Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN

NAMA : Annisa Febrina

NIM : 1053920

MAKUL : SISTEM PENGANTER INDONESIA

DOSEN PENGAMPUH : Drs. ACHMAD FIKRY RACHMAN

PERBANDINGAN SISTEM POLITIK

I. BEBERAPA CIRI SISTEM POLITIK Studi politik berusaha memahami bagaimana


keputusan-keputusan yang otoritatif atau sah dibuat dan dilaksanakan dalam suatu
masyarakat. Kita dapat berusaha memahami kehidupan politik dengan melihat segi-seginya
satu-persa- tu. Kita bisa menyelidiki berfungsinya lembaga-lembaga politik seperti partal
politik, kelompok kepentingan, pemerintahan, dan voting; kita dapat mempelajari sifat-sifat
dan akibat-akibat dari praktek-praktek politik sepert! manipulasi, propaganda, dan kekerasan;
kita dapat meneliti struktur tempat terjadinya praktek-praktek ini. penyelidikan itu kita dapat
memperoleh suatu gambaran kasar tentang apa yang terjadi dalam setiap unit politik.

Dalam menggabungkan hasil-hasil penyelidikan itu terkandung pengertian bahwa masing-


masing bagian dari arena politik yang lebih besar itu tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi saling
berkaitan satu-sama lain; atau tegasnya, bahwa berfungsinya satu bagian tidak akan dapat
dipahami sepenuhnya tanpa memperhatikan cara berfungsinya keseluruhan bagian-bagi- an
itu sendiri. Telah saya sebutkan dalam buku saya, The Political System, bahwa sangat penting
untuk Imenerapkan asumsi implisit ini sebagai pangkal- tolak berpikir dalam melaksanakan
penelitian, dan untuk memandang kehidupan politik sebagai suatu sistem kegiatan-kegiatan
yang saling ber- Dan dengan menggabungkan hasil-hasil secara implisit

Sifat salıng-berkaitan atau ikatan-ikatan sistemis dari kegiatan- kaitan. kegiatan ini berasai
dari fakta bahwa semua kegiatan itu mempengaruhi cara pembuatan dan pelaksanäan
keputusan-keputusan otoritatif itu dalam masyarakat. Sekali kita memhahas kelhidupan
politik sebagai suatu sistem kegiatan, maka timbul beberapa konsekuensi dalam hal cara yang
dapat kita pakai untuk menganalisa bekerjanya suatu sistem.

menyatakan bahwa kita dapat memisahkan kehidupan politik dari kegiatan sosial lainnya,
paling tidak demi tujuan analisa, dan melihatnya seclah-olah sebagai suatu kumpulan
tersendiri yang dikelilingi oleh, tetapi dapat dibedakan dengan mudah dari, lingkungan di
dalam mana ia bekerja. Seperti halnya ahli- ahli astronorni yang menganggap sistem tata-
surya sebagai suatu kejadian- kejadian yang kompleks yang demi tujuan tertentu dipisahkan
dari kehidupan jagad-raya lainnya. Selanjutnya, bila kita berpegang pada anggapan bahwa
sistem tingkah- laku politik merupakan suatu unit tersendiri,

maka akan terlihat bahwa yang Idea utama tentang suatu system . Sekali kita membahas
kehidupan politik sebagai suatu sistem kegiatan, maka timbul beberapa konsekuensi dalam
hal cara yang dapat kita pakai untuk menganalisa bekerjanya suatu sistem. Idea utama
tentarng suatu sistem menyatakan bahwa kita dapat memisahkan kehidupan politik dari
kegiatan sosial lainnya, paling tidak demi tujuan analisa,

dan melihatnya seolah-olah sebagai suatu kumpulan tersendiri yang dikelilingi oleh, tetapi
dapat dibedakan dengan mudah dari, lingkungan di dalam mana ia bekerja. Seperti halnya
ahli- ahli astronomni yang menganggap sistem tata-surya sebagai suatu kejadian- kejadian
yang kompleks yang demi tujuan tertentu dipisahkan dari kehidupan jagad-raya lainnya.

Selanjutnya, bila kita berpegang pada anggapan bahwa sistem tingkah- laku politik
nmerupakan suatu unit tersendiri, maka akan terlihat bahwa yang menjamin terus bekerjanya
sistem Input-input ini diubah oleh proses-proses yang terjadi dalam sistem itu menjadi output
dan selanjutnya output-output ini menimbulkan pengaruh terhadap sistem itu sendiri maupun
terhadap lingkungan di mana sistem itu berada. Rumusan ini sangat sederhana tetapi juga
cukup memadai untuk menjelaskan berbagai hal: input secara diagram dapat dilihat dalam
gambar berikut. Diagram ini merupakan suatu "model" itu adalah berbagai macam input.
sistem atau proses politik output.

Hubungan ini | suatu istilah yang gagah yang sangat sederhana yang bisa - dipakai sebagai
pendekatan dalam mempelajari kehidupan politik. Sebagai suatu sistem, tentu saja sistem
politik memiliki ciri-ciri tertentu. Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh
tentang.pendekatan ini saya akan menunjukkan lebih dahulu ciri-ciri utamanya dengan
keterangan sekedarnya, baru kemudian akan saya jelaskan satu-persatu dengan keterang- an
yang agak luas, walaupun sama sekali tidak tuntas.

1. Ciri-ciri identifikasi, Untuk membedakan suatu sistem politik dari sistem- sistem sosial
lainnya, kita harus bisa mengidentifikasikannya dengan menggam- barkan unit-unit dasarnya
dan membuat garis batas yang memisahkan unit-unit itu dari unit-unit yang ada di luar sistem
politik itu.
(a) Unit-unit sistem politik. Unit-unit adalah unsur-unsur yang memben- tuk suatu sistem.
Dalam sistem politik, unit-unit ini berujud tindakan-tindakan politik. Perlu sekali
memperhatikan tindakan-tindakan ini karena merekalah yang membentuk peranan-peranan
politik dan kelompok-kelompok politik.

(b) Perbatasan. Beberapa dari pertanyaan paling penting berkenaan dengan berfungsinya
sistem politik hanya dapat dijawab bila kita - memahami fakta bahwa suatu sistem selalu
berada dalam atau dikelilingi oleh lingkungan berupa sistem-sistem lain. Tidak ada sistem
yang hidup dalam lingkungan yang kosong. Cara berfungsinya suatu sistem sebagian
merupakan perwujudan dari

2 Input dan output. Bisa dipastikan bahwa bila kita memilih sistem politik sebagai sasaran
studi khusus, kita melakukan itu karena kita percaya bahwa sistem politik memiliki
konsekuensi-konsekuensi yang penting bagi masyarakat, yaitu keputusan-keputusan otcritatif.
Konsekuensi-konsekuensi inilah yang sava sebut output.

Bila kita menilai bahwa sistem-sistem politik tidak mempunyai output yang penting bagi
masyarakat, barangkali kita tidak akan tertarik untuk menelitinya. Untuk 'nienjamin tetap
bekerjanya suatu sistem diperlukan input-input secara ajeg. Tanpa input sistem itu tidak akan
dapat berfungsi; tanpa output kita tidak dapat mengidentifikasikan pekerjaan yang dikerjakan
oleh sistem. itu. Daiam hubungan ini yang perlu diteliti lebih lanjut adalah bagalmana
mengidentifikasikan input-input dan kekuatan-kekuatan yang membentuk dan merubah input-
input itu, menelusuri proses-proses yang mentransformasikan input-input itu menjadi output-
output, menggambarkan kondisi-kondisi umum yang dapat menmelihara proses-proses itu,
dan menarik hubungan antara output-output dengan input-input berikutnya dalam sistem
tersehut Dari sudut pandangan ini, banyak ha!

yang dapat dijelaskan mengenai bekerjanya suatu sistem politik bila kita memperhatikan
fakta bahwa banyak ha! yang terjadi di dalam suatu sistem merupakan akibat dari upaya
anggota- anggota sistem tersebut untuk menanggapi lingkungannya yang selalu berubah. Kita
dengan mudah bisa memahami hal ini bila kita memperhatikan suatu sistem biologis yang
sangat kita, kenali seperti orgarisme tubuh manusia. Organisme ini selalu menerima tekanan
dari lingkungannya dan bila ia tidak ingin hancur ia harus bisa menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungan itu. Sudah tentu bahwa untuk sebagian, cara bekerjanya organisme tubuh
Mada Uni 7 merupakan tanggapannya terhadap kebutuhan-klebutuhan yang dituntut oleh
hakekat anatomis dan fungsi dálam dirinya; tetapi sebagian besar, dalam rangka mernahami
strukturnya maupun bekerjanya tubuh manusia, kita harus juga betul- betul memperhatikan
input-input yang datang dari lingkungan. Perilaku setiap sistem politik, seperti halnya
organisme tubuh manusia itu, sampai tingkat tertentu juga merupakan tanggapan terhadap
struktur dan kebutuhan-kebutuhan internalnya sendiri.

Tetapi perilakunya itu juga mencer- minkan tanggapan terhadap tekanarı-tekanan dari
lingkungan tempat sistem itu bekerja. Bisa diperdebatkan bahwa sebagian besar perubahan-
perubahan penting dalam suatu sistem politik berasal dari perubahan-perubahan di antara
variabęl- variabel eksternalnya. Karena saya akan mengarahkan sebagian besar tulisan ini
untuk menjelaskan beberapa masalah yang berkaitan dengan hubungan antara sistem politik
dergan lingkungannya, sekarang kita alihkan perhatian kita untuk secara singkat
menggambarkan ciri-ciri sistem politik yarig lain.

3. Diferensiasi dalam suatu sistem. Seperti akan kita lihat nanti, lingkungan itu memberikan
enerji untuk mengaktifkan suatu sistem serta informasi tentang arah penggunan enerji.
Dengan cara ini suatu sistem dapat melakukan pekerjaannya.

Dan sistem itu menghasilkan suatu jenis output yang berbeda dengan irnput yang
diperolehnya dari lingkungar.nya. Sehingga kita bisa memakainya sebagai hipotesa bahwa
bila suatu sistem politik harus menjalankan pekerjaan bermacam- macam tetapi dalam waktu
yang terbatas, maka struktur-strukturnya harus mengenal diferensiasi minimal.
Kenyataannya, secara empiris tidak mungkin ditemukan suatu sistem po!litik di mana unit-
unitnya mengerjakan kegiatan- kegiatan yang sama pada waktu yang sama. Anggota-anggota
dari suatu sistem paling tidak mengenal pembagian kerja minimal yang memberikan suatu
struktur tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan itu.

4. Integrasi dalam suatu sistem. Fakta tentang diferensiasi ini membukakan suatu wilayah
yang luas bagi penelitian sisten-sistem politik. Diferensiasi struktural ini mengatur kekuatan-
kekuatan yang selalu berubah yang secara potensial bisa merusakkan integrasi sistem itu.

Bila dua atau beberapa unit-unit sedang melakukan kegiatan-kegiatan yang berbeda pada
waktu yang sama, bagaimana kegiatan-kegiatan ini bisa menghasilkan suatu artikulasi yang
berarti bila anggota- anggota sistem tidak teratur dan tidak tertib dalam menghasilkan output
yang tidak menyangkut kepentingan kita? Kita dapat mengajukan hipotesa bahwa bila suatu
sistem berstruktur ingin mempertahankan dirinya, sistem itu harus memiliki mekanisme yang
bisa mengintegrasi atau memaksa anggota-anggotanya untuk bekerjasama walaupun dalam
kadar minimal sehingga mereka dapat membuat keputusan-keputusan yang otoritatif.

II. INPUT: TUNTUȚAN

Sesudah saya tunjukkan beberapa ciri utama sistem-sistem politik yang saya anggap perlu
diperhatikan bila kita ingin mengembangkan suatu pendekatan yang umum dalam studi
politik, sekarang saya akan membahas secara terperinci bagaimana penelahaan mengenal
input dan output ini akan bisa menjelaskan bekerjanya sistem-sistem ini. Ada dua jenis pokok
input-input suatu sistem politik: yaltu tuntutan dari dukungan. İnput-input inilah yang
memberikan bahan mentah atau informasi yang harus diproses oleh sistem itu, dan juga enerji
yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup sistem itu.

Alasan mengapa suatu sistem politik terbentuk dalam suatu masyarakat yaitu, mengapa orang
melibatkan diri dalam keglatan politik adanya tuntutan-tuntutan dari orang-orang atau
kelompok-kelompok dalam masyarakat tersebut yang tidak semuarya dapat dipenuhi dengan
memuaskan.

Ada satu fakta yang mendominasi kehidupan politik semua masyarakat: yaitu kelangkaan
akan sebagian besar hal-hal atau benda-benda yang bernilai tinggi. Beberapa dari tuntutan
akan hal-hal yang relatif langka itu tidak pernah masuk ke dalam sistem politik sebelum
dipenuhi melalui perur.dingan- perundingan pribadi dari atau penyelesaian-penyelesaian oleh
orang-orang yang terlibat di dalamınya. Tuntutan akan prestise bisa memperoleh pemuasan
melalui hubungan status di dalam masyarakat; tuntutan akan kekayaan bisa dipenuhi sebagian
melalui sistem ekonom!

; kelnginan memiliki kekuasaan bisa diperoleh melalui jalan pendidikan, pergaulan,


organisasi buruh, atau organisasi-organisasi swasta lainnya. Bila turitutan-tuntutan atau
kehendak- kehendak itu disalurkan dengan suatu usaha yang dicrganisasikan secara khusus
dalam masyarakat maka tuntutan-tuntutan itu telah menjadi input-input bagi sistem politik.

Penelitian yang sistematik tentang tuntutan-tuntutan ini mengharuskan kita untuk


memperhatikan beberapa pertanyaan pokok.
(1) Bagaimana tuntutan-tuntutan itu timbul dan mendapatkan ciri khusus dalam suatu
masyarakat? Dalam menjawab pertanyaan ini kita dapat menunjukkan bahwa tuntutan-
turntutan itu timbul dari dua bldang pengalaman: yaitu dari lingkungan di sekitar sistem itu,
atau di dalam sistem itu sendiri. Untuk masing-masing kita sebut saja tuntutan eksternal dan
tuntutan internal. Pertama kall marilah kita lihat tuntutan eksternal. Menurut saya, lebih baik
kita memandang lingkungan itu bukan sebagal kumpulan kejadian- kejadian yang campur-
baur, tetapi memandangnya sebagal sistem-sistem yang dengan mudah bisa dibedakan satu
sama lain, dan mudah pula dibedalkan dengan sistem politik itu. Dalam lingkungan itu kita
temui berbagai system

seperti ekologi, ekonomi, kebudayaan, kepribadian, struktur sosial, dan demografi. Masing-
masing sistem ini merupakan suatu kumpulan besar variabel-variabel dalam lingkungan
tersebut yang membantu atau mempenga- ruhi pembentukan jenis tuntutan yang masuk ke
dalam suatu sistem politik. Demi memberikan suatu ilustrasi tentang apa yang saya maksud,
saya akan membahas sedikit masalah budaya

. Anggota-anggota setiap masyarakat bertindak atau bertingkahlaku di dalam kerangka dari


suatu budaya yang membentuk tujuan-tujuan umum maupun khusus mereka dan prosedur-
prosedur yang oleh mereka dianggap harus diterapkan untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
Setiap kebudayaan mendapatkan. sifat uniknya sebagian dari fakta bahwa kebudayaan itu
menekankan satu atau beberapa segi perilaku khusus, dan penekanan strategis inilah yang
membedakannya dari kebudayaan-kebudayaan lain dalam hal tuntutan-tuntutan yang
diajukannya. Beberapa kebudayaan sangat menekan- kan segi kebutuhan ekonomis,
keberhasilan ekonomi, kebebasan individu, dan efisiensi rasional. Beberapa kebudayaan lain
menekankan pemeliharaan harmoni, walaupun proses pencapaian tujuan ini berarti
mengorbankan tujuan efisiensi dan rasionalitas. Beberapa yang lain lagi menekankan tujuan
mencari kekuasaan dan prestise.

Kebudayaan itu mengandung patokan-patokan nilai dalam suatu masyarakat dan karena itu
menandai batas-batas wilayah konflik potensial, bila hal yang bernilai itu tersedia dalam
jumlah lebih sedikit dibanding tuntutan yang ada. Tuntutan-tuntutan khusus yang ingin
masuk ke dalam proses politik harus memperhatikan masalah-masalah yang menimbul-kan
konflik yang dianggap penting oleh kebudayaan itu. Karenanya kita tidak dapat berharap bisa
memahami sifat tuntutan-tuntutan yang memerlukan penyelesaian politik bila kita tidak siap
untuk menjelajahi secara sistematik dan intensif hubungan tuntutan-tuntutan itu dengan
kebudayaan yang ada. Dengan beberapa perubahan, kebudayaan seperti yang saya
maksudkan itu berpenga- ruh juga pada bagian-bagian lain dari lingkungan di sekitar suatu
sistem politik. Tetapi tidak semua tuntutan-tuntutan berasal dari,

dan sebagian besar berada, dalam lingkungan itu. Jenis-jenis tuntutan penting berasal dari
situasi- situasi yang terjadi di dalam suatu sistem politik.

Dalam setiap sistem yang berjalan, secarą khas tuntutan-tuntutan bisa timbul dengan tujuan
merubah hubungan-hubungan. politis di antara anggota-anggota itu sendiri, sebagai akibat
dari ketidakpuasan atas hubungan-hubungan itu. Misalnya, dalam suatu sistem politik
berdasar perwakilan, di mana perwakilan setara merupakan norma politik yang penting,
mungkin timbul tuntutan-tuntutan menyeimbang- kan perwakilan di antara distrik-distrik
pemilihan kota dan desa. Juga, tuntutan-tuntutan untuk merubah proses pengangkatan
pemimpin-pemimpin politik formal, perubahan cara amandemen konstitusi, dan tuntutan lain
serupaitu mungkin merupakan tuntutan-tuntutan inspirasi di dalam sistem politik.

Sangat perlu bagi kita untuk membedakan tuntutan internal ini dari tuntutan eksternal karena
ia bukanlah input yang dímasukkan ke dalam sistem itu tetapi merupakan sesuatu yang
timbul di dalam sistem itu sendiri ("withinput"). dan karena konsekuensi-konsekuensi yang ia
timbulkan terha- dap ciri suatu sistem politik lebih langsung daripada yang ditimbulkan oleh
tuntutan eksternal. Selanjutnya, bila kita tidak menyadari adanya perbedaan dalam kedua
jenis tuntutan ini, tidak mungkin kita bisa memahami munculnya suatu kumpulan tuntutan-
tuntutan internal, karena harnya memperhatikan lingkungan yang mengelilingi sistem itu saja.

(2) Bagaimana tuntutan-tuniutan itu dirubah menjadi issue-issue politik? Apa yang
menentukan sehingga suatu tuntutan menjadi suatu masalah yang menimbulkan diskusi
politik yang serius atau tetap merupakan sesuatu yang harus diselesaikan secara pribadi di
antara anggota masyarakat sendiri? Timbulnya suatu tuntutan, baik internal maupun
eksternal, tidak begitu saja akan menjadi suatu issue politik. Banyak tuntutan yang mati
begitu diajukan atau pengajuannya seret dan bertele-tele karena hanya didukung oleh
golongan masyarakat yang kurang berpengaruh dan tidak pernah bisa masuk yang merupakan
perwujudanke dalam tingkat pembuatan keputusan. Sedang tuntutan yang lain mungkin
menjadi issue. Jadi issue adalah suatu tuntutan yang oleh anggota-anggota masyarakat
ditanggapi dan dianggap sebagai hal yang penting untuk dibahas melalui saluran-saluran
yang diakui dalam sistem itu.
Pembedaan antara tuntutan dan issue menimbulkan sejumlah masalah. Bila kita ingin
memahami proses perubahan tuntutan menjadi issue, kita memerlukan data lebih lanjut.
Sebagai contoh, kita perlu mengetahui hubungan antara suatu pendukungnya dalam struktur
kekuasaan dalam masyarakat tersebut, penting- nya kerahasiaan dibanding dengan publisitas
atau keterbukaan dalam mengajukan tuntutan, masalah waktu diajukannya tuntutan itu,
pemilikan kecakapan atau pengetahuan politik,

penguasaan saluran komunikasi, sikap dan suasana pemikiran masyarakat, dan gambaran
yang dimiliki oleh pencetus tuntutan itu mengenai cara kerja sistem politik tertentu. Jawaban
terhadap masalah-masalah ini mungkin akan merupakan suatu indeks pengubahan atau
konversi yang mencerminkan probabilitas bagi suatu kumpulan tuntutan untuk bisa dirubah
ke dalam issue politik yang hidup. tuntutan dengan lokasi dari pencetusnya atau Bila kita
berasumsi bahwa ilmu politik terutama berkaitan dengan masalah cara pembuatan keputusan-
keputusan yang otoritatif dalam suatu masyarakat,

maka tuntutan-tuntutan itu memerlukan perhatian khusus sebagai jenis input utama bagi
sistem politik. Telah saya nyatakan bahwa tuntutan mempengaruhi perilaku suatu sistem
dalam berbagai cara.

Tuntutan itu merupakan suatu bagian penting dari bahan dasar yang diperlukan untuk
bekerjanya suatu sistem. Tuntutan itu juga merupakan salah satu sumber timbulnya
perubahan dalain sistem politik, karena berubahnya lingkungan menyebabkan timbulnya
jenis-jenis input-tuntutan yang baru. Juga,

tanpa memperhatikan asal-usul dan faktor-faktor penentu tuntutan kita akan mengalami
kesulitan untuk menelaah bekerjanya suatu sistem politik pada saat tertentu maupun
perubahan-perubahan yang dialami suatu sístem politik dalam suatu interval waktu tertentu.
Baik sifat statik maupun dinamik historik dari suatu sistem politik bergantung pada
pemahaman yang terperinci tentang tuntutan-tuntutan yang ada, terutama pengaruh
lingkungan luar sistem politik terhadap tuntutan-tuntutan itu.

III. INPUT: DUKUNGAN Input-input berupa tuntutan saja tidaklah memadai untuk
keberlangsung- an kerja suatu sistem politik. Input tuntutan itu hanyalah bahan dasar yang
dipakai untuk membuat produk-akhir, yang disebut keputusan. Untuk tetap menjaga
keberlangsungan fungsinya, sistem itu juga memerlukan enerji dalam bentuk tindakan-
tindakan atau pandangan-pandangan yang memajukan dan merintangi suatu sistem politik,
tuntutan-tuntutan yang timbul di dalamnya, dan keputusan-keputusan yang dihasilkannya.
Input ini saya sebut dukungan (support). Tanpa dukungan, tuntutan tidak akan bisa dipenuhi
atau konflik mengenai tujuan tidak akan terselesaikan. Bila tuntutan ingin ditanggapi,
anggota-anggota sistem yang memperjuangkan menjadi keputusan yang mengikat dan
mereka yang ingin mempengaruhi proses-proses yang relevan harus mampu memperoleh
dukungan dar! pihak-pihak lain dalam sistem tersebut.

Berapa banyak dukungan itu, dari berapa banyak anggota sistem politik dan anggota yang
mana, merupakan pertanyaan-pertanyaan penting vang hendak saya bahas secara singkat.
Apa yang kita maksudkan dengan dukungan? Kita dapat mengatakan bahwa A mendukung B
bila A bertindak demi atau bersikap menyetujul tujuan-tujuan, kepentingan-kepentingan, dan
tindakan-tindakan B. Dengan demikian tingkah laku mendukung ada dua macam. Tingkah
laku itu mungkin berujud tindakan-tindakan yang mendorong pencapaian tujuan,
kepentingan, dan tindakan orang lain. Mungkin berujud memberikan suara yang mendukun.

pencalonan seorang pemimpin dalam pemilihan umum, atau membela atau mempertahankan
suatu keputusan yang dibuat oleh badan yang berwenang. Dalam kasus-kasus ini, dukungan
itu menyatakan diri dalam bentuk tindakan nyata dan terbuka (overt action) Sebaliknya,
tingkah laku mendukung itu mungkin tidak berujud tindakan yang nampak nyata dari luar,
tetapi merupakan bentuk-bentuk tingkah laku "batiniah" yang kita sebut pandangan atau
pengertian saya, suasana pikiran yang mendukung (supportive) merupakan suatu kumpulan
sikap-sikap atau kecenderungan-kecenderungan yang kuat, atau suatu kesediaan untuk
bertindak demi orang lain. Hal ini terkesan jelas bila kita mengatakan bahwa seseorang setia
pada partal tertentu, terikat pada demokrasi, atau bersemangat patriotis. Istilah-istilah ini jelas
menunjuk pada suatu suasana perasaan seseorarng tersebut.

Dalam tingkat ini memang tidak ada tindakan nyata atau terbuka, tetapi implikasinya jelas
bahwa seseorang itu akan melakukan suatu tindakan yang searah dengan sikapnya itu. Bila
seseorang yang kita anggap memiliki suasana pemikiran tertentu ternyata tidak bertingkah
laku atau bertindak sesuai dengan suasana pemikiran itu, maka kita berasumsi bahwa kita
tidak cukup dalam menyelami perasaan sebenarnya dari seseorang tersebut, dan hanya
memperhatikan sikap yang nampak dari luar saja.

suasana pikiran. Meriurut Suasana pemikiran yang bersifat mendukung merupakan input
vital bagi bekerjanya dan pemeliharaarı suatu sistem politik. Misalnya, sering dikatakan
bahwa perjuangan dalam lingkungan politik internasional melibatkan juga usaha menguasai
atau mempengaruhi pemikiran orang-orang yang menjadi sasarannya. Sampai suatu tingkat
tertentu, ini memang benar. (Berupa usaha-usaha propaganda dari suatu sistem politik untuk
mempengaruhi pemikiran anggota-anggota sistem politik lain, dan yang semacam itu-editor).
Bila anggota-anggota suatu sistein politik mengikatkan diri secara erat pada sisternnya atau
tujuan-tujuan sistemnya itu. keinungkinan bahwa mereka akan berpartisipasi dalam kegiatan
politik domestik maupun internasional yang bisa merusak sistemnya sendiri dapat dicegah
seminimal mungkin,

oleh suatu faktor kuat berupa suasana pemikiran yang mendukung itu. menghadapi provokasi
yang gencar dan besar-besaran, suasana pemikiran yang menekankan kesetiaan pada sistem
itu dapat diharapkan menjadi benteng yang tangguh. Untuk lebih nemahaminya kita perlu
mengidentifikasikan mekanisme- mekanisme khusus yang menanamkan dan secara ajeg
memperkuat sikap- sikap mendukung di dalam suatu sistem politik. Tetapi sebelumnya
marilah kita perinci dan kita teliti sasaran-sasaran politik dalam kaitan dengan usaha
memperluas dukungan dalam suatu sistem politik. Bahkan dalanı.

(1) Wilayah Dukungar Dukungan dimasukkan ke dalam sistem politik dan mengarah pada
figa sasaran: komunitas, rejim, dan pemerintah. Di antara ketiganya ini barue terdapat
konvergensi atau kesatuan sikap, pendapat maupun kehendak. Marilah kita teliti sasaran itu
satu-persatu.

(a) Komunitas Politik. Ticdak satu pun sistem politik yang dapat terus melangsungkan
kerjanya kalau anggota-anggotanya tidak bersedia mendukung eksistensi suatu kelormpok
yang berusaha menyelesaikan perbedaan-perbedaan atau mendorong pembuatan keputusan-
keputusan melalui tindakan-tindakan bersama secara damai. Hal ini sedemikian jelas
pertumbuhan kesatuan nasional – sehingga sering kurang diperhatikan; pada hal kesatuan
itulah yang merupakan prasyarat kelangsungan hidup setiap sistem politik.

Untuk gejala ini kita bisa membahas komunitas politik. Pada tingkat dukungan seperti ini,
kita tidak memperhatikan apakah ada suatu pemerintahan atau apakah terdapat kesetiaan pada
suatu tertib konstitusional atau tidak. Untuk saat ini kita hanya mempertanyakan apakah
anggota-anggo- ta kelompok yang kita selidiki cukup berorientasi ke sesama anggota satu
sama lain dalam menyumbangkan tenaga kolektif mereka deni mencapai penyelesai- an
secara damai tuntutan-tuntutan mereka yang saling berbeda yang biasanya disebut
(b) Rejim. Dukungan bagi suatu memberikan sumber tenaga untuk tetap bekerjanya sistem
tersebut. Segi dari sisteni ini saya sebut rejim. Rejim ini terdiri dari semua pengaturan yang
mengatur cara menangani tuntutan yang dimasukkan ke dalam sistem tersebut dan cara
melaksanakan keputusan. Ini semua adalah yang biasa disebut sebagai "aturan permainan",
dan yang dipakai oleh sebagian besar anggota sistem tersebut sebagai ukuran untuk menilai
sah-tidaknya tindakan anggota- anggota sisten. Tanpa suatu kesatuan sikap dalam dukungan
terhadap aturan- aturan dasar ini sistem politik juga membantu yang dalam masyarakat Barat
disebut azas-azas konstitusional – tidak mungkin dicapai keselarasan tindakan-tindakan
anggota- znggota suatu sistem untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat
dukungan mereka terhadap suatu komunitas politik. Kenyataan adanya usana untuk
menyelesaikan tuntutan-tuntutan secara bersama menunjukkan bahwa tentu ada azas-azas
yang sudah diketahui yang mengatur bagaimana dan di mana penyelesaian tuntutan-tuntutan
vang berbeda harus dilakukan.

(c) Pemerintah. Bila suatu sistem politik ingin memiliki kemampuan untuk menangani
tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan yang dimasukkan ke dalamnya, bukan hanya
anggota-anggotanya harus bersedia mendukung penyelesaian konflik-konflik Ini secara
bersama dan harus memiliki konsensus tentang aturan permainan dalam penvelesalan
konflik-konflik itu, tetapi anggota-anggota sistem itu juga harus bersedia mendukung suatu
pemenintah.

yang melaksanakan tugas-tugas konkrit menyelesaikan konflik-konflik itu. Bila kita meneliti
output dari suatu sistem, kita akan melihat ganjaran (rewards) yang bisa diperoleh oleh suatu
pemerintahan untuk mengerahkan dukungan. Di sini saya hanya ingin mengarahkan perhatian
pada adanya kebutuhan suatu pemerintahan akan dukungan bila ia ingin memiliki
kemampuan untuk membuat keputusan berdasar tuntutan-tuntutan yang diajukan kepadarya.
Sudah tentu, suatu pemerimtahan dapat menarik dukungan dengan berbagai cara: melalui
bujukan, persetujuan, atau manipulasi.

Pemerintah bisa juga memaksakan penyelesaian-penyelesaian atas tuntutan-tuntutan


sekalipun tidak mendapat dukungan, yaitu dengan ancaman penggunaan kekuatan kekerasan.
Tetapi sudah menjadi aksioma ilmu politik bahwa suatu pemerintahan yang didasarkan atas
penggunaan kekerasan semata-mata tidak akan dapat bertahan lama dalam dunia seperti
sekarang ini;
suatu pemerintahan harus membuat landasan bagi posisinya dengan menciptakan suatu
suasana pemikiran yang mendukung di kalangan warganegaranya. Kenyaraan bahwa
dukungan yang diarahkan pada suatu sistem politik secara konseptual dapat diperinci dalam
tiga unsur - yaitu dukungan bagi komunitas, rejim, dan pemerintahan sudah tentu tidak berarti
bahwa dalam kasus konkrit dukungan bagi masing-masing sasaran itu salıng tidak-
tergantung. Bisa saja, dan umumnya kita menemui, ketiga jenis dukungan itu berkaitan
demikian erat sehingga adanya salah satu jenis dukungan itu merupakan akibat dari adanya
satu atau kedua jenis dukungan lain itu.

(2) Kuantitas dan Ruang-lingkup Dukungan Berapa banyak dukungan yang diperlukan oleh
suatu sistem dan berapa banyak anggota sistem yang dibutuhkan untuk memberikan
dukungan bila suatu sistem ingin memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan merubah
tuntutan-tuntutan menjadi keputusan-keputusan? Tidak ada jawaban sederhana yang dapat
diberikan. Situasi aktual dalam setiap kasus akan menentukan jumlah dan ruang lingkup
(scope) yang dibutuhkan itu. Tetapi kita bisa menggambarkan sejurnlah situasi yang bisa
membantu mengarahken perhatian kita ke generalisasi-generalisasi yang mungkin dibuat.

Dalam keadaan-keadaan tertentu sangat sedikit anggota-anggota sistem yang merasa perlu
mendukung suatu sistem. Anggota-anggota itu mungkin bodoh dan apatis, tidak peduli
dengan keseluruhan kerja sistem itu, tidak peduli akan segala keputusan yang dihasilkan
sistem itu. Dalam suatu sistem yang ikatannya longgar seperti yang dimiliki India, sebagian
besar anggota sistemnya memiliki suasana pemikiran seperti ini. Baik karena nyatanya
mereka memang tidak terpengaruh oleh keputusan politik nasional maupun karena mereka
tidak merasa terpengaruh oleh keputusan itu. Mereka mungkin

miliki sedikit sekali rasa identifikasi dengan rejim dan pemerintahan yang ada sehingga,
dalam hal input tuntutan, sistem itu bisa menjalankan suatu aukan herdasar dukungan yang
diberikan hanya oleh 3 persen politisi dan intelektual berorientasi-Barat yang aktif dalam
kehidupan poitik.

Dengan lain perkataan, kita bisa saja menemui suatu sistem di mana suatu kelompok
minoritas kecil bisa memberikan tenaga pendukung yang secara kuantitatif cukup untuk
memelihara kehidupan dan bekerjanya sistem itu. Tetapi kita danat, mengajukan hipotesa
bahwa di mana anggota-anggota dari suatu sisterm memasukkan sejumlah besar tuntutan,
terdapat probablitas kuat bahwa mereka akan secara aktif memberikan dukungan atau
penentangan pada salah satu dari ketiga tingkatan sistem itu, bergantung pada derajat
pemenuhan tuntutan-tuntutan itu melalui keputusan-keputusan yang tepat.

Sebaiiknya, kita juga bisa menemukan suatu sistem di mana semua anggotanya memberikan
dukungan, tetapi jumlah dukungan itu begitu kecil sehingga mengancam kehidupan salah satu
atau semua segi sistem itu. Barangkali dalam hal ini Perancis di jaman modern merupakan
contoh yang klasık. Input dukungan pada tingkat komunitas politik mungkin memadai untuk
memelihara dan mempertahankan Perancis sebagai suatu unit politik nasional.

Tetapi berdasar pengalaman negeri itu selama ini, terdapat keraguan besar tentang apakah
anggota-anggota sistem politik Perancis selama ini memberikan sesuatu kecuali tingkat
dukungan yang rendah pada rejimnya atau setiap pemerintahan yang ada. Jumlah dukungan
yang sarngat kecil, walaupun ruang lingkupnya meluas ke sebagian besar penduduk,
menyebabkan sistem politik Perancis berdiri pada landasan yang kurang kokoh dibanding
dengan kasus di India di atas. Di India dukungan itu memiliki ruang lingkup lebih kecil dan
kurang meluas dibandirig dengan sistem Perancis tetapi jelas lebih aktif atau lebih besar
kuantitas dukungan yang diberikan oleh kelornpok minoritas itu. Demikianlah contoh ini
menunjukkan, bahwa jumlah dukungan fidak mesti seimbang dengan luas ruang lingkupnya.

Dari pembahasan di atas nampak bahwa walaupun anggota-anggota dari suatu sistem politik
bisa memberikan dukungan atau pun tidak memberikan dukungan, artinya menunjukkan
penentangan atau apati, nyatanya anggota anggota itu bisa, dan biasanya memang, secara
serempak terlibat dalan ungkah laku mendukung maupun menentang. Yang harus kita
pernadka adalah neraca perimbangan dukungan itu.

Anda mungkin juga menyukai