Anda di halaman 1dari 13

Majalah Kedokteran Andalas

Vol. 40, No. 2, September 2017, Hal. 111-121

TINJAUAN PUSTAKA
Kaidah dasar bioetika dalam pengambilan keputusan
klinis yang etis
Dedi Afandi
KJF Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Korespondensi: Dedi Afandi, email: dediafandi4n6@gmail.com

Abstrak
Kaidah dasar bioetika adalah suatu karakteristik yang unik dari prinsip yang dapat digunakan untuk
menganalisis lebih tajam suatu standar, untuk membenarkan peraturan dan dapat menjadi
pedoman dalam pengambilan keputusan klinis yang etis dalam praktik sehari-hari. Tinjauan pustaka
ini bertujuan untuk memberi suatu metode dalam proses pengambilan keputusan klinis yang etis
bagi dokter. Untuk manfaat kemajuan sains, tinjauan ini telah mengembangkan pemanfaatan kaidah
dasar bioetika di bidang medis, terutama hubungan dokter-pasien, profesionalisme serta bioetika
medis. Beberapa metode pengambilan keputusan klinis yang etis dibahas dan didiskusikan. Dengan
meningkatkan pemahaman dan pelatihan penggunaan kaidah dasar bioetika dalam kehidupan
sehari- hari diharapkan akan mampu menjaga hubungan dokter-pasien secara lebih baik.
Kata kunci: kaidah dasar bioetika; keputusan klinis; etika; hubungan dokter-pasien
Abstract
The basic moral principles are a unique characteristic of a principle that can be used to shapely
analyze a standard, to justify rules and be a guide in ethical-clinical decision making in everyday
practice. This literature review aims to provide a method of ethical clinical decision-making process
for physicians. For the benefit of scientific advancement, this review has developed the utilization of
the basic principles of bioethics in the medical field, especially the doctor-patient relationship,
professionalism as well as medical bioethics. Several ethical methods of ethical-clinical decision-
making are discussed. By improving the understanding and training of the basic moral principles in
daily practice is expected to be able to maintain better doctor-patient relationships
Keywords: basic moral principle; clinical decision; ethics; doctor-patient relationship

p-ISSN: 0126-2092 Diterima redaksi: 5-Jul-17


e-ISSN: 2442-5230 Diterbitkan online: 30-Sep-17
doi: 10.22338/mka.v40.i2.p111-121.2017
Vol. 40
Dedi Afandi,
No. 2 Kaidah dasar bioetika…
2017

PENDAHULUAN tentang etika adalah ilmu tentang apa


yang baik dan apa yang buruk dan tentang
Dokter dalam menjalankan praktik sehari- hak dan kewajiban moral (akhlak).8
hari sering kali menemukan isu etik yang
Etika bersangkutan dengan manusia
terkadang dapat berkembang menjadi
secara pribadi dalam “kemanusiannya”,
dilema etik.1,2 Seorang dokter senantiasa
yaitu manusia yang sudah dan mampu
dihadapkan dalam penilaian moral untuk
menyadari dirinya sendiri dalam berpikir,
membuat suatu keputusan klinis yang
bersikap, berbicara, bertingkah laku
etis.3 Pada awal tahun 60-an, di saat
terhadap manusia lain dan (dalam)
kemajuan dalam bidang ilmu dan
masyarakat, terhadap Tuhan sang
teknologi kedokteran berdampak pada
Pencipta dan terhadap lingkungan tempat
hasil pengobatan dan kualitas hidup
hidup beserta seluruh isinya.8 Etika,
pasien yang lebih baik,4 praktik
sebagaimana metode filsafat,
kedokteran di masyarakat berkembang
mengandung
dan berubah sejalan dengan keinginan
permusyawaratan dan argumen eksplisit
dan kebutuhan masyarakat. Tulisan ini
untuk membenarkan tindakan tertentu
bertujuan untuk memberi cara atau
(etika praktis). Juga membahas asas-asas
metode dalam proses pengambilan
yang mengatur karakter manusia ideal
keputusan klinis yang etis bagi dokter.
atau kode etik profesi tertentu (etika
normatif). Etika adalah pedoman berbuat
METODE
sesuatu dengan alasan tertentu. Alasan
Penulisan artikel ini berdasarkan studi tersebut sesuai dengan nilai tertentu dan
kepustakaan yang berhubungan dengan pembenarannya. Etika penting karena
kaidah dasar bioetika dalam pengambilan masyarakat selalu berubah, sehingga kita
keputusan klinis yang etis. harus dapat memilih dan menyadari
kemajemukan (norma) yang ada (filsafat
HASIL DAN PEMBAHASAN praksiologik). Jadi etika juga adalah alasan
untuk memilih nilai yang benar di tengah
Etika dan Bioetika belantara norma (filsafat moral).9
Kata etika secara etimologi berasal dari Etika adalah sebuah cabang filsafat yang
kata Yunani yaitu ethikos, ethos yang berbicara mengenai nilai dan norma moral
berarti adat, kebiasaan, praktik.5,6,7 Etika yang menentukan perilaku manusia dalam
bukan suatu sumber tambahan bagi hidupnya. Etika sebagaimana metode
ajaran moral, melainkan merupakan filsafat, mengandung permusyawaratan
filsafat atau pemikiran kritis dan dan argumen eksplisit untuk
mendasar tentang ajaran-ajaran dan membenarkan tindakan tertentu (etika
pandangan-pandangan moral. Etika praktis), juga membahas asas-asas yang
adalah suatu ilmu, bukan merupakan mengatur karakter manusia ideal atau
suatu ajaran. Pengertian lain kode etik profesi tertentu (etika normatif).

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 112


Vol. 40
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No. 2 doi: 10.22338/mka.v40.i2.p111-121.2017
2017

Etika normatif (deontologi, teleologi, dan dalam pencapaian kebaikan. Teori


virtue) berbicara mengenai norma-norma yang demikian disebut aksiologis
yang menuntun tingkah laku manusia, (menekankan kiblatnya kepada
serta memberi penilaian dan himbauan tujuan akhir).
kepada manusia untuk bertindak 3. Bila kebenaran dianggap sebagai
9
sebagaimana seharusnya. Tujuan etika kunci perilaku etis, etika menjadi
normatif ialah mencari prinsip-prinsip berkiblat kepada ide kewajiban
dasar yang memungkinkan kita dan tugas, berkisar pada
menghadapi pandangan-pandangan pernyataan tentang prinsip-prinsip
normatif moral yang terdapat dalam perilaku, dan bukan pada
masyarakat atau diperjuangkan oleh penelusuran- penelusuran
pelbagai ideologi secara rasional dan konsekuensi- konsekuensi. Teori-
kritis. Kita seakan-akan mencari norma- teori ini disebut deontologis
norma dasar untuk menilai dengan kritis (menekankan kewajiban), atau
norma- norma moral yang sudah formalistis (menekankan prinsip).
beredar/ada.
4. Tetapi kebaikan maupun
Perilaku etis menyangkut perbuatan kebenaran dapat dilihat sebagai
dalam kerangka baik dan benar. Analisis objektif (menggantikan sebuah
etis cenderung berpusat pada istilah- faktor riil dalam hal-hal), atau
istilah ini sehingga melahirkan pandangan- subjektif (hanya mewakili proposal
pandangan sebagai berikut:7,9 manusia). Maka lahirlah
1. Etika normatif dan metaetika. Etika objektivisme etis atau
normatif berarti sistem-sistem subjektivisme etis.
yang dimaksudkan untuk memberi Etika sangat erat kaitannya dengan moral.
petunjuk atau penuntun dalam Bahkan secara etimologi moral
mengambil keputusan yang mempunyai arti yang kurang lebih sama
menyangkut baik dan buruk, benar dengan etika, sekalipun bahasa asalnya
dan salah. Metaetika menganalisis berbeda. Namun yang membedakannya
logika perbuatan dalam kaitan adalah bahwa moral merupakan nilai-nilai
dengan “baik” dan “buruk”, dan norma-norma yang menjadi pegangan
“benar” dan “salah”. bagi seseorang atau suatu kelompok
2. Bila kebaikan dipandang sebagai dalam mengatur tingkah lakunya.
kunci tingkah laku etis, teori etika Perbedaan etika dengan moralitas, bahwa
yang dihasilkan ditandai moralitas adalah
kepenuhan nilai. Yang benar pandangan tentang
(kebenaran) menjadi satu aspek kebaikan/kebenaran dalam masyarakat.
kepenuhan nilai tersebut, yaitu Suatu hukum dasar masyarakat yang
seperangkat kewajiban kepada paling hakiki dan amat kuat. Juga suatu
yang lain yang mesti dihormati perbuatan benar atas dasar suatu prinsip

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 113


Vol. 40
Dedi Afandi,
No. 2 Kaidah dasar bioetika…
2017

(maxim). Ia merujuk pada perilaku yang keputusan, (2) Alternative principlism,


sesuai dengan "kebiasaan atau perjanjian termasuk dalam etika ini adalah etika
rakyat yang telah diterima", sesuai nilai komunitarian, etika naratif dan etika kasih
dan pandangan hidup sejak masa kanak- sayang.11
kanak, tanpa permusyawaratan.5,7,9 Ada 3 teori etika normatif, yaitu:
Etika dalam dunia kedokteran dikenal 1. Deontologi: asal kata deon (wajib),
sebagai etika kedokteran. Etika tidak bersyarat (kategoris) dan
kedokteran berfokus terutama dengan tidak bergantungpada tujuan
masalah yang muncul dalam praktik tertentu. Benar tidaknya tindakan
pengobatan.7,10,11 Dalam etika kedokteran bergantung pada perbuatan/cara
isu-isu yang mengemuka terutama bertindak itu sendiri, bukan pada
menyangkut tujuan pengobatan, refleksi akibat tindakan. Dasar:
kritis terhadap suatu tindakan dan kewajiban/keharusan,
mengembangkan otonomi dalam
mutlak/absolut atau “kewajiban
pengambilan keputusan dalam lingkup demi kewajiban”. Kelemahan:
pasien, dokter dan pihak lain yang terkait pemicu fanatisme buta, tidak
dalam sistem praktik kedokteran.12 luwes dalam perkembangan
Sedangkan etika klinis lebih menyempit zaman, tidak mampu
lagi ke lingkup klinis, yaitu suatu cabang
memecahkan dilema etis.13,14
praktis yang menyediakan suatu struktur
pendekatan untuk mengidentifikasi, 2. Teleologi: bersyarat (hipotetis),
menganalisis dan memecahkan isu etik benar tidaknya tindakan
dalam praktik klinis.13 bergantung pada akibat-akibatnya.
Prinsip-Prinsip Bioetika Bila akibat baik: wajib; bila buruk:
haram. Hendak dicapai tujuan
Prinsip-prinsip bioetika pada dasarnya kedokteran tertentu namun tetap
merupakan penerapan prinsip-prinsip dalam bingkai “mempertahankan
etika dalam bidang kedokteran dan martabat kemanusiaan” (bukan
kesehatan. Etika kedokteran terapan, tujuan asal-asalan). Dasar:
terbagi atas 2 kategori besar: (1) pengalaman (efektif–efisien).
Principlism: mementingkan prinsip etik Kelemahan: menghilangkan dasar
dalam bertindak. Termasuk dalam konteks pembawa kepastian etis, tidak
ini adalah etika normatif, empat basic berketetapan, pemicu “tujuan
moral principle, konsep libertarianism menghalalkan cara”.9,11
(mengutamakan otonomi) serta
beneficence in trust (berbuat baik dalam 3. Virtue: keutamaan, benar tidaknya
suasana kepercayaan). Dasar utama dalam tindakan tergantung dari norma-
principlism adalah bahwa memilih salah norma yang diambil. Dalam
satu prinsip etik ketika akan mengambil pengertian bahwa meminimalkan

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 114


Vol. 40
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No. 2 doi: 10.22338/mka.v40.i2.p111-121.2017
2017

norma-norma kemanusiaan yang bertentangan dengan prinsip non-


akan dikorbankan. Dasar: maleficence, maka harus diputuskan
menghormati norma kebahagiaan prinsip yang ditetapkan.
manusia. Kelemahan: tidak mampu
2. Beneficence (berbuat baik)
membuat keputusan klinis yang
etik karena terlalu bersifat pribadi Menurut teori Beuchamp dan Childress,
dan cenderung sangat prinsip atau kaidah ini tidak hanya
individual. 9,11 menuntut manusia memperlakukan
sesamanya sebagai makhluk yang otonom
Beauchamp dan Childress (2001)
dan tidak menyakiti mereka, tetapi juga
menguraikan mengenai empat kaidah
dituntut agar manusia tersebut dapat
dasar (basic moral principle) dan beberapa
menilai kebaikan orang lain selanjutnya.
rules di bawahnya. Keempat kaidah dasar
Tindakan tersebut diatur dalam dasar-
tersebut adalah:14
dasar beneficence. Bagaimanapun seperti
1. Respect for Autonomy (menghormati yang telah disebutkan, dasar-dasar dari
autonomi pasien) beneficence menuntut lebih banyak agent
Otonomi secara literatur adalah aturan dibanding dengan dasar-dasar non-
yang mengatur diri sendiri secara tenang maleficence. Beuchamp dan Childress
dan tidak tergesa-gesa. Dasar-dasar menulis: “dalam bentuk yang umum,
respect for autonomy terkait erat dengan dasar-dasar beneficence mempunyai
dasar mengenai rasa hormat terhadap tujuan untuk membantu orang lain
martabat manusia dengan segala melebihi kepentingan dan minat mereka”.
karakteristik yang dimilikinya karena ia Dasar dari beneficence mengandung dua
adalah seorang manusia yang memiliki elemen, yaitu keharusan secara aktif
nilai dan berhak untuk meminta. Otonomi untuk kebaikan berikutnya, dan tuntutan
adalah aturan personal yang bebas dari untuk melihat berapa banyak aksi
campur tangan pihak lain. Beuchamp dan kebaikan berikutnya dan berapa banyak
Childress merumuskan hal ini sebagai kata kekerasan yang terlibat.
“tindakan otonomi tidak hanya ditujukan 3. Non-maleficence (tidak merugikan
untuk mengontrol pembatasan oleh orang orang lain)
lain”.
Tujuan prinsip ini adalah untuk melindungi
Respect for autonomy merupakan sesuatu seseorang yang tidak mampu (cacat) atau
yang hanya diwajibkan bila ia tidak orang yang non-otonomi. Seperti yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip telah dijelaskan, orang ini juga dilindungi
kaidah bioetika yang utama lainnya, oleh prinsip berbuat baik (beneficence).
contohnya: jika sebuah tindakan otonomi Jawaban etik yang benar adalah dengan
akan membahayakan manusia lain, maka melihat kebaikan lebih lanjut dari diri
prinsip respect for autonomy akan seseorang, tidak diperbolehkan untuk

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 115


Vol. 40
Dedi Afandi,
No. 2 Kaidah dasar bioetika…
2017

menyakiti orang lain. Prinsip ini Etika Klinis


mengemukakan bahwa keharusan untuk
Dalam dunia kedokteran, fondasi moral
tidak melukai orang lain lebih kuat
hubungan dokter pasien adalah inti etika
dibandingkan keharusan untuk berbuat
kedokteran. Pembahasan dalam etika
baik.
kedokteran lebih dititikberatkan pada
4. Justice (keadilan) fondasi moral yang mengatur hubungan
dokter pasien. Konsep hubungan ini akan
Kesamaan merupakan inti dari justice,
lebih mempertajam keputusan-keputusan
tetapi Aristoteles mengemukakan bahwa
klinis yang akan dibuat oleh dokter dalam
justice lebih daripada kesamaan, karena
berbagai situasi, sehingga akan tersusun
seseorang dapat merasa tidak
standar perilaku profesional.14 Fondasi
diperlakukan secara semestinya walaupun
etika kedokteran tersebut dapat dilihat
telah diperlakukan sama satu dengan yang
dari gambar 1.
lain.
Pengambilan Keputusan Klinis Yang Etis
Teori filosofi mengenai keadilan biasanya
menyangkut keutuhan hidup seseorang Etika klinis merupakan suatu metodologi
atau berlaku sepanjang umur, tidak dalam proses pengambilan keputusan
berlaku sementara saja. Beuchamp dan klinis yang etik. Beberapa contoh
Childress menyatakan bahwa teori ini metodologi tersebut adalah:
sangat erat kaitannya dengan sikap adil
 Casuistry: metodologi pengambilan
seseorang pada orang lain, seperti
keputusan etik adalah
memutuskan siapa yang membutuhkan
menganalogikan situasi dan
pertolongan kesehatan terlebih dahulu
kondisi suatu kasus terhadap kasus
dilihat dari derajat keparahan
terdahulu yang sudah ada
penyakitnya. Rawls merumuskan konsepsi
pemecahan masalahnya secara
khusus teori keadilan dalam bentuk dua
konsensus. Kelemahan metode ini
prinsip keadilan yaitu: (1) setiap orang
adalah bahwa tidak ada konsensus
memiliki hak sama sejauh yang dapat
yang abadi.
dicakup keseluruhan sistem
kesamaan  Moral Pluralism: dikembangkan
kemerdekaan fundamental yang setara oleh Jonsen, Siegler and Winslade
bagi kemerdekaan semua warga yang lain; yang membagi 4 jenis kategori
(2) ketidaksamaan-ketidaksamaan sosial yang memerlukan analisis moral,
dan ekonomi ditata sedemikian sehingga sebagaimana yang dapat dilihat
keduanya: (a) paling menguntungkan bagi pada gambar 2.
yang paling tertinggal, dan (b) melekat
pada posisi-posisi dan jabatan-jabatan
terbuka bagi semua di bawah syarat
kesamaan kesempatan yang fair.15,16

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 116


Vol. 40
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No. 2 doi: 10.22338/mka.v40.i2.p111-121.2017
2017

Gambar 1. Fondasi etika kedokteran17

Langkah yang dilakukan adalah meng- yang akan saya lakukan? Dan banyak
kontekstualitas-kan masalah-masalah yang pertanyaan lain yang akan muncul dalam
ada ke dalam masing-masing kategori. benak si dokter. Semua pertanyaan-
Untuk selanjutnya dilakukan pertanyaan tersebut dapat direduksi
pertimbangan keputusan apa yang akan menjadi tiga pertanyaan yaitu:
diambil bila ada dua kategori yang
1. Apa yang dapat menjadi salah? Ini
berseberangan. Sebagai catatan bahwa 4
adalah pertanyaan yang menyangkut
kategori yang ada hanya merupakan alat
diagnostik dan klasifikasi masalah.
bantu untuk meninjau ulang kasus dan
Dalam hal ini dokter akan
bukan ditujukan sebagai prioritas etik.
menggunakan segenap kemampuan
Keputusan tetap harus diambil dari
medis yang dimilikinya untuk dapat
pertimbangan ke empat kategori
11,12 meminimalisir kesalahan diagnosis
tersebut. Kekurangan metode ini
yang akan dibuat.
adalah bahwa tidak ada analisis kritik
terhadap hasil keputusan yang telah kita 2. Apa yang dapat dilakukan? Ini adalah
ambil.11 pertanyaan selanjutnya yang
menyangkut terapi terhadap pasien
Ketika seorang pasien datang ke seorang
bila diagnosis atau penyakit pasien
dokter, pertanyaan yang pertama kali
sudah dapat ditegakkan. Dokter akan
muncul di benak sang dokter adalah apa

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 117


Vol. 40
Dedi Afandi,
No. 2 Kaidah dasar bioetika…
2017

mempertimbangkan segala pertanyaan kemudian yang akan


kemampuannya untuk memberikan timbul adalah, haruskah terapi yang
yang terbaik bagi pasien. sudah dipilih diberikan pada pasien
ini? Kalau memang benar, apakah
3. Apa yang seharusnya dilakukan pada
sudah tepat dan sesuai dengan
pasien ini? Saat diagnosis sudah dapat
keadaan dan kondisi pasien? Atau
ditegakkan dan pilihan terapi sudah
apakah pasien menyetujui pilihan
diputuskan berdasarkan keilmuan,
terapi yang kita berikan?

G
a
m
b
a
r

2
.

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 118


Vol. 40
Dedi Afandi,
No. 2 Kaidah dasar bioetika…
2017

jawaban dari
E
m
p pertanyaan
a
t nomor 2
berubah.
d
i Bagaimana jika
m dalam langkah-
e langkah
n
s pertanyaan
i tersebut
menimbulkan
a dilema
n
a
l
i
s
i
s

e
t
i
k
a

k
l
i
n
i
s
1

Dalam situasi nomor 3 akan


konkret mungkin membuat
pertanyaan 1
dan 2 akan relatif
lebih mudah
diatasi oleh
dokter, akan
tetapi bisa juga
pertanyaan

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 119


Vol. 40
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No. 2 doi: 10.22338/mka.v40.i2.p111-121.2017
2017

bagi dokter untuk mengambil keputusan? Artinya ketika kondisi pasien merupakan
Ada empat pendekatan yang dapat kondisi yang wajar dan berlaku pada
digunakan untuk dapat memecahkan banyak pasien lainnya, sehingga dokter
dilema tersebut, yaitu:20 akan melakukan yang terbaik untuk
kepentingan pasien. Juga dalam hal ini
 Single-Principle Theories,
dokter telah melakukan kalkulasi di mana
prinsipnya di sini adalah memilih
kebaikan yang akan dialami pasiennya
satu prinsip dengan mengalahkan
akan lebih banyak dibandingkan dengan
prinsip-prinsip yang lain setelah
kerugiannya. Dalam konteks non-
melalui pertimbangan yang
maleficence, prinsip prima facie-nya
matang.
adalah ketika pasien (berubah menjadi
 Ranking (Lexically Ordering) atau dalam keadaan) gawat darurat yang
Principles, prinsipnya di sini adalah memerlukan suatu intervensi medik dalam
kita membuat ranking (leksikal) rangka penyelamatan nyawanya. Dapat
dari prinsip-prinsip yang ada dan pula dalam konteks ketika menghadapi
keputusan diambil pada prinsip pasien yang rentan, mudah
yang urutannya terletak paling dimarjinalisasikan dan berasal dari
atas. kelompok anak-anak atau orang uzur
 Balancing, prinsipnya adalah ataupun juga kelompok perempuan
keputusan diambil dengan (dalam konteks isu jender). Dalam konteks
menyeimbangkan prinsip-prinsip otonomi, nampak prima facie di sini
yang ada. muncul (berubah menjadi atau dalam
keadaan) pada sosok pasien yang
 Combining ranking and balancing,
berpendidikan, pencari nafkah, dewasa
prinsipnya di sini adalah kita
dan berkepribadian matang. Sementara
berusaha me-ranking dan sedapat
justice nampak prima facie-nya pada
mungkin membuatnya prinsip-
(berubah menjadi atau dalam keadaan)
prinsip tersebut dalam satu
konteks membahas hak orang lain selain
kelompokan. Akan tetapi pada
diri pasien itu sendiri. Hak orang lain ini
praktiknya sangat sulit, karena
khususnya mereka yang sama atau setara
banyaknya nilai yang satu sama
dalam mengalami gangguan kesehatan. di
lain saling mengalahkan dan tidak
luar diri pasien, serta membahas hak-hak
dapat diseimbangkan.
sosial masyarakat atau komunitas sekitar
Purwadianto19 mencoba untuk pasien.19
menerapkan konsep prima facie melalui
Dalam kesehariannya seorang dokter
pendekatan empat basic moral principle.
senantiasa dihadapkan dalam penilaian
Dalam konteks beneficence, prinsip prima
moral untuk membuat suatu keputusan
facie-nya adalah sesuatu yang (berubah
klinis yang etis. Istilah penilaian moral
menjadi atau dalam keadaan) yang umum.

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 120


Vol. 40
Dedi Afandi,
No. 2 Kaidah dasar bioetika…
2017

dapat didefinisikan menjadi 4 hal yang disebut “ketajaman moral” atau


berbeda. Pertama, kegiatan berpikir “kebijaksanaan moral”.21
apakah nilai moral objek yang memberi
(dapat berupa tindakan, personal, institusi KESIMPULAN
atau keadaan) mempunyai sifat moral
Penggunaan kaidah dasar bioetika
secara khusus, dapat berupa yang umum
merupakan salah satu metode yang dapat
(seperti: kebenaran, kejahatan) atau yang
digunakan dalam pengambilan keputusan
spesifik (tidak peka, integritas). Kedua,
klinis yang etis. Konsep prima facie akan
keadaan yang tercipta dari pandangan memudahkan bagi dokter dalam
bahwa objek tersebut memiliki sifat membuat keputusan medis yang etis
moral. Ketiga, bahwa ada makna dari dalam kehidupan sehari. Dengan
keadaan tersebut: apa yang kita pandang, meningkatkan pemahaman dan pelatihan
dari pada apa pandangan kita. Dan yang penggunaan kaidah dasar bioetika dalam
keempat, istilah tersebut dapat dibaca kehidupan sehari-hari diharapkan akan
sebagai penghargaan atau pujian, mampu menjaga hubungan dokter secara
mengarah kepada moral yang baik yang lebih baik.
juga biasa

DAFTAR PUSTAKA

1. Wasisto B, Suganda S. Perilaku


profesional sebagai kontinum etis,
disiplin dan hukum dalam mencegah
masyarakat gemar menggugat (litigious
society). Proceeding Pertemuan
Nasional IV Jaringan Bioetika dan
Humaniora Kesehatan Indonesia
(JBHKI). Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 30 November – 2
Desember 2004.
2. Mayeda M, Takase K. Need for
enforcement of ethicolegal education –
an analysis of the survey of postgraduate
clinical trainers. BMC Medical Ethics.
2005; 6:8. Diunduh tanggal 4 Juli 2014
dari
http://www.biomedcentral.com/content/
pdf/1472-6939-6-8.pdf.
3. Craig E. Moral Judgment. The Routledge of
philosophy. London: Routledge; 1998.
4. Nambiar RM. Professional development
in changing world. Singapore Med J.
2004; 45(12): 551- 7.
5. Bertens K. Etika. Jakarta: Gramedia

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 121


Vol. 40
Dedi Afandi,
No. 2 Kaidah dasar bioetika…
2017

Pustaka Utama; 2005. p 279-83.


6. Jacobalis S. Perkembangan ilmu
kedokteran, etika medis dan
bioetika. Jakarta: Sagung Seto; 2005.
7. Bagus L. Kamus filsafat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama; 2005.
8. Purwadianto A. Kaidah dasar moral
dan teori etika dalam membingkai
tanggung jawab profesi kedokteran.
Makalah penyegaran etika
kedokteran. Jakarta : FKUI, 18
Februari 2003.
9. Darmadipura MS. Dari etik ke
bioetik. Dalam: Darmadipura
MS (editor). Kajian bioetik.
Surabaya: Airlangga University
Press; 2005. p.25-33.

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 122


Vol. 40
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
No. 2 doi: 10.22338/mka.v40.i2.p111-121.2017
2017

10. Thomasma DC. Chapter 2: Theories of medical ethics: the philosophical structure in Military
medical ethics volume 1, Lounsbury DE (ed). Washington: Walter Reed Army Medical
Center; 2003.p 23-59.
11. Jonsen AR, Siegler M, Winslade WJ. Clinical ethics: a practical approach to ethical decisions in
clinical medicine 5th ed. USA: McGraw-Hill; 2002.
12. Williams JR. Medial ethics manual. France: WMA; 2005.
13. Pellegrino ED, Thomasma DC. The virtue in medical practice. New York: Oxford University Press;
1993.
14. Beuchamp TL, Childress JF. The principle of biomedical ethics, ed 3rd. New York:
Oxford University Press; 2001.
15. Lubis AY. Dekonstruksi epistemologi modern; dari posmodernisme, teori kritis, poskolonialisme
hingga cultural studies. Jakarta: Pustaka Indonesia Satu; 2006.p54-66.
16. Rasuanto B. Keadilan sosial; pandangan deontologis Rawls dan Habermas. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama; 2005: 97-180.
17. Pellegrino ED. Chapter 1: The moral foundation of the patient-physician relationships: the
essence of medical ethics in Military medical ethics volume 1, Lounsbury DE (ed). Washington:
Walter Reed Army Medical Center; 2003.p1-22.
18. Murray EM, Lo B, Pollack L, Donelan K, Lee K. Direct-to-consumer advertising: physicians’ view
of its efeect on quality of care and the doctor-patient relationships. J Am Board Fam Pract. 2003;
16: 513-24.
19. Purwadianto A. Segi kontekstual pemilihan prima facie kasus dilemma etik dan penyelesaian
kasus konkrit etik. Proceeding ilmiah Pertemuan Nasional III JBHKI, FKUI, Jakarta, 30 November
– 2 Desember 2004.
20. Veatch RM. The principle of autonomy and the doctrine of informed consent in: The basics of
bioethics. New Jersey: Prentice-Hall, Inc; 2000.
21. Craig E. Moral Judgment. The Routledge of philosophy. London: Routledge; 1998.

Majalah Kedokteran Andalas | p-ISSN: 0126-2092 | e-ISSN: 2442-5230 123

Anda mungkin juga menyukai