Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Masa Nifas

1. Pengertian

Masa nifas disebut juga postpartum atau puerperium adalah masa

sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan

pengembalian alat-alat kandungan atau reproduksi, seperti sebelum

hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pasca persalinan (Jannah,

2011). Masa nifas atau puerpurim dimulai sejak 1 jam setelah plasenta

lahir sampai 6 minggu setelah itu (Yanti, 2014 )

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Ambarwati, (2010) asuhan masa nifas di perlukan dalam

periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.

Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah

persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama

postpartum. Adapun tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas

untuk:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologisnya.

b. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, men deteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayi.

11
12

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi,

serta perawatan bayi sehari-hari.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana

3. Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas di bagi menjadi 3 tahap ( Ambarwati, 2010)

a) Puerperium Dini

Masa pemulihan, yakni saat ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan

-jalan.

b) Puerperium Intermedial

Masa pemulihan menyeluruh dari organ-organ genital kira-kira 6-8

minggu.

c) Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

apabila ibu selama hamil persalinan mempunyai komplikasi .

4. Perubahan Sistem Reproduksi Pada Masa Nifas

a. Involusi

Menurut Ambarwati,dkk ( 2010) Involusi atau pengerutan

merupakan suatu proses dimana uterus kembali kekondisi sebelum

hamil dengan berat sekitar 60 gram. Pada akhir kala III persalinan,

uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilical.

Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa

fundus uteri dengan cara :


13

1) Segera setelah persalinan, tinggi findus uteri 2 cm di bawah

pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm di atas pusat dan

menurun kira-kira 1 cm setiap hari.

2) Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm

dibawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di

bawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri di tengah

pusat dan simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak

teraba.

b. Lochea

Menurut Marmi (2012), selama masa nifas yang

berlangsung kurang lebih 40 hari, vagina akan terus-menerus

mengeluarkan darah. Biasanya darah tersebut mengandung

trombosit, sel-sel tua, sel-sel mati (nekrosis), sel-sel dinding rahim

(endometrium), yang disebut lokia. Ibu pasca melahirkan akan

mengalami empat tahapan perubahan lokia dalam masa nifas ini:

1) Merah segar (lokia rubra). Tahap pertama ini akan berlangsung

selama tiga hari pertama setelah melahirkan. Darah pada

tahapan pertama ini berpotensi mengandung banyak kuman

penyakit.

2) Merah dan berlendir (lokia sanguelenta). Untuk tahapan kedua

ini biasanya berlangsung selama satu hingga dua minggu.


14

3) Kuning kecoklatan lalu merah muda (lokia serosa). Cairan

yang berwarna seperti ini biasanya mulai keluar dua minggu

hingga satu bulan setelah melahirkan.

4) Kekuningan lalu bening (lokia alba). Cairan ini keluar selama

sekitar dua minggu, yakni dari minggu keempat sampai minggu

keenam. Bila cairan lokia sudah berwarna bening, tandanya

masa nifas berlangsung normal.

c. Cervik

Menurut Ambarwati, dkk (2010) cervik mengalami involusi

bersama-sama dengan uterus. Warna serviks sendiri mera ke

hitam-hitaman karena pembuluh-pembuluh darah. Konsistensinya

lunak kadang-kadang terdapat laserasi/ perlukaan kecil. Karena

robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah

kembali pada keadaan sebelum hamil.

Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu

persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan

masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3

jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup.

d. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali

secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan

hormone estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan


15

mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali

pada sekitar minggu ke 4.

e. Pemberian Air Susu

Menurut Nugroho, dkk (2009) pemberian air susu ibu

sangat dipengaruhi oleh hormone prolakstin dan kontrol laktasi

serta penekanan fungsi laktasi. Pada seorang ibu yang menyusui

dikenal 2 reflek yang masing-masing berperan sebagai pembentuk

dan pengeluaran air susu reflek prolactin dan reflek “let down”.

Manfaat pemberian ASI khususnya ASI Ekslusif yang

dapat di peroleh bayi :

1) ASI sebagai nutrisi terbaik

2) ASI meningkatkan dayatahan tubuh

3) ASI Ekslusif meningkatkan kecerdasan

4) ASI Ekslusif meningkatkan jalinan kasih saying

Manfaat pemberian ASI yang diperoleh ibu yaitu :

1) Mengurangi perdarahan setelah persalina (post partum)

2) Menjarangkan kehamilan

3) Lebih cepat langsing kembali

4) Mengurangi kemungkinan menderita kanker

5) Lebih ekonomis dan murah

Tidak merepotkan dan menghemat waktu.


16

5. Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

Adaptasi psikologis ibu nifas adalah suatu proses penyesuaiaan

diri, secara fisik dan psikologis dari orang tua baru berkaitan dengan

kehadiran bayi baru lahir.adaptasi psikologis terdiri dari 3 fase

menurut Reva Rubin :

1. Fase Taking-in

Berlangsung 1-2 hari, pada tahap ini ibu focus pada kebutuhan

sendiri masih pasifdan biasanya ibu tidak menginginkan kontak

dengan bayinya. Kebutuhan yang diperlukan ibu adalah informasi

tentang cara merawat bayinya.

2. Fase Takng-Hold

Berlangsung 3-10 hari setelah persalinan, pada fase ini ibu

berupaya mandiri dan berinisiatif dan cenderung menerima nasihat

bidan yang berkaitan dengan tugas keibuan dan ibu sudah mulai

percaya diri dalam merawat bayinya.

3. Fase Letting Go

Ibu sudah bertanggung jawab terhadap perawatan bayi dan dirinya.

Pada fase ini ibu rentas terjadi depresi post partum. Peningkatan

kemandirian dalam perawatan diri dan bayinya. Penyesuaiaan

dalam hubungan keluarga termasuk bayinya.


17

6. Tanda- Tanda Bahaya Masa Nifas

Menurut Yanti, dkk (2014) tanda bahaya yang perlu diperhatikan

pada masa nifas adalah :

a. Demam tinggi hingga melebihi 380C

b. Pedarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak

(lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan

penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam), disertai

gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.

c. Nyeri perut hebat/rasa sakit bagian bawah abdomen atau punggung

serta uluh hati.

d. Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan nanar/masalah

penglihatan.

e. Pembengkakan pada wajah, jari-jari, atau tangan.

f. Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis atau kaki.

g. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam.

h. Putting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk

menyusui.

i. Tubuh lemas dan terasa seperti pingsan, merasa sangat letih atau

nafas terengah-engah.

j. Tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu

buang air kecil.

k. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau diri

sendiri.
18

7. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

a. Nutrisi

Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk

keperluan metabolism. Kebutuhan nutrisi ibu menyusui meningkat

sebesar 25% (meningkat 3x dari kebutuhan biasa). Kandungan gizi

yang terdapat dalam makanan yang di konsumsi ibu nifas harus

mengandung unsur :

1) Suber energy (karbohidrat)

Bahan makanan yang mengandung sumber energy adalah :

beras, jagung, tepung terigu, sagu dan ubu, dan lemak nabati

dan hewani. Makanan tersebut berfungsi untuk pembakaran

tubuh, pembentukan jaringan baru.

Saat 6 bulan pertama menyusui, kebutuhan ibu meningkat

sebesar 65 gram/hari atau setara dengan 1 ½ porsi nasi.

Kebutuhan energy keseluruhan selama menyusuiakan

meningkat menjadi 2400 kkal /hari yang akan digunakan untuk

memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu sendiri, yang dalam

pelaksanaannya dapat di bagi menjadi 6 kali makan (3x makan

utama dan 3x makan selingan) (Ambarwati, 2010).

2) Sumber pembangun (protein)

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel

yang rusak/mati. Sumber protein hewani (ikan, udang, kerang,


19

kepiting, daging, hati ayam, telur) dan protein nabati (kacang-

kacangan, kedelai, tahu, tempe).

Sumber protein sangat diperlukan untuk peningkatan

produksi ASI. Ibu menyusui membutuhkan tambahan protein

17 gram atau setara dengan 1 porsi daging (35 gram) dan 1

porsi tempe (50 gram).

3) Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air)

Berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan

pengatur kelancara metabolism dalam tubuh. Ibu menyusui

minum air putih minimal 3 liter / hari. Ibu dianjurkan untuk

menum setiap selesai menyusui. Sumber makanan tersebut

terdapat dalam semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.

b. Kebutuhan Ambulasi

Ibu sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur 24-48 jam post

partum.

Keuntungan ambulasi dini : ibu merasa lebih sehat dan kuat, faal

usus dan kandung kencing lebih baik, untuk mengajari ibu dalam

perawatan bayi sehari-hari.

c. Kebutuhan Eliminasi(BAK/BAB)

BAK disebut normal apabila dapat buang air kecil spontan

setiap 3-4 jam. Ibu di usahakan dapat buang air kecil sendiri, bila

tidak dilakukan dengan tindakan : (a). Dirangsang dengan air kran.

Bila tidak berhasil dilakukan kateterisasi.


20

Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar.

Hal ini di sebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan

mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong,

pengeluaran cairan yang berlebih pada waktu persalinan

(dehidrasi), kurang makan, hemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya

buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan

yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.

d. Personal Hygine

1) Perawatan perineum

Apabila setelah buang air besar atau buang air kecil

perineum dibersihkan secara rutin. Caranya di bersihkan

dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari.

Membersihkan dimulai dari simpisis sampai anal sehingga

tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu cara mengganti pembalut

yaitu bagian dalam terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang

sudah kotor sebaiknya diganti paling sedikit 4 kali sehari.

Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin. Apabila

ibu mempunyai luka episyotomi atau laserasi , sarankan kepada

ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.


21

Menurut Anggraeni, 2010 langkah-langkah untuk menjaga

kebersihan vagina yang benar adalah :

1) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali

habis BAK dan BAB. Air yang digunakan tidak perlu

matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan kebelakang

hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel disekitar

vagina, baik itu air seni atau feses yang mengandung

kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan

2) Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan

antiseptic karena dapat berfungsi sebagai penghilang

kuman, yang terpenting jangan takut memegang daerah

tersebut dengan seksama

3) Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya

menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara

duduk berendam dalam cairan antiseptic selama 10 menit.

Lakukan setelah BAK/BAB

4) Setelah dibasuh keringkan perineum dengan handuk

lembut, lalu kenakan pembalut baru. Ingat pembalut harus

diganti setiap habis BAK/BAB atau minimal 3 jam sekali

atau bila dirasa sudah tidak nyaman

5) Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat

diolesi salep antibiotik yang diresepkan dokter.


22

2) Perawatan Payudara

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting

susu dengan menggunakan BH yang menyokong payudara.

b. Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang

keluar pada setiap puting susu setiap selesai menyusui.

Menyusui tetap dilakukan di mulai dari putting yang tidak

lecet.

c. Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan selama 24

jam, ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan

menggunakan sendok.

d. Untuk dapat menghilangkan nyeri ibu dapat diberikan

paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.

e. Kebutuhan Istirahat

Sarankan pada ibu untuk kembali pada kegiatan rumah

secaraperlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat

selama bayi tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam

beberapa hal yaitu mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,

memperlambat proses involusi uteri dan memperbanyak

perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk

merawat bayi dan dirinya.

f. Kebutuhan Seksual

Apabila perdarahan sudah berhenti dan luka episiotomy

atau laserasi sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4
23

minggu post partum. Ada juga yang berpendapan bahwa coitus

dapat dilakukan setelah masa nifas berdasarkan teori bahwa saat itu

bekas luka plasenta baru sembuh ( proses penyembuhan luka post

partum sampai 6 minggu ). Secara fisik amam untuk melakukan

hubungan suami istri begitu dara merah berhenti dan ibu dapat

memasukkan satu atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri,

aman untuk melakukan hubungan suami istri.

g. Senam Nifas

Senam yang pertama paling baik paling aman untuk

memperkuat dasar panggul adalah senam kegel. Segara lakukan

sneak kegel pada hari pertama post partum bila memang

memungkinkan.

Senam kegel mempunyai beberapa manfaat yaitu membuat

jahitan-jahitan lebih merapat, mempercepat penyembuhan,

meredakan hemoroid, meningkatkan pengendalian atas urin.

Caranya berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otor-otot

pantat dan pinggul tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi

lagi latihan sebanyak 5 kali.

h. Keluarga Berencana

a. Idealnya pasangan harus mennggu sekurang-kurangnya 2 tahun

sebelum hamil kembali

b. Biasanya ibu postpartum tidak akan menghasilkan telur

(ovulasi) sebelum mendapatkan haidnya selama meneteki, oleh


24

karena itu amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama

kembali unruk mencegah terjadinya kehamilan.

c. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya

di sampaikan dahulu kepada ibu, meliputi:

1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan serta

metodenya

2) Kelebihan dan keuntungan

3) Efeksamping

4) Kekurangan

5) Bagaimana memakai metode itu

6) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita

pasca persalinan yang menyusui.

i. Penanganan Nyeri Luka Perineum

Menurut Walyani & Purwoastuti (2015) Nyeri perineum dapat

disebabkan oleh episiotomy, laserasi, atau kahitan. Asuhan

yang dapat diberikan untuk nyeri perineum yaitu :

a. Lakukan rendam duduk dalam air hangat atau dingin

sedalam 5-10 cm selama 30 menit, 2 atau 3 kali sehari.

Perhatikan kebersihan bak mandi agar tidak terjadi infeksi

(tidak dilakukan pada ibu dengan jahitan perineum).

b. Lakukan latihan kegel untuk meningkatkan sirkulasi

didaerah tersebut dan membantu memulihkan tonus otot.


25

c. Minum paracetamol / asetaminofen untuk mengurangi

nyeri.

B. Luka Perineum

1. Defisisi Perineum

Perineum adalah jaringan yang terletak disebelah distal diafragma

pelvis. Perineum mengandung sejumlah otot superficial, saat persalinan

otot ini sering mengalami kerusakan ketika janin dilahirkan (Rohani dkk,

2011). Perineum terletak antara vulva dan anus panjang rata-rata 4 cm

(Prawirohardjo, 2009).

2. Luka Perineum

Luka jahitan perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu:

a. Ruptur adalah luka perineum yang diakbibatkan oleh rusaknya

jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau

bahu pada proses persalinan (Prawirohardjo, 2011)

b. Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang

menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput

darah, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia

perineum dan kulit sebelah depan perineum (Prawirohardjo 2011).

Sedangkan menurut Rohani dkk (2011) Episiotomi adalah  insisi

pada perineum untuk memperbesar mulut vagina.


26

3. Tingkat atau Luka Jahitan Perineum menurut Sulistyawati (2010)

adalah sebagai berikut :

a. Tingkat I Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan

atau tanpa atau mengenai kulit perineum sedikit. Penjahitan robekan

perineum tingkat I di lakukan hanya dengan memakai catgut yang

dijahit secara jelujur atau angka delapan.

b. Tingkat II Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai

selaput lendir vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis,

tapi tidak mengenai sfingter ani. Dalam penjahitan luka perineum

derajat II ini bidan masih berwenang dalam tindakan penjahitan.

c. Tingkat III Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai

mengenai otot –otot sfingter ani. Dalam penjahitan luka perineum

tingkat III ini bidan sudah tidak berwenang dalam penjahitan luka

perineum.

d. Tingkat IV Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum, otot sfingter ani, dinding depan rectum. Dalam penjahitan

luka perineum tingkat IV ini bidan sudah tidak berwenang dalam

penjahitan luka perineum.


27

4. Penyebab Luka Perineum

a. Faktor Maternal

a) Partus precipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong

Partus precipitatus merupakan partus yang sudah selesai

kurang dari tiga jam. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien

menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat

singkat. His yang terlalu kuat atau juga disebut hypertonic

uterine contraction (Wiknjosastro, 2007).

Partus precipitatus ditandai dengan adanya sifat his

normal, tonus otot luar his juga biasa, kelainannya terletak pada

kekuatan his. Bahaya partus precipitatus bagi ibu adalah

terjadinya perlukaan jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina

dan perineum. Sedangkan bahaya bagi bayi adalah mengalami

perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami

tekanan kuat dalam waktu yang singkat (Wiknjosastro, 2007).

b) Mengejan tidak efektif

Kadang mengejan spontan pada wanita tidak terfokus,

sehingga kemajuan hanya terjadi sedikit mengejan dengan mata

terpejam kuat dan atau berteriak terus menerus dan tidak ada

kemajuan yang tampak setelah 20 atau 30 menit. Sebagian

besar daya dorong untuk melahirkan bayi, dihasilkan dari

kontraksi uterus. Meneran hanya manambah daya kontraksi

untuk mengeluarkan bayi (JNPK-KR, 2008).


28

c) Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan

fundus yang berlebihan

d) Paritas

Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan

grandemultipara. Paritas adalah jumlah kehamilan yang

menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28

minggu) (Prawirohardjo, 2008).

e) Perineum kaku

Perineum yang kaku menghambat persalinan kala II yang

meningkatkan resiko kematian pada janin dan menyebabkan

kerusakan-kerusakan jalan lahir yang luas (Saifuddin, 2010).

Jalan lahir akan lentur pada perempuan yang rajin berolahraga.

Senam kegel yang dilakukan pada saat hamil memiliki manfaat

yaitu dapat membuat elastisitas perineum. Selain itu dapat

memudahkan kelahiran bayi tanpa banyak merobek jalan lahir

(tanpa atau sedikit “jahitan”) (Widianti, 2010).

b. Faktor Fetal

a) Bayi besar

Proses persalinan dengan berat badan janin yang besar

dapat menimbulkan adanya kerusakan jaringan dan robekan

jalan lahir karena proses kelahiran merupakan kombinasi dari

kompresi, kontraksi, torsi dan traksi. Kriteria janin cukup bulan


29

yang lama kandungannya 40 pekan mempunyai panjang 48-50

cm dengan bereat badan 2750-3000 gram (Saifuddin, 2010).

b) Kelahiran bokong

Letak memanjang dengan kelainan polaritas. Panggul janin

merupakan kutub bawah. Penunjuknya adalah sacrum.

Presentasi bokong dalam persalinan terdapat 3-4% kehamilan.

Insidensinya berkurang mendekati cukup bulan dan bertambah

pada persalinan premature (Wiknjosastro, 2007).

c) Distosia bahu

Distosia bahu bertanda kepala yang sudah dilahirkan, akan

tetapi tidak dapat melakukan putaran paksi luar dan tertahan

akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu posterior dengan

kepala (turtle sign) menekan kearah dorsal yang dapat

menyebabkan laserasi perineum (Prawirohardjo, 2008).

d) Vakum ekstraksi

Tindakan bantuan persalinan dimana janin dilahirkan

dengan ekstraksi dengan menggunakan tekanan negative

dengan alat vakum yang dipasang dikepala janin (Saifuddin,

2010).
30

5. Perawatan Luka Jahitan Perineum

Perawatan luka jahitan perineum menurut Asuhan Persalinan

Normal, 2008 adalah sebagai berikut:

a. Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.

b. Menghindari pemberian obat tradisional.

c. Menghindari pemakaian air panas untuk berendam.

d. Mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3-4 kali sehari.

e. Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk

pemeriksaan penyembuhan luka.

6. Proses Penyembuhan Luka

Fisiologi penyembuhan luka secara alami akan menalami fase-

fase seperti dibawah ini :

a. Fase Inflamasi

Fase dimulai sejak terjadinya luka sampai hari ke lima.

Segera setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus akan

mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis

karenan agregasi trombosit yang bernama jala fibrin

membekukan darah.

b. Fase Proliferasi

Pada masa ini fibroplas mengalami proliferasi dan

mensintesis kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya

kekuatan untuk menyatunya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi

granulasi, kontraksi luka dan epitelisasi.


31

c. Fase Maturasi

Fase terakhir yang memerlukan waktu panjang pada proses

penyembuhan luka. Terjadi proses dinamis berupa remodeling

kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas sintesis

dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini

berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun. Akhir dari

penyembuhan ini didapatkan luka parut yang matang dan

mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal (Kusuma. P, 2007).

7. Bentuk Penyembuhan Luka Jahitan

a. Luka sembuh Baik

Di katakana luka sembuh dengan baik, apabila setelah di

lakukan perawatan, luka perineum bisa sembuh < 5 hari, dan luka

dalam keadaan menutup dan kering.

b. Luka sembuh Sedang

Di katakan luka sembuh sedang apabila setelah di lakukan

perawatan, luka perineum bisa sembuh > 5 hari dan kondisi luka

menutup dan masih basah.

c. Luka sembuh Kurang Baik

Di katakan luka sembuh sedang apabila setelah di lakukan

perawatan, luka perineum bisa sembuh > 7 hari dan kondisi luka

belum kering dengan jahitan masih membuka (Hasana, N, dkk,

2012).
32

8. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Jahitan

Perineum

a. Gizi

Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi

terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena

penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.

b. Obat-obatan

1) Steroid: dapat menyamarkan adanya infeksi dengan

mengganggu respon inflamasi normal.

2) Antikoagulan: dapat menyebabkan hemoragi.

3) Antibiotik spektrum luas/ spesifik: efektif bila diberikan segera

sebelum pembedahan untuk patologi spesifik atau kontaminasi

bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena

koagulasi intravaskular.

c. Keturunan

Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan

dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang

mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat

dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat

terjadi penipisan protein-kalori.


33

d. Sarana prasarana

Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana

dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi

penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam

menyediakan antiseptik.

e. Budaya dan keyakinan

Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan

perineum, misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam,

akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat

mempengaruhi penyembuhan luka (Marmi, 2012).Faktor-faktor

yang memengaruhi kecepatan kesembuhan luka perineum menurut

Mochtar adalah dari faktor makanan atau nutrisi yang dikonsumsi,

perawatan luka (vulva hygiene) dan early ambulation (Dewi. S,

2013)

Kesembuhan luka jahitan perineum dipengaruhi oleh

beberapa faktor lain. Faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka

jahitan perineum yaitu perawatan perineum, kualitas tidur, senam

kagel’s, nutrisi, jenis material jahitan, tekhnik melakukan

penjahitan dan pemilihan waktu melakukan penjahitan (Hasana, N,

dkk, 2012).
34

9. Komplikasi dan Dampak Perawatan Luka Jahitan Perineum Yang

Tidak Baik

a) Infeksi Perineum

Infeksi luka perineum adalah infeksi yang disertai dengan

pembengkakan dan perubahan warna pada luka perineum

(Sujiyatini, 2010).

Cara terjadi infeksi (Wiknjosastro, 2007) melalui:

a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan

pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang

sudah ada dalam vagina kedalam uterus

b. Droplet infection yaitu sarung tangan atau alat-alat yang

terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau

tenggorokan dokter atau pembantu-pembantunya

c. Dalam rumah sakit biasanya banyak kuman-kuman pathogen

berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi

d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan infeksi penting,

kecuali apabila mengakibtkan pecahnya ketuban

e. Infeksi intrapartum gejala-gejala dapat terlihat pada waktu

berlangsungnya persalinan, biasanya terjadi pada partus lama,

air ketuban sudah pecah dan beberapa kali dilakukan

pemeriksaan.
35

b) Tanda dan Gejala Infeksi

Tanda dan gejala infeksi perineum (Nugroho, 2014):

a. Calor (panas)

Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari

sekelilingnya, sebab terdapat lebih banyak darah yang

disalurkan kearea terkena infeksi.

b. Dolor (rasa sakit)

Dolor dapat timbul karena perubahan pH local atau

konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang ujung

syaraf

c. Rubor (kemerahan)

Hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami

peradangan. Reaksi peradangan mulai timbul maka atriol yang

mensuplai daerah tersebut melebar

d. Tumor (pembengkakan)

Pebengkakan ditibulkan oleh karena pengiriman cairan dan sel-

sel dari sirkulasi darah kejaringan interstisial.

10. Menjaga Kebersihan Menurut Pandangan Islam

Dari penjelasan tersebut di atas dari zaman dahulu allah sudah

menjelaskan bahwa kebersihan termasuk ajaran islam yang harus di

amalkan, seperti salam hadist berikut:


36

“Agama islam adalah (agama) kebersihan, maka jagalah kebersihan,

sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali oleh oranr-orang yang

menjaga kebersihan.” (H.R. Al-Baihaqi).

Dalam hadist tersebut menjelaskan bahwa agama islam

mengajarkan dan menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan.

Orang-orang yang menjaga kebersihan akan mendapatkan pahala,

karena kebersihan sebagian dari iman. Alasannya, orang-orang yang

menjaga kebersihan telah melaksanakan perintah allah dan rosulnya.

Selain itu, mereka akan didekati oleh para malaikat sehingga akan

terjaga.

Selain itu untuk mempercepat penyembuhan luka jahitan

perineum juga diperlukan mobilisasi dini (Elyda, F dan Ritawati,

2013). Gizi yang baik untuk memenhi kebutuhan nutrisi (Venny, R

dan Yulizawati, 2012). Dalam islam juga di anjurkan untuk memakan

makanan yang baik dan juga halal seperti yang telah disebutkan dalam

ayat berikut:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah


37

syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata

bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168)

Dengan ayat tersebut di atas sudah jelas diterangkan bahwa

dalam islam kita semua wajib memakan makanan yang baik dan juga

halal.

11. Standar Pelayanan dan Kompetensi Bidan

Dalam standar pelayanan kebidanan, asuhan pada ibu nifas ada

dalam standar ke 15 yaitu “pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa

nifas”. Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas

dan rumah sakit atau melalui kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga,

minggu ke-dua, dan minggu ke-enam setelah persalinan, untuk

membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penatalaksanaan tali

pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan

komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan

penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan,

makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi

dan KB.

Dalam standar kompetensi bidan, yaitu kompetensi ke-5: bidan

memberikan asuhan kepada ibu nifas dan menyusui yang bermutu

tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Keterampilan dasar dari

kompeten tersebut yaitu:

1. Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan atau luka

jahitan.
38

2. Mengidentifikasikan infeksi pada ibu, mengobati sesuai

kewenangan atau merujuk untuk tindakan yang sesuai.

3. Penatalaksanaan ibu post partum abnormal: sisa plasenta, renjatan,

dan infeksi ringan.

4. Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.

5. Memberikan antibiotik yang sesuai.


39

C. Clinical Pathway

Nifas Dengan Perawatan Luka Perineum Derajat II

Luka Perineum Faktor penyebab luka perineum:

Maternal

a. Partus precipitatus
Ruptur b. Mengejan tidak efektif
c. Partus diselesaikan
secara tergesa-gesa
dengan dorongan
Klasifikasi
D. robekan:
d. Paritas
1.E.Robekan derajat II e. Perineum kaku
Fetal
a. Janin besar
b. Persalinan bokong
c. Distosia bahu
d. Vakum ekstraksi

Penatalaksanaan : Penjahitan perineum, perawatan luka, KIE vulva


F. Gambar.2.2
hygiene, KIE nutrisi (diikuti Kerangka
tinggi kalori,tinggi Alur Pikir
protein) kunjungan
ulang nifas, KIE mobilisasi. G.

Gambar.2.2 Clinical Pathway

= Yang di teliti

= Yang tidak di teliti


40

Keterangan Gambar 2.2

Factor penyebab luka perineum bisa dari maternal dan fetal . Factor dari

fetal di karenakan Janin besar, Persalinan bokong, Distosia bahu, Vakum ekstraksi,

kemudian darimaternal meliputi Partus precipitatus, Mengejan tidak efektif, Partus

diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan, Paritas, Perineum kaku. Akan

menyebabkan luka perineum Derajat II . Penatalaksanaan pada kasus robekan

perineum adalah melakukan penjahitan, perawatan dengan betadine, KIE vulva

hygiene, kunjungan ulang nifas, KIE nutrisi (diikuti tinggi kalori,tinggi protein),

minum yang banyak.

Anda mungkin juga menyukai