Anda di halaman 1dari 31

MINI RISET

KEPEMIMPINAN

“KINERJA GURU DI SEKOLAH SMA KOTA BANDUNG”

Dosen Pengampu :
IFAYANDI DAMANIK

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Mini Riset mata kuliah Kepemimpinan.
Mini Riset ini mengulas tentang ”Kinerja Guru Di Sekolah SMA Kota Bandung”.
Kami berterimakasih kepada Bapak Dosen pengampu yang memberikan tugas Mini
riset ini dan telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini .
Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Mini riset mata kuliah
Kepemimpinan. Kami berharap mini riset ini bisa menjadi salah satu referensi bagi
pembaca bilamana hendak mengetahui bagaimana dampak kinerja seorang guru,
terutama kinerja guru terhadap kompetensi guru yang akan kita bahas dibawah.
Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar
Mini riset ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata kami ucapkan terima kasih
semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, Januari 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................1


DAFTAR ISI ............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................................................3
1.2 Identifikasi ..........................................................................................................................3
1.3 Batasan Masalah .................................................................................................................4
1.4 Rumusan Masalah ..............................................................................................................4
1.5 Tujuan Masalah ..................................................................................................................4
1.6 Manfaat ...............................................................................................................................4
BABII KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori .......................................................................................................................5
2.1.1 Hakekat Kinerja Guru .................................................................................................5
2.1.2 faktor faktor Kinerja Guru ..........................................................................................9
2.1.3 Indikator ....................................................................................................................11
2.2 Kerangka Berfikir ............................................................................................................15
2.2.1. Kerangka Berfikir Kinerja Guru ..............................................................................15

BAB III METODE PELAKSANAAN


3.1Identitas dan Volume …...................................................................................................17
3.2Populasi dan Sample …....................................................................................................17
3.3Metode Pemelitian Survei …............................................................................................19
3.4Teori Penyelesaian ….......................................................................................................20
3.5Analisis ….........................................................................................................................20

BAB IV PEMBAHASAN
4.1Hasil dan Pembahasan .....................................................................................................22
4.1.1Hasil ..........................................................................................................................22
4.1.2Pembahasan ………………………………………………………………………..24
BAB V PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan .....................................................................................................................27
5.2 Saran ...............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...….29

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Masalah
Mutu pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang menentukan martabat
atau kemajuan suatu bangsa. Dengan mencermati mutu pendidikan suatu
bangsa/negara, seseorang akan dapat memperkirakan peringkat negara tersebut di
antara negara negara di dunia. Oleh karena itulah, bangsa yang maju akan selalu
menaruh perhatian besar terhadap dunia pendidikannya, dengan melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti meningkatkan
anggaran pendidikan, menyelenggarakan berbagai lomba dalam berbagai aspek
pendidikan, atau mengirimkan para tunas bangsa untuk menimba ilmu di negara
lain.

Beragam upaya ini dilakukan karena kesadaran akan pentingnya pendidikan,


dan keyakinan bahwa bangsa yang mengabaikan pendidikan akan menjadi bangsa
yang tertinggal, yang akan kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Di Indonesia, rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu dari empat
masalah pokok pendidikan yang telah diidentifikasi sejak tahun 60-an. Perhatian
terhadap pendidikan memang cukup besar, namun meskipun sudah banyak usaha
yang dilakukan, sampai kini masalah mutu pendidikan tampaknya belum dapat
diatasi.

Keluhan tentang rendahnya mutu lulusan masih terus bergema. Lulusan SD,
SMP, dan SMA belum mampu bernalar dan berpikir kritis, serta masih tergantung
kepada guru. Kemampuan siswa untuk mandiri belum terwujud, sehingga
prakarsa siswa untuk memulai sesuatu tidak terlampau sering ditemukan.
Penguasaan siswa lebih terfokus pada pengetahuan faktual karena itulah yang
dituntut dalam ujian akhir. Pangkal penyebab dari semua ini tentu sangat banyak
tetapi tudingan utama banyak ditujukan kepada guru karena gurulah yang
merupakan ujung tombak di lapangan yang bertemu dengan siswa secara
terprogram. Oleh karena itu, guru dianggap sebagai pihak yang paling
bertanggung jawab terhadap hasil yang dicapai oleh siswa.

1.2.Identifikasi
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan, yaitu:
1. Ketidak sesuaian dalam berpenampilan
2. Guru belum sepenuhnya memahami karakter peserta didik
3. Rendahnya tingkat ketaatan terhadap waktu.
4. Rendahnya tingkat ketaatan terhadap aturan yang berlaku
5. Tingkat kehadiran yang menurun
6. Kurangnya formulasi tujuan pembelajaran
7. Kurangnya perencanaan kegiatan belajar
8. Kurangnya pemanfaatan media dalam pembelajaran

3
1.3.Batasan Masalah
Dalam penelitian ini membicarakan dan membahas tentang kontribusi progran
pelatihan, gaya kepemimpinan, dan kepuasan kerja terhadap kinerja Guru SMA di
kota Bandung.

1.4.Rumusan
1. Adakah prinsip kinerja guru di sekolah SMA di kota Bandung ?
2. Adakah kontribusi kepuasan kerja terhadap kinerja guru SMA di kota
Bandung?
3. Apakah ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru?

1.5.Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip kinerja guru di sekolah SMA di kota Bandung.
2. Mengetahui kontribusi kepuasan kerja terhadap kinerja guru.
3. Mengetahui besarnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru.

1.6. Manfaat
1.6. 1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi bagi peningkatan ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen
sumber daya manusia pada umumnya serta peningkatan kinerja guru SMA di kota
Bandung sebagai wadah kajian ilmu pengetahuan pada khususnya.
1.6.2. Manfaat Praktis
Penelitian berusaha mengungkapkan kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan,
hasil penelitian tentang kepuasan dan kinerja guru SMA di kota Bandung dan
diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbungan pemikiran yang dapat
digunakan sebagai pedoman sumber daya manusia dalam perbaikan kinerja guru SMA
di kota Bandung dalam pelayanan siswa.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.KAJIAN TEORI
2.1.1 Hakekat Kinerja Guru
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia atau
memanusiakan manusia, pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan
nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(UU No. 20 Tahun 2003).
Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang jelas terhadap
kegiatan penyelenggaraan pendidikan sehingga penyelenggaraan pendidikan harus
diarahkan kepada (1) pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, (2) pendidikan diselenggarakan
sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna, (3)
pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, (4) pendidikan diselenggarakan
dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan

5
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, (5) pendidikan diselenggarakan
dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap
warga masyarakat, (6) pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia
yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu
tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap
usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada
peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya.
Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peran
penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia
pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang
menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi. Hal tersebut tidak dapat disangkal kerana lembaga
pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. Sebagai besar waktu guru ada di
sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat.

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan
formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan
menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur yang sangat
mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan fasilitas
lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru
dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun
demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat
dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya.
Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung berupaya
mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai ujung tombak,

6
guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik,
pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin pada kompetensi guru.
Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat tergantung pada kreativitas dan
inovasi yang dimiliki guru. Gunawan (1996) mengemukakan bahwa Guru merupakan
perencana, pelaksana sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas, maka peserta
didik merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang
peranan yang penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh
apapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi yang tidak
dapat diganti oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan
paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru
sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. (Wijaya dan
Rusyan, 1994).
Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan
harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah
mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu
pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan
tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai
keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok
ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru.
Guru sebagai pekerja harus berkemampuan yang meliputi penguasaan materi
pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara
menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu
guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Hal ini sesuai
dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1)
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis,
dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Harapan dalam

7
Undang-Undang tersebut menunjukkan adanya perubahan paradigma pola mengajar
guru yang pada mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu
mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju paradigma yang memposisikan
guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara
guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini
mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama
memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Menurut Pidarta (1999) bahwa setiap guru adalah merupakan pribadi yang
berkembang. Bila perkembangan ini dilayani, sudah tentu dapat lebih terarah dan
mempercepat laju perkembangan itu sendiri, yang pada akhirnya memberikan
kepuasan kepada guru-guru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai pekerja, guru
harus berkemampuan yang meliputi unjuk kerja, penguasaan materi pelajaran,
penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara
menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya.

Guru pada prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi guna
meningkatkan kinerjanya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk berkreasi sebagai
upaya meningkatkan kinerjanya tidak selalu berkembang secara wajar dan lancar
disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang muncul dalam pribadi
guru itu sendiri maupun yang terdapat diluar pribadi guru. Tidak dapat dipungkiri
bahwa kondisi dilapangan mencerminkan keadaan guru yang tidak sesuai dengan
harapan seperti adanya guru yang bekerja sambilan baik yang sesuai dengan
profesinya maupun diluar profesi mereka, terkadang ada sebagian guru yang secara
totalitas lebih menekuni kegiatan sambilan dari pada kegiatan utamanya sebagai guru
di sekolah. Kenyataan ini sangat memprihatinkan dan mengundang berbagai
pertanyaan tentang konsistensi guru terhadap profesinya. Disisi lain kinerja guru pun
dipersoalkan ketika memperbicangkan masalah peningkatan mutu pendidikan.
Kontroversi antara kondisi ideal yang harus dijalani guru sesuai harapan Undang-
undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dengan kenyataan
yang terjadi dilapangan merupakan suatu hal yang perlu dan patut untuk dicermati

8
secara mendalam tentang faktor penyebab munculnya dilema tersebut, sebab hanya
dengan memahami faktor yang berpengaruh terhadap kinerja guru maka dapat
dicarikan alternatif pemecahannya sehingga faktor tersebut bukan menjadi hambatan
bagi peningkatan kinerja guru melainkan mampu meningkatkan dan mendorong
kinerja guru kearah yang lebih baik sebab kinerja sebagai suatu sikap dan perilaku
dapat meningkat dari waktu ke waktu.

2.1.2.Faktor faktor kinerja guru


Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Menurut Malthis dan Jackson (2001: 82) dalam Wikipedia, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kinerja.“Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja individu
tenaga kerja, yaitu:
1) Kemampuan mereka.
2) Motivasi.
3) Dukungan yang diterima.
4) Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan.
5) Hubungan mereka dengan organisasi”.

Sedangkan menurut Menurut Gibson (1987) masih dalam Wikipedia


menjelaskan ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja.“Tiga faktor tersebut
adalah:
1) Faktor individu (kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga,
pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang).
2) Faktor psikologis (persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan
kerja).
3) Faktor organisasi (struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem
penghargaan atau reward system)”.

Penjelasan lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dijelaskan oleh
Mulyasa. Menurut Mulyasa (2007: 227).Sedikitnya terdapat sepuluh faktor yang
dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun eksternal:“Kesepuluh
faktor tersebut adalah:
1) dorongan untuk bekerja,
2) tanggung jawab terhadap tugas,

9
3) minat terhadap tugas,
4) penghargaan terhadap tugas,
5) peluang untuk berkembang,
6) perhatian dari kepala sekolah,
7) hubungan interpersonal dengan sesama guru,
8) MGMP dan KKG,
9) kelompok diskusi terbimbing serta
10)layanan perpustakaan”.

Selanjutnya pendapat lain juga dikemukakan oleh Surya (2004: 10) tentang faktor
yang mempengaruhi kinerja guru.“Faktor mendasar yang terkait erat dengan kinerja
profesional guru adalah kepuasan kerja yang berkaitan erat dengan kesejahteraan
guru. Kepuasan ini dilaterbelakangi oleh faktor-faktor:
1) imbalan jasa,
2) rasa aman,
3) hubungan antar pribadi,
4) kondisi lingkungan kerja,
5) kesempatan untuk pengembangan dan peningkatan diri”.

Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan diatas, faktor-faktor yang menentukan


tingkat kinerja guru dapat disimpulkan antara lain:
1) tingkat kesejahteraan (reward system);
2) lingkungan atau iklim kerja guru;
3) desain karir dan jabatan guru;
4) kesempatan untuk berkembang dan meningkatkan diri;
5) motivasi atau semangat kerja;
6) pengetahuan;
7) keterampilan dan;
8) karakter pribadi guru.

2.1.3.Indikator
Indikator kinerja merupakan aspek-aspek yang menjadi ukuran tolak ukur dalam
menilai kinerja. Menurut John Miner dalam Sudarmanto (2009; 11) mengemukakan 4

10
dimensi yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai kinerja secara umum,
yaitu;
1) Kualitas, yaitu ; tingkat kesalahan, kerusakan, kecermatan.
2) Kuantitas, yaitu jumlah pekerjaan yang dihasilkan.
3) Penggunaan waktu dalam kerja, yaitu tingkat ketidakhadiran, keterlambatan,
waktu kerja efektif/jam kerja hilang.
4) Kerja sama dengan orang lain dalam bekerja.

Dari empat indikator kinerja diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua hal terkait
dengan aspek keluaran atau hasil pekerjaan yaitu kualitas hasil, kuantitas keluaran
dan dua hal terkait aspek perilaku individu yaitu penggunaan waktu dalam bekerja
( tingkat kepatuhan terhadap jam kerja, disiplin ) dan kerja sama sehingga keempat
indikator diatas mengukur kinerja pada level individu.
Sedangkan menurut LAN (2010) pengukuran kinerja merupakan jembatan antara
perencanaan strategis dengan akuntabilitas. LAN menetapkan llima indikator yang
dijadikan pedoman dan panduan bagi organisasi publik dalam menyusun laporan
kinerja, yaitu:
1) Masukan adalah sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program
dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan keluaran seperti: orang, dana, waktu,
material, dan lain-lain.
2) Keluaran adalah segala sesuatu berupa produk/jasa ( fisik dan atau non fisik )
sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan program berdasarkan
masukan yang suatu kegiatan program berdasarkan masukan yang digunakan.
3) Hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan
dalam jangka menengah. Hasil merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk jasa
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat
4) Manfaat adalah kegunaan suatu keluaran yang dirasaka langsung masyarakat.
Manfaat dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses oleh publik.
5) Dampak adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau
kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator dalam
suatu kegiatan.Kelima indikator tersebut diatas dapat digunakan untuk mengevaluasi
kinerja baik dalam perencanaan, pelaksanaan ataupun setelah selesai kegiatan

11
sehingga dapat disimpulkan kelima indikator diatas lebih cenderung pada penilaian
kinerja secara organisasi.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa indikator penilaian kinerja
sangat beragam tergantung dari aspek tertentu yang diukur misalnya kinerja
individunya, kinerja hasilnya, kinerja prosesnya dan cara pengukurannya.Berkenaan
dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia Departemen of
Education telah mengembangkan teacher performance assessment instrument yang
kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian KemampuanGuru
(APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi:
1) rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebutdengan RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran),
2) prosedur pembelajaran (classroom procedure), dan
3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill).

Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan


pembelajaran dikelas yaitu:
1). Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran
Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan
dengan kemampuan guru dalam proses penyusunan program kegiatan pembelajaran.
Ada tiga tahapan dalam pelaksanaan pengembangan atau penyusunan silabus yaitu
tahap adopsi, adaptasi dan produksi. Pada tahap adopsi memiliki makna bahwa
penyusunan silabus dan RPP hanya mengambil dari silabus dan RPP yang sudah ada
sebelumnya tanpa melakukan penyesuaian atau revisi apapun, sehingga bisa
dikatakan bahwa dalam tahap ini guru bersifat pasif. Pada tahap adaptasi dalam
penyusunan silabus dan RPP guru sudah melakukan penyesuaian atau revisi terhadap
silabus dan RPP yang sudah ada, sehingga bisa dikatakan guru bersifat aktif. Pada
tahap yang paling ideal adalah ketika guru sudah dapat menghasilkan suatu produk
silabus dan RPP sendiri tanpa tergantung dari silabus dan RPP yang sudah ada. RPP
sendiri tanpa tergantung dari silabus dan RPP yang sudah ada.

2). Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

12
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai
oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan
penggunaan metode serta strategi pembejaran. Semua tugas tersebut merupakan tugas
dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaanya menuntut
kemampuan guru.
-Pengelolaan Kelas
Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses
pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seorang guru dalam
pengelolaan kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin siswa
dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu masuk dan
keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran, dan
melakukan pengaturan tempat duduk siswa.Kemampuan lainnya dalam pengelolaan
kelas adalah pengaturan ruang/ setting tempat duduk siswa yang dilakukan
pergantian, tujuannya memberikan kesempatan belajar secara merata kepada siswa.
-Penggunaan Media dan Sumber Belajar
Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang
perlu dikuasi guru di samping pengelolaan kelas adalah menggunakan media dan
sumber belajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dankemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. Sedangkan
yang dimaksud dengan sumber belajar adalah buku pedoman. Kemampuan
menguasai sumber belajar di samping mengerti dan memahami buku teks, seorang
guru juga harus berusaha mencari dan membaca buku-buku/sumber-sumber lain yang
relevan guna meningkatkan kemampuan terutama untuk keperluan perluasan dan
pendalaman materi, dan pengayaan dalam proses pembelajaran.Kemampuan
menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya menggunakan media yang sudah
tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual. Tatapi kemampuan
guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada di sekitar
sekolahnya.Dalam kenyataan di lapangan guru dapat memanfaatkan media yang
sudah ada (by utilization) seperti globe, peta, gambar dan sebagainya, atau guru dapat

13
mendesain media untuk kepentingan pembelajaran (by design) seperti membuat
media foto,film, pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya.
-Penggunaan Metode Pembelajaran
Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode pembelajaran. Guru diharapkan
mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang
akan disampaikan. Menurut R. Ibrahim dan Nana S.Sukmadinata (1993: 74) ”Setiap
metode pembelajaran memiliki kelebihan dankelemahan dilihat dari berbagai sudut,
namun yang penting bagi guru metode manapun yang digunakan harus jelas tujuan
yang akan dicapai”. Karena siswa memiliki interes yang sangat heterogen idealnya
seorang guru harus menggunakan multi metode, yaitu memvariasikan penggunaan
metode pembelajaran di dalam kelas seperti metode ceramah dipadukan dengan tanya
jawab dan penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tugasdan seterusnya.
Hal ini dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan siswa, dan menghindari
terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.

3).Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam
menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi,
pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi. Pendekatan atau cara yang dapat
digunakan untuk hasil evaluasi. Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk
melakukan evaluasi/ penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma
(PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).PAN adalah cara penilaian yang tidak
selalu tergantung pada jumlah soal yang diberikan atau penilaian dimasudkan untuk
mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa
yang paling besar skor yang didapat di kelasnya, adalah siswa yang memiliki
kedudukan tertinggi di kelasnya. Sedangkan PAP adalah cara penilaian, dimana nilai
yang diperoleh siswa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam
soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya
berdasarkan jumlah soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada

14
passing grade atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak
berdasarkan batas lulus yang telah ditetapkan.Pendekatan PAN dan PAP dapat
dijadikan acuan untuk memberikan penilaian dan memperbaiki sistem
pembelajaran.Kemampuan lainnya yang perlu dikuasai guru pada kegiatan evaluasi/
penilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat evaluasi
meliputi: tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Seorang guru dapat menentukan alat
tes tersebut sesuai dengan materi yang disampaikan.Bentuk tes tertulis yang banyak
dipergunakan guru adalah ragam benar/salah, pilihan ganda, menjodohkan,
melengkapi, dan jawaban singkat.

2.2.KERANGKA BERFIKIR
2.2.1.Kerangka berfikir kinerja guru

KINERJA GURU

Kualitas kerja

a. Menguasai bahan
b. Mengelola proses
belajar mengajar
c. Mengelola kelas
Ketepatan/kecepatan
kerja
a. Menggunakan media
atau sumber belajar
b. Menguasai landasan
pendidikan
c.Merencanakan
progam pengajaran

Inisiatif dalam
bekerja

15
a. Memimpin kelas
b. Mengelola interaksi
belajar
c. Melakukan penilaian
hasil belajar siswa

Kemampuan kerja

a. Menggunakan
berbagai metode dalam
pembelajaran
b. Memahami dan
melaksanakan fungsi
dan
layanan bimbingan
penyuluhan

Komunikasi

a. Memahami dan
menyelenggarakan
administrasi sekolah
b. Memahami dan dapat
menafsirkan hasil-
hasil penelitian untuk
meningkatkan
kualitas pembelajaran.

16
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.Identitas dan volume


Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa
masa depan masyarakat, bangsa, dan negara, sebagian besar ditentukan oleh guru.
Oleh sebab itu, profesi guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara terus
menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru. Selain itu, agar fungsi
dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan
aturan yang berlaku, maka diperlukan penilaian kinerja guru yang menjamin
terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan.

Pelaksanaan penilaian kinerja guru dimaksudkan bukan untuk mewujudkan guru yang
profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan
profesi yang bermutu. Selain hal tersebut penilaian kinerja guru juga untuk
menunjukkan secara tepat tentang kegiatan guru di dalam kelas, dan membantu
mereka untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya. Dengan demikian
diharapkan dapat memberikan kontribusi secara langsung pada peningkatan kualitas
pembelajaran yang dilakukan, sekaligus membantu pengembangan karir guru sebagai
tenaga profesional.

3.2.Populasi dan sampel


1.populasi
Populasi merupakan wilayah atau tempat yang menjadi sumber penelitian. Hal
tersebut diperkuat oleh pendapat Sugiyono (2016, hlm. 80)menyatakan bahwa
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atasobyek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yangditerapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarikkesimpulannya”. Adapun yang menjadi permasalahan
dalam penelitian iniyaitu seberapa besar Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja

17
Guru di SMANegeri Se-Kecamatan Coblong Kota Bandung. Dari permasalahan
diatas,maka yang dijadikan populasi adalah Guru SMA Negeri Se-
KecamatanCoblong Kota Bandung.
Pada dasarnya setiap pelaksanaan penelitian selalu dihadapkan denganmasalah
sumber data yang biasa disebut populasi. Penentuan sumber data tergantung pada
permasalahan yang akan diteliti dan hipotesis yang hendakdiuji kebenarannya.
Sumber data yang tidak tepat, mengakibatkan data yangtidak terkumpul menjadi tidak
penting yang akan menimbulkan kekeliruan dalam menarik suatu kesimpulan. Sejalan
dengan pendapat Sugiyono, yang dimaksud populasi dalam penelitian ini tidak hanya
orang melainkan benda pun menjadi obyek penelitian. Namun pada penelitian ini,
populasi penelitian yaitu seluruh guru yang ada di SMA Negeri se-Kecamatan
Coblong Kota Bandung. Populasi penelitian hanya mengambil 2 sekolah yaitu SMA
Negeri 1 dan 19 Bandung, dikarenakan SMA Negeri 2 menolak untuk diadakan
penelitian di sekolah tersebut (alasan terlampir). Jumlah guru seluruhnya adalah 125
dapat dilihat dalam tabel berikut :
Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Guru


1. SMA Negeri 1 Bandung 65
2. SMA Negeri 19 Bandung 60

2. Sampel Penelitian
Agar dapat mempermudah melakukan penelitian, peneliti memerlukan sampel
penelitian yang merupakan bagian dari populasi. Adapun sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini berdasarkan data yang dapat mewakili populasi secara
keseluruhan. Dalam suatu penelitian tidak selalu perlu untuk meneliti semua individu
dalam populasi, karena disamping memakan biaya yang sangat besar juga
membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan yang dimaksud sampel menurut
Sugiyono (2014, hlm 81) “Sampel adalah bagian
dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Bila populasi besar,
dan penulis tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya

18
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka penulis dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi.

3.3.Metode Penelitian survei


Dalam penelitian ini, metode yang digunakan ialah metode deskriptif. Dasar dari
pemilihan metode ini karena berdasarkan atas pertimbangan dari tujuan peneilitian itu
sendiri, yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai perbedaan kinerja guru
pendidikan jasmani di SMP Negeri dan kinerja guru pendidikan jasmani SMP Swasta
di Kecamatan Sukasari Kota Bandung.Dijelaskan oleh Arikunto (2002:309)
dalamTaupiqurohman (2012)bahwa, “Penelitian deskriptif adalah penelitian dengan
tujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa pada saat sekarang yang nampak dalam
suatu situasi”. Pernyataan tersebut serupa dengan yang dikemukakan oleh Sumanto
(1995:75) yang menjelaskan bahwa: Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian
yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis
dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek tertentu. Penelitian deskriptif
ditujukan untuk memaparkan dan menggambarkan dan memetakan fakta-fakta
berdasarkan cara pandang atau kerangka berfikir tertentu. Metode ini berusaha
menggambarkan dan menginterpretasikan apa yang ada, bisa mengenai kondisi dan
hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung,
akibat atau efek yang terjadi,atau kecenderungan yang tengah berkembang.
Sedangkan komparatif dijelaskan Sugiyono (2009:36) dalam Sulaeman (2011:66)
menyatakan bahwa : “komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan
satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu
yang berbeda”.Dengan demikian,metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu dengan menggunakan metode deskriptif komparatif, yaitu dengan
membandingkan antara kinerja guru pendidikan jasmani di SMP Negeri dan SMP
Swasta karena dalam penelitian ini penelitiingin mengungkapkan, menggambarkan
dan menyimpulkan hasil yang hendak diteliti yaitu “ apakah terdapat perbedaan
antara kinerja guru pendidikan
jasmani di SMP Negeri dan SMP Swasta di Kecamatan Sukasari Kota Bandung.”

19
3.4.Teori Penyelesaian
Kinerja guru yaitu berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolalan pembelajaran
dan penilaian hasil belajar siswa. Sebagai perencana, maka guru harus mampu
mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi di lapangan, sebagai pengelola
maka guru harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga
siswa dapat belajar dengan baik, dan sebagai evaluator maka guru harus mampu me-
laksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Piet A. Sahertian menjelaskan bahwa, standar kinerja guru itu berhubungan dengan
kualitas guru atau kinerja guru dalam menjalankan tugasnya seperti:
1.Bekerja dengan siswa secara individual.
2.Persiapan dan perencanaan pembelajaran.
3.Pendayagunaan media pembelajaran.
4.Melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar.
5.Kepemimpinan yang aktif dari guru.
Ukuran Kualitas Kinerja Guru Menurut T R. Mitchel(1978), salah satu ukuran
standar adalah quality works, hal ini diperjelas lvancevich bahwa ukuran litas kinerja
guru dapat dilihat dari Produktivitas Pendidikan yang menyangkut putput siswa yang
dihasilkan, Paul Mali mendefinisikan produktivitas adalah bagaimana menghasilkan
Produk meningkatkan hasil setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya
secara efisien.

3.5.Analisis

Tujuan analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk Yang lebih
mudah dibaca, dalam proses analisis sering kali digunakan adalah statistik karena
salah satu fungsi statistik untuk menyederhanakan suatu data. Selain itu statistik juga
membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil yang teradi secara kebetulan,
sehingga memungkinkan peneliti untuk menguji apakah hubungan yang diamati
benar terjadi karena adanya hubungan sistematis antara variabel-variabel yang diteliti
karena kebetulan. Setelah diperoleh data selanjutnya dianalisis dengan metode yang
sesuai. Analisis statistik yang Dipergunakan adalah:
1.Analisis Statistik Deskriptif

20
Analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan atau mendeskripsika data yang
diperoleh, dan menemukan nilai-nilai yang dieprlukan dalam analisis statistik
inferensial. Dasar analisis adalah rata-rata nilai, dengan rentang (rank) nilai per butir
pernyataan antara 1-5, maka ditetapkan apabila rata-rata nilai indikator dan variabel
antara 1-1.99 = sangat buruk, 2-2.99 = buruk, 3-3.99 =Baik, dan antara 4-5 = sangat
baik. Alasan pengklasifikasian adalah untuk
Memudahkan penentuan kualifikasi indikator dan variabel penelitian dengan konversi
skala ordinal model Likert (5 skala) ke dalam 4 skala ordinal (Suhadak,2010: 70).
2.Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial yang digunakan adalah regresi berganda
(multiple regression). Persamaan regresi sehubungan dengan variabel-variabel yang
diteliti.
3. Uji Hipotesis
Setelah analisis regresi diketahui, maka langkah selanjutnya menguji hipotesis
dengan tingkat signifikansi alpha 5% (α=0,005). Analisis regresi digunakan untuk
menguji hipotesis kerja.

BAB IV
PEMBAHASAN
21
4.1.Hasil dan Pembahasan
4.1.1. Hasil

-Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Kinerja Guru


Persamaan regresi linear yang menunjukkan pengaruh kompetensi guru terhadap
kinerja guru adalah Ŷ= 27,712+0,320 (X). Tanda positif (+) menunjukkan hubungan
antara variabel berjalan satu arah artinya semakin tinggi kompetensi guru, maka
semakin tinggi pula kinerja guru. Uji hipotesis menunjukkan nilai Fhitung lebih besar
dari nilai Ftabel dengan α = 0,05. Dengan demikian kompetensi guru berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja guru. Berdasarkan nilai koefisien determinasi,
besarnya pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja guru adalah sebesar 36,47%.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang menyimpulkan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan dari kompetensi terhadap kinerja guru.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang menyimpulkan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan dari kompetensi terhadap kinerja guru (Rohimah, 2013); (Emmyah, 2009);
(Barinto, 2012); (Suswardji, 2012); (Prasetyo, 2011); (Reinhard, 2013). Hal ini juga
sejalan dengan pendapat ahli yang mengatakan kompetensi seorang individu
merupakan sesuatu yang melekat dalam dirinya yang dapat digunakan untuk
memprediksi tingkat kinerjanya. Kompetensi erat kaitannya dengan kinerja, baik
kinerja individu maupun kinerja organisasi (Mitrani, Murray, & David, 1992);
(Moeheriono, 2009); (Hakim, 2015). Kinerja seseorang didasarkan pada pemahaman
ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian dan perilaku yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan dengan baik (Amstrong & Kotler, 2003). Mulyasa
mengemukakan guru yang memiliki kinerja tinggi akan bernafsu dan berusaha
meningkatkan kompetensinya baik dalam kaitannya dengan perencanaan,
pelaksanaan, maupun penilaian sehingga diperoleh hasil yang optimal menurut
pandangan (Nuchiyah, 2007). Sriwidodo menegaskan, kinerja dan keefektifan
pegawai dalam melaksanakan tugas sangat ditentukan oleh kompetensi yang
disyaratkan oleh bidang pekerjaannya (Reinhard, 2013). Menurut Moeheriono antara
kompetensi dengan kinerja memiliki hubungan yang sangat dekat dan penting
(Hakim, 2015).
22
-Perbedaan Kompetensi dan Kinerja Guru berdasarkan Sertifikasi Profesi
Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji t menunjukan adanya perbedaan
yang signifikan antara kompetensi guru yang sudah mengikuti sertifikasi profesi
dengan yang belum mengikuti sertifikasi profesi (Tabel 3). Hasil ini mengandung
makna guru yang sudah mengikuti sertifikasi profesi lebih kompeten dibandingkan
dengan guru yang belum mengikuti sertifikasi profesi.Kinerja seseorang (termasuk
guru) dapat diukur melalui lima indikator berikut: (Uno & Lamatenggo, 2012):
1. Kualitas kerja. Indikator ini berkaitan dengan kualitas kerja guru dalam
menguasai seagala sesuatu berkaitan dengan persiapan perencanaan program
pembelajaran dan penerapan hasil penelitian dalam pembelajaran di kelas.
2. Kecepatan/ketetapan kerja. Indikator ini berkaitan dengan ketepatan kerja guru
dalam menyesuaikan materi ajar dengan karakteristik yang dimiliki peserta
didik dan penyelesaian program pengajaran sesuai dengan kalender akademik.
3. Inisiatif dalam kerja. Indikator ini berkaitan dengan inisiatif guru dalam
penggunaan model pembelajaran yang variatif sesuai materi pelajaran dan
penggunaan berbagai inventaris sekolah dengan bijak.
4. Kemampuan kerja. Indikator ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam
memimpin keadaan kelas agar tetap kondusif, pengelolaan kegiatan belajar
mengajar, dan penilaian hasil belajar peserta didik. 5 Komunikasi. Indikator ini
berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan guru dalam proses layanan
bimbingan belajar dengan siswa yang kurang mampu.

Kompetensi guru dapat diukur melalui indikator sebagai berikut:


1. Pengelolaan pembelajaran, berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengurutkan
tujuan pembelajaran secara sistematis, penyesuaian media pembelajaran dengan
materi yang disampaikan, penyesuaian pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi sebagai sumber belajar, dan kemampuan guru untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki siswa (Usman, 2011).
2. Penguasaan keilmuan, berkaitan dengan keilmuan guru dalam penyesuaian materi
pelajaran dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar, penggunaan teknik
mengelola proses belajar mengajar di kelas, dan penguasaan landasan dan
wawasan kependidikan dan keguruan (Mulyasa, 2007)
2. Sikap atau kepribadian, berkaitan dengan kepribadian guru dengan
menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat, menunjukan etos kerja, tanggungjawab yang
tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri, dan menjunjung tinggi
kode etik profesi guru (Olim, 2013).

23
3. Interaksi sosial, berkaitan dengan interaksi guru dengan siswa baik selama di
sekolah maupun di luar sekolah, berinteraksi dengan sesama rekan kerja,
berinteraksi dengan orang tua/wali siswa, dan berinteraksi dengan masyarakat
lingkungan sekitar (Spencer & Spencer, 1993); (Olim, 2013).

4.1.2 pembahasan
Kinerja guru
Kinerja guru menurut persepsi responden berada pada kategori
tinggi,sebagaimanaditunjukkan oleh skor rata rata jawaban responden sebesar 4,04.
Tabel 1 menyajikan skor rata rata dari masing masing indikator yang dijadikan
ukuran kinerja guru

Indikator Guru belum Guru sudah Rata-rata


sertifikasi sertifikasi
Kualitas guru 3,22 4,19 3,89
Ketepatan kerja 3,52 4,22 4,02
Inisiatif kerja 4,16 4,12 4,13
Kemampuan kerja 3,92 4,36 4,22
Komunikasi 3,56 4,15 3,95
Rata rata 3,68 4,21 4,04

Skor tertinggi berada pada indikator kemampuan kerja. Hasil ini menunjukkan
kemampuan guru dalam memimpin kelas, mengelola pembelajaran dan melakukan
penilaian hasil belajar siswa berada pada kategori tinggi. Indikator kualitas kerja
memiliki skor rata-rata terendah. Hasil ini mengandung makna bahwa kualitas kerja
guru belum optimal. Guru jarang melakukan persiapan perencanaan program
pembelajaran dan penerapan hasil penelitian dalam pembelajaran di kelas.
Kinerja guru yang belum mengikuti sertifikasi profesi menurut persepsi responden
berada pada kategori tinggi, sebagaimana ditunjukkan oleh skor rata-rata jawaban
responden sebesar 3,68. Inisiatif kerja guru yang ditunjukkan oleh penggunaan model
pembelajaran yang variatif saat proses belajar memiliki skor rata-rata tertinggi.
Sedangkan kualitas kerja yang berkaitan dengan persiapan perencanaan program
pembelajaran dan penerapan hasil penelitian dalam pembelajaran di kelas memiliki
skor rata-rata terendah.

24
Kinerja guru yang sudah mengikuti sertifikasi profesi menurut persepsi responden
berada pada kategori tinggi, sebagaimana ditunjukkan oleh skor rata-rata jawaban
responden sebesar 4,21. Kemampuan guru dalam memimpin kelas, mengelola
pembelajaran dan melakukan penilaian hasil belajar siswa berada pada kategori
sangat tinggi. Kinerja guru dalam komunikasi memiliki skor rata-rata terendah.

Kompetensi Guru
Kompetensi guru menurut persepsi responden berada pada kategori tinggi,
sebagaimana ditunjukkan oleh skor rata-rata jawaban responden sebesar 3,90. Tabel 2
menyajikan skor rata-rata dari masing-masing indikator yang dijadikan ukuran
kompetensi guru.
Tabel 2 kompetensi guru
Indikator Guru belum Guru sudah Rata-rata
sertifikasi sertifikasi
Pengelolaan 3,44 4,10 3,90
pembelajaran
Penguasaan keilmuan 3,88 4,22 4,13
Sikap atau kepribadian 2,90 4,39 3,94
Interaksi sosial 3,00 3,91 3,64
Rata-rata 3,30 4,16 3,90

Skor tertinggi berada pada indikator penguasaan keilmuan. Hal ini ditunjukkan oleh
kinerja guru dalam memberikan materi yang sesuai dengan kompetensi inti dan
kompetensi dasar yang tercantum dalam silabus, menggunakan teknik pembelajaran
yang menarik dalam proses pembelajaran di kelas, dan penguasaan landasan dan
wawasan kependidikan dan keguruan. Indikator interaksi sosial memiliki skor rata-
rata terendah. Hasil ini menunjukkan kinerja guru dalam berkomunikasi dengan
siswa, sesama rekan kerja, orang tua/wali siswa, dan masyarakat masih belum efektif.

Kompetensi guru yang belum mengikuti sertifikasi profesi menurut persepsi


responden berada pada kategori tinggi, sebagaimana ditunjukkan oleh skor rata-rata
jawaban responden sebesar 3,44. Skor tertinggi berada pada kompetensi pengelolaan
pembelajaran. Hasil ini menunjukkan kompetensi guru dalam mengurutkan tujuan
25
pembelajaran secara sistematis dari yang termudah sampai tersulit, menggunakan
media belajar sesuai dengan materi yang akan disampaikan, memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk mencari sumber belajar, dan mengembangkan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya berada
pada tinggi. Skor terendah berada pada kompetensi interaksi sosial. Hasil ini
mengandung makna bahwa kemampuan berkomunikasi guru dengan siswa, sesama
rekan kerja, orang tua/wali siswa, dan masih di bawah kemampuan bidang lainnya.
Kompetensi guru sudah mengikuti sertifikasi profesi menurut persepsi responden
berada pada kategori sangat tinggi, sebagaimana ditunjukkan oleh skor rata-rata
jawaban responden sebesar 4,16. Skor tertinggi berada pada kompetensi sikap atau
kepribadian. Hasil ini menunjukkan kompetensi guru dalam menunjukan kepribadian,
nilai, dan sikap hidup, etos kerja atau tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru dan rasa percaya diri, dan berperilaku sesuai dengan kode etik profesi
guru berada pada kategori sangat tinggi. Kompetensi interaksi sosial memiliki skor
rata-rata terendah. Hasil ini mengandung makna bahwa kemampuan berkomunikasi
guru dengan siswa, sesama rekan kerja, orang tua/wali siswa, dan masih di bawah
kemampuan bidang lainnya.

BAB V
PENUTUP

5.1Kesimpulan
Mutu pendidikan merupakan salah satu tolok ukur yang menentukan martabat
atau kemajuan suatu bangsa. Dengan mencermati mutu pendidikan suatu
bangsa/negara, seseorang akan dapat memperkirakan peringkat negara tersebut di

26
antara negaranegara di dunia. Guru adalah salah satu komponen pendidikan yang
memegang peran penting dalam keberhasilan pendidikan, guru diharapkan mampu
memainkan peran sebagai guru yang ideal. Salah satu cara meningkatkan mutu
pendidikan adalah memperbaiki kinerja guru. Kinerja guru adalah persepsi guru
terhadap prestasi kerja guru yang berkaitan dengan kualitas kerja, tanggung jawab,
kejujuran, kerjasama dan prakarsa. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru
antara lain adalah peran kepemimpinan kepala sekolah, pemberian kompensasi,
kedisiplinan guru, dan pengembangan Sumber Daya Guru (SDM).
Guru merupakan profesi profesional di mana ia dituntut untuk berupaya
semaksimal mungkin menjalankan profesinya sebaik mungkin. Sebagai seorang
profesional maka tugas guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih hendaknya dapat
berimbas kepada siswanya. Dalam hal ini guru hendaknya dapat meningkatkan terus
kinerjanya yang merupakan modal bagi keberhasilan pendidikan.

5.2Saran
Berdasarkan kesimpulan maka dapat dirumuskan beberapa hasil dari penelitian
yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Perumusan saran/rekomendasi ini lebih menekankan kepada kinerja guru di SMA
kota Bandung;
(a) perlu peningkatan/pengembangan kegiatan yang dapat memotivasi pada
peningkatan kinerja guru baik yang langsung terkait dengan pembelajaran maupun
dengan yang lain yang dapat menunjang pada peningkatan mutu pembelajaran
sebagai bagian dari pengembangan profesional guru;

(b) perlu menciptakan lingkungan sekolah yang terbuka terhadap berbagai perubahan
yang terjadi di masyarakat. Hal ini akan mendorong pada perolehan wawasan/ide
baru yang berkembang, yang nantinya diharapkan terjadi transfer of learning melalui
pelaksanaan
Pembelajaran yang inovatif di kelas, yang pada akhirnya melalui pembelajaran
bersama di sekolah hal tersebut akan berpengaruh pada seluruh guru yang menjadi
anggota organisasi sekolah.

27
DAFTAR PUSTAKA

Buchari Alma. (2009). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar.
Bandung. Penerbit ALFABETA.
Hamzah, Ondi Saondi, dkk, 2009. Etika Profesi Keguruan. Refika Aditama, Jakarta.
Soetjipto dan Raflis Kosasih, (1999).Profesi Keguruan. Jakarta: Reneka cipta.
Sudarwan Danim, 2010. Profesionalisasi dan etika Profesi Guru.Alfabeto, Bandung.

28
Saondi, Ondi dan Aris Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. Refika Aditama: Bandung.
Udin syarfuddin Saud. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung. Penerbit
ALFABETA.
Zainal aqib dan Elham Rohmanto. (2007). Membangun Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah. Bandung.CV.YRAMA WIDYA.
Ary H. Gunawan.(1996). Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Makro).
Jakarta: Rineka Cipta.
Wijaya, Cece & Tabrani Rusyan.1994. Kemampuan Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja rosdakarya Wijaya, Cece & Tabrani Rusyan.1994.
Kemampuan Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja rosdakarya
Mathis.L.Robert dan Jackson.H.John. 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Jakarta : Buku kedua.
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997
Gibson, James, L., et al. (1987) Organisasi Dan Manajemen: Perilaku, Struktur,
Proses. Binarupa Aksara, Jakarta.
E.Mulyasa. (2007).Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Mohamad Surya. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:
Pustaka Bani Quraisy.

IDENTITAS

NAMA TUGAS NIM


NOEL ARBOREA BANGUN -BUAT BAB 2,3,4 6203121084
JETUN LITWAN KALOKO FC TUGAS, NGUMPULKAN 6203121018
KE DOSEN DAN
KESIMPULAN
KIRANA BR GINTING SARAN 6203121046
NIXO HARDISON SILABAN IDENTITAS DAN VOLUME 6203121048
WIDYA NATASYA BAB 2,3,4 6202121008
SUMBAYAK

29
DAUGLAS ALFREDY LATAR MASALAH 6203121040
BUKIT
VIVI AMELIA ALZANA BAB 2,3,4 6201121013
UMAIDA FAUJIYAH BAB 2,3,4 6203121023
SIREGAR
WILLIAM HAGANTA IDENTIFIKASI 6203321035
GINTING
SEDRAHTA ARONA KEMIT IDENTIFIKASI 6203321045
DENNY RINALDI NGERJAIN 4.1 HASIL 6202421013
MURNIWATI TUMANGGER RUMUSAN, TUJUAN
DIAN PRATAMA KATA PENGANTAR, 6203321006
MANIHURUK BATASAN MASALAH
VINDO R ANWAR DAFTAR ISI 6202121003
M AKBAR SIREGAR BATASAN MASALAH 6201403177

30

Anda mungkin juga menyukai