Anda di halaman 1dari 26

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. F
No. RM : 905643
Tanggal Lahir/Umur : 15 Februari 1998 / 21 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : D3
Pekerjaan : PNS
Alamat : Mamuju
Masuk P o l i RS Wahidin Sudirohusodo untuk pertama kalinya pada tanggal 26
Desember 2019, pukul 10.30 WITA, pasien datang sendiri.

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Diperoleh dari catatan medis, alloanamnesis dari :
1. Nama : Tn.D
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Solo
Hubungan : Saudara (Kakak) Pasien
A. Keluhan Utama
Sering merasa takut
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke Poli Jiwa RS Wahidin Sudirohusodo untuk pertama kalinya
dengan keluhan sering merasa takut. Keluhan ini dialami sejak pasien berumur 12 tahun

Page | 1
dan memberat dalam 2 bulan sebelum berkunjung ke Poli Jiwa RSWS. Perasaan takut
yang dialami berupa takut jikalau dirinya tidak bisa maksimal dan susah beradaptasi
dengan pekerjaan baru yang diperayakan kepada pasien, serta merasa takut berhadapan
dengan orang banyak dan orang baru ditemuinya. Perasaan takut ini muncul terutama
disaat pasien terlalu banyak memikirkan tentang tantangan pekerjaan barunya dimana
pasien mengkhawtirkan mengenai tugas-tugas yang diberikan, cara membagi tugas
dengan rekan kerja yang baru dan mengenai penerimaan rekan kerja terhadap dirinya
yang baru bergabung di lingkungan kerja tersebut. Pasien juga memikirkan masa
depannya di pekerjaan yang baru itu karena tidak sesuai dengan keinginan dan basic
pendidikan pasien, memikirkan keluarga dan teman-teman yang terpisah jauh dengan
pasien dan masih banyak hal terkait pekerjaan dan lingkungan baru yang pasien jalani
saat ini. Perasaan takut, overthinking dan kurangnya rasa percaya diri yang dialami
pasien saat ada stresor tersebut akhirnya memicu munculnya perasaan cemas. Pasien
disaat merasa cemas muncul keluhan seperti tegang pada leher, nyeri ulu hati, kadang
jantung berdebar, dan telapak tangan berkeringat. Keluhan seperti ini paling berat
dirasakan pasien saat bangun pagi, saat ada job baru di kantor, saat ada undangan untuk
menghadiri acara-acara kantor maupun pernikahan, dan saat bertemu dengan orang
baru. Pola tidur pasien kadang terganggu dengan perasaan cemas dan takut terutama jika
terlalu memikirkan hal-hal yang sudah dikerjakan seharian dan terlalu memikirkan apa
yang akan dikerjakan keesokan harinya. Pasien sesekali bermimpi mengenai hal-hal
tekait pekerjaan dan masa lalunya namun pasien tidak merasa khawtir akan mimpi-
mimpi tersebut. Saat pasien sendiri di Kos, pasien sering merasa seperti kosong/hampa
dimana pasien mendeskripsikan perasaan itu dengan bosan, tidak tau apa yang harus
dikerjakan, malas bergerak, sulit menikmati kesendirian, merindukan rumah dan orang
tua serta teman-temannya, merasa tidak produktif saat ini dan oleh karena perasaan
kosong tersebut pasien kadang berpikir untuk mengiris tangannya dengan pisau dengan
alasan ingin mengalihkan beban mental yang dirasakan ke nyeri secara fisik. Selain itu,
pasien juga mengeluh sering sulit fokus saat bekerja, sulit mengontrol emosi, kurang
bersemangat, sulit menikmati suasana kebersamaan dengan rekan kerjanya, lebih
banyak merenung, mudah lelah, dan cepat down saat mendapatkan tantangan dalam
pekerjaannya. Pasien saat ini juga semakin tertutup untuk menceritakan kepada
rekannya mengenai kondisi yang dialami dan kadang merasa tidak nyaman jika ada

Page | 2
rekannya yang menanyakan langsung kepada pasien perihal kondisinya. Dalam satu hari
pasien tidur 4-5 jam dan menurut pasien, dirinya memang sudah terbiasa tidur sampai
larut-larut malam. Nafsu makan pasien berkurang terutama di pagi hari namun tidak ada
penurunan berat badan yang bermakna. Perawatan diri masih baik.
Dua bulan yang lalu (Okober 2019) pasien selesai mengikuti kegiatan prajabatan
CPNS di Pusat dan langsung ditempatkan di Kabupaten Mamuju pada posisi pekerjaan
yang tidak sesuai jurusannya dan terasa berat untuk pasien jalani yakni di Sub Bagian
Humas di kantor Keuangan Mamuju. Sebelumnya, pasien sudah merasa nyaman di
posisi pasien bekerja di Kantor pusat karena mengurus keuangan dan memiliki teman
kerja yang cukup kooperatif dengan pasien sehingga selama masa tersebut, pasien hanya
sesekali mengalami kecemasan dan masih bisa mengontrol pikirannya dengan baik
meskipun ada tekanan dalam pekerjaannya. Selama dua bulan ini, pasien belum pernah
berobat ke dokter dan hanya berusaha sendiri mengatasi gangguan yang dialami.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Awal perubahan perilaku dialami pasien saat berusia 12 tahun (pasien masuk
SMP kelas 1). Saat itu ibu pasien meninggal dunia dan di sekolah pasien mendapat
perlakuan kasar dari teman sekelasnya. Pasien merasa bahwa dirinya sering di bully
dan diasingkan oleh teman-temannya saat itu sehingga pasien selalu merasa takut,
sering menangis, lebih banyak diam, tidak bisa konsentrasi belajar dan lebih sering
menyendiri. Keluhan ini terus berlanjut sampai SMA namun pasien tidak pernah
memeriksakan dirinya ke dokter dan lebih memilih untuk menutupi keluhan yang
dialami. Pasien mengatakan bahwa keluhan ini dirasakan sampai SMA karena teman-
teman pasien yang selalu membully-nya masih satu SMA dengan pasien dan ditambah
dengan stressor baru dimana ibu tirinya sering membentak pasien di depan umum.
Pasien saat SMA pasien sering merasa kosong, tidak bersemangat, pandangan masa
depan yang suram, cemas, merasa tidak aman, selalu merasa bersalah, dan lebih sering
menyendiri. Pada saat masuk kuliah, pasien sudah merasa lebih baik meskipun
kecemasannya tinggal sesekali muncul disaat ada stressor. Pasien lebih aktif di
kegiatan-kegiatan kampus terutama saat memasuki semester 4, pasien bisa
menyelesaikan kuliahnya dengan cukup baik dengan prestasi yang baik. Setelah
kuliah, pasien magang di kantor keuangan/kantor pajak Pusat, namun karena keluhan

Page | 3
cemas dan perasaan insecure pasien masih sering muncul, pasien berkonsultasi ke
salah satu Psikiater di Solo namun tidak melanjutkan kontrolnya karena pasien tidak
mau mengkonsumsi obat dari psikiater. Pasien kemudian dianjurkan ke psikolog untuk
mendapatkan psikoterapi dan pasien sempat mengikuti 3 siklus dari 5 siklus yang
direncanakan. Pasien merasakan ada sedikit perbaikan selama mengikuti terapi dan
akhirnya bisa menjalani magang dengan cukup baik sampai selesai masa pra-jabatan
dan penempatan di Mamuju.
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak memiliki riwayat penyalahgunaan narkotika dan psikotropika.
3. Riwayat Gangguan Medis Umum
Riwayat infeksi Thyfoid pada saat pasien duduk di kelas 2 SMA, dirawat selama
3 hari dan kembali membaik, tidak ada perubahan perilaku berkaitan dengan penyakit
pasien saat itu. Riwayat kejang tidak ada, riwayat trauma tidak ada.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, cukup bulan, spontan, ditolong oleh dokter di Rumah Sakit
pada tanggal 15 Februari 1998. Pasien adalah anak yang diharapkan oleh orang tua.
Berat badan lahir 3400 gram. Pasien sejak lahir diasuh oleh kedua orang tuanya
dan diberikan ASI selama 9 bulan. Ibu pasien tidak pernah mengalami perdarahan
dan penyakit fisik selama kehamilan. Tidak ada penyalahgunaan alkohol, obat-obatan
atau jamu selama kehamilan Ibu. Pada saat bayi, pasien tidak pernah mengalami
demam tinggi maupun kejang.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orang tua pada masa ini. Pengasuhan yang diberikan
kedua orang tua pada masa ini tergolong kurang maksimal karena kedua orang tua
pasien bekerja di pasar dan harus meninggalkan rumah dari jam 04.00 subuh
sampai jam 13.00 dan setelah itu baru berinteraksi dengan pasien . Selama kedua
orang tuanya bekerja, pasien diasuh oleh kakek dan nenek pasien. Toilet
training diajarkan kepada pasien dan berhasil pada usia 3 tahun. Ayah pasien
pada masa ini bekerja sebagai pedagang barang kebutuhan rumah tangga di
pasar dan Ibu pasien membantu ayah pasien berjualan . Perekonomian keluarga
tergolong cukup baik pada masa ini. Pertumbuhan dan perkembangan pasien pada

Page | 4
masa kanak awal sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak seusianya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-6 tahun)
Pola pengasuhan orang tua masih sama terhadap pasien pada masa ini. Kakek
dan nenek pasien kadang mengasuh pasien dengan keras dimana pasien selalu dibentak
dengan bahasa kotor dan dihukum jika melakukan sebuah kesalahan. Namun orang tua
pasien adalah sosok yang penyayang, jarang memarahi ataupun membentak dan sangat
memperhatikan kebutuhan pasien. Pada usia 4 tahun, pasien masuk TK Aisyah Sedayu
Cmuantono, Solo. Di bangku TK, pasien cukup aktif, bermain dengan teman sebayanya
dan bisa mengikuti arahan dari guru TK dengan baik. Saat pulang TK, pasien lebih
banyak dalam rumah dan kurang berinteraksi dengan tetangganya karena posisi rumah
pasien yang jauh dari rumah tetangga lainnya.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir (6-12 tahun)
Pasien masuk Sekolah Dasar pada umur 6 tahun di SDN 1 Bulu, Solo. Pasien
dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan juga mampu menyelesaikan tugas PR yang
diberikan gurunya dengan baik. Prestasi pasien sangat baik dimana pasien selalu
ranking 1 selama SD, pasien aktif dan selalu menjadi wakil ketua kelas, dan dominasi
pasien terhadap teman-temannya cukup besar. Di sekolah pasien dapat bergaul akrab
dengan teman-temannya dan tidak pernah mendapat masalah yang berarti. Pasien
dikenal ramah, ceria dan mudah akrab dengan siapa saja. Setiap pulang dari sekolah,
pasien pergi ke rumah tetangga bermain playstation dan bermain kelereng. Ibu pasien
selalu memberikan hadiah kepada pasien jika pasien berhasil mendapatkan prestasi yang
baik di sekolah. Pasien kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN Karang Anyer Jawa
Tengah (salah satu sekolah bertaraf internasional) pada usia 12 tahun. Pada masa awal
masuk SMP, ibu pasien meninggal karena kecelakaan sehingga pasien saat itu merasa
sangat sedih kehilangan ibunya. Sejak saat itu, tidak ada lagi sosok yang bisa ditempati
pasien bercerita jika ada sesuatu masalah yang dihadapinya karena pasien tidak terlalu
terbuka dengan ayahnya. Di awal SMP ini, pasien mendapat tekanan yang cukup berat
dari rekan sekolahnya karena pasien sering dibully. Pasien dibully karena semenjak
kehilangan ibunya, pasien menjadi pribadi yang pendiam, suka menyendiri dan tidak
suka membantah. Bentuk bully-an temannya yang masih diingat yakni pasien selalu
dituduh sebagai seorang pencuri, memiliki jin, dan sering ditertawakan oleh teman-
temannya. Perekonomian keluarga sejak ibu pasien meninggal cukup sulit karena ayah

Page | 5
pasien harus bekerja seorang diri mengurus dagangannya di Pasar.
5. Riwayat Masa Remaja (13-18 tahun)
Pada masa ini, bully-an dari teman-teman pasien masih terus berlanjut sehingga
pasien semakin menjadi pendiam, sulit berkonsentrasi, sering merasa insecure terutama
saat bertemu dengan sosok yang sering membully pasien, tidak bersemangat mengikuti
pelajaran. Pasien juga tidak menceritakan kepada siapa-siapa mengenai hal tersebut
dan lebih memilih diam dan menanggungnya sendiri. Prestasi pasien pada masa ini
agak menurun namun tidak terlalu signifikan. Pasien mengatakan bahwa dirinya
melalui SMP dengan perasaan hampa dan selalu merasa tidak aman. Pasien juga pada
usia ini jarang berinteraksi dengan ayahnya karena ayahnya sibuk di Pasar berdagang
sehingga saat pasien pulang ke rumah, pasien hanya bermain PS dan kemudian
menyendiri belajar. Pasien juga jarang membantu ayahnya di Pasar. Pada usia pasien
14 tahun (kelas 3 SMP), ayah pasien menikah lagi dan ibu tiri pasien tersebut tidak
menyukai perilaku pasien yang tidak bersemangat bekerja dan membantu orang tuanya
sehingga pasien sering dimarahi oleh ibu tirinya.
Keadaan seperti ini berlanjut sampai pasien masuk ke SMAN 1 Karang Anyar.
Teman-teman yang sering membully masih satu sekolah lagi dengan pasien dan ibu
tirinya semakin sering memarahi pasien bahkan di tempat umum karena pasien tidak
menunjukkan kinerja yang baik saat membantu ayahnya di Pasar. Hal ini membuat
pasien tambah tidak bisa fokus. Pasien mengakui bahwa dirinya kesekolah hanya untuk
kewajiban saja sehingga prestasinya menurun drastis di masa SMA. Di masa SMA
pasien lebih banyak menarik diri dari teman-temannya dan merasa sulit menerima
kondisi seperti ini (pasien tidak nyaman dengan kondisi yang berkepanjangan seperti
itu). Kondisi perekonomian keluarga pada masa ini kembali stabil, namun dukungan
lingkungan sekitar terhadap pasien kurang karena pasien yang tidak mau berinteraksi
secara aktif dengan lingkungan sekitarnya.
6. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Setelah tamat SMA (usia 18 tahun pertengahan), pasien melanjutkan
pendidikannya di Sekolah Tinggi Administrasi Negara (STAN). Pasien sudah tidak
bersama-sama lagi dengan teman-temannya yang suka membully sehingga sejak saat
ini, pasien kembali bersemangat, memacu dirinya untuk berpikir ralistis, mulai

Page | 6
mengajar (microtheaching). Pasien mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik,
mulai berinteraksi dengan rekan-rekan kampus dan lingkungan luar.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien menyelesaikan kuliahnya tepat waktu dan langsung kerja sebagai CPNS
karena tempat kuliahnya adalah instansi ikatan dinas dengan pemerintah. Pasien
bekerja dengan maksimal di tahun-tahun awal namun semenjak diberikan SK PNS
(bulan Oktober 2019) dan dimutasi ke bagian yang bukan jurusannya dengan beban
pekerjaan yang jauh lebih berat serta ditempatkan dengan rekan kerja yang baru, pasien
langsung merasa sulit menyesuaikan diri dengan tempat barunya tersebut dan
kinerjanya agak menurun.
b. Riwayat Pernikahan
Pasien saat ini belum menikah.
c. Riwayat Psikoseksual
Pasien tidak mengingat kapan pertama kalinya pasien mengalami mimpi basah.
d. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam sejak lahir mengikuti agama yang dianut
oleh orang tua pasien. Pasien menjalankan kewajiban agama dengan baik.
e. Riwayat Militer
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum.
g. Aktivitas Sosial
Saat ini pasien lebih banyak menarik diri dari kegiatan-kegiatan sosial yang ada
di lingkungannya. Pasien melakukan hal tersebut akibat perasaan insecure/cemas yang
selalu menghantui pasien disaat berada di lingkungan sosial tertentu.
7. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak kedua dari 3 bersaudara kandung (♂,♂,♀). Pasien sejak
lahir tinggal bersama kedua orang tuanya di Solo. Kedua orang tua pasien bekerja
sebagai pedagang barang kebutuhan rumah tangga dengan penghasilan yang tergolong
cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kedua orang tua pasien tergolong
pribadi yang lemah lembut, penyayang dan selalu memperhatikan kebutuhan anak-
anaknya. Ibu pasien meninggal pada waktu pasien berumur 12 tahun dan pasien

Page | 7
merasa sangat sedih kehilangan atas meninggalnya ibu pasien. Ayah pasien menikah
lagi setelah 2 tahun meninggalnya ibu pasien dan ibu tiri pasien tersebut kurang
menyukai pasien karena pasien tidak seperti kakaknya yang rajin membantu ayahnya
berjualan di Pasar. Pasien seringkali merindukan kasih sayang orang tuanya seperti
yang didapatkan sebelum ibunya meninggal dimana selalu ada family time setiap
akhir pekan. Hubungan pasien dengan semua saudaranya terjalin cukup harmonis dan
tidak pernah ada masalah yang bermakna yang dihadapi pasien bersama semua
saudaranya. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama dengan pasien tidak
ada.
Genogram :

Keterangan : Anggota Keluarga Laki-laki


Anggota Keluarga Perempuan
Pasien
Meninggal
Keluarga yang menderita penyakit yang sama

8. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien saat ini tinggal sendiri di sebuah Kos-kosan di Kota Mamuju karena
pasien bekerja sebagai CPNS disana. Semua keluarga dekat pasien ada di Jawa.
Suasana tempat tinggal pasien cukup kondusif dan pasien menjalin hubungan dengan
tetangga terdekat dengan cukup baik. Kamar kos yang ditempati pasien cukup luas
dengan ukuran 5x8 m2 permanen, kamar mandi dan dapur di dalam kamar. Pasien
merasa nyaman dengan kondisi tempat tinggalnya saat ini. Pasien saat ini masih sering
mengirimkan sebagian dari gajinya ke kakak pasien untuk melunasi utang-utang
kakaknya.

Page | 8
9. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien mengetahui bahwa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan. Awalnya
pasien tidak mengetahui apa yang dirinya alami dan sempat mengira bahwa dirinya
menderita suatu penyakit yang berat bahkan berpikir mengenai penyakit non medis.
Setelah menerima penjelasan mengenai keluhan yang dialaminya, pasien dapat
menerima kondisinya dan ingin berobat. Pasien berharap bisa sembuh, dan dapat
menjalani kehidupannya seperti dulu dimana dirinya dapat kembali merasa senang,
bersemangat , bisa fokus dan dapat melanjutkan pekerjaannya dengan baik

III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS (Tanggal 26 Desember 2019)


A. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi cukup, kesadaran composmentis,
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 68 kali/menit, frekuensi pernafasan 20
kali/menit, suhu tubuh 36,5°C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus.
Jantung, paru-paru, dan abdomen kesan dalam batas normal, ekstremitas atas
dan bawah tidak ada kelainan.
B. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil
bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan
sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (Tanggal 26 Desember 2019)


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Tampak seorang laki-laki, wajah kesan sesuai umur 21 tahunan, postur tubuh
sedang, kulit sawo matang, mengenakan baju kaos lengan panjang berwarna
hijau muda dan memakai celana jeans, perawatan diri cukup.
2. Kesadaran
Baik
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Tenang saat dilakukan wawancara

Page | 9
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar, intonasi biasa.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Disforik
2. Afek : Cemas
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : Dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual (Kognitif)
1. Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat
pendidikannya (D4 STAN).
2. Orientasi
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
3. Daya Ingat
Jangka Panjang : Baik
Jangka Sedang : Baik
Jangka Pendek : Baik
Jangka Segera : Baik
4. Konsentrasi dan perhatian : Baik
5. Pikiran Abstrak : Baik
6. Bakat Kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan Menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir

Page | 10
1. Produktivitas : Cukup

2. Kontinuitas : Cukup relevan, koheren


3. Isi Pikiran :
a. Preokupasi : Selalu memikirkan mengenai kecemasan
yang dialaminya.

F. Pengendalian Impuls
Selama wawancara pengendalian impuls baik
G. Daya Nilai dan Tilikan
1. Norma Sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian Realitas : Baik
4. Tilikan : Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya
disertai motivasi untuk mencapai perbaikan
(Tilikan 6).
H. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
I. Pemeriksaan Penunjang
Skor HDRS (26/12/2019) : 17 (Depresi Sedang)
Skor HARS (26/12/2019) : 25 (Kecemasan Sedang)
MMPI (26/12/2019) :
o Skala validitas : 1
o Indeks kapasitas mental : 5,28 (Sedang)
o Profil klinis : Gejala klinis somatik yang terkait problema psikologis.
o Indeks OCEAN : 7,5 (Baik)

RENCANA TERAPI
A. Psikofarmakoterapi
R/ Alprazolam 0,5 mg ½ tablet/pagi-malam, 1 tablet malam/oral
Fluoxetine 20 mg 1 tablet/24 jam/oral pagi
B. Psikoterapi

Page | 11
Suportif :
- Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan tentang apa
yang dirasakannya dan hal yang memicu timbul keluhan saat ini. Pada kasus ini,
ventilasi dilakukan pada saat kunjungan rumah pertama kali pada tanggal 26
Desember 2019. Pasien terbuka akan apa yang dirasakannya, apa yang menjadi
kekhawatiran serta pemicu munculnya gejala yang dialami.
- Persuasif
Menerangkan kepada pasien tentang gejala yang timbul akibat cara berfikir
terhadap masalah yang dihadapi dan meyakinkan pasien dengan alasan yang
masuk akal bahwa gejalanya akan hilang.
- Reassurance
Berusaha meyakinkan kembali kemampuan pasien untuk menghadapi
masalahnya.
- Sugesti
Memberikan empati dan menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa
semua keluhannya akan hilang.
- Memberikan bimbingan berupa nasehat
Menasehati pasien untuk fokus pada pengobatan saat ini dan rutin
mengkonsumsi obatnya serta selalu berpikiran positif, relaksasi dan mindfullness
disaat kecemasan, ketakutan dan perasaan kosong muncul.
Cognitive Behavior Therapy
- Sesi I : Assessment dan Diagnosa Awal
Sesi ini dilakukan pada pertemuan pertama pada tanggal 26 Desember 2019.
Dalam sesi ini terapis melakukan langkah-langkah berikut :
 Melakukan assessment, observasi, anamnesa dan analisis gejala demi
menegakkan diagnose awal mengenai gangguan yang terjadi
 Memberikan dukungan dan semangat kepada pasien untuk melakukan
perubahan
 Memperoleh komitmen dari pasien untuk melakukan terapi dan
pemecahan masalah terhadap gangguan yang dialami
 Menjelaskan kepada pasien formulasi masalah dan situasi kondisi yang

Page | 12
dihadapi
- Sesi II : Mencari Emosi Negatif, Pikiran otomatis dan Keyakinan utama
yang berkaitan dengan gangguan
Sesi ini dilakukan pada pertemuan kedua pada tanggal 04 Januari 2020. Dalam
sesi ini terapis melakukan langkah-langkah berikut :
 Menentukan emosi negative yang pasien alami :
o Kecemasan berlebih saat :
 Memikirkan tantangan pekerjaan yang akan dihadapi
 Berurusan dengan orang baru
 Diminta untuk tampil di muka umum
 Bepergian dengan rekan-rekan kerjanya
 Target yang ditetapkan tidak tercapai/tidak sesuai dengan yang
diharapkan
o Perasaan sedih memikirkan kondisi kesehatan mentalnya saat ini
bahkan lebih banyak muncul perasaan sedih yang tidak bisa dijelaskan
oleh pasien penyebabnya.
o Perasaaan mudah lelah yang tidak diketahui penyebabnya.
o Perasaan takut yang tidak wajar dimana pasien takut tidak bisa
maksimal dalam bekerja, takut tidak diterima oleh rekan kerja karena
kondisinya saat ini, takut saat bertemu orang baru.
o Perasaan kosong yang dideskripsikan pasien seperti : bosan, tidak tau
apa yang harus dikerjakan, malas bergerak, sulit menikmati
kesendirian, merindukan rumah dan orang tua serta teman-temannya,
merasa tidak produktif
 Menentukan pikiran otomatis yang selalu muncul disaat ada tantangan :
o Pikiran otomatis positif lebih menonjol daripada pikiran otomatis
negatif karena pasien masih kadang menganalisa setiap peristiwa yang
baru saja terjadi.
 Menetukan keyakinan utama yang berkaitan dengan tantangan kehidupan :
o All or nothing thinking  selalu menganggap dirinya bodoh, tidak
berguna dan menganggap usahanya sia-sia disaat ada kegagalan dalam
mengerjakan pekerjaan di kantor.

Page | 13
o Over-generalizing  Akibat trauma masa lalu (pengalaman di bully),
pasien menganggap semua orang tidak suka terhadap dirinya.
o Jumping to Conclusions  Pasien saat bangun pagi selalu
meramalkan apa yang akan terjadi di tempat kerjanya pada hari itu dan
selalu yang disipulkan adalah hal negatif mengenai apa yang akan
terjadi.
o Emosional Reasoning  Pasien cenderung terlalu fokus pada
perasaannya dan akibatnya adalah pasien akhirnya banyak menunda-
nunda pekerjaan dan sulit fokus dalam bekerja serta pasien lebih
banyak merasa pesimis.
Setelah menemukan dan menentukan hal-hal tersebut diatas, terapis kemudian
memberikan bukti bagaimana system keyakinan dan pikiran otomatis sangat erat
kaitannya dengan emosi dan tingkah laku pasien dengan menawarkan pikiran
positif sebagai alternative untuk dibuktikan bersama. Setelah itu pasien diarahkan
untuk mengambil komitmen untuk melakukan modifikasi secara menyeluruh,
mulai dari pikiran, perasaan dan perilaku dari negative menjadi positif. Dalam hal
ini, pasien sudah menyatakan komitmennya untuk mau melakukan anjuran
tersebut.
Sesi III-V direncanakan akan dilakukan 2 minggu setelah sesi ke II
Psikoedukasi Keluarga
Psikoedukasi keluarga dilakukan kepada kakak pasien. Psikoedukasi keluarga
bertujuan untuk memberitahukan mengenai kondisi pasien, mengubah pandangan
keluarga terhadap pasien, menjelaskan pentingnya pengobatan, dan mengenali tanda-
tanda saat kondisi pasien memberat.
FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta
menilai efektivitas terapi dan kemungkinan efek samping yang terjadi.
Tanggal 04 Januari 2020 , Kontrol Pertama kali di RS Wahidin Sudirohusodo
Tampak seorang laki-laki, wajah kesan sesuai umur 21 tahunan, postur tubuh
tinggi, kulit sawo matang, mengenakan baju kaos lengan panjang dan celana jeans,
perawatan diri kesan cukup.
Kontak mata (+), verbal (+)

Page | 14
Psikomotor : Tenang
Mood : Disforik
Afek : Kesan Depresif
Verbalisasi : Spontan, lancar, intonasi biasa
Gangguan Persepsi : Tidak ada
Arus pikir : Relevan, koheren
Isi pikir : Preokupasi : -
Skor HDRS : 17 (Depresi sedang)
Skor HARS : 2 0 ( A n x i e t a s S e d a n g )
R/ Alprazolam 0,5 mg ½ tablet/pagi-malam, 1 tablet malam/oral
Fluoxetine 20 mg 1 tablet/24 jam/oral pagi
Psikoterapi Supportif
Cognitive Behavior Therapy sesi II

DISKUSI
Gangguan cemas merupakan kondisi yang terjadi sebagai akibat interaksi faktor-
faktor biopsikososial, termasuk kerentanan genetik yang berinteraksi dengan kondisi
tertentu, stress atau trauma yang menimbulkan sindroma klinis yang bermakna.
Gangguan cemas adalah kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan
kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan tidak realistic terhadap
berbagai peristiwa sehari-hari.7,8,9
Gangguan depresi merupakan gangguan suasana perasaan yang ditandai dengan
penurunan mood, kehilangan minat dan kegembiraan dan ketidakberdayaan yang
menetap selama lebih dari dua minggu. Gangguan depresi berulang ditandai dengan
adanya episode depresi sebelumnya dan diantara dua episode depresi biasanya terdapat
pemulihan yang sempurna.14,18
Gangguan anxietas menyeluruh mungkin adalah gangguan yang yang paling
sering muncul bersamaan dengan gangguan jiwa lain, biasanya fobia sosial, fobia
spesifik, gangguan panik atau gangguan depresif. Mungkin 50-90% pasien dengan
gangguan anxietas menyeluruh memiliki gangguan jiwa lain. Sebanyak 25% pasien
akhirnya mengalami gangguan panic dan sekitar 10% pasien dengan gangguan
kecemasan yang tidak spesifik.10,11

Page | 15
Gejala utama dari gangguan anxietas campuran lainnya adalah kecemasan,
ketegangan motorik, hiperaktivitas otonom dan kewaspadaan kognitif. Pada pasien
terdapat hiperaktivitas otonomik berupa dingin pada tangan dan kaki dan jantung
berdebar, serta ketegangan motorik yaitu sakit kepala, tegang pada leher, telapak tangan
dan telapak kaki gemetaran. Gejala-gejala tersebut menimbulkan penderitaan yang jelas
dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan. Gangguan cemas
mempunyai gejala yang tumpang tindih dengan gangguan depresi antara lain gangguan
tidur, gangguan konsentrasi, lemas, namun pada gangguan depresi gejala utama yang
terjadi adalah mood depresi dan kehilangan minat dan kegembiraan. Pada pasien ini
gejala depresi berdiri sendiri dimana terdapat dua gejala utama yang dimaksudkan
disertai 4 gejala-gejala tambahan dalam kriteria diagnostik.12,13
Gejala utama depresi yang dimaksudkan adalah : Afek depresi, kehilangan minat
dan kegembiraan, berkurangnya energi menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.
Sementara gejala tambahan pada depresi adalah : a. Konsentrasi dan perhatian
berkurang; b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang; c. Gagasan tentang rasa
bersalah dan tidak berguna; d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis; e.
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri; f. Tidur terganggu; g.
Nafsu makan berkurang.12,14
Menurut PPDGJ III, Pedoman diagnostik untuk gangguan anxietas campuran
lainnya (F41.3) adalah :14
a. Memenuhi kriteria gangguan anxietas menyeluruh (F41.1) dan juga
menunjukkan (meskipun hanya dalam jangka waktu pendek) ciri-ciri yang
menonjol dari kategori gangguan F40-F49 akan tetapi tidak memenuhi
kriterianya dengan lengkap.
b. Bila gejala-gejala yang memenuhi kriteria dari kelompok gangguan ini terjadi
dalam kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang bermakna, maka
dimasukkan dalam kategori F43.2, gangguan penyesuaian.
Sedangkan kriteria diagnosa untuk gangguan depresi berulang kini episode depresi
sedang tanpa gejala somatik (F33.1), sebagai berikut:12
a. Kriteria untuk gangguan depresi berulang (F33) harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria episode depresi sedang (F32.1) (2 dari tiga
gejala utama ditambah sekurang-kurangnya 4 gejala lainnya) dan

Page | 16
b. Sekurang-kurangnya 2 episode telah berlangsung selama minimal 2 minggu
dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.
c. Adapun kriteria diagnosa depresi berulang adalah :
 Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari :
- Episode depresi ringan
- Episode deprsi sedang
- Episode depresi berat
Episode rata rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi frekuensinya lebih jarang
dibandingkan dengan gangguan bipolar
 Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan
hiperaktifitas yang memenuhi kriteria mania atau hipomania
 Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun sebagian kecil
pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap.
 Episode depresi masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan seringkali
dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress atau trauma mental
lainnya.
Pada pasien ini, terdapat gejala-gejala anxietas seperti perasaan takut dan cemas,
sakit kepala, tegang pada leher, kaki dan tangan terasa dingin, jantung berdebar-debar,
nyeri ulu hati dan merasa lemas. Perlangsungan gejala ini terjadi hampir setiap hari dan
sepanjang hari selama 2 bulan terakhir. Pasien juga kadang mengalami kecemasan dan
perasaan insecure saat pasien di keramaian, atau diminta tampil di depan umum dan
juga kadang muncul seperti serangan panik yang ringan. Dari gambaran tersebut,
diagnosa Gangguan Anxietas Campuran lainnya dapat ditegakkan. Gejala depresif yang
dialami pasien seperti tidak bersemangat, mudah lelah, konsentrasi terganggu, kurang
percaya diri, merasa pesimis, dan tidur terganggu yang berlangsung selama 2 bulan ini
mengarahkan kepada diagnosa episode depresi sedang tanpa gejala somatik. Namun,
karena sudah terdapat episode depresi sebelumnya pada pasien ini sehingga diagnosa
kedua pasien ini diarahkan ke Gangguan Depresi Berulang kini Episode Depresi Sedang
Tanpa Gejala Somatik.
Farmakoterapi pada pasien ini menggunakan benzodiazepin yaitu Alprazolam.
Benzodiazepin bekerja dengan bereaksi terhadap reseptornya akan meningkatkan fungsi
inhibisi GABAergik-A sub unit alfa-2, sehingga hiperaktifitas neurotransmitter di

Page | 17
sistem limbik menurun. Alprazolam memiliki waktu paruh yang singkat yaitu 12-15 jam
dan memiliki efek sedasi lebih pendek dibanding benzodiazepin lainnya, sehingga tidak
akan terlalu mengganggu aktifitas. Dosis yang dianjurkan untuk penanganan gangguan
anxiety dimulai dari dosis 1-4 mg/hari dan dapat ditingkatkan sampai dosis maksimal
dengan dosis terbagi per 8 jam. Pada pasien ini, dosis yang diberikan sudah sesuai
dengan anjuran yakni 1,5 mg per hari dengan pembagian dosis 0,5 mg siang dan 1 mg
malam. Dosis ini sudah memberikan respon terapi yang baik sehingga dosis tersebut
dipertahankan hingga mencapai fase remisi.15,16,17
Selain itu juga digunakan antidepresan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
yakni Fluoxetine. Obat ini bekerja dengan menghambat ambilan kembali dari serotonin
dengan mengambat serotonin transporter. Dengan demikian aktivitas alami serotonin di
sinaptik neuron tidak mengalami penurunan. SSRI efektif untuk menangani gejala
depresi dan gangguan cemas. Waktu paruh dari fluoxetine 2-5 hari dan akan
memberikan efek terapi pada hari ke 7-10 pengobatan. Dosis yang digunakan pada
gangguan depresi dan gangguan cemas dimulai denga dosis 20 mg qAM dan kemudian
ditingkatkan jika belum memberi respon. Pada pasien ini, dengan dosis 20 mg sudah
memberikan respon terapi sehingga dipertahankan pada dosis tersebut. 15,16,17
Neurotransmiter utama yang berhubungan dengan anxietas di daerah limbic
adalah norepinefrin, gamma-aminobutyric acid (GABA), dan serotonin. Manfaat
pengobatan ansietas dengan benzodiazepin adalah diimplikasikan dalam GABA, yang
memegang peranan dalam patofisiologi terjadinya gangguan cemas. Disamping itu,
neurotransmiter utama yang berkaitan dengan depresi adalah monoamin (serotonin,
norepinefrin dan dopamin) dimana terjadi penurunan kadar monoamin di neuron
pascasinaptik sehingga pemberian obat SSRI akan membantu menghambat reuptake
serotonin dari celah sinaptik sehingga kadar serotonin akan tetap stabil. 6,15
Psikoterapi yang diberikan pada pasien ini meliputi psikoterapi suportif yakni
ventilasi dan reassurance serta dilakukan CBT, Sosioterapi dan psikoedukasi keluarga.
Psikoterapi suportif pada pasien ini bertujuan untuk mendukung fungsi-fungsi ego atau
memperkuat mekanisme defans yang ada, memperluas mekanisme pengendalian yang
dimiliki dengan yang baru dan lebih baik serta perbaikan ke suatu keadaan
keseimbangan yang lebih adaptif. Direncanakan dilakukan CBT untuk membangun
kembali pola pikir (sikap, asumsi, keyakinan), menguji pola pikir, memutuskan apa

Page | 18
yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat bagi pasien sehingga dapat membangun
cara berpikir yang lebih produktif dan meningkatkan kualitas hidup pasien.18,19
IKHTISAR PERJALANAN PENYAKIT
Tahun 2010 Situasi kehidupan: Pasien masuk SMP dan pasien dibully di
sekolah; Ibu pasien meninggal pada tahun ini.
Gejala: merasa sedih sekali, sulit konsentrasi, selalu merasa takut
(insecure), tidak bersemangat, kadang menangis, mudah lelah.
Pengobatan: Tidak berobat
Tahun 2012 Situasi kehidupan: Pasienk kelas 3 SMP dan teman yang selalu
membully masih ada dengan perlakuan yang sama terhadap
pasien; Ayah pasien menikah lagi; Ibu tiri pasien sering
membentak pasien didepan umum dan pasien kurang bisa
diterima oleh ibu tirinya karena malas bekerja membantu ayahnya
dipasar.
Gejala: pasien bertambah sedih, prestasi sekolah semakin
menurun, kurang konsentrasi, merasa paling bodoh dan tidak
berguna, sudah berpikir menyakiti diri.
Pengobatan: Tidak berobat
Tahun 2013 Situasi kehidupan : Pasien duduk di bangku SMA dan masih
sama-sama dengan teman yang suka membully pasien.
Gejala : Pasien ada pada puncak kekesalan dan depresi, berpikir
bunuh diri, tidak semangat, mudah lelah, sering mengalami
perasaan kosong, prestasi SMA sangat menurun.
Pengobatan : Tidak berobat
Tahun 2015 Situasi kehidupan : Pasien masuk kuliah di sekolah ikatan dinas
STAN dan sudah tidak sama-sama lagi dengan teman pasien yang
suka membully. Pasien mulai aktif dalam proses perkuliahan,
mulai percaya diri, pasien mulai aktif di kegiatan kemahasiswaan.
Gejala: Di awal perkuliahan, perasaan tidak bersemangat masih
dirasakan namun setelah semester 2, pasien mulai membangun
kehidupan mentalnya. Pasien masih sesekali cemas disaat ada
presentasi ataupun hal-hal lain yang tidak sesuai dengan taget
pasien.

Page | 19
Pengobatan: tidak berobat
Tahun 2019 Situasi kehidupan: Pasien menyelesaikan kuliah dan mulai
ditempatkan di kantor keuangan Pusat (Ikatan Dinas STAN).
Gejala: Pasien sudah lebih baik namun kecemasan masih sering
muncul (berkaitan dengan kepribadian anankastik yang dimiliki
oleh pasien)
Pengobatan: Ke Psikiater namun disarankan ke Psikolog karena
pasien tidak mau mengkonsumsi obat, diberi Psikoterapi namun
sesi terapi tidak diselesaikan oleh pasien.
Oktober 2019 Situasi kehidupan: Pasien selesai menjalani masa prajabatan dan
langsung ditempatkan di Kantor Keuangan Mamuju (tidak sesuai
dengan jurusan dan harapan pasien) ditambah dengan beban
pekerjaan yang semakin berat.
Gejala : Pasien bertambah sering merasakan kecemasan, takut
(insecure) mulai muncul kembali, kurang konsentrasi, mudah
lelah, tidak bersemangat dalam menjalani pekerjaannya, sering
merasa kosong, banyak kepikiran akan hal-hal yang sebenarnya
tidak terlalu urgent untuk dipikirkan, pesimis, terdapat berat
badan yang menurun namun tidak signifikan.
Pengobatan: Tidak berobat
Akhir Desember Situasi kehidupan: Pasien masih dalam situasi pekerjaannya di
2019 Mamuju.
Gejala : Pasien terus menerus merasakan kecemasan dan
perasaan takut yang menetap, kurang konsentrasi, mudah lelah,
tidak bersemangat dalam menjalani pekerjaannya, sering merasa
kosong, banyak kepikiran akan hal-hal yang sebenarnya tidak
terlalu urgent untuk dipikirkan, pesimis, terdapat berat badan
yang menurun namun tidak signifikan.
Pengobatan: Fluoxetin 20 mg 1-0-0, Alprazolam 0,5 mg 0-1/2-1

Page | 20
DAFTAR PUSTAKA

1. Gabbard GO., Psychodynamic Psychiatry in Clinical Practice, 4th Edition,


American Psychiatric Publishing, USA; 2005

2. Cameron, N., Neurotic Depression in Personality Development and


Psychopathology, A Dynamic Approach. Yale University : Mifflin Company,
Boston; 1963.

3. Walter B., The Psychodynamics Of Neurotic Depression, J-Am Acad Psychoanal;


1976;4(3):301-326.

4. Horney K., Neurotic needs and trends. In: The Neopsychoanalytic Approach. Berlin;
2008.

5. Erikson H.E., Childhood and Society, New York; 1982, p 291-318

6. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA., Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences /
Clinical Psychiatry, 11th ed, USA : Lippincott Williams & Wilkins; 2015.

7. Calvin S.H., Lindzey G., Wiley J., et al., Theories Of Personality, New York: Santa
Barbara; 1978

8. APA, Anxiety Disorders, 5th Ed.,Washington DC: American Psychiatric


Association Publishing.; 2015

9. Amy, Generalized Anxiety Disorder, in : J Am Acad Pas Journal; 2013;27(8):42-43,


Avaliable in : doi:10.1097/01.JAA.0000451864.10330.b4

10. Burke. JMTAE, Generalized Anxiety Disorder, in : JAMA ; 2011;305(5):522,


Avaliable in : doi:10.1001/jama.305.5.522

Page | 21
11. Gale C, Davidson O., Generalised Anxiety Disorder, in : BMJ ;
2007;334(77593):579-581. Avaliable in : doi:10.1136/bmj.39133.559282.BE

12. American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorder, 5th ed., Washington DC; 2013.

13. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Pedoman


Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia III, 1st Ed., Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik; 1993
14. Rusdi Maslim, Gangguan Cemas Menyeluruh, Gangguan Depresi Berulang, dalam
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya, Jakarta ; 2013

15. Stahl S.M., Mood Stabilizer, Antidepressan, Dalam : Stahl’s Essential of


Psycopharmacology, Edisi 4, New York : Cambridge University; 2013

16. Stahl S.M., Prescriber’s Guide in : Stahl’s Essential of Psycopharmacology, Edisi 6,


New York : Cambridge University; 2017

17. Lieberman J.A., Tasman A., Handbooks of Psychiatric Drugs, New York USA :
Department of Psychiatry Colombia University ; 2006

18. Hawari D., Manajemen Stress dan Depresi, Edisi ke 2, Jakarta : FKUI ; 2016

19. Oemarjoedi K., Pendekatan Cognitive Behavior Therapy Dalam Psikoterapi, Edisi I,
Jakarta : Kreatif Media ; 2003

20. Andry., Dewi Y., Teori Kecemasan Berdasarkan Psikoanalisis Klasik dan Berbagai
Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan, Jurnal, Departemen Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta; 2007

Page | 22
LAMPIRAN I

Page | 23
Page | 24
Page | 25
Page | 26

Anda mungkin juga menyukai