tercapai selama
observasi 2 mingu, dapat diberikan kombinasi 2 obat,
biasanya golongan diuretic, thiazid, dan penghambat ACE
atau penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium.
Pelaksanaan Non medikamentosa:
- Edukasi tentang cara meminum obat di rumah, perbedaan
antara obat-obatan yang harus diminum jangka panjang dan
pemakaian jangka pendek
- Edukasi mengenai pentingnya menjaga kecukupan obat
karena terapi merupakan terapi jangka panjang
- Edukasi mengenai diet yang dapat digunakan untuk
mengontrol hipertensi
Medikamentosa:
- Amlodipine 1 x 10 mg
- Captopril 3 x 12,5 mg

Monitoring dan Pasien yang telah mendapatkan obat dari Puskesmas sebaiknya teratur
Evaluasi minum obat dan melakukan pemeriksaan ulang.
Komentar / saran pendamping :

Kudus, Juni 2019


Peserta Pendamping

dr. Andreas Tigor P dr. Noor Hasyim Afro

Anda mungkin juga menyukai