Anda di halaman 1dari 10

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)

KONSELING KELOMPOK BIDANG SOSIAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Bimbingan dan
Konseling Kelompok

Dosen Pengampu:
Dr. Herdi, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Diffa Rahmansyah 1106618050

Janette Basir Katrina 1106618017

Muhammad Faishal 1106618010

Resti Sestiana Lesta 1106618026

Sarah Khairunissa 1106618069

Zahrah Ayu Nur Setyastuti 1106618036

BIMBINGAN DAN KOSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING KELOMPOK BIDANG PRIBADI
SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2020/2021

A. Deskripsi Kasus
Anggota kelompok pada konseling ini yaitu konseli berinisial AS, AY, M, MR, V, Y,
dan Z yang selanjutnya disebut konseli AS, konseli AY, konseli M, konseli MR, konseli V,
konseli Y, dan konseli Z. Kelima konseli dibentuk menjadi satu kelompok dalam
konseling kelompok karena berdasarkan hasil asesmen, diperoleh hasil jika tingkat anti
sosial dan trust issue kelima anggota kelompok tinggi. Oleh karena itu, kelima konseli
dikumpulkan dalam satu kelompok. Permasalahan anggota kelompok yaitu tingkat Anti
sosial dan Trust Issue dengan ciri-ciri sebagai berikut: tidak mudah mempercayai orang
lain, cenderung berprasangka negatif dan pesimistis, trauma pengalaman masa lalu,
menjaga jarak dengan orang lain, gugup dan sebagainya.
Berdasarkan hasil asesmen, diketahui bahwa AY terkadang mencurigai bahkan
memprediksi kekasihnya, bahwa kekasihnya telah selingkuh dari AY. Hal ini sudah AY
sadari karena pengalaman masa lalu dimana mantan AY pernah berselingkuh diam-
diam dengan wanita lain, padahal AY sudah memberikan semua kepercayaan AY
dengan mantannya. Hal ini berdampak kepada hubungan AY sekarang ketika kekasih
AY pergi bermain di malam hari, AY selalu mencurigai bahwa dia bersama wanita lain.
Ciri-ciri yang terlihat dalam diri AY adalah cenderung berprasangka negatif, trauma
pengalaman masa lalu, dan susah untuk mempercayai seseorang.
Kemudian AS sulit untuk mempercayai orang lain, hal ini di karenakan pengalaman
masa lalu dimana AS sangat mempercayai sahabatnya sehingga menceritakan semua
hal-hal yang ada pada diri AS secara rahasia, tetapi disebarkan oleh sahabat AS
sehingga membuat AS menjadi bahan perbincangan orang lain dan bahkan
ditertawakan. Hal ini membuat AS cenderung menutup diri karena takut hal tersebut
terulang kembali. Ciri-ciri yang terlihat dalam diri AS adalah trauma pengalaman masa
lalu, menjaga jarak dengan orang lain, tidak mudah mempercayai orang lain.
Z selalu gugup ketika berada didepan banyak orang, dia selalu merasa semua orang
memandanginya dengan tatapan aneh, walaupun sebenarnya itu hanya ada dalan
fikirannya saja. Hal ini membuat Z sulit untuk dapat berkomunikasi orang lain dan sangat
gugup jika harus berbicara didepan banyak orang. Ciri-ciri yang terlihat dalam diri Z
adalah cenderung berprasangka negatif dan penuh kekhawatiran.
Selanjutnya MR memiliki masalah pada kemampuan diri untuk bisa beradaptasi
secara langsung dengan lingkungan baru dalam hidupnya, MR sulit untuk bisa akrab
dengan orang lain, MR juga sulit untuk bisa percaya dengan orang lain dan mencurigai
orang yang dikenal. Ciri-ciri yang terlihat dalam diri MR adalah sulit untuk mempercayai
orang dan cenderung berprasangka negatif.
Sedangkan M selalu enggan untuk bermain dan berkumpul bersama orang lain
terutama teman-teman sekolahnya. Hal itu disebabkan karena M selalu memiliki pikiran
negatif terhadap orang lain, bahwasanya orang lain atau temannya itu memiliki rencana
buruk untuknya. Lalu M juga memiliki pengalaman buruk menganai hal ini, M pernah
dipojokkan dan ejek ketika bermain. Sehingga M memilih untuk menutup diri dan
mengurangi interaksi dan komunikasi dengan orang lain jika tidak ada hal yang
mendesak dan penting. Ciri-ciri yang terlihat dalam diri M adalah sulit mempercayai
orang lain, cenderung berprasangka negtif dan menjaga jarak dengan orang lain.
Lalu ada V yang bermasalah
Berdasarkan deskripsi kasus di atas, masing-masing anggota kelompok mengalami
permasalah dengan perilaku. Oleh karena itu untuk menyelesaikan permasalahan
konseli dengan melakukan konseling kelompok dan menggunakan pendekatan yang
tepat.

B. Tujuan Konseling Kelompok


Anggota kelompok mendapat insight terhadap pola pikirnya

C. Perencanaan Pelaksanaan Konseling Kelompok


Nama Konselor :SK
Nama Anggota : R, J, Z, D dan F
Hari/Tanggal : Senin, 23 November 2020
Sesi Ke :2
Waktu : Pukul 10.00 WIB
Tempat : Zoom Clouds Meetings (Daring)
Topik Permasalahan : Teater Dunia Nyata
Media yang Digunakan :-

D. Pendekatan dan Teknik Konseling Kelompok


Pendekatan yang dapat digunakan untuk permasalahan peserta didik mengenai trust
issue dan ansos adalah pendekatan realita. Konseling realita juga memiliki konsep dasar
yaitu pada dasarnya setiap individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya, dimana kebutuhan bersifat universal pada semua individu, sementara
keinginan bersifat unik pada masing-masing individu.
Tujuan konseling realita adalah individu yang memahami dunia riilnya (Sulistyowati,
W., & Warsito, H, 2010).Konseling realita merupakan terapi yang langsung pada konseli,
praktis dan relatif sederhana. Terapi Realitas merupakan suatu sistem yang difokuskan
pada tingkahlaku seseorang (Wulandari, T. A, 2014). Terapi realita adalah suatu sistem
yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Pada terapirealitas tanggung jawab
individu untuk memilih berpikir, berkehendak, dan berperilaku (Merdiekawati, P., &
Clairine, C. (2008). Terapirealitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif(Masrohan, A., &
Pratiwi, T. I, 2014).Terapy realita membantu konseli agar mampu untuk menghadapi
segala relita yang terjadi di masa depan dengan penuh optimis.
Menurut (Glasser, 2000) pencapaian identitas sukses terikat pada konsep 3R yaitu
keadaan dimana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya, dicapai dengan
menunjukkan total behavioral (perilaku total), yakni melakukan sesuatu (doing), berfikir
(thingking), merasakan (feeling), dan menunjukkan respons fisiologis (physiology)
secara bertanggung jawab (responsibility), sesuai realita (reality), dan benar (right).
Teknik yang digunakan adalah menggunakan role playing dengan konseli dengan
strateti WDEP

E. Tahap Kegiatan Konseling Kelompok


Tahap Awal
Pada tahap ini konselor (pemimpin kelompok) akan membawa kelompok kepada tahap
pengenalan mengenai konseling kelompok sebagai berikut:
1. Pemimpin kelompok mengarahkan anggota kelompok untuk memimpin doa sebagai
awal pembukaan kegiatan konseling kelompok
2. Pemimpin kelompok memulai dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu dan
dilanjutkan oleh anggota kelompok
3. Pemimpin kelompok menjelaskan mengenai pengertian, tujuan, dan proses kegiatan
konseling kelompok yang diadakan
4. Pemimpin kelompok menjelaskan topik yang akan dibahas yaitu “Teater Dunia
Nyata”
5. Pemimpin kelompok kembali menjelaskan asas-asas beserta aturan-aturan dalam
proses konseling kelompok dengan kesepakatan bersama.
6. Pemimpin kelompok mulai mengarahkan anggota kelompok untuk dapat berperan
aktif dalam kegiatan konseling kelompok yang dilakukan.

Tahap Transisi
Tahap selanjutnya adalah tahap transisi konseling kelompok sebagai berikut:
1. Pemimpin kelompok bertanya kepada anggota kelompok tentang kegiatan kelompok
konseling yang diselenggarakan jika tidak jelas.
2. Pemimpin kelompok bertanya kepada anggota kelompok mengenai kesiapan mereka
dalam mengikuti kegiatan konseling kelompok
3. Pemimpin kelompok memberikan ice breaking

Tahap Inti / Kerja


Tahap selanjutnya adalah tahap inti konseling kelompok sebagai berikut:
1. Pemimpin kelompok menjelaskan terlebih dahulu mengenai materi yang dibahas
dalam kegiatan kelompok.
2. Pemimpin kelompok mengarahkan anggota kelompok untuk kembali menceritakan
mengenai permasalahan mereka masing-masing.
3. Pemimpin kelompok beserta anggota kelompok mulai melakukan eksplorasi masalah
yang sedang dibahas.
4. Pemimpin kelompok beserta anggota kelompok melakukan identifikasi terkait
permasalahan yang dibahas.

Tahap Akhir
Tahap selanjutnya adalah tahap akhir konseling kelompok sebagai berikut:
1. Pemimpin kelompok memberikan kesimpulan mengenai permasalahan yang dibahas
dalam konseling kelompok
2. Pemimpin kelompok mengarahkan setiap anggota kelompok untuk memberikan
kesan dan pesan selama kegiatan
3. Pemimpin kelompok membuat perjanjian mengenai sesi selanjutnya kepada
anggota jika diperlukan.
4. Pemimpin kelompok menutup kegiatan dengan meminta anggota kelompok dalam
memimpin doa.

F. Rencana Evaluasi Konseling Kelompok


Evaluasi Proses

No Aspek Hasil Pengamatan


1 Antusiasme
2 Dinamika Kelompok
3 Keaktifan anggota
4 Keterbukaan anggota
Evaluasi Hasil
KEPUASAN KONSELI TERHADAP BIMBINGAN KELOMPOK
Identitas : ..............................................................................
Kelas : ..............................................................................
Nama Konselor : ..............................................................................

Petunjuk :

1. Bacalah secara teliti


2. Berilah tanda centang (√) pada kolom jawaban yang tersedia

Skor
No Aspek yang dinilai

1 2 3 4

1 Penerimaan guru
bimbingan dan
konseling atau
konselor terhadap
kehadiran Anda

2 Waktu yang disediakan


untuk bimbingan
kelompok

3 Kesempatan yang
diberikan guru
bimbingan dan
konseling atau
konselor kepada
anggota kelompok
untuk menyampaikan
pendapat/ide

4 Kepercayaan Anda
terhadap guru
bimbingan dan
konseling atau
konselor dalam
layanan bimbingan
kelompok

5 Hasil yang diperoleh


dari bimbingan
kelompok

6 Kenyamanan dalam
pelaksanaan
bimbingan kelompok

Skor total:

Skor 4 Sangat Baik

Skor 3 Baik

Skor 2 Cukup

Skor 1 Buruk

Jakarta, 23 November 2020

Dosen Pengampu MK, Praktikan,

Dr. Herdi, M.Pd Sarah Khairunnisa

NIP. 198408052009121004 NIM. 1106618069


LAMPIRAN
Lampiran I: Materi
A. Pengertian Ansos
Sedangkan menurut Cleckley (1976 dalam Silitonga, 2010) Orang dengan
gangguan kepribadian antisosial (antisocial personality disorder) secara persisten
melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum.
Mereka mengabaikannorma dan konvensi sosial, impulsif, serta gagal dalam
membina hubungan interpersonal dan pekerjaan. Meski demikian mereka sering
menunjukkan kharisma dalam penampilan luar mereka dan paling tidak memiliki
intelegensi rata-rata.Menurut Oxford psychology, anti sosial adalah perilaku yang
merugikan orang lain merugikan masyarakat. Perilaku anti sosial terdiri dari banyak
bentuk. Salah satu contohnya bermusuhan (yang berarti emosional, impulsif dan
didorong oleh rasa sakit atau tertekan) dengan menanggapi situasi secara langsung;
atau dapat berperilaku anti sosial dengan perencanaan yang disengaja dari waktu ke
waktu. Dua jenis perilaku anti sosial yang sangat berbahaya bagi individu dan
masyarakat yaitu agresi dan prasangka.

B. Karakteristik Ansos
Menurut Schaefer dan Millman (1981: 235), ada 3 karakteristik anak anti
sosial khususnya pada anak yang tidak patuh, yaitu :
a. The Passive Resistant Type, yaitu anak menjadi diam atau menghindari perintah
dengan cara pasif, mengikuti perintah tetapi dengan setengah hati.
b. The Openly Defiant Type, yaitu anak secara langsung menolak perintah secara
verbal.
c. The Spiteful Type of Noncompliance, yaitu anak melakukan hal yang sebaliknya
dari yang diperintahkan.

C. Pengertian Trust
Trust issue adalah orang yang tidak mudah memberikan kepercayaannya
kepada orang lain. Orang yang punya trust issues cenderung punya pandangan
yang pesimistis terhadap manusia (Zak, Gold, Ryckman, & Lenney, 1998). Penyebab
seseorang bisa mengalami trust issue biasanya, penderita trust issue itu punya
pengalaman yang kurang menyenangkan sebelumnya. Atau, bisa jadi trust issues-
nya disebabkan oleh rasa takut dan trauma. Dan akhirnya mereka yang trust issue
pun memilih langkah sederhana, yaitu langkah tidak percaya lagi aja sama orang
untuk menghindari rasa sakit dan kekecewaan negatif (Zak, Gold, Ryckman, &
Lenney, 1998).
D. Ciri-ciri trust issue
a. Menjaga jarak terhadap orang lain
b. Susah untuk mempercayai orang lain
c. Cenderung berprasangka negatif dan pesimistis
Lampiran II: Sumber

DAFTAR PUSTAKA

Bariyyah, K., Hastini, R. P., & Sari, E. K. (2018). Konseling Realita untuk Meningkatkan
Tanggung Jawab Belajar Siswa. Konselor, 7(1), 1-8.

Gustia, E. (2017). Tampilan Perilaku Anti Sosial Pada Siswa Sekolah Dasar. JRTI (Jurnal
Riset Tindakan Indonesia), 2(2), 1-9.

Zak, A. M., Gold, J. A., Ryckman, R. M., & Lenney, E. (1998). Assessments of trust in
intimate relationships and the self-perception process. The Journal of Social
Psychology, 138(2), 217-228. 

Anda mungkin juga menyukai