Pencegahan Pemadaman Kebakaran
Pencegahan Pemadaman Kebakaran
MODUL 1
KLASIFIKASI DAN MEDIA PEMADAM KEBAKARAN
Kompetensi : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
BST/A.01
1
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
PERISTILAHAN / GLOSSARY
Titik Nyala adalah suhu terendah dimana suatu zat (yaitu bahan bakar) cukup mengeluarkan
uap dan menyala (terbakar sekejap) bila dikenai sumber panas yang cukup.
Titik Bakar adalah suhu terendah dimana suatu zat (bahan bakar) cukup mengeluarkan uap
dan terbakar (menyala terus-menerus) bila diberi sumber panas.
Suhu Penyalaan Sendiri adalah suhu dimana suatu zat dapat menyala dengan sendirinya
tanpa adanya sumber panas dari luar.
LNG adalah singkatan dari Liquidefied Natural Gas.
LPG adalah singkatan dari Liquidefied Petroleum Gas.
Bobot Mati adalah berat kapal ditambah dengan berat-berat bahan bakar, minyak pelumas,
air balas, air tawar, perlengkapan tidak tetap dan perbekalan.
Gross Tonnage/Isi Kotor adalah jumlah ruangan atau volume kapal yang dinyatakan dalam
satuan 100 cft atau 2,83 m3.
Manual adalah digerakkan, dijalankan dengan tangan.
Nozzle adalah alat pemancr, penyembut, penyemprot air/cairan.]
Halon (halogented hydrocarbon) adalah suatu ikatan methan dan halogen (unsur Iodium,
Fluor dan Brom).
Seal adalah selaput penutup.
Alat Pelindung Pernafasan (APP) adalah alat yang digunakan semata-mata untuk melindungi
sistem pernafasan saja.
Alat Perlindungan Pernafasan Berdiri Sendiri adalah (APPBS) adalah alat yang digunakan
untuk melindungi pernafasan dimana catu udaranya dari alat yang berdiri sendiri/tidak
tergantung kepada udara di sekitar pemakai.
Prosedur adalah urutan/cara untuk melakukan suatu kegiatan.
Sijil Awak Kapal adalah daftar dari semua awak kapal yang harus melaksanakan dinas awak
kapal dan harus diketahui oleh syahbandar.
2
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Modul ini merupakan modul Pertama dalam program diklat pencegahan
pemadaman kebakaran yang isinya membahas tentang Klasifikasi dan Media Pemadam
kebakaran, jenis-jenis api, susunan konstruksi kapal, petunjuk-petunjuk keselamatan di
setiap ruangan di kapal, peralatan deteksi asap dan kebakaran.
Telah diketahui bahwa nyala api sebenarnya suatu reaksi kimia dari 3 unsur yaitu bahan
bakar, panas dan oksigen. Reaksi dari ketiga unsur ini hanya akan menghasilkan nyala api bila
berjalan dengan cepat dan seimbang. Bila salah satu unsur ditiadakan atau kaadarnya berkurang,
maka dengan sendirinya nyala api akan padam. Reaksi yang tergambar pada segitiga api di atas
adalah reaksi berantai yang berjalan dengan seimbang. Bila keseimbangan reaksi tersebut diganggu
maka reaksi akan terhenti atau api akan padam. Prinsip-prinsip tersebut tentu berkaitan erat dengan
apa yang akan dibahas dalam modul ini.
II. PEMBELAJARAN
Definisi
Syarat-syarat Terjadinya
Api
Bahan Yang Mudah
Terbakar
Sumber Panas
Oksigen (O2)
B. Kegiatan Belajar
1. Segitiga Api dan Penyebab Kebakaran
a. Tujuan Pembelajaran
Modul ini membahas tentang syarat-syarat terjadinya api, bahan yang mudah terbakar
dan bahaya kebakaran dan meluasnya api. Setelah mempelajari modul ini Anda
diharapkan dapat memahami tentang teori api yang secara khusus dapat di rinci dalam
bentuk-bentuk perilaku sebagai berikut :
1. Menjelaskan segi tiga api dan penyebab kebakaran.
2. Menjelaskan klasifikasi kebakaran.
3. Menerapkan konsep teori api dalam menanggulangi bahaya kebakaran dan dapat
memilih media pemadamnya.
3
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
b. Uraian materi
Ancaman bahaya kebakaran tergantung dari terkendali atau tidaknya api yang
menyala. Oleh sebab itu dikatakan bahwa bahaya kebakaran adalah bahaya yang
ditimbulkan oleh adanya nyala api yang tidak terkendali dan dapat mengancam keselamatan
jiwa maupun harta benda.
Berdasarkan pengertian bahaya kebakaran tersebut diatas maka pencegahan bahaya
kebakaran berarti segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak
terkendali. Jadi ada dua pengertian, Pertama, penyalaan api belum ada dan diusahakan agar
tidak terjadi penyalaan api. Hal ini dilakukan khususnya pada tempat-tempat tertentu yang
dianggap penting. Kedua, penyalaan api sudah ada karena memang digunakan untuk suatu
keperluan, dan diusahakan jangan sampai api tersebut berkembang menjadi tidak
terkendali. Tindakan pencegahan yang dilakukan misalnya dengan menjauhkan bahan yang
mudah terbakar dari tempat tersebut, menyiapkan alat pemadam api dan sebagainya.
Untuk memberi kemudahan pada Anda mencapai tujuan-tujuan tersebut dalam
modul ini akan disajikan pembahasan materi sebagai berikut :
1. Segitiga Api dan Penyebab Kebakaran.
2. Klasifikasi Kebakaran dan Media Pemadamnya.
Pada masing-masing butir bagian Anda akan selalu menjumpai uraian materi, bahan latihan,
intisari dan tes formatif. Oleh karena itu sebaiknya Anda mengikuti seluruh pembahasan itu.
Sedangkan untuk memperkaya pemahaman dan memperluas wawasan Anda mengenai
materi, disarankan agar Anda membaca buku rujukan yang sesuai dan dicantumkan di
bagian akhir Buku Materi Pokok ini.
(1). Syarat-syarat Terjadinya Api
Api adalah suatu reaksi kimia yang sedang berlangsung antara bahan bakar, panas
dan oksigen yang diikuiti oleh pengeluaran cahaya dan panas.
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa api terjadi karena adanya reaksi kimia antara bahan
bakar, panas dan oksigen. Dengan demikian keberadaan dan keseimbangan ketiga unsur
tersebut merupakan syarat mutlak untuk menghasilkan api. Karena api terbentuk dari reaksi
ketiga unsur tersebut, maka hubungan ketiga unsur tersebut dapat digambarkan secara
berantai membentuk sebuah segitiga yang disebut dengan istilah Segitiga Api (Fire Triangle).
Contoh-contoh lain dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan dari ketiga
unsur segi tiga api di atas akan diuraikan berikut ini.
(a). Bahan Yang Mudah Terbakar
Umumnya semua bahan atau benda di bumi dapat terbakar. Suatu benda atau bahan dapat
secara mudah atau sulit terbakar sangat tergantung atau sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang akan dijelaskan berikut ini.
Titik nyala (flash point).
Titik nyala (flash point) ialah temperatur terendah dari suatu bahan untuk dapat
diubah bentuk menjadi uap, dan akan menyala bila tersentuh api (menyala sekejap).
Makin rendah titik nyala suatu bahan, maka bahan tersebut akan makin mudah
terbakar ; sebaliknya makin tinggi titik nyalanya, maka bahan tersebut akan makin
sulit terbakar. Bahan yang titik nyalanya rendah digolongkan sebagai bahan yang
mudah terbakar.
Contohnya :
- Benda Padat : Kayu, kertas, karet, plastik, tekstil, dll
- Benda Cair : Bensin, spiritus, solar, oli, dll
- Benda Gas : Asetilin, Butan, LNG, dll
Titik bakar (fire point)
Titik bakar (fire point) ialah temperatur terendah dimana suatu zat atau bahan cukup
mengeluarkan uap dan terbakar (menyala terus-menerus) bila diberi sumber panas.
Suatu bahan akan terbakar apabila telah mencapai titik bakar (fire point). Titik nyala
antara suatu zat dengan zat lain berbeda-beda.
Contohnya :
- Bensin = 500C
- Kerosin = 400C - 700C
- Parafin = 300C
Suhu penyalaan sendiri (auto ignition temperature)
Suhu penyalaan sendiri (auto ignition temperature) yaitu temperatur dimana suatu zat
dapat menyala dengan sendirinya tanpa adanya sumber panas dari luar.
Contohnya :
Kerosin = 228,90C
Bensin = 257,20C
Parafin = 3160C
Asetelin = 3350C
Butan = 4050C
Propan = 457,80C
Batas daerah bisa terbakar dapat dilihat pada gambar di berikut ini.
5
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
Panas yang berasal dari sumber-sumber panas di atas, dapat berpindah melalui empat cara,
antara lain :
Radiasi : perpindahan panas dengan cara memancar / pancaran.
Konduksi : perpindahan panas melalui benda (perantara).
Konveksi : perpindahan panas melalui udara.
Loncatan bunga api : perpindahan panas akibat reaksi energi panas dengan
udara (oksigen).
6
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tanggal 14 April 1980 No.PE-04/MEN/1980. Tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
(d). Klasifikasi menurut US Coast Guard (USA).
Klasifikasi menurut US Coast Guard terdapat 7 (tujuh) klasifikasi kebakaran sebagai berikut :
Klas A : Sisa pembakaran berupa arang dan abu (kain, kayu, kertas, plastik, dll).
Klas B : Cairan dengan titik nyala lebih kecil dari 1700 F dan tidak larut dalam air
(misalnya bensin, benzone dll).
Klas C : Cairan dengan titik nyala lebih kecil dari 1700 F & larut dalam air
(misalnya acrton, ethanol,dll)
Klas D : Cairan dengan titik nyala sama dengan 1700 F dan lebih tinggi, dan
tidak larut dalam air (misalnya minyak kelapa, minyak ikan paus,
minyak trafo, bahan bakar/minyak berat).
Klas E : Cairan dengan titik nyala sama dengan 1700 F dan lebih tinggi, akan larut
dalam air (misalnya glicerin, etilen, glikon dll).
Klas F : Kebakaran logam (misalnya alumunium dll).
Klas G : Kebakaran listrik.
º Busa
Berdasarkan klas kebakaran, maka busa dibagi menjadi beberapa bagian antara
lain:
Busa Regular
Yaitu busa yang hanya mampu memadamkan bahan-bahan yang berasal dari
Hydrocarbon atau bahan-bahan cair bukan pelarut (solvent).
Busa serbaguna (All purpose foam)
Busa ini juga sebagai busa anti alkohol yang dapat memadamkan
kebakaran yang berasal dari cairan pelarut seperti : alkohol, either, atau zat
cair yang melarut.
Berdasarkan cara terjadinya, maka busa dibagi menjadi:
Busa kimia
Busa ini terjadi karena adanya proses kimia (chemical foam), yaitu
percampuran bahan-bahan kimia.
Bahan bakunya :
- Tepung tunggal (single powder); Tepung ini bila bercampur dengan air akan
menjadi busa.
- Tepung ganda (dual powder); Tepung ini terdiri dari tepung alumunium
10
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
Busa Mekanik
Busa ini terjadi karena proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan-
bahan pembuat busa yang terjadi dari cairan busa dan udara. Untuk
melaksnakan proses pembuatan busa dipergunakan alat-alat pembuat busa.
Proses pembuatannya yaitu Pada air dicampurkan cairan busa sehingga
membentuk larutan busa. Karena proses adukan atau penguapan udara
kedalam larutan busa maka terbentuklah busa mekanik.
Bahan-bahan cairan busa adalah sebagai berikut :
1. Protein (hewani dan nabati)
2. Fluoro protein (FP 70)
3. Fluorocarbon surfactant (AF3, light water)
4. Detergent atau hydrocarbon surfactant atau louryalcohol, ini disebut
sebagai cairan busa expansi tinggi. Fluorocarbon surfactant dan hydrocarbon
surfactant disebut juga sebagai cairan busa sintetis.
(c). Media Pemadam Jenis Gas
Media pemadam jenis gas akan memadamkan api secara fisis yaitu: Pendinginan
(Cooling) dan Penyelimutan (Dilusi). Berbagai gas dapat dipergunakan dalam pemadam api,
namun gas asam arang (CO2) dan gas zat lemas (N2) yang paling banyak dipergunakan.
Gas zat lemas banyak digunakan untuk mendorong tepung kimia pada instalasi pemadam
tetap atau dilarutkan dalam BCF, sedangkan yang langsung digunakan untuk
memadamkan api adalah gas asam (CO2). Dalam pemakaiannya gas CO2 disimpan dalam
botol yang mempunyai tekanan 1000 - 1200 psi ( 80 atm). Kerugiannya : Wadah berat dan
sulit bergerak bagi si pemakai.
11
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
MODUL 2
PRINSIP-PRINSIP PENCEGAHAN KEBAKARAN
Kompetensi : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
BST/A.02
CARA PENGURAIAN
12
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
I. PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini merupakan modul kedua dalam program diklat pencegahan pemadaman
kebakaran yang isinya membahas tentang prinsip-prinsip pencegahan kebakaran, jenis-jenis
api, susunan konstruksi kapal, petunjuk-petunjuk keselamatan di setiap ruangan di kapal,
peralatan deteksi asap dan kebakaran.
Telah diketahui bahwa nyala api sebenarnya suatu reaksi kimia dari 3 unsur yaitu
bahan bakar, panas dan oksigen. Reaksi dari ketiga unsur ini hanya akan menghasilkan nyala
api bila berjalan dengan cepat dan seimbang. Bila salah satu unsur ditiadakan atau
kaadarnya berkurang, maka dengan sendirinya nyala api akan padam. Reaksi yang
tergambar pada segitiga api di atas adalah reaksi berantai yang berjalan dengan seimbang.
Bila keseimbangan reaksi tersebut diganggu maka reaksi akan terhenti atau api akan padam.
Prinsip-prinsip tersebut tentu berkaitan erat dengan apa yang akan dibahas dalam modul ini.
Karena itu sebelum meneruskan kegiatan untuk mempelajari modul ini sebaiknya anda
mengingat kembali pokok-pokok pembicaraan yang ada pada modul pertama.
II. PEMBELAJARAN
Prinsip-prinsip
Pencegahan Kebakaran
Jenis-jenis Api
Susunan Konstruksi
Kapal
Definisi
Tindakan Keamanan Di
Kamar Mesin
Ruangan Akomodasi
Ruangan Masak /
Dapur
13
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
B. Kegiatan Belajar
1. Prinsip-prinsip Pencegahan Kebakaran
Modul ini merupakan modul kedua dalam program diklat pencegahan pemadaman
kebakaran yang isinya membahas tentang prinsip-prinsip pencegahan kebakaran, jenis-jenis
api, susunan konstruksi kapal, petunjuk-petunjuk keselamatan di setiap ruangan di kapal,
peralatan deteksi asap dan kebakaran.
a. Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari kegiatan pembelajaran 1 ini adalah supaya siswa mengetahui bahwa
nyala api sebenarnya suatu reaksi kimia dari 3 unsur yaitu bahan bakar, panas dan oksigen.
Reaksi dari ketiga unsur ini hanya akan menghasilkan nyala api bila berjalan dengan cepat
dan seimbang. Bila salah satu unsur ditiadakan atau kadarnya berkurang, maka dengan
sendirinya nyala api akan padam. Dengan demikian maka akan dapat
mencegah/menghindari terjadinya kebakaran dan bila terjadi kebakaran maka dapat
mengatasinya sesuai dengan standar dan prinsip-prinsip yang benar.
b. Uraian materi
(1). Prinsip-prinsip Pencegahan Kebakaran
Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa nyala api sebenarnya adalah suatu reaksi
dari 3 unsur yaitu, bahan bakar (fuel), panas (energy) dan oksigen. Reaksi dari ketiga unsur
tersebut di atas hanya akan menghasilkan nyala bila berjalan dengan CEPAT dan
SEIMBANG. Bila salah satu unsur ditiadakan atau kadarnya berkurang, maka dengan
sendirinya nyala api akan PADAM. Reaksi ketiga unsur tersebut digambarkan dalam satu
segitiga yang disebut : SEGI TIGA API.
Reaksi yang tergambar pada segitiga api adalah reaksi berantai yang berjalan
dengan seimbang. Bila KESEIMBANGAN reaksi tersebut DIGANGGU maka reaksi akan
terhenti atau api akan padam. Oleh karena itu dasar-dasar dari sistem pemadam api
sesungguhnya adalah: pengrusakan keseimbangan reaksi api. Pengrusakan keseimbangan
reaksi tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
(a). CARA PENGURAIAN: adalah suatu pemadaman api dengan jalan MEMISAHKAN atau
MENYINGKIRKAN bahan-bahan yang mudah terbakar (lihat Gambar di bawah).
(b).
(c). CARA PENDINGINAN: adalah pemadaman api dengan jalan MENURUNKAN PANAS,
sehingga temperatur bahan yang terbakar turun sampai di bawah titik nyalanya (lihat
Gambar di bawah).
14
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
(d). CARA ISOLASI: adalah pemadaman api dengan jalan MENURUNKAN KADAR OKSIGEN
sampai di bawah 12%. Cara ini disebut juga LOKALISASI, yaitu mencegah reaksi dengan
oksigen (lihat Gambar di bawah).
Berasal dari jenis-jenis api yang disebut di atas, nantinya suatu kebakaran juga
digolongkan sesuai dengan jenis apinya (lihat diktat Klasifikasi Kebakaran dan Media
Pemadam). Dengan mengetahui jenis api kebakaran, maka dapat dipilih alat pemadam yang
tepat. Karena kesalahan penggunaan alat pemadam dapat lebih membahayakan, misalnya
: penggunaan air sebagai alat pemadam api adalah tepat untuk api klas A saja. Untuk api
klas lainnya (B,C dan D) kurang baik, bahkan untuk api klas B justru membahayakan.
Susunan Konstruksi Kapal
Tujuan pembahasan ini ialah untuk menetapkan tingkat pencegahan terhadap bahaya
kebakaran yang dapat dilaksanakan, prinsip-prinsip di bawah ini berdasarkan jenis kapal
dan potensi bahaya kebakaran yang ada seperti :
a. Pembagian kapal ke dalam wilayah vertikal pada batas thermal dan struktural.
15
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
16
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
l. Kabel-kabel listrik harus selalu dicek kondisinya, jangan sampai terjadi korseleting.
m. Jangan biasakan menempatkan kain-kain lap di atas peralatan.
n. Jangan menyimpan benda atau bahan-bahan yang mudah terbakar di kamar mesin,
kecuali minyak-minyak pelumas.
o. Pada kamar-kamar mesin modern yang memakai sistem remote control, jangan hanya
melakukan pemeriksaan di ruangan kontrol saja. Selama mesin bekerja harus ada
pekerja yang langsung memeriksa kamar mesin.
(2). Ruangan Akomodasi
a. Merokok di dalam ruangan harus hati-hati. Jangan merokok sambil tiduran, dan buang
puntung rokok yang sudah dipadamkan pada tempat yang disediakan. Jangan
sembarangan membuang puntung rokok yang masih berapi keluar jendela.
b. Penghuni ruangan harus mengenal alat-alat pemadam di kamar dan sekitarnya, serta
mampu mempergunakan alat-alat tersebut pada saat diperlukan.
c. Kebersihan ruangan harus dijaga. Jangan menempatkan barang-barang
(menggantungkan baju/celana) dekat kabel-kabel listrik.
d. Bila menggunakan alat-alat listrik (seterika, kipas angin dan sebagainya) harus hati-hati.
Jangan lalai mencabut stop kontaknya bila telah selesai.
e. Setiap akan tidur atau akan pergi keluar rungan, yakinkan bahwa semuanya telah
aman, tidak ada hal-hal yang dapat menimbulkan api (korseleting).
(3). Ruangan Muatan Dan Penumpang
a. Pemadatan di palka kapal harus diatur sebaik-baiknya. Petugas yang bertanggung jawab
harus menguasai peraturan-peraturan tentang muatan berbahaya, cara-cara
pembungkusannya cara-cara memuatnya, dan tindakan-tindakan pengamanan yang
harus dilakukan.
b. Ventilasi udara harus diatur sebaik-baiknya. Pada kapal yang tonasenya 1500 ton atau
lebih, palka kapal harus dilengkapi dengan termometer pengukur suhu. Petugas yang
bertanggungjawab harus sering memeriksa ruangan palka tersebut.
c. Untuk kapal yang mengangkut muatan minyak harus dijaga jangan sampai terjadi
kebocoran pipa-pipa. Tumpahan minyak atau uapnya merupakan hal yang berbahaya.
Drum-drum maupun tempat berisi minyak harus diikat dengan kuat, sehingga tidak ada
kemungkinan minyaknya tumpah.
d. Di kapal penumpang yang memuat penumpang, kepada penumpang harus
memberikan penjelasan hal-hal yang membahayakan keselamatan bersama. Dan harus
ada petugas yang selalu mengontrol dan memperingatkan penumpang bila tidak
mentaati larangan-larangan yang diberlakukan. Bila perlu, penumpang dilibatkan dalam
latihan.
e. Kapal-kapal khusus yang memuat barang berbahaya (kapal tanker, kapal LPG)
diwajibkan mematuhi peraturan maupun persyaratan pencegahan bahaya sesuai
konvensi International maupun peraturan-paraturan yang berlaku di negara-negara
yang disinggahi/dilewati.
(4). Ruangan Masak / Dapur
a. Alat-alat pemadam api portable harus selalu disiapkan di dapur, dan dijaga baik
kondisinya. Pekerja di dapur juga harus mampu menggunakan alat tersebut pada saat
diperlukan.
b. Semua peralatan masak harus selalu dijaga kondisisnya. Khusus peralatan masak yang
modern, pekerja harus sudah menguasai prosedur penggunaannya dan tindakan-
tindakan keamanan yang diperlukan harus dilaksanakan.
18
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
c. Penggunaan minyak harus hati-hati. Perhatikan temperatur minyak dan hindari hal-hal
yang berbahaya.
d. Larangan jangan merokok harus ditaati, jangan bekerja di dapur sambil merokok.
e. Setelah selesai memasak dan ketika meninggalkan ruangan (galley/pantry), yakinkan
bahwa semua peralatan sudah aman.
Pada temperatur normal, tekanan udara di ruangan juga normal, demikian juga
tekanan udara di dalam alat tersebut. Pada kondisi ini kontak listrik (semacam
relay) tidak berhubungan/membuka.
Bila temperatur tiba-tiba naik karena terjadi kebakaran, maka tekanan udara akan
cepat pula naik. Naiknya tekanan udara menyebabkan terhubungnya kontak listrik
dalam waktu sekitar 15 detik.
Akibatnya rangkaian elektronik akan aktif bekerja, dan akan menyalakan lampu
indikator tanda bahaya, serta menghasilkan sinyal untuk mengaktifkan alarm
bahaya.
Selanjutnya bagaimana cara alat-alat deteksi di atas dapat memberikan peringatan awal
tentang adanya bahaya kebakaran dapat di lihat pada Gambar di bawah.
20
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
21
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
MANUSIA
22
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
MODUL 3
PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN
Kompetensi : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
BST/A.03
23
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Seperti telah diketahui bahwa bahwa bahan pemadam api dapat ditempatkan dalam
berbagai macam ukuran tabung yang dapat dijinjing sehingga sewaktu-waktu diperlukan
mudah di gunakan (portable) dan alat pemadam yang dapat bergerak serta pemadam api
yang instalasinya dipasang tetap yang dapat mengalirkan/menyalurkan media pemadam ke
tempat kebakaran dengan jumlah yang cukup.
Modul ini merupakan modul ketiga dalam Program Diklat Pencegahan dan
Pemadaman Kebakaran yang isinya membahas tentang peralatan pemadam api. Setelah
anda mempelajari modul ini diharapkan dapat menunjukkan kemampuan-kemampuan
sebagai berikut:
1. Menggunakan dan merawat peralatan pemadam kebakaran yang dapat bergerak.
2. Menggunakan dan merawat peralatan pemadam kebakaran yang dapat dijinjing.
3. Menggunakan dan merawat peralatan sistem pemadam api tetap.
Untuk mewadahi pencapaian tujuan-tujuan di atas selanjutnya akan diuraiakn materi
pembelajaran sebagaimana pada halaman berikut.
II. PEMBELAJARAN
B. Kegiatan Belajar
1. Peralatan Pemadam Api
Modul ini merupakan modul ketiga dalam Program Diklat Pencegahan dan Pemadaman
24
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
25
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
Keterangan :
1. Tutup
2. Saringan
3. Timah
4. Cairan Agambar
5. Selang
6. Cairan B
7. Pemamcar
26
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
Catatan :
Bila perlu, kibaskan nozzle jika daerah kebakaran luas ; dan segera jauhi asapnya,
karena asapnya beracun (mengandung gas chloor).
Benda-benda logam yang disemprot dengan gas BCF, sebaiknya dibersihkan, agar tidak
berkarat.
27
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
Catatan :
Asapnya sangat beracun.
Asap tersebut menyelimuti bagian yang terbakar, lebih baik bila digunakan di daerah
yang tertutup.
Cairannya mengandung zat korosif/mudah karat.
Saat ini sudah dilarang ; karena beracun.
Perhatian :
Nozzle harus dipegang pada kayunya.
Baik untuk kebakaran listrik,kertas,minyak,dll.
Keterangan :
1. Tutup Pengaman
2. Plunyer pemecah seal
3. Safety valve
4. Gas cartridge
5. Batas isian air
6. Saluran keluar air
7. Saringan
8. Air
9. Selang
10. Pemamcar
Gambar : Air Bertekanan
Cara/langkah-langkah penggunaan alat ini sbb :
1) Turunkan tabung dari tempatnya.
2) Bawa ke tempat kebakaran
3) Lepaskan selang dan nozzle dari jepitnya
28
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
c. Rangkuman
1. Peralatan pemadam kebakaran dibagi menjadi 3 macam yaitu : peralatan pemadam
kebakaran yang dapat bergerak, jinjing dan sistem pemadam api tetap.
2. Jenis pemadam kebakaran jinjing (portable) yang terdapat di kapal pada umumnya
adalah pemadam api yang menggunakan media bahan-bahan padat, cair, busa dan gas.
b. Uraian materi
Sistem pemadaman api tetap adalah sistem pemadaman kebakaran yang instalasinya
dipasang tetap, yang dapat mengalirkan/menyalurkan media pemadam ke tempat
kebakaran dengan jumlah yang cukup. Diharapkan kebakaran dapat dipadamkan tanpa
banyak melibatkan aktivitas orang (regu pemadam). Walaupun biaya pemasangannya cukup
mahal, namun kemampuan menanggulangi berbagai tingkat resiko kebakaran sangat efektif
(85 – 95 %)
1. Sistem Pendingin Alat Pemadam Api Percik Otomatis, Pancaran Tirai Air Bertekanan
Instalasi Sprinkler dan Tekanan dari Pancaran Air (Water Sprinkler System)
a. Pipa-pipa (pipings)
b. Katub-katub (valve)
c. Sprinkler heads
d. Pompa (pumps)
e. Alarm
29
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
Kisaran Suhu dan Kode Warna yang Menyatu dengan Kepala Sprinkler
Persyaratan :
Spray Nozzle harus yang disetujui administrasi.
Setiap ruangan yang dilindungi harus dapat disuplay air minimal 5 liter/m2 setiap menit.
Sistem dapat dibagi dalam beberapa bagian, katup/valve distribusi harus dapat
dioperasikan dengan mudah dan ditempatkan pada bagiam luar yang dilindungi.
Sistem dipelihara dalam keadaan tertentu, sehingga pompa dapat bekerja secara
otomatis berdasarkan tekanan.
30
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
Pompa harus dapat memberikan tekanan tertentu pada semua bagian yang dilindungi.
Harus dilakukan pemeliharaan pada nozzle, pipa-pipa, valve
peralatan mesin instalasi tetap, sebagai salah satu bagian dari instalasi mesin induk atau
diesel generator. Pompa tersebut tidak mempunyai motor sendiri, oleh sebab itu daya
penggerak pompa berasal dari induknya. Penggerak pompa dari bagian induk (diesel
generator) dapat dilakukan dengan dua cara : Pertama, dengan cara elektris, dalam hal ini
daya gerak didapat dari tenaga listrik yang diubah menjadi tenaga mekanis (memutar rotor),
Kedua, dengan cara mekanis, yaitu daya gerak yang berasal dari hubungan langsung
(menggunkaan belt)
Dengan demikian bila bagian induknya (diesel generator) mengalami
kerusakan/kebakaran, maka pompa-pompa otomatis tidak bisa dijalankan. Oleh karena itu
suatu kebakaran yang bermula dari permesinan/listrik (diesel generator), sering
menimbulkan akibat yang fatal, sebab semua sistem pemadam yang menggunakan pompa-
pompa menjadi lumpuh. Hal tersebut sering terjadi, dimana pabrik atau kapal laut
mengalami kebakaran yang fatal.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, maka penjagaan terhadap bahaya
kebakaran ditempat-tempat yang rawan perlu dilaksanakan dengan ketat. Misalnya dengan
memasang instalasi pemadam otomatis sesuai dengan yang telah dibahas sebelumnya.
Selain itu, untuk tetap dapat mengaktifkan alat-alat pemadam air atau busa perlu disiapkan
pompa portable. Dengan demikian seandainya pompa-pompa pokok lumpuh, maka masih
ada pompa cadangan yang bisa digunakan untuk menanggulangi bahaya kebakaran.
panas, yang pada prinsipnya alat otomat ini merupakan gabungan dari sistem deteksi panas
dengan sistem mekanis alat pemadam portable. Alat akan bekerja secara otomatis
menyemprotkan bahan dry chemical bila terjadi kebakaran dan apabila temperatur ruangan
mencapai 720 C. Alat tersebut mempunyai berat kotor 5 kg, dan berat serbuk kimianya
adalah 3,5 kg. Waktu yang dibutuhkan untuk pendeteksian cepat sekali yaitu sekitar 2 – 3
detik, demikian pula waktu pemancaran juga sangat singkat, yaitu sekitar 10 detik. Dengan
demikian dalam waktu yang sangat singkat bahaya kebakaran dapat langsung ditanggulangi /
dipadamkan. Pemasangan alat di atas adalah di langit-langit ruangan, pada ketinggian sekitar
2 – 2,5 meter di atas peralatan yang mungkin dapat menimbulkan api yang tidak terkendali.
Alat di atas mempunyai kemampuan luas jangkauan pemadaman sekitar 9 meter.
Oleh sebab itu untuk pemadaman ruangan yang lebih luas dapat dipasang dua atau tiga alat.
Pemasangannya harus sedemikian rupa, sehingga tetap berada di atas peralatan atau
barang-barang yang kemungkinan besar dapat menjadi sumber api kebakaran.
33
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
III PENUTUP
Dengan meggunakan modul ini diharapkan siswa dapat mencapai kompetensi puncak
dan dapat menampilkan potensi maksimumnya sehingga tujuan pencapaian kompetensi
dapat terlaksana. Seperti diterangkan dimuka bahwa tujuan akhir dari modul proses
pembelajaran dengan menggunakan modul ini, diharapkan siswa memiliki kemampuan,
membahas tentang peralatan pemadam api. Untuk itu kepada para siswa dan pengguna
modul ini disyarankan untuk membaca literatur lain agar pemahaman materi ini menjadi
lebih baik dan lengkap.
Setelah menggunakan modul ini diharapkan siswa dapat melanjutkan materi diktat lanjutan
yaitu Perlengkapan Pemadam Kebakaran sebagai rangkaian dari modul yang terintegrasi dalam
kompetensi Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran.
Demikian semoga modul ini benar-benar dapat digunakan oleh yang memerlukannya.
DAFTAR PUSTAKA
34