Anda di halaman 1dari 34

Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

MODUL 1
KLASIFIKASI DAN MEDIA PEMADAM KEBAKARAN
Kompetensi : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

BST/A.01

BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIKMENJUR


DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2003

1
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

PERISTILAHAN / GLOSSARY

Titik Nyala adalah suhu terendah dimana suatu zat (yaitu bahan bakar) cukup mengeluarkan
uap dan menyala (terbakar sekejap) bila dikenai sumber panas yang cukup.
Titik Bakar adalah suhu terendah dimana suatu zat (bahan bakar) cukup mengeluarkan uap
dan terbakar (menyala terus-menerus) bila diberi sumber panas.
Suhu Penyalaan Sendiri adalah suhu dimana suatu zat dapat menyala dengan sendirinya
tanpa adanya sumber panas dari luar.
LNG adalah singkatan dari Liquidefied Natural Gas.
LPG adalah singkatan dari Liquidefied Petroleum Gas.
Bobot Mati adalah berat kapal ditambah dengan berat-berat bahan bakar, minyak pelumas,
air balas, air tawar, perlengkapan tidak tetap dan perbekalan.
Gross Tonnage/Isi Kotor adalah jumlah ruangan atau volume kapal yang dinyatakan dalam
satuan 100 cft atau 2,83 m3.
Manual adalah digerakkan, dijalankan dengan tangan.
Nozzle adalah alat pemancr, penyembut, penyemprot air/cairan.]
Halon (halogented hydrocarbon) adalah suatu ikatan methan dan halogen (unsur Iodium,
Fluor dan Brom).
Seal adalah selaput penutup.
Alat Pelindung Pernafasan (APP) adalah alat yang digunakan semata-mata untuk melindungi
sistem pernafasan saja.
Alat Perlindungan Pernafasan Berdiri Sendiri adalah (APPBS) adalah alat yang digunakan
untuk melindungi pernafasan dimana catu udaranya dari alat yang berdiri sendiri/tidak
tergantung kepada udara di sekitar pemakai.
Prosedur adalah urutan/cara untuk melakukan suatu kegiatan.
Sijil Awak Kapal adalah daftar dari semua awak kapal yang harus melaksanakan dinas awak
kapal dan harus diketahui oleh syahbandar.

2
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

I. PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
Modul ini merupakan modul Pertama dalam program diklat pencegahan
pemadaman kebakaran yang isinya membahas tentang Klasifikasi dan Media Pemadam
kebakaran, jenis-jenis api, susunan konstruksi kapal, petunjuk-petunjuk keselamatan di
setiap ruangan di kapal, peralatan deteksi asap dan kebakaran.
Telah diketahui bahwa nyala api sebenarnya suatu reaksi kimia dari 3 unsur yaitu bahan
bakar, panas dan oksigen. Reaksi dari ketiga unsur ini hanya akan menghasilkan nyala api bila
berjalan dengan cepat dan seimbang. Bila salah satu unsur ditiadakan atau kaadarnya berkurang,
maka dengan sendirinya nyala api akan padam. Reaksi yang tergambar pada segitiga api di atas
adalah reaksi berantai yang berjalan dengan seimbang. Bila keseimbangan reaksi tersebut diganggu
maka reaksi akan terhenti atau api akan padam. Prinsip-prinsip tersebut tentu berkaitan erat dengan
apa yang akan dibahas dalam modul ini.

II. PEMBELAJARAN

A. Rencana Belajar Siswa


Kompetensi : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
Kode Kompetensi : BST/A.01
Sub Kompetensi : Klasifikasi dan Media Pemadam Kebakaran.

Tempat Alasan Tanda Tangan


Jenis Kegiatan Tanggal
Belajar Perubahan Guru
Segitiga api dan
penyebab kebakaran

Definisi

Syarat-syarat Terjadinya
Api
Bahan Yang Mudah
Terbakar

Sumber Panas

Oksigen (O2)

B. Kegiatan Belajar
1. Segitiga Api dan Penyebab Kebakaran
a. Tujuan Pembelajaran
Modul ini membahas tentang syarat-syarat terjadinya api, bahan yang mudah terbakar
dan bahaya kebakaran dan meluasnya api. Setelah mempelajari modul ini Anda
diharapkan dapat memahami tentang teori api yang secara khusus dapat di rinci dalam
bentuk-bentuk perilaku sebagai berikut :
1. Menjelaskan segi tiga api dan penyebab kebakaran.
2. Menjelaskan klasifikasi kebakaran.
3. Menerapkan konsep teori api dalam menanggulangi bahaya kebakaran dan dapat
memilih media pemadamnya.
3
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

b. Uraian materi
Ancaman bahaya kebakaran tergantung dari terkendali atau tidaknya api yang
menyala. Oleh sebab itu dikatakan bahwa bahaya kebakaran adalah bahaya yang
ditimbulkan oleh adanya nyala api yang tidak terkendali dan dapat mengancam keselamatan
jiwa maupun harta benda.
Berdasarkan pengertian bahaya kebakaran tersebut diatas maka pencegahan bahaya
kebakaran berarti segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak
terkendali. Jadi ada dua pengertian, Pertama, penyalaan api belum ada dan diusahakan agar
tidak terjadi penyalaan api. Hal ini dilakukan khususnya pada tempat-tempat tertentu yang
dianggap penting. Kedua, penyalaan api sudah ada karena memang digunakan untuk suatu
keperluan, dan diusahakan jangan sampai api tersebut berkembang menjadi tidak
terkendali. Tindakan pencegahan yang dilakukan misalnya dengan menjauhkan bahan yang
mudah terbakar dari tempat tersebut, menyiapkan alat pemadam api dan sebagainya.
Untuk memberi kemudahan pada Anda mencapai tujuan-tujuan tersebut dalam
modul ini akan disajikan pembahasan materi sebagai berikut :
1. Segitiga Api dan Penyebab Kebakaran.
2. Klasifikasi Kebakaran dan Media Pemadamnya.
Pada masing-masing butir bagian Anda akan selalu menjumpai uraian materi, bahan latihan,
intisari dan tes formatif. Oleh karena itu sebaiknya Anda mengikuti seluruh pembahasan itu.
Sedangkan untuk memperkaya pemahaman dan memperluas wawasan Anda mengenai
materi, disarankan agar Anda membaca buku rujukan yang sesuai dan dicantumkan di
bagian akhir Buku Materi Pokok ini.
(1). Syarat-syarat Terjadinya Api
Api adalah suatu reaksi kimia yang sedang berlangsung antara bahan bakar, panas
dan oksigen yang diikuiti oleh pengeluaran cahaya dan panas.
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa api terjadi karena adanya reaksi kimia antara bahan
bakar, panas dan oksigen. Dengan demikian keberadaan dan keseimbangan ketiga unsur
tersebut merupakan syarat mutlak untuk menghasilkan api. Karena api terbentuk dari reaksi
ketiga unsur tersebut, maka hubungan ketiga unsur tersebut dapat digambarkan secara
berantai membentuk sebuah segitiga yang disebut dengan istilah Segitiga Api (Fire Triangle).

Gambar : Segitiga Api


Contoh yang paling sederhana tentang terbentuknya api dapat kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya pada korek api gas. Jika korek api kita nyalakan, maka api
yang terbentuk terjadi akibat adanya tiga unsur pada segitiga api ; yaitu adanya bahan
bakar, panas dan oksigen.
Bahan berupa gas, panas berupa percikan awal/geretan dan oksigen/udara. Jika salah
satu unsur dari segitiga api tersebut kita hilangkan, maka api tidak akan terbentuk ; misalnya
Penghilangan Bahan : (Jika tuas gas tidak kita tekan ; maka bahan bakar tidak akan keluar,
sehingga korek api tidak akan menyala).
 Penghilangan Panas : (Jika geretan tidak ditekan untuk menimbulkan gesekan/panas,
maka suhu tidak akan naik; sehingga korek api tidak akan menyala)
 Penghilangan Oksigen : (Jika celah bagian atas korek api kita tutup maka udara tidak
akan masuk, sehingga korek api tidak akan menyala).
4
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

Contoh-contoh lain dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan dari ketiga
unsur segi tiga api di atas akan diuraikan berikut ini.
(a). Bahan Yang Mudah Terbakar
Umumnya semua bahan atau benda di bumi dapat terbakar. Suatu benda atau bahan dapat
secara mudah atau sulit terbakar sangat tergantung atau sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang akan dijelaskan berikut ini.
 Titik nyala (flash point).
Titik nyala (flash point) ialah temperatur terendah dari suatu bahan untuk dapat
diubah bentuk menjadi uap, dan akan menyala bila tersentuh api (menyala sekejap).
Makin rendah titik nyala suatu bahan, maka bahan tersebut akan makin mudah
terbakar ; sebaliknya makin tinggi titik nyalanya, maka bahan tersebut akan makin
sulit terbakar. Bahan yang titik nyalanya rendah digolongkan sebagai bahan yang
mudah terbakar.
Contohnya :
- Benda Padat : Kayu, kertas, karet, plastik, tekstil, dll
- Benda Cair : Bensin, spiritus, solar, oli, dll
- Benda Gas : Asetilin, Butan, LNG, dll
 Titik bakar (fire point)
Titik bakar (fire point) ialah temperatur terendah dimana suatu zat atau bahan cukup
mengeluarkan uap dan terbakar (menyala terus-menerus) bila diberi sumber panas.
Suatu bahan akan terbakar apabila telah mencapai titik bakar (fire point). Titik nyala
antara suatu zat dengan zat lain berbeda-beda.
Contohnya :
- Bensin = 500C
- Kerosin = 400C - 700C
- Parafin = 300C
 Suhu penyalaan sendiri (auto ignition temperature)
Suhu penyalaan sendiri (auto ignition temperature) yaitu temperatur dimana suatu zat
dapat menyala dengan sendirinya tanpa adanya sumber panas dari luar.
Contohnya :
 Kerosin = 228,90C
 Bensin = 257,20C
 Parafin = 3160C
 Asetelin = 3350C
 Butan = 4050C
 Propan = 457,80C

 Batas Daerah Bisa Terbakar (flammable range)


Batas daerah bisa terbakar adalah batas konsentrasi campuran antara uap bahan
bakar dengan udara yang dapat terbakar bila diberi sumber panas.
Batas daerah bisa terbakar dibatasi oleh :
 Batas bisa terbakar atas (Upper flammable limit)
 Batas bisa terbakar bawah (Lower flammable limit)

Batas daerah bisa terbakar dapat dilihat pada gambar di berikut ini.

5
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

Konsentrasi uap minyak mentah

Gambar : Daerah Bisa Terbakar


(b). Sumber Panas
Panas adalah salah satu penyebab timbulnya kebakaran. Dengan adanya panas maka suatu
bahan akan mengalami perubahan temperatur, sehingga akhirnya mencapai titik nyala.
Bahan yang telah mencapai titik nyala akan mudah sekali terbakar.
Sumber-sumber panas antara lain :
 Sinar matahari
 Listrik
 Energi mekanik
 Reaksi kimia
 Kompresi udara
 Api terbuka
 Gesekan
 Petir
 Nuklir
 Pemampatan/Kompresi

Panas yang berasal dari sumber-sumber panas di atas, dapat berpindah melalui empat cara,
antara lain :
 Radiasi : perpindahan panas dengan cara memancar / pancaran.
 Konduksi : perpindahan panas melalui benda (perantara).
 Konveksi : perpindahan panas melalui udara.
 Loncatan bunga api : perpindahan panas akibat reaksi energi panas dengan
udara (oksigen).

(c). Oksigen (O2)


Oksigen (O2) terdapat di udara bebas. Dalam keadaan normal, prosentase oksigen di
udara bebas adalah 21%. Karena oksigen adalah suatu gas pembakar, maka keberadaan
oksigen akan sangat menentukan keaktifan pembakaran. Suatu tempat dinyatakan masih
mempunyai keaktifan pembakaran, bila kadar oksigennya lebih dari 15 %. Sedangkan
pembakaran tidak akan terjadi bila kadar oksigen di udara kurang dari 12 %. Oleh karena itu
salah satu teknik pemadaman api yaitu dengan cara menurunkan kadar oksigen di sekitar
daerah pembakaran menjadi kurang dari 12 % .

6
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

2. Klasifikasi Media Pemadam Kebakaran


a. Tujuan Pembelajaran
Untuk membiasakan siswa SMK Bidang Kehlian Pelayaran melakukan pencegahan
dan penanggulangan kebakaran dalam kehidupan sehari-hari di atas kapal. Modul ini
didalamnya membahas : Klasifikasi Kebakaran dan Media Pemadamnya, Alat Pemadam
Kebakaran, Prosedur Penanggulangan Bahaya Kebakaran, Perlengkapan Petugas Pemadam
Kebakaran dan Peran/Organisasi Pemadam Kebakaran di atas kapal.
b. Uraian materi
(1). Dasar Perkembangan Klasifikasi
Klasifikasi pernah mengalami perkembangan dan perubahan sehingga timbul berbagai
klasifikasi, hal tersebut disebabkan :
(a). Makin intensifnya penemuan dan pemakaian jenis bahan bakar yang sifatnya
berbeda dengan bahan bakar lainnya.
(b). Dikembangkan jenis-jenis media pemadam baru yang lebih tepat (efektif) bagi suatu
jenis bahan bakar tertentu.
Sampai saat ini terdapat 4 (empat) macam klasifikasi yang berlaku dalam teknologi
penanggulangan kebakaran. Klasifikasi tersebut antara lain :
(a). Klasifikasi sebelum tahun 1970
Sebelum tahun 1970 negara-negara Eropa mengakui klasifikasi kebakaran ini antara lain
sebagai berikut :
 Klas A : bahan bakar padat (kain, kertas, kayu, dll)
 Klas B : bahan bakar cair dan padat lunak misalnya Grease atau gemuk).
 Klas C : kebakaran listrik "Hidup"

(b). Klasifikasi sesudah tahun 1970


Pada bulan Juni tahun 1970 diadakan Konvensi Internasional, dimana dalam konvensi ini
melahirkan klasifikasi kebakaran sebagai berikut :
 Klas A : Bahan bakar apabila terbakar akan meninggalkan arang dan abu.
 Klas B : Bahan bakarnya lunak dan cair (minyak tanah, bensin, solar, dll).
 Klas C : Bahan bakarnya gas.
 Klas D : Bahan bakarnya logam.
Dengan adanya konvensi ini maka saat ini negara-negara Eropa mengakui klasifikasi sesudah
tahun 1970, sedang negara-negara yang mengikuti klasifikasi sebelum tahun 1970 adalah
Amerika Utara, Australia dan Afrika Selatan.
(c). Klasifikasi menurut NFPA (USA)
Klasfikasi NFPA ini dikenal sebagai klasifikasi Amerika di darat (sama dengan DPK/Dinas
Pemadam Kebakaran di Indonesia). Adapun pembagian dari klasifikasi menurut NFPA ini
sebagai berikut :
 Klas A : Bahan bakarnya bila terbakar akan meninggalkan arang dan abu.
 Klas B : Bahan bakar cair.
 Klas C : Kebakaran listrik.
 Klas D : Kebakaran logam.
Indonesia mengikuti klasifikasi menurut NFPA yang tertuang dalam: Peraturan
7
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tanggal 14 April 1980 No.PE-04/MEN/1980. Tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
(d). Klasifikasi menurut US Coast Guard (USA).
Klasifikasi menurut US Coast Guard terdapat 7 (tujuh) klasifikasi kebakaran sebagai berikut :
 Klas A : Sisa pembakaran berupa arang dan abu (kain, kayu, kertas, plastik, dll).
 Klas B : Cairan dengan titik nyala lebih kecil dari 1700 F dan tidak larut dalam air
(misalnya bensin, benzone dll).
 Klas C : Cairan dengan titik nyala lebih kecil dari 1700 F & larut dalam air
(misalnya acrton, ethanol,dll)
 Klas D : Cairan dengan titik nyala sama dengan 1700 F dan lebih tinggi, dan
tidak larut dalam air (misalnya minyak kelapa, minyak ikan paus,
minyak trafo, bahan bakar/minyak berat).
 Klas E : Cairan dengan titik nyala sama dengan 1700 F dan lebih tinggi, akan larut
dalam air (misalnya glicerin, etilen, glikon dll).
 Klas F : Kebakaran logam (misalnya alumunium dll).
 Klas G : Kebakaran listrik.

(2). Media Pemadam


Dasar-dasar pemadaman terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
(a). Prinsip pemadaman
Prinsip-prinsip pemadaman kebakaran adalah sebagai berikut :
 Menghilangkan bahan bakar
 Memisahkan uap bahan bakar dengan udara
 Mendinginkan
 Memutus rantai reaksi pembakaran.
Sedapat mungkin di dalam memadamkan kebakaran, salah satu unsur dari segi api (bahan
bakar - panas - udara), dihilangkan.
(b). Teknik Pemadaman
Di dalam teknik pemadaman kebakaran dikenal dengan apa yang disebut sebagai berikut :
 Starvation (menghilangkan atau mengurangi bahan bakar sampai di bawah batas bisa
terbakar = low flammable limit).
 Smothering (menyelimuti atau menghilangkan atau memisahkan udara dengan bahan
bakar), sedangkan Dilution (mengurangi atau memisahkan kadar zat asam).
 Cooling (mengurangi panas sampai bahan bakar mencapai suhu di bawah titik nyala
atau mendinginkan).
 Cut Chain Reaction (memutuskan rantai reaksi pembakaran baik secara kimiawi
maupun mekanis).

(3). Jenis-jenis Media Pemadam


Media pemadam menurut fasenya dibagi menjadi 3 (tiga) macam :
(a). Jenis padat : pasir, tanah, selimut api (fire blanket), tepung kimia (dry chemical).
(b). Jenis cair : Air, busa (foam), cairan mudah menguap.
(c). Jenis gas : Gas asam arang(CO2), gas zat lemas (N2), gas argon serta gas-gas inert
yang lain.
8
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

(a). Media Pemadam Jenis Padat


 Pasir dan tanah
Fungsi utama ialah membatasi menjalarnya kebakaran, namun untuk kebakaran kecil
dapat dipergunakan untuk menutupi permukaan bahan bakar yang terbakar sehingga
memisahkan udara dari proses nyala yang terjadi. Dengan demikian nyalanya akan
padam.
 Tepung kimia
Menurut klas kebakaran yang dipadamkan, maka tepung kimia dibagi sebagai berikut :
 Tepung Kimia Biasa (Regular)
Kebakaran yang dipadamkan adalah kebakaran cairan, gas dan listrik. Bahan baku
tepung kimia regular:
 Sodium bicarbonat/baking soda (NaHCO3)
 Potasium bicarbonat (KHCO3), ini dikenal sebagai purple "K" yaitu untuk
mencegah sifat higroskopis (mengisap air), dan penggumpalan serta untuk
memberikan daya pengaktifan yang lebih baik, maka ditambah logam stearte
dan lain aditive (rahasia perusahaan/pembuatnya).
 Potasium carbonat yang dikenal sebagai "Monnex"
 Potasium Chloride (KCL) yang dikenal sebagai Super "K"
 Tepung Kimia Serbaguna (Multipurpose)
Tepung ini dikenal sebagai tepung kimia ABC. Tepung sangat efektif untuk
memadamkan kebakaran klas A, B, C ; misalnya minyak, kayu, gas dan listrik. Bahan
baku tepung kimia multipurpose:
 Tepung Amonium Phosphate (MAP) atau (NH4)H2PO4
 Kalium Sulfate (K2SO4).
 Tepung Kimia Kering (Khusus
Tepung kimia khusus atau tepung kimia kering atau dry powder untuk memadamkan
kebakaran logam. Bahan baku kimia kering :
 Campuran Kalium Chloride, Barium Chloride, Magnesium Chloride, Natrium
Chloride dan Kalsium Chloride.
 Bubuk grafik dengan berbagai campuran lain seperti Organic Phosphate.
Dalam perdagangan jenis ini dikenal dengan jenis nama antara lain : Lith-X
powder, Metal-X Guard powder, Pyrene G-L Powder.
 Campuran Sodium Chloride tri Kalsium Phosphate, metal Stearate dan
termo plastic. Dalam perdagangan dijual dengan nama Mat-L-X powder.
 Campuran Sodium Chloride, Amonium Phosphate. Dalam perdaganagan
dikenal dengan nama Pyromet Powder.
Cara Kerja Tepung Kimia Dalam Memadamkan Api
 Secara fisik yaitu dengan mengadakan pemisahan atau penyelimutan
penyelimutan bahan bakar, sehingga tidak terjadi pencampuran oksigen
dengan uap bahan bakar. Semua tepung mempunyai cara kerja fisik seperti
ini.
 Secara kimiawi yaitu memutus rantai reaksi pembakaran dimana partikel-
partikel tepung kimia tersebut akan menyerap radikal hidroksil dari api.
Tepung kimia yang bekerja secara kimiawi adalah berbahan baku KHCO3
(Potasium Bicarbonat) dan (NH4) H2PO4 (Mono Amonium Phosphate).
9
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

(b). Media Pemadam Jenis Cair


Media pemadam jenis cair terbagi dalam beberapa jenis, antara lain :
 Air
Dalam pemadaman kebakaran air adalah media pemadam yang paling banyak
dipergunakan, hal ini dikarenakan air mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
 Mudah didapat dalam jumlah yang banyak
 Harganya murah
 Mudah disimpan, diangkut dan dialirkan
 Dapat dipancarkan dalam bentuk :
o Jet (Jet Stream)
o Setengah tirai (Coarse Spray Stream)
o Tirai (Spray Stream)
o Mempunyai daya mengembang yang besar dan daya untuk penguapan yang
tingi.
Air dalam pemadaman bekerja secara fisis yaitu :
º Mendinginkan
Air (Water) mempunyai daya penyerap panas yang cukup tinggi, dalam hal ini
berfungsi sebagai pendingin. Panas yang diserap dari 150C sampai 1000C : 84,4
KCal/kg (152BTU/lb). Panas laten penguapan : 538KCal/kg (970BTU/lb). Panas
yang diserap air dari 150C sampai menjadi uap (1000C) adalah 622KCal/kg atau
1122BTU/lb (9362BTU/galon).
o Menyelimut
Air yang terkena panas berubah menjadi uap dan uap tersebutlah yang
menyelimuti bahan bakar yang terbakar. Dalam penyelimutan ini air cukup efektif
karena dari 1 liter air akan berubah menjadi uap sebanyak 1670 liter uap air.

º Busa
Berdasarkan klas kebakaran, maka busa dibagi menjadi beberapa bagian antara
lain:
 Busa Regular
Yaitu busa yang hanya mampu memadamkan bahan-bahan yang berasal dari
Hydrocarbon atau bahan-bahan cair bukan pelarut (solvent).
 Busa serbaguna (All purpose foam)
Busa ini juga sebagai busa anti alkohol yang dapat memadamkan
kebakaran yang berasal dari cairan pelarut seperti : alkohol, either, atau zat
cair yang melarut.
Berdasarkan cara terjadinya, maka busa dibagi menjadi:
 Busa kimia
Busa ini terjadi karena adanya proses kimia (chemical foam), yaitu
percampuran bahan-bahan kimia.
Bahan bakunya :
- Tepung tunggal (single powder); Tepung ini bila bercampur dengan air akan
menjadi busa.
- Tepung ganda (dual powder); Tepung ini terdiri dari tepung alumunium
10
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

sulfat dan tepung natrium carbonat.


Kedua tepung tersebut masing-masing dilarutkan dengan air dengan
perbandingan volume tertentu. Apabila keduanya dicampurkan akan terjadi
bentuk busa.
Proses kimianya sebagai berikut :
Al2(SO4)2 + 6Na HCO3 ----> 2Al(OH)3 + 3Na2SO4 + 6CO2

 Busa Mekanik
Busa ini terjadi karena proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan-
bahan pembuat busa yang terjadi dari cairan busa dan udara. Untuk
melaksnakan proses pembuatan busa dipergunakan alat-alat pembuat busa.
Proses pembuatannya yaitu Pada air dicampurkan cairan busa sehingga
membentuk larutan busa. Karena proses adukan atau penguapan udara
kedalam larutan busa maka terbentuklah busa mekanik.
Bahan-bahan cairan busa adalah sebagai berikut :
1. Protein (hewani dan nabati)
2. Fluoro protein (FP 70)
3. Fluorocarbon surfactant (AF3, light water)
4. Detergent atau hydrocarbon surfactant atau louryalcohol, ini disebut
sebagai cairan busa expansi tinggi. Fluorocarbon surfactant dan hydrocarbon
surfactant disebut juga sebagai cairan busa sintetis.
(c). Media Pemadam Jenis Gas
Media pemadam jenis gas akan memadamkan api secara fisis yaitu: Pendinginan
(Cooling) dan Penyelimutan (Dilusi). Berbagai gas dapat dipergunakan dalam pemadam api,
namun gas asam arang (CO2) dan gas zat lemas (N2) yang paling banyak dipergunakan.
Gas zat lemas banyak digunakan untuk mendorong tepung kimia pada instalasi pemadam
tetap atau dilarutkan dalam BCF, sedangkan yang langsung digunakan untuk
memadamkan api adalah gas asam (CO2). Dalam pemakaiannya gas CO2 disimpan dalam
botol yang mempunyai tekanan 1000 - 1200 psi ( 80 atm). Kerugiannya : Wadah berat dan
sulit bergerak bagi si pemakai.

(d). Media Pemadam Jenis Cairan Mudah Terbakar


Media pemadam ini bekerja dengan cara memutuskan rantai reaksi pembakaran
dan mendesak udara atau memisahkan zat asam. Nama umum media ini adalah HALON
atau HALOGENATED HYDROCARBON, yaitu suatu ikatan methan dan halogen (Jodium, Flour,
Chlor dan Brom). Bila dibandingkan dengan udara maka halon adalah lebih berat (contoh
Halon 130) adalah 5 kali lebih berat dari udara.

11
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

MODUL 2
PRINSIP-PRINSIP PENCEGAHAN KEBAKARAN
Kompetensi : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

BST/A.02

CARA PENGURAIAN

CARA ISOLASI CARA PENDINGINAN

BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIKMENJUR


DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2003

12
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

I. PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini merupakan modul kedua dalam program diklat pencegahan pemadaman
kebakaran yang isinya membahas tentang prinsip-prinsip pencegahan kebakaran, jenis-jenis
api, susunan konstruksi kapal, petunjuk-petunjuk keselamatan di setiap ruangan di kapal,
peralatan deteksi asap dan kebakaran.
Telah diketahui bahwa nyala api sebenarnya suatu reaksi kimia dari 3 unsur yaitu
bahan bakar, panas dan oksigen. Reaksi dari ketiga unsur ini hanya akan menghasilkan nyala
api bila berjalan dengan cepat dan seimbang. Bila salah satu unsur ditiadakan atau
kaadarnya berkurang, maka dengan sendirinya nyala api akan padam. Reaksi yang
tergambar pada segitiga api di atas adalah reaksi berantai yang berjalan dengan seimbang.
Bila keseimbangan reaksi tersebut diganggu maka reaksi akan terhenti atau api akan padam.
Prinsip-prinsip tersebut tentu berkaitan erat dengan apa yang akan dibahas dalam modul ini.
Karena itu sebelum meneruskan kegiatan untuk mempelajari modul ini sebaiknya anda
mengingat kembali pokok-pokok pembicaraan yang ada pada modul pertama.

II. PEMBELAJARAN

A. Rencana Belajar Siswa


Kompetensi : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
Kode Kompetensi : BST/A.02
Sub Kompetensi : Prinsip-prinsip pencegahan Kebakaran

Jenis Kegiatan Tanggal Tempat Alasan Tanda Tangan


Belajar Perubahan Guru

Prinsip-prinsip
Pencegahan Kebakaran

Jenis-jenis Api

Susunan Konstruksi
Kapal

Definisi

Tindakan Keamanan Di
Kamar Mesin

Ruangan Akomodasi

Ruangan Muatan Dan


Penumpang

Ruangan Masak /
Dapur

13
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

B. Kegiatan Belajar
1. Prinsip-prinsip Pencegahan Kebakaran
Modul ini merupakan modul kedua dalam program diklat pencegahan pemadaman
kebakaran yang isinya membahas tentang prinsip-prinsip pencegahan kebakaran, jenis-jenis
api, susunan konstruksi kapal, petunjuk-petunjuk keselamatan di setiap ruangan di kapal,
peralatan deteksi asap dan kebakaran.
a. Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari kegiatan pembelajaran 1 ini adalah supaya siswa mengetahui bahwa
nyala api sebenarnya suatu reaksi kimia dari 3 unsur yaitu bahan bakar, panas dan oksigen.
Reaksi dari ketiga unsur ini hanya akan menghasilkan nyala api bila berjalan dengan cepat
dan seimbang. Bila salah satu unsur ditiadakan atau kadarnya berkurang, maka dengan
sendirinya nyala api akan padam. Dengan demikian maka akan dapat
mencegah/menghindari terjadinya kebakaran dan bila terjadi kebakaran maka dapat
mengatasinya sesuai dengan standar dan prinsip-prinsip yang benar.
b. Uraian materi
(1). Prinsip-prinsip Pencegahan Kebakaran
Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa nyala api sebenarnya adalah suatu reaksi
dari 3 unsur yaitu, bahan bakar (fuel), panas (energy) dan oksigen. Reaksi dari ketiga unsur
tersebut di atas hanya akan menghasilkan nyala bila berjalan dengan CEPAT dan
SEIMBANG. Bila salah satu unsur ditiadakan atau kadarnya berkurang, maka dengan
sendirinya nyala api akan PADAM. Reaksi ketiga unsur tersebut digambarkan dalam satu
segitiga yang disebut : SEGI TIGA API.

Reaksi yang tergambar pada segitiga api adalah reaksi berantai yang berjalan
dengan seimbang. Bila KESEIMBANGAN reaksi tersebut DIGANGGU maka reaksi akan
terhenti atau api akan padam. Oleh karena itu dasar-dasar dari sistem pemadam api
sesungguhnya adalah: pengrusakan keseimbangan reaksi api. Pengrusakan keseimbangan
reaksi tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
(a). CARA PENGURAIAN: adalah suatu pemadaman api dengan jalan MEMISAHKAN atau
MENYINGKIRKAN bahan-bahan yang mudah terbakar (lihat Gambar di bawah).
(b).

(c). CARA PENDINGINAN: adalah pemadaman api dengan jalan MENURUNKAN PANAS,
sehingga temperatur bahan yang terbakar turun sampai di bawah titik nyalanya (lihat
Gambar di bawah).

14
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

(d). CARA ISOLASI: adalah pemadaman api dengan jalan MENURUNKAN KADAR OKSIGEN
sampai di bawah 12%. Cara ini disebut juga LOKALISASI, yaitu mencegah reaksi dengan
oksigen (lihat Gambar di bawah).

(2). Jenis-jenis Api


Berdasarkan bahan yang terbakar, api dibedakan menjadi beberapa jenis. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk memilih alat pemadam yang TEPAT untuk api tersebut,
karena tidak sembarang api dapat dipadamkan dengan alat pemadam yang sama. Jenis -
Jenis api :
(a). API KLAS A adalah api yang berasal dari bahan yang mudah terbakar seperti : kayu,
kertas, tekstil dan sebagainya.
(b). API KLAS B adalah nyala api dari bahan minyak, solar, bensin dan sebagainya.
(c). API KLAS C adalah api yang berasal dari arus listrik (Korsleting).
(d). API KLAS D adalah api yang berasal dari logam seperti titanium, sadrium, dan
sebagainya.

Berasal dari jenis-jenis api yang disebut di atas, nantinya suatu kebakaran juga
digolongkan sesuai dengan jenis apinya (lihat diktat Klasifikasi Kebakaran dan Media
Pemadam). Dengan mengetahui jenis api kebakaran, maka dapat dipilih alat pemadam yang
tepat. Karena kesalahan penggunaan alat pemadam dapat lebih membahayakan, misalnya
: penggunaan air sebagai alat pemadam api adalah tepat untuk api klas A saja. Untuk api
klas lainnya (B,C dan D) kurang baik, bahkan untuk api klas B justru membahayakan.
Susunan Konstruksi Kapal
Tujuan pembahasan ini ialah untuk menetapkan tingkat pencegahan terhadap bahaya
kebakaran yang dapat dilaksanakan, prinsip-prinsip di bawah ini berdasarkan jenis kapal
dan potensi bahaya kebakaran yang ada seperti :

a. Pembagian kapal ke dalam wilayah vertikal pada batas thermal dan struktural.

15
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

b. Pembatasan ruangan-ruangan akomodasi dari bagian kapal lainnya dengan


menggunakan pembatas thermal dan struktural.
c. Pembatasan dalam penggunaan bahan-bahan yang mudah menyala.
d. Deteksi dari setiap tempat yang mungkin terjadi kebakaran.
e. Pembatasan dan pemadaman setiap tempat yang mungkin terjadi kebakaran.
f. Perlindungan terhadap jalur penyelamatan atau jalan untuk pemadaman dan
kebakaran.
g. Kesiagaan alat-alat pemadaman kebakaran.
h. Mengurangi kemungkinan terbakarnya uap muatan yang mudah menyala.
i. Definisi
 Bahan tidak mudah menyala, berarti bahan yang tidak terbakar atau megeluarkan
uap yang mudah terbakar dalam jumlah yang cukup sehingga dapat menyala sendiri.
 Pengujian kebakaran baku, adalah pengujian dimana contoh dari sekat/dinding atau
geladak diuji di dalam tungku pengujian sampai suhu yang setingkat dengan kurun
waktu suhu baku.
 Contoh pengujian ini harus memiliki permukaan terbakar tidak kurang dari 4,65M
dan tinggi (panjang geladak) 2,44M yang mirip sekali dengan konstruksi yang
dimaksud, termasuk sambungannya.
 Pembagian kelas A Adalah pembagian-pembagian yang dibentuk oleh sekat
(dinding) dan geladak-geladak yang memenuhi hal-hal tersebut di bawah ini :
 Harus dibuat dari baja atau logam sejenis.
 Harus diperkuat secara baik
 Harus dikonstruksi sedemikian rupa sehingga mampu mencegah lewatnya asap
dan lidah api sampai akhir pengujian baku kebakaran selama satu jam.
 Harus diberi lapisan isolasi yang disetujui dari bahan yang tidak mudah menyala
sehingga rata-rata dari pada bagian yang terbakar tidak akan naik lebih dari
139øC di atas dari suhu semula, juga pada setiap sambungan, suhu tidak akan
naik sampai 180øC di atas suhu semula dalam jangka waktu yang telah
ditentukan Pemerintah yang bersangkutan dapat menetapkan pengujian suatu
prototip atau geladak untuk menjamin penyesuaian dengan ketentuan-
ketentuan di atas dalam hal integritas dan kenaikan suhu.
 Pembagian Klas B adalah pembagian-pembagian yang dibentuk oleh sekat, geladak,
langit-langit atau lapisan-lapisan yang sesuai dengan hal-hal sbb :
1. Harus dikonstruksi sedemikian rupa sehingga mampu mencegah lalunya lidah api
sampai akhir setengah jam pertama dari pengujian kebakaran baku.
2. Harus memiliki kemampuan isolasi sedemikian rupa, sehingga suhu rata-rata dari sisi
yang tidak terbuka tidak akan meningkat lebih dari 1390C di atas suhu semula,
demikian juga suhu tidak akan meningkat pada titik manapun, termasuk sambungan
yang ada, lebih dari 2250C di atas suhu semula dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
3. Harus dibuat dari bahan-bahan yang tidak mudah terbakar yang disetujui dan semua
bahan-bahan yang masuk kedalam pembuatan dan pembangunan dari pembagian klas
B harus dari jenis yang tidak mudah menyala, kecuali dimana sesuai dengan bagian C
dan D dalam bab ini penggunaan bahan tak mudah terbakar tidak diharuskan, dalam
hal mana ia memenuhi batas suhu yang telah ditentukan.
Pemerintah yang bersangkutan dapat menentukan suatu pengujian atas prototip sekat
atau geladak guna menjamin bahwa ketentuan-ketentuan di atas dalam hal integritas

16
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

dan peningkatan suhu terpenuhi.


Pembagian Klas C, harus dibuat dari bahan baku yang tidak mudah terbakar yang disetujui.
Kelas C ini tidak harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan lewatnya
asap dan lidah api atau pembatasan peningkatan suhu.

2. Petunjuk- Petunjuk Keselamatan


a. Tujuan Pembelajaran
Setelah anda mempelajari modul ini diharapkan anda mempunyai kemampuan-kemampuan
sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi jenis-jenis api.
2. Mengidentifikasi konstruksi dan bahan bangunan kapal.
3. Melakukan tindakan-tindakan keamanan di setiap ruangan di kapal.
b. Uraian materi
(1). Tindakan Keamanan Di Kamar Mesin
a. Kamar mesin harus selalu dijaga kebersihannya. Minyak-minyak yang menetes di
bawah peralatan segera dibersihkan dan dikeringkan. Lap-lap kotor bercampur minyak
jangan diletakkan sembarangan. Sebaiknya simpan di kotak besi yang tertutup rapat.
Got-got harus sering di kuras.
b. Lakukan perawatan mesin/listrik dengan sebaik-baiknya. Jangan melakukan perbaikan
atau perubahan-perubahan alat yang mengandung resiko. Alat yang sudah melampaui
batas pemakaian sebaiknya cepat-cepat diganti.
c. Alat-alat pemadam api untuk mesin/listrik harus tersedia dengan cukup. Sebelum
berangkat berlayar sebaiknya memeriksa semua peralatan dan sistem pemadaman di
kamar mesin, yakinkan bahwa semua dalam kondisi yang baik dan siap digunakan.
d. Bila melakukan percobaan (setelah selesai perbaikan) alat-alat pemadam api dan
petugasnya harus disediakan.
e. Larangan "DILARANG MEROKOK" harus benar-benar ditaati.
f. Setiap pekerja di kamar mesin harus mengenal semua peralatan mesin/listrik yang ada
di ruangan, dan mengetahui dengan tepat bahaya-bahaya apa yang dapat ditimbulkan
oleh peralatan tersebut.
g. Setiap pekerja di kamar mesin harus mengetahui sistem pemadaman api yang
digunakan, macam alat yang digunakan, lokasinya dan cara bekerjanya. Dan harus
mempergunakan alat-alat tersebut sewaktu-waktu diperlukan. Pekerja yang masih
dalam taraf latihan sebaiknya harus selalu didampingi pekerja yang sudah
berpengalaman.
h. Pekerja yang bertugas jaga harus melaksanakan kewajibannya dengan baik. Lakukan
pengontrolan dan pengecekan bekerjanya peralatan sesering mungkin. Perhatikan
sekeliling apakah timbul asap atau mungkin tercium bau kabel yang terbakar, dan
sebagainya.
i. Bila terpaksa melakukan perbaikan, sedangkan beberapa peralatan lain masih bekerja,
perhatikan tindakan-tindakan keamanan yang diperlukan.
j. Usahakan agar aliran udara/ventilasi kamar mesin bekerja dengan baik.
k. Bila ada kelainan-kelainan yang membahayakan, jangan ragu-ragu untuk menyetop
mesin, tetapi bila masih memungkinkan, agar laporkan dulu keanjungan dan kepala
kamar mesin.
17
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

l. Kabel-kabel listrik harus selalu dicek kondisinya, jangan sampai terjadi korseleting.
m. Jangan biasakan menempatkan kain-kain lap di atas peralatan.
n. Jangan menyimpan benda atau bahan-bahan yang mudah terbakar di kamar mesin,
kecuali minyak-minyak pelumas.
o. Pada kamar-kamar mesin modern yang memakai sistem remote control, jangan hanya
melakukan pemeriksaan di ruangan kontrol saja. Selama mesin bekerja harus ada
pekerja yang langsung memeriksa kamar mesin.
(2). Ruangan Akomodasi
a. Merokok di dalam ruangan harus hati-hati. Jangan merokok sambil tiduran, dan buang
puntung rokok yang sudah dipadamkan pada tempat yang disediakan. Jangan
sembarangan membuang puntung rokok yang masih berapi keluar jendela.
b. Penghuni ruangan harus mengenal alat-alat pemadam di kamar dan sekitarnya, serta
mampu mempergunakan alat-alat tersebut pada saat diperlukan.
c. Kebersihan ruangan harus dijaga. Jangan menempatkan barang-barang
(menggantungkan baju/celana) dekat kabel-kabel listrik.
d. Bila menggunakan alat-alat listrik (seterika, kipas angin dan sebagainya) harus hati-hati.
Jangan lalai mencabut stop kontaknya bila telah selesai.
e. Setiap akan tidur atau akan pergi keluar rungan, yakinkan bahwa semuanya telah
aman, tidak ada hal-hal yang dapat menimbulkan api (korseleting).
(3). Ruangan Muatan Dan Penumpang
a. Pemadatan di palka kapal harus diatur sebaik-baiknya. Petugas yang bertanggung jawab
harus menguasai peraturan-peraturan tentang muatan berbahaya, cara-cara
pembungkusannya cara-cara memuatnya, dan tindakan-tindakan pengamanan yang
harus dilakukan.
b. Ventilasi udara harus diatur sebaik-baiknya. Pada kapal yang tonasenya 1500 ton atau
lebih, palka kapal harus dilengkapi dengan termometer pengukur suhu. Petugas yang
bertanggungjawab harus sering memeriksa ruangan palka tersebut.
c. Untuk kapal yang mengangkut muatan minyak harus dijaga jangan sampai terjadi
kebocoran pipa-pipa. Tumpahan minyak atau uapnya merupakan hal yang berbahaya.
Drum-drum maupun tempat berisi minyak harus diikat dengan kuat, sehingga tidak ada
kemungkinan minyaknya tumpah.
d. Di kapal penumpang yang memuat penumpang, kepada penumpang harus
memberikan penjelasan hal-hal yang membahayakan keselamatan bersama. Dan harus
ada petugas yang selalu mengontrol dan memperingatkan penumpang bila tidak
mentaati larangan-larangan yang diberlakukan. Bila perlu, penumpang dilibatkan dalam
latihan.
e. Kapal-kapal khusus yang memuat barang berbahaya (kapal tanker, kapal LPG)
diwajibkan mematuhi peraturan maupun persyaratan pencegahan bahaya sesuai
konvensi International maupun peraturan-paraturan yang berlaku di negara-negara
yang disinggahi/dilewati.
(4). Ruangan Masak / Dapur
a. Alat-alat pemadam api portable harus selalu disiapkan di dapur, dan dijaga baik
kondisinya. Pekerja di dapur juga harus mampu menggunakan alat tersebut pada saat
diperlukan.
b. Semua peralatan masak harus selalu dijaga kondisisnya. Khusus peralatan masak yang
modern, pekerja harus sudah menguasai prosedur penggunaannya dan tindakan-
tindakan keamanan yang diperlukan harus dilaksanakan.

18
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

c. Penggunaan minyak harus hati-hati. Perhatikan temperatur minyak dan hindari hal-hal
yang berbahaya.
d. Larangan jangan merokok harus ditaati, jangan bekerja di dapur sambil merokok.
e. Setelah selesai memasak dan ketika meninggalkan ruangan (galley/pantry), yakinkan
bahwa semua peralatan sudah aman.

3. Pengamanan Dini Sebelum dan Awal Terjadinya Kebakaran


a. Tujuan Pembelajaran
Setelah anda mempelajari modul ini diharapkan anda mempunyai kemampuan-kemampuan
sebagai berikut :
(1). mengenali dan memahami cara kerja alat deteksi asap
(2). mengenali dan memahami cara kerja alat deteksi panas
(3). mengenali dan memahami cara kerja alat deteksi kebakaran
b. Uraian materi
Kalau pada bagian yang pertama telah dibahas prinsip-prinsip pencegahan kebakaran
dan petunjuk-petunjuk keselamatan di setiap ruangan di atas kapal, maka pada bagian ini
kita akan membahas tentang pengamanan dini sebelum dan awal terjadinya kebakaran.

(2). Sistem Deteksi Asap dan Kebakaran


Sesuai kemajuan teknologi yang demikian pesatnya, pada saat ini bahaya kebakaran
dapat dideteksi sedini mungkin dengan cermat sekali. Dan berbagai macam alat deteksi
bahaya kebakaran mulai dihasilkan dalam berbagai tipe dan kemampuan yang menakjubkan
dan didapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
(a). Alat Deteksi Asap (smoke detector)
Alat ini mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan memberikan alarm bila terjadi asap di
ruangan tempat alat ini di pasang. Karena kepekaannya kadang-kadang disebabkan oleh
asap rokok saja alat deteksi ini langsung aktif.
Sebagaimana telah diketahui alat deteksi asap dapat memberikan sinyal ke alarm
bahaya dengan cara mendeteksi adanya asap yang berasal dari nyala api yang tidak
terkendali. Pada umumnya, alat tersebut prinsip kerjanya berdasarkan 2 hal :
 Prinsip Ionisasi
Pada tipe ini cara mendeteksi asap menggunakan elemen radio aktif dan dua elektroda
(positif dan negatif), cara kerjanya adalah sebagai berikut :
1. Dalam kondisi normal, antara kedua elektroda timbul suatu medan listrik.
2. Elemen radio aktif memancarkan radiasi ke arah medan listrik antara dua elektroda,
sehingga terjadi proses ionisasi, maka akibatnya akan terjadi aliran listrik antara dua
elektroda tersebut dan aliran listrik ini masih kecil dan lemah sekali.
3. Bila antara elektroda tercemar oleh gas atau asap kebakaran maka aliran listrik
akan membesar sehingga cukup untuk mengaktifkan rangkaian elektronismenya.
Akibatnya lampu indikator akan memberikan tanda bahaya (nyala padam) disertai
bunyi alarm bahaya.
a. Prinsip Photo Elektrik.
Alat deteksi asap tipe ini menggunakan bahan bersifat photo elektrik yang sangat peka
sekali terhadap cahaya. Cara kerjanya adalah sebagai berikut :
19
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

i. Dalam keadaan normal, bahan photo elektrik mendapat


cahaya dari lampu kecil yang menyala, sehingga bahan tersebut mengeluarkan arus
listrik. Arus listrik yang berasal dari bahan photo elektrik tersebut digunakan untuk
membuka suatu saklar elektronik.
ii. Bila ada asap yang masuk maka cahaya akan terhalang dan
bahan photo elektrik berhenti mengeluarkan arus listrik. Akibatnya saklar elektronik
yang tadinya membuka menjadi menutup.
iii. Menutupnya saklar elektronik akan mengakibatkan suatu
rangkaian penghasil pulsa listrik yang nantinya diteruskan ke lampu indikator (tanda
bahaya nyala padam) dan mengakibatkan tanda alarm bahaya berbunyi.
(b). Alat Deteksi Nyala Api (flame detector)
Alat ini dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan cara
menangkap sinar ultra violet yang dipancarkan oleh nyala api tersebut.
Pemasangan alat deteksi nyala api berlainan dengan alat-alat deteksi sebelumnya.
Pada umumnya alat deteksi nyala api dipasang di tempat-tempat yang mempunyai resiko
bahaya kebakaran yang lebih besar dan dalam keaktifan pembakaran yang lebih cepat.
Misalnya di tempat-tempat penyimpanan barang-barang berbahaya, cairan-cairan yang
mudah menyala dan sebagainya. Prinsip kerjanya hampir sama dengan alat-alat deteksi
sebelumnya, bedanya terletak pada sensor yang dilakukan yaitu mendeteksi terhadap sinar
ultra violet yang terpancar dari api kebakaran.
(c). Alat Deteksi Panas (heat detector)
Alat ini dapat mendeteksi adanya bahaya kebakaran dengan cara membedakan
kenaikan temperatur atau panas yang terjadi di ruangan, yaitu apabila temperatur ruangan
naik sampai 500 – 600 C.
Seperti alat deteksi asap, alat deteksi panas digunakan untuk memberikan peringatan
awal adanya bahaya kebakaran, hanya saja deteksi panas mendeteksi adanya bahaya dengan
cara perbedaan panas atau temperatur. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :

 Pada temperatur normal, tekanan udara di ruangan juga normal, demikian juga
tekanan udara di dalam alat tersebut. Pada kondisi ini kontak listrik (semacam
relay) tidak berhubungan/membuka.
 Bila temperatur tiba-tiba naik karena terjadi kebakaran, maka tekanan udara akan
cepat pula naik. Naiknya tekanan udara menyebabkan terhubungnya kontak listrik
dalam waktu sekitar 15 detik.
 Akibatnya rangkaian elektronik akan aktif bekerja, dan akan menyalakan lampu
indikator tanda bahaya, serta menghasilkan sinyal untuk mengaktifkan alarm
bahaya.
Selanjutnya bagaimana cara alat-alat deteksi di atas dapat memberikan peringatan awal
tentang adanya bahaya kebakaran dapat di lihat pada Gambar di bawah.

20
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

Gambar : Sistem Deteksi Awal Bahaya Kebakaran


Prinsip kerja deteksi awal bahaya kebakaran sebagaimana tampak pada gambar di atas
adalah sebagai berikut :
 Alat-alat deteksi (A) mendeteksi adanya bahaya kebakaran dengan macam-macam cara
: deteksi asap, deteksi panas maupun deteksi nyala api. Akibat dari bekerjanya alat-alat
tersebut suatu sinyal listrik dikirimkan ke bagian panel kontrol alarm bahaya (B), sebagai
suatu input data yang akan diolah lebih lanjut.
 Panel kontrol alarm bahaya (B) merupakan unit pengontrol yang akan mengadakan
pengolahan, seleksi dan evaluasi data. Hasilnya merupakan output yang juga berisi
informasi tentang lokasi kebakaran (bisa disebutkan berupa nomor ruangan), sehingga
dengan demikian petugas mengetahui di ruangan mana terjadi kebakaran. Output dari
unit kontrol tersebut juga secara otomatis mengakibatkan bekerjanya peralatan di pusat
alarm (tanda bahaya berupa alarm, lampu, telepon dan sebagainya).
 Setelah alarm bahaya berbunyi (C) dan lokasi kebakaran diketahui maka petugas dapat
segera melakukan tindakan pemadaman lebih lanjut. Bila lokasi kebakaran sudah
dilangkapi pemadam api otomatis, maka sinyal dari unit kontrol dapat langsung
megakibatkan bekerjanya peralatan tersebut (misalnya sprinkler otomatis).
(2). Alarm Kebakaran Otomatis
Sesuai dengan perkembangan teknologi maka usaha pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran saat ini semakin meningkat, dengan mengoperasikan
peralatan-peralatan elektronik yang mutakhir (teknologi komputer), suatu bahaya kebakaran
dapat dideteksi sedini mungkin baik setelh timbul nyala api yang tidak terkendali maupun
waktu masih terjadi perbedaan suhu yang dapat mengarah kepada terjadinya bahaya
kebakaran.
Peralatan-peralatan dengan teknologi mutakhir tersebut dikombinasikan menjadi
suatu sistem deteksi awal bahaya api yang nantinya dapat secara otomatis memberikan
alarm bahaya atau langsung mengaktifkan alat pemadam.
Berdasarkan cara kerjanya maka peralatan pemadam api instalasi tetap tersebut
dapat di bagi menjadi 2 macam :
(a). Sistem otomatis
Pada sistem ini alat deteksi bahaya api selain mengaktifkan alarm bahaya juga
langsung megaktifkan alat-alat pemadam. Dengan demikian resiko bahaya langsung
ditangani sedini mungkin secara otomatis. Sedangkan tenaga manusia hanya diperlukan
untuk menjaga kemungkinan lain yang terjadi.

21
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

(b). Sistem Semi Otomatis


Pada sistem ini hanya sebagian peralatan yang bekerja secara otomatis, sebagian peralatan
yang lain masih memerlukan tenaga manusia. Misalnya alat yang bekerja secara semi
otomatis adalah alat deteksi awal. Tindakan pemadaman selanjutnya dilakukan seperti yang
biasa, atau dapat mengaktifkan sistem otomatis pemadam api.
Cara kerja peralatan pemadam api instalasi tetap di atas dapat diterapkan untuk berbagai
bahan pemadam api, baik air, busa, CO2 maupun dry chemical dan gas halon.

Selanjutnya cara kerja di atas dapat digambarkan pada diagram berikut :


SISTEM SEMI OTOMATIS SISTEM OTOMATIS

ALAT DETEKSI ALAT DETEKSI

PANEL / ALARM PANEL / ALARM

MANUSIA

SISTEM START SISTEM START

ALAT PEMADAM AKTIF ALAT PEMADAM AKTIF

Gambar : Cara Kerja (Operasional) Pemadam Instalasi Tetap


Untuk selanjutnya kita simak rangkuman sistem deteksi dan alarm kebakaran otomatis agar
anda lebih mudah menangkap maknanya dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari di
atas kapal.
c. Rangkuman
1. Untuk mengetahui secara dini tentang adanya bahaya kebakaran di atas kapal,
umumnya sebuah kapal dilengkapi dengan alat-alat pendeteksi asap (smoke detector),
pendeteksi api (flame detector) dan pendeteksi kebakaran (heat detector).
2. Sesuai dengan perkembangan teknologi mutakhir dalam pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran telah ditemukan sistem deteksi awal bahaya api
(early warning fire detection). Alat ini dia atas kapal dipasang sebagai peralatan
pemadam api instalasi tetap.

22
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

MODUL 3
PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN
Kompetensi : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

BST/A.03

BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIKMENJUR


DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2003

23
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

I. PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
Seperti telah diketahui bahwa bahwa bahan pemadam api dapat ditempatkan dalam
berbagai macam ukuran tabung yang dapat dijinjing sehingga sewaktu-waktu diperlukan
mudah di gunakan (portable) dan alat pemadam yang dapat bergerak serta pemadam api
yang instalasinya dipasang tetap yang dapat mengalirkan/menyalurkan media pemadam ke
tempat kebakaran dengan jumlah yang cukup.
Modul ini merupakan modul ketiga dalam Program Diklat Pencegahan dan
Pemadaman Kebakaran yang isinya membahas tentang peralatan pemadam api. Setelah
anda mempelajari modul ini diharapkan dapat menunjukkan kemampuan-kemampuan
sebagai berikut:
1. Menggunakan dan merawat peralatan pemadam kebakaran yang dapat bergerak.
2. Menggunakan dan merawat peralatan pemadam kebakaran yang dapat dijinjing.
3. Menggunakan dan merawat peralatan sistem pemadam api tetap.
Untuk mewadahi pencapaian tujuan-tujuan di atas selanjutnya akan diuraiakn materi
pembelajaran sebagaimana pada halaman berikut.

II. PEMBELAJARAN

A. Rencana Belajar Siswa


Kompetensi : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
Kode Kompetensi : BST/A.03
Kode Kompetensi : Peralatan Pemadam Kebakaran

Jenis Kegiatan Tanggal Tempat Alasan Tanda Tangan


Belajar Perubahan Guru
Peralatan pemadam
kebakaran yang dapat
bergerak
Peralatan pemadam api
yang dapat di jinjing
Konstruksi umum dan
prinsip-prinsip/cara
menggunakan peralatan
pemadam kebakaran
Water Sprinkler System
International Ship/Shore
Connection
Pompa Air Pemadam Api
Instalasi Tetap
Pompa Kebakaran
Darurat untuk Kapal
Barang
Bentuk Tepung Kimia

B. Kegiatan Belajar
1. Peralatan Pemadam Api
Modul ini merupakan modul ketiga dalam Program Diklat Pencegahan dan Pemadaman
24
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

Kebakaran yang isinya membahas tentang peralatan pemadam api.


a. Tujuan Pembelajaran
Setelah anda mempelajari modul ini diharapkan dapat menunjukkan kemampuan-
kemampuan sebagai berikut:
1. Menggunakan dan merawat peralatan pemadam kebakaran yang dapat bergerak.
2. Menggunakan dan merawat peralatan pemadam kebakaran yang dapat dijinjing.
3. Menggunakan dan merawat peralatan sistem pemadam api tetap.
b. Uraian materi
(1). Peralatan Pemadam Kebakaran Yang Dapat Bergerak
Seperti telah diketahui, bahan pemadam api dapat ditempatkan dalam tabung berbagai
ukuran, sehingga sewaktu diperlukan mudah digunakan. Tabung pemadam disebut portable
bila berat tabung dan isinya tidak lebih dai 16 kg, sedangkan tabung yang lebih besar, berat
seluruhnya tidak lebih dari 30 kg. Bila beratnya lebih dari 30 kg biasanya tabung dipasang
pada tempat yang mempunyai roda. Pabrik pembuatan alat-alat pemadam kebakaran
diharuskan memasang label hasil produksinya. Hal ini diwajibkan agar tidak terjadi
kekeliruan pada waktu menggunakan, sebab kekeliruan pemakaian alat dapat menimbulkan
akibat fatal. Sebaiknya, konsumen/pemakai alat pemadam api, instansi pemerintah, swasta,
pabrik-pabrik, kapal-kapal dan sebagainya, harus mewajibkan setiap karyawannya
mengetahui dengan tepat fungsi dari tabung-tabung pemadam dan bagaimana cara
memakainya. Dengan demikian diharapkan dapat diambil tindakan yang tepat pada awal
kejadian kebakaran. Keterangan-keterangan yang harus dicantumkan pada label portable
adalah :
(a). Jenis bahan-bahan pemadam yang disikan di dalamnya.
(b). Kelas-kelas yang dapat dipadamkan.
(2). Peralatan Pemadam Api Yang Dapat Dijinjing (Apar)
Peralatan Pemadam Api Yang Dapat Dijinjing adalah peralatan pemadam api yang
berukuran kecil, yang dapat dibawa dan digunakan oleh satu orang. Peralatan ini juga sering
disebut Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Alat ini beratnya berkisar antara 0,5 - 16 Kg.
Keunggulan dari alat ini yaitu ringan dan dapat dibawa dan dioperasikan oleh satu orang.
Sedangkan kelemahannya yaitu tidak dapat memadamkan api yang berukuran besar.
Jenis-Jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR) antara lain :
(a). Chemical foam jenis balik (tanpa kran atau seal)
(b). Chemical foam jenis kran atau seal
(c). Dry powder jenis Yamato
(d). Bromo Chloroh6ydiFluoro methane (BCF)
(e). Carbon Tetra Chloride (CTC)
(f). Carbon Dioxide (CO2)

(3). Konstruksi Umum Dan Prinsip-Prinsip/Cara Menggunakan Peralatan Pemadam


Kebakaran
(a). Chemical Foam Jenis Balik Tanpa Kran atau Seal

25
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

Keterangan :
1. Tutup
2. Saringan
3. Timah
4. Cairan Agambar
5. Selang
6. Cairan B
7. Pemamcar

Gambar : Chemical Foam Jenis Balik Tanpa Kran atau Seal

Cara/langkah-langkah penggunaan alat ini sbb :


1) Turunkan tabung dari tempatnya.
2) Bawa ke tempat kebakaran (posisi alat tegak)
3) Lepaskan selang dan nozzle dari jepitnya (bila ada)
4) Balik tabung tersebut sambil mengarahkan nozzle ke api
5) Semprotkan busa ke dinding tempat minyak terbakar.
Perhatian :
 Daya semprot 6 meter
 Busa diarahkan ke dinding tempat minyak terbakar
 Alat ini tidak boleh digunakan utk kebakaran listrik.

(b). Chemical Foam Jenis Kran atau Seal


Keterangan
1. Tutup Pengaman
2. Pemecah Sel timah
3. Seal Timah
4. Saringan gambar
5. Cairan A
6. Cairan B
7. Selang
8. Pemancar

Gambar : Chemical Foam Jenis Kran atau Seal

Cara/langkah-langkah penggunaan alat ini sbb :


(1). Turunkan tabung dari tempatnya.

26
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

(2). Bawa ke tempat kebakaran


(3). Lepaskan selang dan nozzle dari jepitnya
(4). Putuskan sealnya (untuk jenis seal) atau buka penuh kerannya (untuk jenis keran)
(5). Pegang nozzle ke arah api
(6). Angkat tabung tersebut mendatar atau balik (tergantung kondisi kebakaran
(7). Semprotkan busa ke arah dinding tempat minyak terbakar.

(c). Dry Powder Jenis Yamato


Cara/langkah-langkah penggunaan alat ini sbb :
(1). Turunkan tabung dari tempatnya.
(2). Bawa ke tempat kebakaran.
(3). Lepaskan selang dan nozzle dari jepitnya
(4). Putuskan lead seal (loces)
(5). Cabut split pen (pen penahan)
(6). Pegang nozzle dengan tangan kiri ke arah atas
(7). Tekan katup dengan tangan kanan (tujuannya untuk mencoba, apakah alatnya berisi
atau tidak)
(8). Semprotkan bubuk ke daerah kebakaran dengan cara mengibaskan nozzle sebaik
mungkin (tangan kanan mengangkat tabung sambil menekan tutupnya, sedangkan
tangan kiri memegang nozzle dan mengibaskannya ke arah api).

(d). Bromo ChlorodiFluoro methane (BCF)


Cara/langkah-langkah penggunaan alat ini sbb :
Turunkan tabung dari tempatnya.
1) Bawa ke tempat kebakaran
2) Lepaskan selang dan nozzle dari jepitnya
3) Cabut pen pen penahan katup
4) Pegang nozzle dengan tangan kiri ke arah atas
5) Tekan katup dengan tangan kanan (tujuannya untuk mencoba, apakah alatnya berisi
atau tidak)
6) Semprotkan ke sumber api dari arah datangnya angin sehingga api padam.

Catatan :
 Bila perlu, kibaskan nozzle jika daerah kebakaran luas ; dan segera jauhi asapnya,
karena asapnya beracun (mengandung gas chloor).
 Benda-benda logam yang disemprot dengan gas BCF, sebaiknya dibersihkan, agar tidak
berkarat.

(e). Carbon Tetra Chloride (CTC)


Cara/langkah-langkah penggunaan alat ini sbb :
1) Turunkan tabung dari tempatnya.
2) Bawa ke tempat kebakaran.
3) Putuskan seal timah (loces).

27
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

4) Putar Handle pompa 1/4 putaran ke kiri.


5) Pompa dan arahkan ke sumber api dari arah datangnya angin.

Catatan :
 Asapnya sangat beracun.
 Asap tersebut menyelimuti bagian yang terbakar, lebih baik bila digunakan di daerah
yang tertutup.
 Cairannya mengandung zat korosif/mudah karat.
 Saat ini sudah dilarang ; karena beracun.

(f). Cabon Dioxide (CO2)


Cara/langkah-langkah penggunaan alat ini sbb :
1) Turunkan tabung dari tempatnya.
2) Bawa ke tempat kebakaran.
3) Lepaskan selang dan nozzle dari jepitnya.
4) Putuskan lead seal (loces)
5) Pegang nozzle dengan tangan kiri ke arah atas
6) Tekan katup dengan tangan kanan (tujuannya untuk mencoba, apakah alatnya berisi
atau tidak)
7) Semprotkan nozzle ke arah api dan usahakan menutup seluruh daerah kebakaran.

Perhatian :
 Nozzle harus dipegang pada kayunya.
 Baik untuk kebakaran listrik,kertas,minyak,dll.

(g). Air Bertekanan

Keterangan :
1. Tutup Pengaman
2. Plunyer pemecah seal
3. Safety valve
4. Gas cartridge
5. Batas isian air
6. Saluran keluar air
7. Saringan
8. Air
9. Selang
10. Pemamcar
Gambar : Air Bertekanan
Cara/langkah-langkah penggunaan alat ini sbb :
1) Turunkan tabung dari tempatnya.
2) Bawa ke tempat kebakaran
3) Lepaskan selang dan nozzle dari jepitnya

28
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

4) Putuskan lead seal (loces)


5) Cabut split pen (pen penahan)
6) Pegang nozzle dengan tangan kiri ke arah atas
7) Tekan katup dengan tangan kanan (tujuannya untuk mencoba, apakah alatnya berisi
atau tidak)
8) Semprotkan air ke daerah kebakaran khususnya di pangkal api.
a. Busa (foam) : 1) Busa kimia (Chemical foam)
2) Busa mekanik (Mechanical foam)
b. Gas : CO2 (Carbon Dioxide/Gas Asam Arang)

c. Rangkuman
1. Peralatan pemadam kebakaran dibagi menjadi 3 macam yaitu : peralatan pemadam
kebakaran yang dapat bergerak, jinjing dan sistem pemadam api tetap.
2. Jenis pemadam kebakaran jinjing (portable) yang terdapat di kapal pada umumnya
adalah pemadam api yang menggunakan media bahan-bahan padat, cair, busa dan gas.

2. Sistem Pemadaman Api Tetap


a. Tujuan Pembelajaran
Setelah anda mempelajari modul ini diharapkan dapat menunjukkan kemampuan-
kemampuan sebagai berikut:
(1). Dapat memahami unsur-unsur sistem pemadam api tetap seperti :
 Dapat mengetahui timbulnya kebakaran (sistem deteksi)
 Dapat memberitahu/melapor adanya bahaya (sistem alarm)
 Dapat memadamkan kebakaran (sistem pemadam) baik secara langsung (otomatis)
maupun secara dioperasikan (manual)
(2) Dapat memahami faktor-faktor yang harus diperhatikan waktu pemasangan :
(a) Klasifikasi kebakaran (A, B, C, D) yang mungkin terjadi.
(b) Media pemadaman yang digunakan.

b. Uraian materi
Sistem pemadaman api tetap adalah sistem pemadaman kebakaran yang instalasinya
dipasang tetap, yang dapat mengalirkan/menyalurkan media pemadam ke tempat
kebakaran dengan jumlah yang cukup. Diharapkan kebakaran dapat dipadamkan tanpa
banyak melibatkan aktivitas orang (regu pemadam). Walaupun biaya pemasangannya cukup
mahal, namun kemampuan menanggulangi berbagai tingkat resiko kebakaran sangat efektif
(85 – 95 %)
1. Sistem Pendingin Alat Pemadam Api Percik Otomatis, Pancaran Tirai Air Bertekanan
Instalasi Sprinkler dan Tekanan dari Pancaran Air (Water Sprinkler System)
a. Pipa-pipa (pipings)
b. Katub-katub (valve)
c. Sprinkler heads
d. Pompa (pumps)
e. Alarm

29
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

f. Pensuplai air (water supply)


Jenis-jenis :
 Automatic sprinkler system (wet pipe type)
 Manual sprinkler system (dry pipe type)
Persyaratan :
 Setiap bagian yang ada sprinkler dilengkapi dengan alarm visual dan audibel.
 Untuk ruang akomodasi, temperatur 680 C - 980 C.
 Ukuran air supaya dijaga tetap 5 liter dalam 1 menit.
 Tangki bertekanan minimal mempunyai volume untuk 2 kali pemakaian.
 Pompa dan pipa-pipa harus dijaga supaya dapat memberikan pada bagian atas
dengan luas daerah yang terlindung minimal 280 m2 secara bersamaan.
 Sprinkler harus dapat duhubungkan dengan fire main system dan dilengkapi non
return valve.

Kisaran Suhu dan Kode Warna yang Menyatu dengan Kepala Sprinkler

Kisaran Suhu Kode Warna

27,20 C ~ 73,80 C Tidak berwarna

79,40 C ~ 1000 C Putih

1210 C ~ 1410 C Biru

1630 C ~ 1820 C Hijau

2320 C ~ 2600 C Orange

Water Spray System, terdiri dari :


 Pipa-pipa
 Katup-katup
 Pompa-pompa
 Alarm
 Detektor
 Persediaan air
 Pemancar (Nozzle Spray)

Persyaratan :
 Spray Nozzle harus yang disetujui administrasi.
 Setiap ruangan yang dilindungi harus dapat disuplay air minimal 5 liter/m2 setiap menit.
 Sistem dapat dibagi dalam beberapa bagian, katup/valve distribusi harus dapat
dioperasikan dengan mudah dan ditempatkan pada bagiam luar yang dilindungi.
 Sistem dipelihara dalam keadaan tertentu, sehingga pompa dapat bekerja secara
otomatis berdasarkan tekanan.
30
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

 Pompa harus dapat memberikan tekanan tertentu pada semua bagian yang dilindungi.
 Harus dilakukan pemeliharaan pada nozzle, pipa-pipa, valve

(2). International Ship/Shore Connection


Pada saat ini untuk semua kapal diharuskan mempunyai suatu alat yang dapat
dugunakan untuk menyambung slang-slang air dengan pipa air yang ada di darat/pelabuhan.
Alat tersebut lebih dikenal dengan sebutan connection atau selengkapnya international ship
connection, yang diperlukan bila terjadi bahaya kebakaran pada saat kapalm di pelabuhan,
agar pemadaman dapat dilakukan dari pompa-pompa air yang tersedia di setiap pelabuhan.
Dengan adanya suatu connection yang berstandar internasional, maka di pelabuhan
manapun juga terjadinya kebakaran, penyambungan slang-slang air dapat dilakukan dengan
cepat.
Standar ukuran International Ship Connection :
 Diameter luar : 7 inchi (170 mm)
 Diameter tengah : 5,25 inchi (132 mm)
 Diameter dalam : 2,5 inchi (64 mm)
 Diameter parit kopling : 0,75 inchi (19 mm)
Parit kopling mempunyai 4 lubang yang letaknya simetris, dengan titik pusat lingkaran
tengah.
 Tebel kopling : minimal 14,5 mm
 Mur dan baut : berjumlah 4 buah, masing-masing panjang 50 mm dan
diameternya 16 mm
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk International Ship Connection adalah :
 Dibuat dari material yang mampu menahan tekanan sebesar 10,5 kg/cm2 (150 psi)
 Salah satu permukaan kopling harus rata, sedangkan sisi yang lain sesuai ukuran kopling
kapal.
 Alat harus disimpan di tempat yang tetap pada lambung kanan dan kiri kapal lengkap
dengan mur dan bautnya, agar sewaktu-waktu diperlukan mudah digunakan. Tempat
penyimpanan diberi tulisan cat merah : International Ship/Shore Connection.

Gambar : International Shore Connection


(3). Pompa Air Pemadam Api Instalasi Tetap
Untuk melakukan pemadaman kebakaran, khususnya pemadam dengan bahan air
dan busa, diperlukan pompa air yang berfungsi untuk menghisap dan meyemprotkannya air
melalui slang dan nozzle. Persediaan air dapat diambil dari tangki-tangki, sumur, sungai
maupun danau. Pada kapal laut air pemadam langsung dihisap dari air laut. Pompa-pompa
air untuk pemadam kebakaran di pabrik-pabrik dan kapal-kapal laut biasanya berupa
31
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

peralatan mesin instalasi tetap, sebagai salah satu bagian dari instalasi mesin induk atau
diesel generator. Pompa tersebut tidak mempunyai motor sendiri, oleh sebab itu daya
penggerak pompa berasal dari induknya. Penggerak pompa dari bagian induk (diesel
generator) dapat dilakukan dengan dua cara : Pertama, dengan cara elektris, dalam hal ini
daya gerak didapat dari tenaga listrik yang diubah menjadi tenaga mekanis (memutar rotor),
Kedua, dengan cara mekanis, yaitu daya gerak yang berasal dari hubungan langsung
(menggunkaan belt)
Dengan demikian bila bagian induknya (diesel generator) mengalami
kerusakan/kebakaran, maka pompa-pompa otomatis tidak bisa dijalankan. Oleh karena itu
suatu kebakaran yang bermula dari permesinan/listrik (diesel generator), sering
menimbulkan akibat yang fatal, sebab semua sistem pemadam yang menggunakan pompa-
pompa menjadi lumpuh. Hal tersebut sering terjadi, dimana pabrik atau kapal laut
mengalami kebakaran yang fatal.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, maka penjagaan terhadap bahaya
kebakaran ditempat-tempat yang rawan perlu dilaksanakan dengan ketat. Misalnya dengan
memasang instalasi pemadam otomatis sesuai dengan yang telah dibahas sebelumnya.
Selain itu, untuk tetap dapat mengaktifkan alat-alat pemadam air atau busa perlu disiapkan
pompa portable. Dengan demikian seandainya pompa-pompa pokok lumpuh, maka masih
ada pompa cadangan yang bisa digunakan untuk menanggulangi bahaya kebakaran.

(4). Pompa Kebakaran Darurat untuk Kapal Barang


Pada kapal barang dengan isi kotor 1000 ton atau lebih jika ada kebakaran di salah
satu bagiam ruangan manapun yang dapat mengakibatkan berhentinya pompa, harus ada
sarana pengganti yang dapat menyediakan air untuk memadamkan kebakaran tersebut.
Pada kapal barang dengan isi kotor 2000 ton lebih sarana pengganti di atas harus berupa
pompa darurat yang dipasang secara tetap dan berdiri sendiri. Pompa darurat ini harus
dapat mengeluarkan 2 semprotan jet yang memadai untuk suatu pemadaman kebakaran.
Pompa kebakaran darurat ditempartkan di ceruk depan yang jaraknya bisa sampai dengan
300 meter dari ruang akomodasi, atau di buritan pada ruangan yang terlindung penuh dan
mempunyai jalan masuk dari geladak terbuka di buritan.
Pompa kebakaran darurat harus dicoba setiap minggu dan dicatat pada buku harian
dek tentang kemampuan penghisapan dan tekanan pompa. Kepala kamar mesin harus
memastikan bahwa pompa kebakaran darurat diperiksa oleh Masinis yang cakap setiap kali
sebelum dihidupkan. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan adanya air di tangki bahn bakar
dan sistemnya.
Petunjuk lengkap yang mudah dimengerti harus diletakkan ditempat yang mudah
terlihat pada pompa kebakaran darurat, berisi cara memeriksa yang benar, cara
menghidupkan pompa kebakaran darurat. Kepala kamar mesin harus memastikan bahwa
semua Mualim dan Masinis betul-betul menguasai dengan baik cara menghidupkan pompa
kebakaran darurat. Suku cadang untuk pompa kebakaran darurat harus dibawa setiap saat
dalam jumlah yang cukup. Setiap diketemukan kerusakan harus segera dilaporkan kepada
kepala kamar mesin, dan kepala kamar mesin harus memastikan bahwa perbaikan segera
dilakukan bila memungkinkan.

(5). Bentuk Tepung Kimia


Chemical powder atau tepung kimia adalah bahan pemadam yang serba guna, dapat
dipakai untuk memadamkan kebakaran kelas A, B dan C, serta mempunyai keunggulan-
keunggulan tertentu, misalnya tidak berbahaya bagi manusia, dapat mengikat gas-gas
beracun, dapat berfungsi sebagai isolator listrik dan sebagainya. Sesuai kemajuan teknik
pemadaman kebakaran, maka pemadam tepung kimia selain dapat ditempatkan dalam
tabung-tabung portable dan digunakan secara mekanis (manual), dapat pula disiapkan
dalam tempat kecil dan praktis serta beroperasi otomatis.
Sistem otomatisasi alat pada Gambar berikut adalah dengan cara pendeteksian
32
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

panas, yang pada prinsipnya alat otomat ini merupakan gabungan dari sistem deteksi panas
dengan sistem mekanis alat pemadam portable. Alat akan bekerja secara otomatis
menyemprotkan bahan dry chemical bila terjadi kebakaran dan apabila temperatur ruangan
mencapai 720 C. Alat tersebut mempunyai berat kotor 5 kg, dan berat serbuk kimianya
adalah 3,5 kg. Waktu yang dibutuhkan untuk pendeteksian cepat sekali yaitu sekitar 2 – 3
detik, demikian pula waktu pemancaran juga sangat singkat, yaitu sekitar 10 detik. Dengan
demikian dalam waktu yang sangat singkat bahaya kebakaran dapat langsung ditanggulangi /
dipadamkan. Pemasangan alat di atas adalah di langit-langit ruangan, pada ketinggian sekitar
2 – 2,5 meter di atas peralatan yang mungkin dapat menimbulkan api yang tidak terkendali.
Alat di atas mempunyai kemampuan luas jangkauan pemadaman sekitar 9 meter.
Oleh sebab itu untuk pemadaman ruangan yang lebih luas dapat dipasang dua atau tiga alat.
Pemasangannya harus sedemikian rupa, sehingga tetap berada di atas peralatan atau
barang-barang yang kemungkinan besar dapat menjadi sumber api kebakaran.

33
Modul : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran

III PENUTUP

Dengan meggunakan modul ini diharapkan siswa dapat mencapai kompetensi puncak
dan dapat menampilkan potensi maksimumnya sehingga tujuan pencapaian kompetensi
dapat terlaksana. Seperti diterangkan dimuka bahwa tujuan akhir dari modul proses
pembelajaran dengan menggunakan modul ini, diharapkan siswa memiliki kemampuan,
membahas tentang peralatan pemadam api. Untuk itu kepada para siswa dan pengguna
modul ini disyarankan untuk membaca literatur lain agar pemahaman materi ini menjadi
lebih baik dan lengkap.
Setelah menggunakan modul ini diharapkan siswa dapat melanjutkan materi diktat lanjutan
yaitu Perlengkapan Pemadam Kebakaran sebagai rangkaian dari modul yang terintegrasi dalam
kompetensi Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran.
Demikian semoga modul ini benar-benar dapat digunakan oleh yang memerlukannya.

DAFTAR PUSTAKA

Dit. PKK pertamina, Fire Prevention and Fire Fighting, Jakarta


STIP, Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran
IMO 1999, Sub-Committee on Standards of Training and Watchkeeping

34

Anda mungkin juga menyukai