Anda di halaman 1dari 25
BABS eTIKA PERLINDUNGAN KONSUMEN Tujuan Lajaree ri bab ini, pembaca cetelah mempelaja y aca diharapy,, sa ere gkan hubungan pasar bebas dengan kebebasan, sumen. . | Senn 3 OS cimen ewaiiban p usen terhadap konsumen . Menielaskan kewajiban konsumen untuk melindungs kepentinganny : Jin Konsumen 5.1 at gan adanya pasar bebas dan kompetitif, banyak orang meyakini bahwa konsumen secara otomatis terlindungidarikerugian, sehingga pemerintah dan pelaku pisnis tidak perlu mengambil langkah-langkah untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Pasar bebas mendukung alokasi, penggunaan, dan distribusi barang- barang yang dalam artian tertentu, adil, menghargai hak, dan memiliki nilai kegunaan maksimum bagi orang-orang yang berpartisipasi dalam pasar. Lebih jauh lagi, di pasar seperti ini, konsumen dikatakan “berdaulat penuh’. Saat konsumen menginginkan dan bersedia membayat tat a produk, para penjual memperoleh insentif ae keinginan meres Jika penjual tidak mereka rugi. Be ee diinginkan konsumen, berartt diinginkan konsumen, er jika menyediakan apa yané k Dalam pen ican a mereka untung. Onsumen, keamanan ki pasar” terhadap perlindunga” onsumen dilihat sebagai prod > yang paling efisien bila disediakan melalui mekani pasar bebas, di mana penjual memberikan tan, baal terhadap permintaan konsumen. — Jika keen menginginkan produk yang lebih aman, mereka akan bersedia membayar lebih mahal serta mengabaikan produsen dari produk-produk lain yang tidak aman Pihak produsen harus menanggapi permintaan itu dengan meningkatkan keamanan produk mereka, Jika Hdak mereka akan kehilangan konsumen karena diambil alih oleh pesaing yang memenuhi keinginan konsumen. Jadi, pasar menjamin bahwa produsen memberikan tangyapan secara memadai terhadap keinginan konsumen untuk memperoleh keamanan. Akan tetapi, jika konsumen tidak mempedulikan masalah keamanan dan tidak bersedia membayar lebih mahal untuk produk yang lebih aman, maka tidaklah tepat bila keamanan produk dinaikkan sedemikian tinggi melalui peraturan pemerintah yang, mewajibkan produsen meningkatkan keamanan produk produk mereka lebih tinggi dibandingkan permintaan konsumen. Intervensi pemerintah seperti ini, akan mengganggu pasal, membuatnya tidak adil, tidak menghargai hak, dan tidak efisien. Demikian juga, salah bila pelaku bisnis memutuskan bahwa konsumen harus memperoleh lebih banyak perlindungan dengan memaksa @rereka membeli dengan harga lebih tinggi. Hanya konsumen yang bisa mengatakan berapa besar nilai yang mereka berikan pada masalah keamanan. Konsumen harus diperbolehkan menunjukkan preferensi tersebut melalui_pilihan-pilihan bebas dan tidak melalui pemaksaan dari para pelaku bisnis atau pemerintah untuk membayar sesuatu yang tidak mereka inginkan. Keuntungan yang diperoleh pasar bebas_ hanya terjadi bila pasar memiliki tujuh karakteristik sebaga! berikut: 101 Banyak pembelj dan penjual »~ semua orang, bebas keluar masu, pa Semua orang, memiliki informasj Jer, Sar Semua barang di pasar sama Bkap ‘Tidak ada biaya eksternal, Semua para pembeli dan penjual pemaksimal utilitas yang rasional, dan merupay,. 7 ’anar tidak diatur. FSFern- agar dikatakan erfisien jika konsumen — informasi Jengkap dan sempurna tentang barang ba ' yang, mereka beli. Pada kenyataannya konsumen jn memiliki informasi lengkap, karena memang Prody; produk yang ada di pasar sangat beragam dan hanya para ahli yang memiliki informasi lengkap. Konsume, tidak memiliki sumber daya untuk memperoleh informas; tersebut, misalnya, dengan menguji beberapa merek yang saling bersaing untuk menentukan mana yang memberikar tingkat keamanan paling sesuai dengan harganya. Konsumen diasumsikan sebagai “individu yang selalu berpegang pada anggaran, rasional, tanpa kenal lelah terus berusaha memaksimalkan kepuasan mereka” Konsumen dalam konteks ini didefinisikan sebagai orang yang selalu menjaga pengeluaran dengan sangat hati- hati. Namun, sayangnya hampir semua pilihan konsumen didasarkan pada perkiraan yang cenderung kurang tepat dan tidak konsisten saat menentukan pilihan. Hanya sedikit a konsumen yang mampu membuat perkiraan deng? oak paumen biasanya mengabaikan risiko-risike ra, aitvitas yang berbahaya bagi kehidupan, misatt! ve ee merokok, atau makan makanan berlemak cae nie a ee saat memakai sebuah P _e Peristiwa yang san ace kemungkinan terja on atau diserang berues Jarang seperti bencana angin toP’ 8 buas di cagar alam. mo > Riset menunjukkan bahwa kemampuan konsumen jek membuat perkiraan menjadi kacau karena beberapa aitu: oe irean sebelumnya diabaikan saat informasi baru tersedia, sekalipun informasi itu tidak relevan. Penekanan pada “penyebab” mengakibatkan konsumen mengabaikan bukti yang relevan dengan probabilitas, namun tidak dianggap sebagai “penyebab”. 3. Generalisasi dibentuk dengan berdasarkan jumlah sampel yang kecil. 4. Keyakinan ditempatkan pada “hukum rata-rata” yang selalu diperbaharui, namun sebenarnya tidak ada. 5. Orang-orang percaya bahwa mereka memiliki kendali atas peristiwa-peristiwa yang sesungguhnya hanya kebetulan. Pp Orang-orang cenderung bersikap tidak rasional dan tidak konsisten dalam menimbang pilihan dengan didasarkan pada perkiraan probabilitas atas biaya atau keuntungan pada masa mendatang. Sebagai contoh, konsumen sering secara tidak konsisten menilai keuntungan yang satu lebih baik atau lebih buruk dari yang lain, sering mengatakan bersedia membayar lebih banyak untuk keuntungan yang kurang disukai, dan mayoritas individu lebih memilih salah satu keuntungan dibandingkan yang lain dalam satu konteks yang berbeda, meskipun kenyataannya sama persis dalam dua konteks tersebut. Meskipun pembeli atau konsumen di pasar memang banyak, namun sebagian besar pasar masih merupakan Pasar monopoli atau oligopoli; atau dengan kata lain, semuanya didominasi oleh satu atau beberapa penjual besar. Para penjual di pasar monopoli dan oligopoli bisa menarik keuntungan sebanyak-banyaknya dari konsumen . pahwa jumlah perm, ner sehingga terjad! kek ri pene’ dengan menaikkan harga, bes# diatas! tv a keseluruhan tidak terlihat Ek an pasar Mampu_ m peut keane nsumen tentang kea mang ti coma pert Pane a kenyataan yang dj M bebny ern nilai. Adanya y' ; ae 8 ditunjuky risiko, 48° va informasi Yang dimiliki_ konsumen ri neh bran yang tidak rasional ketika memilih, tela, i men yang berusaha menunjukkan bahiv, mel ee jah mampu memberikan perlindungan yang po i: bagi konsumen, Kecelakaan juga terjadi akibat adanya cacat dalam jesain produk, dalam bahan-bahannya, dan atau proses vembuatannya. Sejauh kerusakan dari pabrik merupakan ee terjadinya kecelakaan, para pelindung hak ’ 1. menyatakan bahwa kewajiban mengurangi gkinan kecelakaan ada di tangan produsen, ‘odusen adalah pihak yang paling mengetahui yemungkinan bahaya yang muncul dari produk tertentu » berkewajiban menekan bahaya tersebut saat produk dibuat. Sebagai tambahan, keahlian yang dimiliki produsen uat ia menjadi pihak yang mengetahui bahan-bahan “a metode yang paling aman dan memungkinkan dia setae aurea yang memadai dalam desain - - rae karena produsen mengetahui dengan noma rad ps maka dia selayaknya memberikan tan melak haw cara paling aman untuk menggunakan tindakan pencegahan yang Pet “Nakukan Joby Ngan d : ah Ww, ikap KO? 52 Kewai: ‘ajiban P; APA key todusen dan Konsumen “Petngan konsumen untuk melinduré! ya? elindung: kepensP* _Kewajiban produsen a ‘ingan konsumen? Menurut velas4! 104 > (200921947) terdapat 3 (igay tear atau pardangan op perkaitan dengan hewajiban produsen dengan kenournen yaitu toon konitratk, dae care, dan tear biaya sonal Masing. maving, menekankan keselmbangan yany, berbeda ontare kewajiban konsurnert lerhadap dir mereka sendin denyan kewajiban produsen terhadap koneurmer Vandanyar kontrak menempathan tangyungjawab yang, lebih besar pada konsumen, sementara pandanyan due care dan tnaya sowial menempatkan nebaylan besar tanggungjawab pada produsen a) Teori Kontrak a Menurut pandangan kontrak, hubungan antara perusahaan (produsen) dengan konsumen pada dasarnya merupakan hubungan kontraktual, Kewajiban moral perusahaan kepada konsumen adalah seperti yang, diberikan dalam hubungan kontraktual, Pandangan ini menyebutkan bahwa saat konsumen membeli sebuah produk, konsumen secara sukarela menyetujus, “kontrak penjualan” dengan perusahaan, Pihak perusahaan secara sukarela dan sadar setuju untuk memberikan sebuah produk kepada konsumen dengan karakteristik tertentu, dan konsumen juga secara sukarela dan sadar setuju membayar sejumlah uany, pada perusahaan untuk produk tersebut. Karena telah secara sukarela menyetujui perjanjian terwebut, pihak perusahaan berkewajiban memberikan produk sesuai dengan karakteristik yang, dimaksud dan konsumen memiliki hak korelatif, untuk memperoleh produk dengan karakteristik yang, dimakeud. ‘Teori kontrak berpandangan bahwa kontrak adalah ‘«buah perjanjian bebas yang, mewajibkan pihak-pihak terkait untuk melaksanakan isi persetujuan. Seseorany, berkewajiban melakukan sesuatu yang, menurut perjanjan harus dia lakukan, karena kegagalan melaksanakan kewajiban merupakan tindakan yang, (a) tidak dapat 105 icasi dan (b) memperlakuk diane kan tujuan. Teori Rawls jugs are i seg an pada pandangan yang didasarka,, ber; sg pahwa kebebasan kita diperluas oleh Penger’® s hak dan kewajiban Rootek wal Sebuah Sistem ee sosial yang mewajibkan seseorang une melakukan apa yang eee Perjanjian aa, mampu memberikan jaminan bahwa isi perjanjian akan ta jui kontrak | ae Tindakan menyetujul " k atau Perjanjian dilakukan dengan batasan sebagai berikut: 1). Kedua belah pihak harus mengetahui sepenuhnya sifat perjanjian yang mereka buat. ihak tidak boleh dengan sengaja 2). Kedua belah p' os menyalahartikan fakta-fakta perjanjian pada pihak Jain. Kedua belah pihak tidak boleh menyetujui perjanjian 3. karena keterpaksaan atau pengaruh lain. Terkait dengan kewajiban perusahaan terhadap konsumen, teori kontraktualmengklaim bahwa perusahaan memiliki_empat kewajiban moral, yaitu kewajiban SEGRE ema TS pavaMaN PENTER dan fewajiban sekunder untuk (b) memahami sifat produk, st cas misreprentasi, dan (d) menghindari a mgs bl pus atau pengaruh. Dengan bertindak ORS, ee tersebut, perusahaan sebagai individ, ati hak konsumen untuk diperlakukan kata lain, lain ie bebas dan sederajat atau dengan Perlakuan yang ngan hak mereka untuk memperoleh mereka, mereka setuju untuk dikenakan pada iiban untuk Mematuhi Kewajiban moral paling dasar yang harus dilakukan usen terhadap konsumen, menurut Pandangan Pntrak adalah kewajiban untuk memberikan suatu produk dengan karakteristik persis seperti yang dinyatakan yang mendorong konsumen untuk membuat kontrak dengan sukarela dan membentuk pemahaman tentang apa yang disetujui akan dibelinya. Pihak penjual berkewajiban memenuhi klaim yang dibuatnya tentang produk tersebut. sebagai contoh, penjual memiliki kewajiban moral untuk memberikan suatu produk yang dapat dipakai secara aman untuk tujuan-tujuan umum atau pun khusus di mana konsumen, dengan bergantung pada penjual secara moral wajib melakukan apa yang bisa dilakukan agar pembeli memahami apa yang dijanjikannya dan pada saat penjualan. Pihak penjual wajib memperbaiki kesalahpahaman yang mungkin terjadi, dan yang mereka sadari. Klaim yang mungkin diberikan penjual tentang kualitas produknya mencakup berbagai bidang dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Frederick Sturdivant mengklasifikasikan bidang-bidang tersebut dalam empat variabel: "Definisi_kualitas produk yang digunakan di sini adalah : tingkat di mana kinerja produk memenuhi harapan yang telah ditetapkan dalam kaitannya dengan (1) reabilitas atau keandalan, (2) masa penggunaan, (3) kemudahan pemeliharaan, dan (4) keamanan”. 1. Reliabilitas. LM are ARON fort Bh py. Klaim tentang reliabilitas méngacu pada probabilitas “7 bahwa suatu produk akan berfungsi seperti yang diharapkan konsumen. Jika produk tersebut terdiri dari beberapa fungsi dengan baik sama dengan hasil kali probabilitas masing-masing komponen. Jadi, bila komponennya semakin banyak, maka produsen ajiban menjamin bahwa masing-masing 107 berfungsi sedemikian rupa sehin, ik itu sendiri sama dengan oe k tas produ reliabilitas P usen, baik secara eksplisit maupun, yang, dibuat P implisit Masa penggunaan. Klaim tentang mengacu padape masa penggunaan sSuatu Produ} riode di mana suatu produk berfungsi secara efektif seperti yang diharapkan oleh konsumen, Biasanya konsumen secara implisit menyadari bahwa ne pengguna bergantung pada tingkat pemakaian produk itu sendiri. Sebagai tambahan, konsumen juga _mendasarkan sebagian pengharapan mereka atas masa penggunaan produk pada jaminan atau garansi yang diberikan perusahaan. Faktor lain yang lebih tidak kentara, namun berpengaruh pada masa penggunaan produk adalah tingkat “kekunoan”. Perkembang teknologi bisa membuat sebagian produk menjadi kuno saat produk baru muncul dan mampu menjalankan fungsi yang sama secara lebih efisien. Perubahan gaya juga bisa membuat produk tahun lalu kelihatan kuno dan tidak diinginkan. Pandangan kontrak mengimplikasikan bahwa penjual yang mengetahui bahwa produk-produk tertentu akan menjadi kuno berkewajiban untuk membetulkan pengharapan yang mungkin terjadi pada pembeli senubungan dengan masa penggunaan yang mereka *arapkan dari suatu produk. cs pemeliharaan. am me ng hal ini berkaitan tentang bagaimana Otitis ‘Produk dan menjaganya agar tetap i oe aik. Klaim ini sering disebutkan Keamanay, oe atau garansi. nM terbuka : Manan ras a an klaim tidak langsung atas ™mengacu pada tingkat risiko yang hea 108 xaitan dengan penggunaan suatu produk. Karena ber ir semua produk pasti berisiko, maka persoalan aa keamanan biasanya mencakup risiko yang cee dan diketahui. Atau dengan kata oP at produk dikatakan aman jika risiko-risiko penggunaannya diketahui dan dinilai sebagai “dapat diterima” atau “masuk akal” oleh pembeli dalam kaitannya dengan keuntungan-keuntungan yang mereka harapkan dari penggunaan produk. Hal ini mengimplikasikan bahwa penjual telah memenuhi kewajibannya seperti dalam perjanjian jika ia menjual suatu produk yang hanya memberikan risiko-risiko seperti yang dinyatakan, dan pembeli membeli produk tersebut berbekal pemahaman yang disampaikan. Kewajiban untuk Mengungkapkan Sebuah perjanjian tidak bisa mengikat kecuali bila pihak-pihak yang terlibat mengetahui apa yang mereka akan lakukan dan melakukannya dengan sukarela. Hal ini mengimplikasikan bahwa penjual yang akan membuat perjanjian dengan konsumen berkewajiban untuk mengungkapkan dengan tepat apa yang akan dibeli konsumen dan apa saja syarat penjualannya. Pada tingkat minimum, iniberartipenjualberkewajibanmemberitahukan semua fakta pada konsumen tentang produk tersebut yang dianggap berpengaruh pada keputusan konsumen untuk membeli. Sebagai contoh, jika pada sebuah produk yang dibeli konsumen terdapat cacat yang berbahaya atau berisiko pada kesehatan atau keamanan konsumen, maka konsumen harus diberitahu. Ada yang mengatakan bahwa Penjual juga perlu menjelaskan komponen atau unsur- unsur yang terdapat dalam suatu produk, karakteristik hasil kerjanya, biaya pengoperasian, tingkat produksinya, Serta standar-standar yang sesuai lainnya. 109 Akan tetapl pandangan bahwa ; mberikan berbagal macam informasj wee Tjual banyak dikritik, Informasi adalah o ® Pom s dianggap sebagai Sesua i harus dianggaP Seagal satu produy di Yang me pga mahal konsumen harus membayar untuk mendap, Mi atau tidak menggunakannya sama sekalj p at ‘Anny, . ' “us melak » Pender?” konsumen JUge harus melakukan kontrak uihtuk ‘dekny, Membey: i informasi seperti halnya dia membeli produy lain, dan produsen tidak perlu: menyediakan ne sersebut. Masalah yang berkaitan dengan kritik ini re a, informasi yang digunakan sebagai acuan seston lah untuk membuat keputusan untuk melakukan kon i merupakan jenis intormasi yang agak berbeda dari produ, yang diperjualbelikan. Karena sebuah kontrak atay penianjian harus dilakukan dengan bebas dan kebebasan memilih bergantung pada pengetahuan, maka transaksi kontraktual harus didasarkan pada pertukaran informasi yang sifatnya terbuka. Jika konsumen harus melakukan tawar menawar untuk mendapatkan informasi seperti itu, maka kontrak yang dihasilkan juga tidak bisa dikatakan bebas. Kewajiban untuk Tidak Memberikan Gambaran yang Salah , Misrepresentasi atau kesalahan penggambarar, Dalam hal ini, lebih parah dibandingkan kegagalan kapkan informasi, meniadakan kebebasan untu* dalam rivlapiin pilihan bebas merupakan elemen utame Keliry a kontrak, maka memberikan gambaran yang Peng ere, Suatu komoditas adalah salah. Seorang : eeptentan " misrepresentasi suatu komoditas bila Sengaia dings kennya dalam suatu cara yang dengan ite ‘Kirkan cen ean untuk menipu pembeli agat PRalnya g: Suaty tentan ole ”? diketahyj i Produk tersebut yan8 * Sebagai hal yang salah. Penip¥ ini bisa melalui cara verbal, misalnya, produk bekas dikatakan sebagai produk baru, atau dengan tindakan, saat sebuah produk bekas (tanpa diberi tanda apa pun) dipajang bersama dengan produk-produk baru. Atau dengan kata lain, tindakan yang sengaja untuk melakukan misrepresentasi sama salahnya dengan __ tindakan berbohong. Kewajiban tidak Memaksa Orang sering bertindak irasional karena pengaruh rasa takut atau tekanan emosional. Saat penjual mengambil keuntungan dari rasa takut atau tekanan emosional pembeli untuk membeli sesuatu yang tidak akan dibelinya jika berpikir secara rasional, maka penjual berarti menggunakan paksaan atau pengaruh untuk memaksa. Suatu perusahaan pemakaman, misalnya, dengan lihai memanfaatkan perasaan bersalah dari orang- orang yang selamat dari suatu bencana untuk membayar jasa pemakaman yang sebenarnya terlalu mahal bagi mereka. Karena ikatan kontrak mensyaratkan persetujuan sukarela atau bebas, maka penjual berkewajiban untuk tidak memanfaatkan ketidaktahuan, ketidakdewasaan, kebodohan, atau pun faktor-faktor lain yang mengurangi atau menghapuskan kemampuan pembeli untuk menetapkan kemampuan secara bebas. f , Kelemahan Teori Kontrak pelt Keberatan utama terhadap’teori kontrak ditujukan J Pada kejanggalan asumsi yang mendasarinya. 1. | TeoriKontraktualsecara tidak realistismengasumsikan \ JS bahwa perusahaan melakukan perjanjian secara langsung dengan konsumen. Tidak ada yang lebih aneh dari hal ini. Biasanya terdapat sejumlah usaha grosir dan eceran yang menjadi perantara perusahaan dengan konsumen. Perusahaan menjual produk 111 Vv da usaha grosit, Yan’ Kemudian menjuaty ada ha eceran, Yang akhirnya sampai ke 4. “® pengusane haan tidak pernah i konsumen. obi k D oak kontrak langsung dengan konsumen. Jadi, bagaimany kita bisa mengatakan bahwa _perusahaan Memilik kewajiban kontraktual terhadap konsumen? Pata pen dukung pandangan kontrak berusaha Menangeap; kritik tersebut dengan menyatakan bahwa perusahaan mengadakan perjanjian secara tidak langsung dengan konsumen. Perusahaan mempromosikan Produk mereka melalui iklan. Iklan-iklan ini memberikan janji yang, mendorong calon konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan melalui para pengecer yang Dalam hal ini, bertugas sebagai “penyalur’ atas produk perusahaan. Jadi, melalui iklan-iklan itu, perusahaan membentuk hubungan kontraktual secara tidak langsung, tidak hanya dengan para pengecer yang membeli produk, namun juga dengan para konsumen sendiri. Setiap kontrak sama dengan pedang bermata dua. Jika konsumen dengan sukarela setuju untuk membeli sebuah produk dengan kualitas-kualitas tertentu, maka dia bisa setuju untuk membeli sebuah produk tanpa kualitas-kualitas tersebut. Atau dengan kata Penipe kontrak memungkinkan perusahaan ekepliit dari kewajiban kontraktual dengan secara diandalkan bane | bahwa produk yang dijual biss Jad, toot kona ney aman dan sebageiiye konsumen mata mengimplikasikan bahwa i memeriksa produ banyak kesempatan untu jaminan, dan dene’, oer, Pemyataan penolakan diasumsikan’ sukarela menyetujuinya, ™ atau kery bertanggung jawab atas cacat Tusakan . Bs J Penolakan, serte disebutkan dalam pernyataan Semua kerusakan yang mung Ukan terlewati saat memeriksanya. Pernyataan penolal j ini dapat secara efektif meniadakan kewajib kewajiban kontraktual perusahaan. 3. Teori kontraktual mengasumsikan bahwa pembeli dan penjual sama-sama ahli mengevaluasi suatu produk dan pembeli mampu melindungi kepentingan- kepentingannya terhadap penjual. Kenyataannya, pembeli dan penjual tidak sejajar/setara seperti yang diasumsikan. Seorang konsumen yang harus membeli ratusan jenis komoditas tidak bisa berharap mengetahui segala sesuatu tentang semua produk tersebut seperti produsen yang khusus memproduksi satu produk. Konsumen tidak memiliki keahlian atau pun waktu untuk memperoleh dan memproses informasi untuk dipakai sebagai dasar membuat keputusan. Konsekuensinya, konsumen biasanya harus bergantung pada penilaian penjual guna memutuskan akan membeli atau tidak membeli, dan Dalam hal ini, mereka sangat rentan terhadap niat buruk penjual. Kesejajaran, yang diasumsikan teori kontrak, biasanya hanyalah perkecualian, bukan hal yang lazim. J b) _ Teori Perhatian Semestinya (Due Care Theory) Teori “due care” tentang hubungan antara produsen dan konsumen didasarkan pada gagasan bahwa produsen dan konsumen tidak saling sejajar dan bahwa kepentingan- kepentingan konsumen sangat rentan terhadap tujuan- tujuan produsen yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang tidak dimiliki konsumen. Karena produsen berada dalam posisi yang lebih menguntungkan, mereka berkewajiban menjamin bahwa kepentingan-kepentingan konsumen tidak dirugikan oleh produk yang mereka tawarkan. 113 an due care Dengan demikian, . eee kone umen harus bergantung pede Makan maka produsen tidak hanya berkey lin Preuk memberikan produk yang sesuai dengan Pid yang dibuatnya. Namun, juga wajib berhatitay mencegah orang, lain tidak terluka oleh produk teracins Perusahaan dianggap melanggar atau Melalaip,, kewajiban ini bila gagal_memberikan Perhatian seharusnya bisa dilakukan dan perlu dilakukan mencegah agar orang lain tidak dirugikan oleh Pengpunaan suatu produk. Perhatian juga harus dimasukkan dalam desain produk, proses pembuatan, proses kendali my, yang dipakai untuk menguji dan mengawasi Produksi, serta peringatan, label, dan instruksi yang ditempelkar pada suatu produk. Menurut pandangan due care, pihak perusahaan, yang dalam hal ini, lebih ahli dan lebih mengetahui produk mereka, memiliki kewajiban untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa produk mereka aman saat keluar dari pabrik, dan konsumen mempunyai hak untuk memperoleh jaminan ini. Kegagalan mengambil langkah-langkah yang “perlukan merupakan pelanggaran atas kewajiban moral dalam memberikan perhatian dan terhadap hak konsumen tank memperoleh perhatian, yaitu sebuah hak yang “Casatkan pada kebutuhan konsumen untuk bergantung _ paan yang dimiliki produsen. = bahwa . “Ngan due care tentu saja berdasarkan Pi a merigiie, Pipes kewajiban moral ae ini sangat diter, : ek-Pihak lain, dan bahwa ae Yang rentar, da a bila pihak lain tersebut ae get Prinsip inj dj eat tergantung pada anne moral yang berbed, ., vat dengan berbagai perspekti | etika Me ber pethatig ae ditujukan paling, jelas date ans aN Prinsip ini didasarkan pada pa" bahwa ka ‘any 7 Untux Oe pe 114 bahwa seseorang, harus memperhatikan orang lain yang memiliki hubungan dengannya, khususnya hubungan ketergantungan, seperti antara anak dengan ibunya. Lebih jauh lagi, etika ini menekankan bahwa seseorang harus perusaha mengetahui kebutuhannya dan karakteristik- carakeristik dariorang yang menjalinhubungandengannya untuk memastikan bahwa perhatiannya diarahkan pada kebutuhan dan kualitas-kualitas dari orang tersebut. Seperti yang kita lihat, penekanan pada usaha untuk mengetahui kebutuhan dan karakteristik-karakteristik dari pihak yang rentan dan lemah juga merupakan bagian yang penting dan juga dinyatakan secara eksplisit dalam pandangan due care. Tugas untuk Memberikan Perhatian Menurut teori due care, perusahaan dikatakan memberi perhatian yang memadai jika mereka melakukan langkah-langkah untuk mencegah pengaruh- pengaruh merugikan yang dapat diperkirakan terjadi akibat penggunaan produk mereka oleh konsumen, setelah melakukan pengamatan atas cara bagaimana produk digunakan dan setelah mengantisipasi semua kemungkinan kesalahan penggunaannya. Tanggungjawab apa yang diberikan oleh teori due care pada produsen? Secara umum, tanggungjawab produsen mencakup tiga bagian berikut ini: 1. Desain. Produsen harus memastikan apakah desain sebuah produk mengandung bahaya, dilengkapi dengan perangkap pengaman yang diperlukan, dan apakah menggunakan bahan-bahan yang memadai untuk keperluan penggunaan produk tersebut? Produsen bertanggungjawab karena mengetahui dengan baik desain sebuah produk, dan juga bertanggungjawab melakukan penelitian dan pengujian yang ekstensif untuk mengungkapkan semua risiko yang mungkin terjadi dalam penggunaan suatu produk dalam berbagai penggunaan suatu produk dalam berbapai kondisi pemakaian. 2. Produksi Manajer produksi perlu mengawasi pemanufakturan untuk menyingkirkan produk-produk yang cacat, mengidentifikasi kelemahan yang muncul selama proses produksi, dan memastikan bahwa tindakan mengganti material dengan bahan yang harganya lebih murah atau langkah-langkah “ekonomi” lainnya tidak terjadi selama proses pemanufakturan. Jadi, langkah-langkah pengendalian mutu harus dilakukan selama proses produksi. 3. Informasi. Produsen perlu melampirkan label, peringatan, atau instruksi pada produk yang memberi tahu pemakai tentang semua bahaya penggunaan atau penyalahgunaan suatu produk dan yang memungkinkan mereka untuk menjaga diri. Instruksi ini haruslah jelas dan sederhana, dan peringatan kemungkinan bahaya atas penggunaan atau penyalahgunaan produk juga harus jelas, sederhana, dan mencolok. Untuk produk obat-obatan, perusahaan wajib memberikan peringatan kepada dokter tentang risiko, bahaya, atau efek samping yang telah diketahui dari hasil penelitian. Perusahaan dianggap melalaikan kewajiban jika berusaha menyembunyikan atau tidak menyatakan bahaya-bahaya penggunaan obat-obatan yang diproduksinya. Kelemahan Teori due Care ()Hambatan utama teori “due care” adalah tidak ada metode yang secara jelas menentukan kapan seseorang atau produsen telah memberikan perhatian yang 116 memadai. Dengan kata lain, tidak ada Peraturan yang tepat untuk menentukan sejauh mana sebuah Perusahaan perlu memberikan jaminan keamanan atas Produknya. Setiap produk setidaknya memiliki tisiko, meskipun kecil. Jika perusahaan harus berusaha mencapai tingkat risiko yang rendah sekalipun, maka ini berarti perusahaan harus melakukan investasi sedemikian besar untuk setiap produknya sehingga harga jualnya juga akan diluar jangkauan konsumen. Lebih jauh lagi, usaha untuk menyeimbangkan risiko yang lebih tinggi dengan biaya tambahan akan memunculkan masalah-masalah penilaian Contohnya, bagaimana kita bisa menilai risiko terhadap kesehatan dan kehidupan ? 2\Hambatan kedua muncul karena teori_ ini mengasumsikan bahwa produsen mampu menemukan risiko-risiko yang = muncul dalam __penggunaan sebuah produk sebelum konsumen membeli dan menggunakannya. Pada kenyataannya, dalam masyarakat dengan inovasi teknologi yang tinggi, produk-produk baru, yang kerusakannya tidak bisa dideteksi sebelum dipakai selama beberapa tahun atau beberapa dekade, akan terus disalurkan ke pasar. Setelah ribuan orang (selama beberapa tahun) menggunakan asbes, misalnya, baru ditemukan korelasi antara munculnya kanker dengan penggunaan asbes. Meskipun produsen mungkin memiliki keahlian yang lebih tinggi dari konsumen, namun keahlian ini tidak menjadikan mereka mengetahui segalanya. Jadi, siapa yang harus menanggung biaya kerugian akibat penggunaan produk-produk yang kerusakannya tidak atau belum diketahui oleh produsen, apalagi konsumen? (+, Ketiga, teori due care terlihat paternalistik dengan ini.oréngasumsikan bahwa produsen adalah pihak yang mengambil keputusan-keputusan penting bagi konsumen, dalam kaitannya dengan tingkat risiko yang layak diterima konsumen. Kita mungkin bertanya apakah produsen 117 a akan mengambil keputusan untuk konsume, ae mengambil keputusan sendiri? wy yang <) _ Teori Biaya Sosial . Teori ketiga tentang kewajiban Perusahaan memperluas kewajiban tersebut di luar kewajiban. kewajiban yang diberikan oleh hubungan kontraktual serta kewajiban memberikan perhatian untuk Mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan. Teori ketiga inj menyatakan bahwa perusahaan harus membayar biaya kerugian yang diakibatkan olehsemuakerusakan atau Cacat dalam produk, sekalipun perusahaan telah memberikan semua perhatian dan dalam proses pembuatannya telah mengambil langkah untuk memperingatkan konsumen tentang kemungkinan bahayanya. Menurut teori ini, perusahaan berkewajiban menanggung semua kerugian, termasuk kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan produk yang tidak bisa diperhitungkan atau diketahui sebelumnya. Teori biaya sosial menjadi dasar dari doktrin hukum pertanggungjawaban penuh yang dibentuk dari argumen- argumen utilitarian. Argumen utilitarian _ tersebut menyatakan bahwa biaya-biaya “eksternal” dari kerugian yang diakibatkan dari desain sebuah produk merupakan bagian biaya yang harus ditanggung masyarakat dalam memproduksi dan menggunakan suatu produk. Dengan meminta perusahaan menanggung biaya eksternal dari kecelakaan atau kerugian akibat penggunaan suatu produk, dan juga biaya-biaya eksternal untuk mendesain dan memproduksi barang, berarti semua biaya diinternalisasikan dan ditambahkan kedalam harga jual produk. Internalisasi biaya menurut pendukung teori ini, akan mengarahkan kepada penggunaan sumber daya yang lebih efisien, 118 Dasar dari teori ketiga tentang kewajiban perusahaan adalah sejumlah asumsi utilitarian tentang nilai efisien. Teori ini mengasumsikan bahwa pengguna sumber daya yang efisien adalah sangat penting bagi masyarakat sehingga biaya sosial harus dialokasikan dalam cara apa pun yang dapat mengarahkan pada penggunaan dan pemanfaatan sumber daya dengan lebih baik. Dengan dasar tersebut, teori ini menyatakan bahwa perusahaan harus menanggung biaya sosial yang diakibatkan oleh kerusakan atau cacat dalam produk meskipun sama sekali tidak ada unsur pengabaian dan tidak ada hubungan kontraktual antara perusahaan dengan pemakai. Masalah dengan Teori Biaya Sosial Kritik utama terhadap pandangan biaya sosial tentang kewajiban biaya perusahaan adalah karena pandangan ini dianggap tidak adil. Tidak adil karena melanggar norma-norma keadilan kompensatif. Keadilan kompensatif mengimplikasikan bahwa seorang wajib memberikan ganti rugi pada pihak yang dirugikan hanya jika mampu memperkirakan dan melakukan tindakan untuk mencegahnya. Dengan memaksa perusahaan membayar ganti rugi atas akibat-akibat yang tidak bisa mereka perkirakan atau mereka cegah, maka teori biaya sosial (dan teori hukum “pertanggungjawaban penuh”) memperlakukan perusahaan secara tidak adil. Lebih jauh lagi, sejauh teori biaya sosial mewajibkan semua biaya kerugian ditanggung semua konsumen (dalam bentuk harga produk yang lebih tinggi), maka berarti konsumen juga diperlakukan secara tidak adil. Kritik kedua atas teori biaya sosial ditujukan pada asumsi bahwa membebankan semua _biaya kerugian pada perusahaan, akan mengurangi jumlah kecelakaan. Sebaliknya, karena konsumen tidak dibebani tanggungjawab atas kecelakaan yang mereka alami, 119 nsumen untuk bertindak ceroboh, obohan konsumen akan mengarah kaan. berarti mendorong koi Kenaikan tingkat kecer ‘kan jumlah kecela _ ke tenn etiga terhadap teori biaya sosial ry i ial yang diberikan teori difokuskan Pada ba aan den asuransi Para kritikus ini pada ae Nea saat ini semakin banyak konsumen vane berhasi mengajukan tuntutan pada perusahaan untuk memperoleh ganti rugi atas kecelakaan yang mereka alami saat menggunakan produk _ tertentu meskipun perusahaan telah melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjamin keamanannya. Tidak hanya jumlah tuntutan “pertanggungjawaban penuh” yang naik, namun nilai ganti rugi yang diberikan juga semakin tinggi. Lebih jauh lagi, menurut para kritikus kenaikan biaya tuntutan ganti rugi yang diciptakan oleh teori “pertanggungjawaban penuh” memunculkan krisis dalam industri asuransi. Pihak asuransi inilah yang harus membayar ganti rugi yang diajukan. Biaya ganti rugi yang tinggi ini mengakibatkan kerugian besar pada perusahaan asuransi dan memaksa kenaikan tingkat biaya sedemikian tinggi sehingga banyak perusahaan yang tidak lagi mampu memberikan asuransi. Jadi, menurut mereka, teori biaya sosial dari “pertanggungjawaban penuh” menghancurkan industri asuransi, mendorong kenaikan biaya asuransi = oe ian ee banyak perusahaan yang : '§1 mampu membayar asuransi ase pa iad atau tidak mampu membayar an yang mahal dari konsumen. 5.3 Implementasi Perlindungan Kepada Konsumen di Indonesia Faktor utama di Indonesia adalah haknya masih yang menjadi kelemahan konsumen Bh tingkat kesadaran konsumen akan lah. Hal inj terutama disebabkan 120 a oleh rendahnya pendidikan konsumen. Oleh kerena itu, Undang-undang nomor8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dimaksudkan menjadi landasan hukum yang, kuat bagi Pemerintah dan lembaga perlindungan swadaya masyarakat untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan __ pendidikan konsumen. Upayapemberdayaaninipenting karenatidakmudah mengharapkan kesadaran pelaku usaha yang berprinsip mendapat keuntungan semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin. Prinsip ini sangat potensial merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung. Atas dasar kondisi sebagaimana dipaparkan di atas, perlu upaya pemberdayaan konsumen melalui pembentukan Undang-undang yang dapat melindungi kepentingan konsumen secara terintegrasi, dan komprehensif, serta dapat diterapkan secara efektif di masyarakat. Piranti hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya perlindungan konsumen dapat mendorong iklim berusaha yang sehat yang mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan barang dan/ atau jasa yang berkualitas. Di samping itu, Undang-undang _ tentang Perlindungan Konsumen dalam pelaksanaanya tetap memberikan perhatian khusus kepada pelaku Usaha Kecil dan Menengah. Hal itu dilakukan melalui upaya pembinaan dan penerapan sanksi atas pelanggarannya. Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen dirumuskan dengan mengacu pada filosofi pembangunan nasional bahwa pembangunan nasional termasuk Pembangunan hukum yang memberikan perlindungan terhadap konsumen adalah dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada 121 sgaraan Republik Indonesia, yaitu dasar — ae dan konstitusi negara Undang-undang negara Pancas Dasar 1945. ing itu, Undang-undang __ tentang i sam DI 7 xonsumen pada dasarnya —bukan Perlindung: wal dan akhir dari hukum yang mengatur merupakan a konsumen, sebab sampai pada | tentang Penner undang tentang Perlindungan | Soemunen ii telah ada beberapa Undang-undang yang | 0 . i i kepentingan konsumen, seperti : mtn ane Nomor 10 tahun 1961 tentang dang-u i : | Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang. undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang Barang, menjadi | Undang-undang; b. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang~ Hygiene; Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan di Daerah; d. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal; e. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan; f£ Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; 8. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan; h. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan Industri; + Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; j. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang ares Penshing The World Trade anization (Persetujuan Pembentukan isasi Perdagangan Dunia); Or . Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang a 122 Perseroan Terbatas |, Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil; m. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan; n. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-undang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987; o. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten; p- Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 1989 tentang Merek; gq. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 1 Undang-undang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran; s. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan, t. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan; Perlindungan konsumen dalam hal pelaku usaha melanggar hak atas kekayaan intelektual (HAKI) tidak diatur dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini karena sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta, Undang-undang, Nomor 13 tahun 1997 tentang Paten, dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang Merek, yang melarang menghasilkan atau memperdagangkan barang dan/ atau jasa yang melanggar ketentuan tentang HAKI. Demikian juga perlindungan konsumen di bidang 123 lingkungan hidup tidak diatur dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini karena telah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup mengenai kewajiban setiap orang untuk memelihara_ kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Di kemudian hari masih terbuka kemungkinan terbentuknya Undang-undang baru yang pada dasarnya memuat ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen. Dengan demikian, Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini merupakan payung yang mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai