Anda di halaman 1dari 13

Beberapa Catatan

tentang Peradilan Tata Usaha Negara


di Indonesia

Ridwan

Abstract

Institution asthe human product is not steril from tpe various factors like politics, economy,
culture and soforth, including the Acts number. 5,1986 aboutjun'stiction ofState Procedure,
therefore the Acts innovation issurely needed towards the better condition, just and relevance
to the society development. This article is aimed as athinking contribution in the frame of
innovation for the Acfs number. 5, 1986 by restricting for the three points including the
problem existing sorrounding it namely material and the reason ofaccusation, the meaning
of board orofficial ofstate procedure as the accused and realization ofdecision.

Pendahuluan
"Segera setelah UU No. 5 Tahun 1986 haknya; Kedua, menunjukan bahwa
tentang Peradilan Tata Usaha Negara^ pelaksanaan administrasi di negeri ini masih
dinyatakan beriaku pada tahun 1991, seteiah rentan.AgaknyakehadiranPTUNinigaungnya
masa persiapan seiama lima tahun, berbagai menerpa ke dua arah; kepada masyarakat,
perkara mulai diajukan ke PTUN terutama yang melahirkan kesempatan untuk membeia
gugatan terhadap instansi yang banyak hak-haknya akibat perbuatan pemerintah yang
melakukan fungsi pelayanan kepada menyimpang, dan kepada pemerintah atau
masyarakat seperti Badan Pertanahan administrasi negara, yang —setidak-
Nasional (BPN), Perusahaan Listrik Negara tidaknya— dapat mendorong pemerintah
(PLN), dan .Pemerintah Daerah. Banyaknya untuk bertindak cermat. hati-hati, dan iebih
gugatan yang masuk ke PTUN itu . menghormati hak-hak rakyat.
mengindikasikan dua hai; Pertama, warga
masyarakat semakin berani daiam membeia

^Seianjutnya UU No. 5Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dalam tulisan ini disebut UU
PTUN.

68 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL. 9. JUNI2002: 68 - 80


Ridwan. Beberapa Catalan tentang Peradifan Tata Usaha Negara...

Kehadiran PTUN disambut gembira oleh badan atau pejabat tata usaha negara. Di
masyarakat, tetapi tidak demikian halnya samping itu, perubahan diperlukan
dengan sebagian pejabat pemerintah. sehubungan dengan adanya perubahan UU
Sebagian pejabat pemerintah berusaha No. 14Tahun 1970 menjadi UU No, 35 Tahun
mencari celah-celah yang memungkinkan 1999 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan
untuk menghindarinya. Ada Surat Keputusan Kehakiman dan sehubungan dengan iahirnya
Gubernur yang digugat kemudian Surat UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Keputusan Itu diganti.dengan Peraturan Daerah.^ Jauh sebeiumnya, Pauius E.
Daerah (Perda), yang berarti berada di luar Lotulung telah mengemukakan beberapa
kewenangan PTUN,^ banyak pejabat yang problematlka yang terdapat dalam undang-
kalah berperkara, namun tidak mau mematuhi undang tersebut baik mengenai hukum
putusan pengadilan yang sudah mempunyai materilnya maupun hukum acaranya.
kekuatan hukum tetap dan tidak terdapat upaya Problematlka yang berkenaan dengan hukum
yang dapat memaksa pejabat untuk mematuhi materil di antaranya tentang pengertian
putusan pengadilan itu. Di samping itu, banyak "pejabat tata usaha negara", . Paulus
pula gugatan terhadap tindakan pemerintah, mempertanyakan apakah termasuk badan
namun ditolak karena dianggap tidak termasuk swasta yang, menjalankan pelayanan umum
kompetensi PTUN. Berkenaan dengan hal-hal dalam bidang pemerintahan? Apakah termasuk
tersebut tampak bahwa UU PTUN masih pula Ketua Pengadilan Negeri atau Ketua
mengandung beberapa keiemahan atau Mahkamah Agung?^
kekurangan yang perlu dibenahi. Terlepas dari berbagai persoaian yang
Ketika pada 20 Januarl 2001 di Jakarta dikemukakan oleh pakar hukum administrasi
diselenggarakan peringatan sepuluh tahun tersebut, satu hal yang perlu dikemukakan
berlakunya UU PTUN, Paulus E. Lotulung adalah bahwa undang-undang sebagai karya
menganggap perlu melakukan revisl terhadap manusia bukanlah sesuatu yang sterii dari
undang-undang tersebut, di antaranya ia berbagai faktor yang ada pada saat
mengemukakan agar objek gugatan dilakukan pembentukannya seperti faktor poiitik, situasi
perubahan, tidak hanya mengenai tlndakan- ekonomi, sosial, dan budaya. Oieh karena itu,
tlndakan hukum tata usaha negara sajatetapi pembaharuan UU PTUN menuju peradilan
lebih luas lagi, yaitu tindakan-tindakan hukum yang lebih baik dan sesuai dengan kondisi
pubiik. la juga mengusulkan agar pencari zafnan bukan saja diperlukan, tetapi justru
keadilan terhadap sengketa tata usaha negara menjadi keharusan. Tuiisan sederhana ini
tidak'hanya rakyat saja, tetapi juga termasuk tidak bermaksud untuk menawarkan

^Forum Keadilan No. 28. Maret 1991, Him. 25.


^Lihat Varia Peradilan No. 186Tahun 2001. Him. 132-134.
"Paulus E. Lotulung. "Probiematika PTUN." Makaiah pada Penataran Hukum Administrasi Negara.
Diselenggarakan di Fakultas Hukum Universltas Airiangga. Surabaya, 13 Januarl 1995. Him. 7

S9,
pembaharuan total terhadap problematika dimaksudkan untuk menimbulkan akibat
yang terdapat dalam UU PTUN, namun hanya hukum tertentu) atau "een rechtshandeling is
akan membatasi pada beberapa hal'saja, yaitu gericht op hot scheppen van rechten of
mengenai objek dan alasan gugaUn, p//c/ifen"® (tindakan hukum adalah tindakan
pengertian badan atau pejabat tata usaha yang dimaksudkan untuk menciptakan hak
negara selaku pihak tergugat, dan dan kewajiban). Berdasarkan pengertian inl
pelaksanaan putusan. tindakan hukum publik berarti tindakan-
tindakan hukum yang didasarkan pada hukum
publik dan menimbulkan akibat-akibat yang
Objek dan Alasan Gugatan Tata Usaha bersifat publik (publiekrechtelijk). Tindakan
Negara bukum yang didasarkan pada hukum publik
Berdasarkan UU PTUN yang menjadi itu dapat dilakukan balk oleh organ
objek gugatan atau pangkal sengketa tata administrasi negara maupun organ
usaha negara adalah KTUN yang dikeiuarkan kenegaraan. Atas dasar pengertian inl, maka
oleh badan atau pejabat tata usaha negara dalam kaitannya dengan peradilan tata usaha
yang mengandung unsur bertentangan negara. pengertian tindakan hukum publik
dengan peraturan perundang-undangan yang yang diusulkan oleh Paulus tersebut harus
berlaku, penyalahgunaan wewenang. dan dibatasi pada tindakan-tindakan hukum publik
tindakan sewenang-wenang. Di atas telah yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang
disebutkan, Paulus E. Lotulung selaku Ketua administrasi. Dalam bidang administrasi, "een
Tim Revisi UU PTUN mengusulkan agar objek administratieve rechtshandeling is dan een
gugatan diperluas lag) meliputi tindakan- wilsverklaring in een bijzondergeval uitgaande
tindakan hukum publik. Sekilas usulan Paulus van een administratief orgaan, gericht op het
ini dapat diterima dengan baik karena berarti in het leven roepen van een rechtsgevolg op
akan terbuka peluang yang lebih luas bagi het gebeid van administratief rechf^ (tindakan
masyarakat untuk menggugat berbagai hukum administrasi adalah suatu pernyataan
tindakan hukum publik, namun apabila usulan kehendak yang muncul dari organ administrasi
tersebut diterima, maka akan terjadi dalam keadaan khusus, dimaksudkan untuk
pencampuradukan proses peradilan atau menimbulkan akibat hukum dalam bidang
melampaui kompetensi absolut PTUN. hukum administrasi). Tindakan hukum publik
Secara teoretis tindakan hukum adalah dalam bidang administrasi ini terbagi ke dalam
"de handelingen die naarhun aard zijn gericht tindakan hukum publik beberapa pihak dan
op een bepaald rechtsgevolg"^ (tindakan- tindakan hukum publik sepihak. Lebih lanjut,
tindakan yang berdasarkan sifatnya tindakan hukum publik sepihak ini terbagi lagi

5R.J.H.M. Huisman. Tt. Algemeen Bestuursrecht, een Inleiding. Amsterdam; Kobra. Him. 13
ten Berge. 1996. Besturen doorde Overheid. Deventer: W.E.J. Tjeenk Willink. Him. 137
^H.J. Romeijn. 1934.Adm/n/sfra(/efrec/i( Hand-en Leerboek. Den Haag: Moorman sPeriodieke Pers
N.V.Hlm.89

70 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL 9. JUNl 2002: 68 -80


Ridwan. Beberapa Catatan tentang Peradilan Tata Usaha Negara...

KTienjadi tindakan hukum publik yang bersifat Secara garis besar, pembagian tindakan-
pengaturan {regeling) dan tindakan-hukum hukum yang dapat diiakukan oleh administrasi
[publik yang bersifat penetapan (beschikking). negara dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Bestuurshandelingen
(tindakan pemerintahan)

Feitelijke Handelingen Reschtshandelingen


(tindakan nyata) (tindakan hukum)

Privaatrechtelijke Publiekrechtelijke
Rechtshandelingen Rechtshandelingen
(tindakan hukum privat) (tindakan hukum publik)

Meerzijdig Publiekrechtelijke Eenzijdig Publiekrechtelijke


Rechshandelingen (tindakan Rechtshandelingen (tindakan
hukum publik beberapa pihak) hukum publik sepihak)

Besluiten can Algemene • Beshikkingen


Strekking (keputusan yang (ketetapan-ketetapan)
ditujukan untuk umum)

(Sumben Algemene Bepalingen vanAdministratiefRecht, hirn. 5)

Berdasarkan bagan inUampak bahwa tindakan hukum sepihak yang bersifat


daiam tindakan hukum publik yang diiakukan pengaturan dengan instrumen hukum
oieh administrasi negara itu termasuk puia keputusan yang bersifat umum {besluit van
tindakan hukum beberapa pihak dengan algemene strekking), dan tindakan hukum
menggunakan instrumen hukum peraturan penetapan dengan menggunakan instrumen
cbersama {gemeenschappelijk regeling), hukum ketetapan-ketetapan {beschikkingen).

71
Penggunaan instrumen hukum peraturan Ketentuan bahwa Mahkamah Agung
bersama adalah untuk mengatur tindakan berwenang menguji secara materiil peraturan
hukum antara dua subjek hukum atau lebih, perundang-undangan di bawah undang-
yang blasanya digunakan untuk mengatur undang terdapat pula dalam Pasal 26 UU No.
kerja sama antaf prgan pemerintahan. Di 14 Tahun 1970yang telah dirubah dengan Ul>
negari Belanda~"instrumen hukum ini No. 35 Tahun 1999 tentang Ketentuan-
dituangkan dalam bentuk undang-undang ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman;
untuk mengatur kerja sama antarDaerah yaitu "Mahkamah Agung berwenang untuk
wet gemeenschappelijke regeling} Keputusan menyatakan tidak sah semua peraturarn
yang bersifat umum digunakan oleh organ perundang-undangan dari tingkat yang lebit>'
pemerintahan-untuk mengatur ha! yang rendah dari undang-undang atas alasarr
bersifat umum, karena itu keputusan ini norma bertentangan dengan peraturan perundang-
hukum abstrak-umum atau umum-abstrak, dan undangan yang lebih tinggf. Ketentuan yang
la termasuk sebagai peraturan perundang- sama juga terdapat dalam Pasal 31 ayat (1>'
undangan.^ Dengan kata lain, peraturan UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
bersama dan keputusan yang bersifat umum Agung; "Mahkamah Agung mempunyak<
merupakan peraturan perundang-undangan. wewenang menguji secara materiil hany»
Sebagai suatu peraturan perundang- terhadap peraturan perundang-undangan
undangan, peraturan bersama dan keputusan bawah undang-undang". Dengan demikian,
yang bersifat umum tidak dapatdijadikan objek menjadikan tindakan hukum publik sebaga^i
sengketa dalam proses peradilan' tata usaha objek gugatan, dengan tanpa pemilahar><
negara. Pengujian terhadap peraturan secara tegas jenis-jenis tindakan hukum publik
perundang-undangan adalah kewenangan yang dapat dilakukan oleh pemerintah akar>'
dari Mahkamah Agung, sebagaimana menyebabkan pencampuradukan kompetens^
ditentukan Pasal 5 ayat (2) Tap MPR No. Ill/ peradllan dan melampau batas kompetens^
MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata absolut PTUN. Telah jelas bahwa ada-i
Urutan Peraturan Perundang-undangan, yang tindakan hukum publik pemerintah yang,
menegaskan bahwa "Mahkamah Agung merupakan pengaturan (regeling) dan
berwenang menguji peraturan perundang- menjadi kewenangan Mahkamah Agun^
undangan di bawah undang-undang". untuk mengujinya.

^W. Derksen en A.F.A. Korsten (redactie). 1989. Lokaal Bestuurin Nederland. Alphen aan den Rijn*
Samsom H^D. Tjeenk Wlllink. Him. 234, lihat pula P. de Haan, et.al.. 1986. Bestuursrechtin de Sociale
Rechtstaat. Dee! 2.',Deventer; Kluwer. Him. 95
^Berdasarkan Penjeiasan Pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1986, peraturan perundang-undangan
adalah semuaperaturan yang bersifat mengikat secaraumum yang dikeluarkan oleh Badan Penvakllan Rakyar
bersama Pemerintah baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah, sertasemuaKeputusan Badan atau Pejabai
Tata Usaha Negara baik ditingkat pusatmaupun ditingkat daerahyang jugamengikat umum.

72 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL 9. JUNI2002: 68 - 80


Ridwan. Beberapa Catatan tentang Peradilan Tata Usaha Negara...

Berdasarkan bagan tersebut diatas, yang Berkenaan dengan objek gugatan,


dapat menjadi objek gugatan hanyalah agaknya yang diperiukan bukan memperluas
tindakan hukum publik- pemerintah yang cakup'ah objek gugatan,' tetapi itierevisi dan
berupa beschikking, (ketetapan),^" sebagai menambah alat uji ataii dasar penilaian
instrumen hukum publik yang dlgunakan oleh {toetsingsgrond} terhadapgugatan, tidak hanya
pemerintah yang, memiliki sifat sepihak sekadar apa yang tercantum dalam Pasal 53
{eenjizdige) dan ditujukan untuk ha! yang ayat(2).^^ Revisi perlu dilakukan terhadap Pasal
bersifat individual. Instrumen hukum publik 53 ayat (2) sub c yaitu unsur sewenang-
pemerintah yang tidak memiliki sifat sepihak wenang diubah menjadi "nyata-nyata tidak
dan individual, dengan sendirinya tidak dapat beralasan atau bertentangan dengan nalar
disebut sebagai ketetapan dan tidak dapat sehat" (kennelijk onredelijk). Sewenang-
menjadi objek sengketa tata usaha negara. wenang (willekeur) adalah konsep abstrak
Hal ini berarti bahwa rumusan tentang yang sukar diukur atau dinilai, sementara
perkecualian KTUN yang tercantum dalam kennelijk onredelijk dianggap lebih
Pasai 2 UU PTUN rnenjadi tidak diperiukan, operasional sehingga" menjadi terukur.^^
karena KTUN yang merupakan perbuatan Menambah alat uji perlu pula dilakukan
perdata. merupakan ,pengaturan yang bersifat dengan mencantumkan secara tegas asas-
umum, dan lain-lain^^ dengan sendirinya tidak asas umum pemerintahan yang layak dalarh
dapat disebut ketetapan. Pasal 53 ayat (2), sehingga KTUN yang digugat

"Dikalangan parasarjana Indonesia istllah beschikking adayang menerjemahkan dengan keputusan dan
adapula yang menerjemahkannya dengan ketetapan. Penulis cendemng menggunakan istilah ketetapan sebagai
teijemahan dari beschikking, ha! ini untuk membedakan dengan istiiah bes/u/tyang lebih tepatditerjemahkan
dengan keputusan, sebagaisuatuinstrumen hukum yang bersifat mengatur.
"Secara lengkap bunyi Pasal2 adalah sebagaiberikut; Tidak termasuk dalam pengertian KTUN menurut
undang-undang Ini: (a) KTUN yang merupakan perbuatan hukum perdata; (b) KTUN yang merupakan
pengaturan yang bersifat umum; (c) KTUN yang maslh memerlukan persetujuan; (d) KTUN yang dikeiuarkan
berdasarkan KUHP dan KUHAP atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana; (e)
KTUN yang dikeiuarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; (f) KTUN mengenai tatausahaABRI; dan(g) Keputusan Panitia Pemllihan,
baik dipusatmaupun didaerah, mengenai hasil pemilihan umum.
"Pasal53ayat(2) berbunyi; Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagairnana dimaksud
dalamayat (1)adalah:
a. KTUN yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangarf.yang berlaku;
b. Badan atauPejabat TUN padawaktu mengeluarkan keputusan sebagairnana dimaksud dalam ayat
(1) telah menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain dari maksud diberikannya wewenang tersebut;
c. Badan atau Pejabat TUN padawaktu mengeluarkan atau tidak mengeluarkan keputusan sebagairnana
dimaksud dalam ayat(1) setelah mempertimbangkan semuakepentingan yang tersangkut dengan
keputusan itu seharusnya tidak sampai padapengambiian keputusan tersebut.
" Philipus M. Hadjon, et.al. 1993. Pengantar Hukum Administrasllndonesia. Yogyakarta: Gadjah
MadaUniversity Press. Him. 325.

73
tidak hanya karena bertentangan dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
peraturan perundang-undangan,
Daiam proses peradiian tata usaha
mengandung unsur penyalahgunaan
negara, Badan atau Pejabat Tata Usaha
wewenang, dan-.ada unsur sewenang- Negara seiaiu'ditempatkan sebagai pihak
wenang, tetapi jiiga bertentangan dengan
tergugat, seBagaimana ditentukan daiam
asas-asas umum,pemerintahan yang layak. Pasal 1 angka (6); "Tergugat adalah Badan
Dengan demikian, asas-asas umum atau Pejabat' Tata Usaha Negara yang
pemerintahan yang layak dijadlkan sebagai
mengeluarkan keputusan berdasarkan
alat uji sub. d dari Pasal 53 ayat (2)."
v/ewenang yang ada padanya atau yang
Meskipun ada penambahan alat-uji
dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh
terhadap KTUN yang digugat, namun prinsip orang atau badan hukum perdata". Laiu siapa
bahwa hakim boleh menguji KTUN itu hanya yang dimaksud dengan Badan atau Pejabat
dari aspek hukum {rechtmatigheid} harustetap
Tata Usaha Negara? Menurut ketentuan Pasal
dipertahankan.,Hakim PTUN tidak boieh
1 angka (2) UU PTUN; "Badan atau Pejabat
menguji aspek kebijaksaan pemerintah {geen
Tata Usaha Negaraadalah Badan atau Pejabat
ordeel over de doelmatigheid), hakim tidak yang melaksanakan urusan pemerintahan
diperkenankan memasuki wiiayah
berdasarkan peraturan perundang-undangan
pemerintah,.'de rechterniet op de stoel vande
yangberiakif. Di daiam penjelasandisebutkan
administratie gaan zitten'^^ (hakim tidak boleh
bahwa yang dimaksud dengan urusan
duduk di atas kursi pemerintahan). Artinya
pemerintahan iaiah kegiatan yang bersifat
meskipun hakim tidak setuju terhadap
eksekutif. Rumusan ini masihambigu dan tidak
kebijaksanaan pemerintah, hakim hanya boieh
jeias (vague), yang di daiam praktek dapat
menguji KTUN dari aspek hukumnya saja menimbuikan penafsiran yang beragam.
{ordeel over derecHtmatigheid}. ini merupakan Apakah kegiatan yang bersifat eksekutifsama
konsekuensi dari ajaran pemisahan atau
artinya dengan kegiatan yang bersifat
pembagian kekuasaan negara
pemerintahan daiam pengertian modern/
{machtenscheiding ofmachtensverdeling), yang
mutakhir? Kegiatan yang bersifat
menempatkan organ-organ pemerintahan
pemerintahan itu tidak hanya kegiatan daiam
dan kenegaraan berjaian sesuai dengan
rangka peiaksanaan undang-undang.
kewenangannya masing-masing.
Menurut Phiiipus M. Hadjon, di negara

"Sementara beium ada ketentuan bakutentang asas-asas umum pemerintahanyang iayak, kepada
hakim diberikan kewenangan untuk mencah danmenggali asas-asas umum pemerintahan yanglayak daiam
khazanahkepustakaan hukum dan nilai-niiai yangberkembang ditengahmasyarakat. Dengan cara demikian,
seiring dengan perkembangan peradiian akan iahirberbagaiyurisprudensi yang berkenaan dengan asas-
asas tersebut. Kewenangan hakim untuk mencari danmenggali asas-asasjtumemiiiki sandaran hukum yang
jeias yaitu Pasai 14dan 27 ayat (1)UU No. 14Tahun 1970yangteiahdiperbaharui dengan UU No. 35 Tahun
1999tentangKetentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
"A.D. Belinfante. 1985. KortBegrip van het AdministratiefRecht Alphen aan.deh Rijn: Samsom
Uitgeverij.Hlm. 109

74 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL. 9. JUNI2002: 68 - 80


Ridwan. Beberapa Catatan tentang Peradilan Tata Usaha Negara...

manapun tidak pernah terjadi bahwa yang beriaku merupakan suatu peiaksanaan
kekuasaan pemerintahan hanyalah murni dari urusan pemerintahan, maka ape saja dan
melaksanakan undang-undang.^® Kegiatan siapasajayangmelaksanakan fungsi demikian
pemerintahan lebih luas daripada kegiatan itu pada saat itu dianggap ^ebagai Badan atau
yang bersifateksekutif. Kegiatan pemerintahan Pejabat Tata Usaha Negara.^® Hal Ini
adalah 'alle activiteiten van de overheid die membawa konsekuensi bahwa yang' dapat
niet als wetgeving en rechtspraak zijn aan te menjadi tergugat daiam sengketa tata usaha
merken"^' (semua aktivitas pemerintah seiain negara tidak hanya organ-organ
kegiatan pembuatan undang-undang dan pemerintahan, namun teritiasuk juga badan-
peradiian). Seiring dengan dianutnya konsep badan hukum lain yang secara organisatoris
negara hukum modern {welfare state, tidak termasuk ke daiam organisasi
verzorglngsstaat) yang memberikan kewajiban pemerintahan. Berbagai yurisprudensi PTUN
kepada pemerintah untuk terlibat aktlf daiam telah memperlihatkan bahwa badan-badan
kegiatan ekonomi dan sosial daiam upaya hukum swasta dapat menjadi tergugat daiam
mewujudkan kesejahteraan umum, kegiatan sengketa tata usaha negara dengan aiasan
pemerintah itu demikian luas. Oleh karena Itu badan tersebut menjaiankan sebagian urusan
daiam praktek kegiatan pemerintahan tidak pemerintahan. Agaknya perkembangan
hanya dijalankan oieh organ pemerintahan peradiian tata usaha teiah memperiuas pihak
yang sudah dikenal. secara konvensional tergugat, tidak hanya Badan atau PejabatTata
seperti Presiden beserta perangkatnya, Kepala Usaha Negara tetapi juga badan-badan
Daerah beserta perangkatnya, Lurah beserta swasta. Dengan demikian, pengertian pihak
perangkatnya, dan cabang-cabang organ tergugat sebagaimana dirumuskan daiam
pemerintahan iainnya, tetapl juga dijalankan Pasai 1 angka (6) perlu ditinjau ulang.
oleh badan-badan hukum swasta yang Meskipun berbagai yurisprudensi telah
mendapatkan kewenangan tertentu untuk menempatkan badan-badan perdata yang
menjaiankan sebagian urusan pemerintahan. diberi wewenang untuk menjaiankan
Indroharto berpendapat bahwa ukuran untuk sebagian urusan pemerintahan selaku pihak
dikatagorikan sebagai Badan atau Pejabat tergugat, namun sesungguhnya hal ini
Tata Usaha Negara adalah fungsi yang menyimpan persoal^n yang harus
dijalankannya. Apabila yang diperbuat itu dipecahkan, misainya ada badan swasta
berdasarkan peraturan perundang-undangan mengeiuarkan ketetapan yang menimbulkan

^®Philipus M. Hadjon. "Pemerintahan Menurut Hukum {Wet-en Rechtmatig Bestuur)." Makalah tidak
dipubfikasikan. Him. 1
"C.J.N. Versteden. 1984. InleidingAlgemeen Bestuursrecht Alphen aan den Rijn: Samsom H.D.
TjeenkWillink. Him. 13
^^Indroharto. 1994. Usaha Memahami Undang^undang tentang Peradiian Tata Usaha Negara.
Buku I. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Him. 165

75
kerugian bagi seseorang lalu digugat di bidang tata usaha negara antara orang ataii-
PTUN, tetapi tiba-tiba badan swasta itu badan hukum perdata dengan Badan atait'
dinyatakan bubar atau dibubarkan. Dalam hal Pejabat Tata Usaha Negara, balk di pusat
demikian, bagaimana dan siapa yang harus maupun di daerah, sebagai akibat
bertanggungjawdb terhadap kerugian dikeluarkannya KTUN, termasuk sengketa
tersebut? Persoalan lain yang tak kalah kepegawalan ' berdasarkan peraturan
penting untuk segera dipecahkan adalah perundang-uridangan yang berlaku.^^
penentuan kriteria-mengenai badan swasta Berdasarkan rumusan ini tampak bahwa
yang menjalankan urusan pemerintahan. sumber lahirnya sengketa adalah keputusan
Dengan katalain, apa ukurannya badan swasta tata usaha .negara, oleh karena itu putusar>
Itu dikatagorikan atau "dipersamakan" dengan hakim PTUN yang utama adalah
Badan atau Pejabat TUN, sehingga la membebankan kewajiban kepada tergugat
ditempatkan sebagai tergugat? Apakah untuk; (a) mencabut KTUN yang
sekadar anggapan bahwa badan itu disengketakan; (b) mencabut KTUN yan^
melaksanakan sebagian fungsi pemerintahan? disengketakan dan menerbitkan KTUN baru;
Lebih lanjut, apa yang dimaksud dengan fungsi (c) menerbitkan KTUN dalam, hal gugatar>i
pemerintahan? Bukankah pengertlan fungsi didasarkan pada Pasal 3 UU PTUN. DI
pemerintahan inipun tidak jelas, apalagi samping itu, putusan hakim PTUN'
dengan perkembangan sekarang terutama dimungklnkan pula memuat ganti rugi yang.
dengan konsep swastanisasi? Sehubungan harus dipikul oleh tergugat dan mewajibkar>i
dengan rencana revisi terhadap UU PTUN, tergugat untuk merehabilitir penggugat
persoalan-persoalan tersebut perlu diperhatikan. dengan atau tanpa konpensasi dalam haN
sengketa kepegawaian. Berbeda dengai>i
putusan dalam hukum acara.perdata yan^
Peiaksanaan Putusan PTUN
hanya mengikat pihak-pihak yang berperkara,
Putusan hakim adalah suatu pernyataan putusan PTUN memiliki sifaterga omnes yaitL>i
yang oleh hakim, sebagai pejabat negara yang mengikat pihak-pihak lain selain pihak yang.!
diberi wewenang untuk itu, diucapkan di bersengketa. Adanya sifat erga omnes in^i
persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri secara praktis menyebabkan Pasai 83 Ul>
atau menyelesaikan suatu-perkara atau PTUN mengenai intervensi, voeging,
sengketa antara para pihakJ^ Melalui definisi vrijwaring, dan tussenkomst, menjadi tidak
in! tampak bahwa putusan hakim itu bertujuan perlu, bahkan bertentangan.^^
mengakhiri atau menyelesaikan suatu
sengketa. Dalam PTUN, sengketa yang
dimaksud adalah sengketa yang timbul dalam

"Sudikno Mertbkusumo. 1981.HukumAcara Perdata /ndones/a.^Yogyakarta: Liberty. Him. 158.


«'Pasal 1 angka (4) UU PTUN.
2'SF. Marbun. 1997. Peradilan Administrasi dan UpayaAdministratif di lndonesia. Yogyakarta-
Liberty. Him. 211, lihat pula Philipus M. Hadjon, et.al. Op. Cit Him. 314.

76 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL 9. JUNl 2002: 68 - 8C


Ridwan. Beberapa Catatan tentang Peradilan Tata Usatia Negara...

Telah disebutkan bahwa putusan hakim pemberitahuan dari ketua pengadilan


PTUN Itu membebankan kewajiban yang hams sudah memerintahkan pejabat
harus dipikul oleh tergugat. .Sebagal suatu sebagaimana dimaksud dalam ayat
kewajiban. isi putusan itu hams dipenuhi atau (3) melaksaniakan putusan
dilaksanakan oleh tergugat dan pelaksanaan pengadilan tersebut.
putusan PTUN hanya dapat dilakukan (6) Dalam hal instansi atasan
terhadap putusan yang telah memperoleh sebagaimana dimaksud dalam ayat
kekuatan hukum tetap [kracht van gewijsde), (4). tidak mengindahkan ketentuan
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 115 UU sebagaimana dimaksud dalam ayat
PTUN; "hanya putusan Pengadilan yang telah (5), maka ketua pengadilan
memperoleh kekuatan hukum tetap yang dapat mengajukan hal Ini kepada presiden
dilaksanakan". Ketentuan ^pasal ini dengan sebagal pemegang kekuasaan
sendirinya menolak pelaksanaan putusan yang pemerintah tertinggi untuk
belum memperoleh kekuataan hukum tetap memerintahkan pejabat tersebut
{uivoorbaar bij vooraad). melaksanakan putusan pengadilan
Dalam pelaksanaan putusan PTUN tersebut.
terdapat dua jenis eksekusi yaltu; eksekusi Persoalan yang sering muncul berkenaan
otomatis dan eksekusi hirarkis. Eksekusi dengan pelaksanaan ' putusan adalah
otomatis terdapat dalam Pasal 116 ayat (2) banyaknya pejabat yang kalah berperkara,
yaitu; "Dalam hal empat bulan setelah putusan namun tidak mau melaksanakan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan PTUN meskipun sudah diberi peringatan.
hukum yang tetap sebagaimana dimaksud Menurut Benjamin Mangkudilaga, ada
dalam ayat (1) dikirimkan tergugat tidak sejumlah pejabat yang tidak mematuhi
melaksanakan kewajibannya sebagaimana putusan pengadilan, perbandingannya sekitar
dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf a, 60 persen yang melaksanakan dan 40 persen
maka KTUN yang disengketakan itu tidak membandel. Terhadap ketidakpatuhan
mempunyai kekuatan hukum", sedangkan pejabat Ini muncul sejumlah usulan. Benjamin
e/fsekus/h/rarif/sterdapatdalam Pasal116 ayat mengusulkan agar pejabat yang membandel
(4), (5), dan (6) yang berbunyi sebagal berikut: dikenakan pidana atau diumumkan secara
(4) Jika tergugat masih tidak mau terbuka, sedang Abdul Hakim Garuda
melaksanakannya, ketua pengadilan Nusantara mengusulkan agar pejabat yang
mengajukan hal ini kepada instansi membandel tersebut dikatagorikan
atasannya menurut jenjang jabatan. melakukan contempt ofcourt. Menurutnya con
(5) Instansi atasan -sebagaimana tempt of court tidak hanya terbatas pada
dimaksud dalam ayat(4), dalam waktu pelecehan di depan sidang, tetapi juga
dua bulan setelah menerima
tindakan yang melecehkan pengadilan.^^

^^Farum Keadilan Nomor 22 TahunII. 17 Pebruari 1994, Him. 24.

77
Persoalan ketidakpatuhan terhadap perdata yang diberi wewenang melaksanakan
putusan pengadilan yang telah memiliki sebagian urusan pemerintahan. Berkenaan
kekuatan hukum tetap itu sebenarnya tidak dengan eksekusi hirarkis, akan muncul
semata-mata karena ketidakmauan dari
(•? •
persoalan tentang siapa atasan dari badan
pejabat yang bersangkutan, tetapi juga karena hukum swasta"? Artinya siapa yang akan
ada beberapa kendala yang terdapat dalam memerintahkan badan swasta yang kalah
hukum administrasi; yang merupakan hukum berperkara dan tidak mematuhi putusan
materil. Philipus M. Hadjon menyebutkan pengadilan? Dengan kata lain, instrumen
beberapa'asas hukum administrasi yang dapat hukum apa yang dapat dikenakan terhadap
menjadi kendala dalam pelaksanaan badan hukum perdata yang tidak mematuhi
eksekusi, yaitu; ,Pertama, asas bahwa putusan pengadilan? Dalam UU PTUN dan
terhadap benda-benda publik tidak dapat berbagai peraturan terkait tidak terdapat
diletakkan sita jamlnan; Kedua, asas jawabannya.
'rechtmatigheid van bestuui". Salah satu Terlepas dari kendala-kendala teoritis dan
konsekuensi asas in) adalah asas praktis dalam pelaksanaan putusan
kewenangan. Pejabat atasan tidakdibenarkan pengadilan tersebut, satu hal yang perlu
menerbitkan KTUN yang seharusnya menjadi diperhatikan adalah harus memuat ketentuan
wewenang. pejabat tertentu di bawahnya. sanksi yang tegas dalam undang-undang
Dengan demikian andaikata pejabat atasan PTUN. Salah satu kekurangan mendasar
memerintahkan pejabat di bawahnya untuk dalam pelaksanaan putusan adalah karena
menerbitkan KTIJN dan ternyata tidak UU PTUN tidak rnemuat tentang pemberian
dilakukan, pejabat atasan tidak bisa sanksi bagi tergugat yang kalah berperkara.
menerbitkan KTUN tersebut; Ketiga, asas Memuat ketentuan sanksi merupakan hal
bahwa kebebasan pejabat pemerintahan penting dalam peraturan perundang-
tidak bisa dirampas. Kemungkinan dari asas undangan, karena normativisasi hukum tidak
ini misalnya tidak mungkin seorang pejabat cukup hanya sekadar memuat perintah dan
dikenai tahanan rumah karena tidak iarangan; Dibalik larangan harus ada
melaksanakan putusan PTUN; Keempat, asas ketentuan sanksi atas ketidakpatuhan. Sanksi
bahwa negara (daiam ha! ini) pemerintah hukum sampai saat ini masih merupakan alat
selalu harus dianggap 'solvable' (mampu yang paling ampuh untuk menjaga wibawa
membayar).^^ hukum atau dengan kata lain agar setiap or-
Di atas telah disebutkan bahwa ang patuh tertiadap hukum.Menuntut
yurisprudensi telah memperluas cakupan pelaksanaan kewajiban hukum dengan hanya
tergugat, bukan hanya Badan atau Pejabat berpegang pada kesadaran hukum
Tata Usaha Negara tetapi juga badan hukum {rechtsbewustheid) belaka tidak seialu
membuahkan hasil yang memuaskan.

^Philipus M. Hadjon, et.al. Op. Cit. Him. 369


^^Zairin Harahap. 1997. Hukum Acafa Peradilan Tata Usaha Negara.Jakarta:Rajawali. Him. 147

78 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL O^ JUNI 2002: 68 - 80


^idwan. Beberapa Catatan tentang Peradilan Tata Usaha Negara...

^Simpulan Haan, P. de, et.al. 1986. Bestuursrecht In de


Sociale Rechtstaat Deal 2. Deventer:
Salah satu kelemahan undang-undang
, Kiuwer.
sebagai hukum tertuiis.adalah tidak dapat
Tienampung semua persoalan dan tidak Hadjon, Philipus M., et.al. 1993. Pengantar
dinamis dalam mengikuti perkembangan Hukum Adminlstrasi Indonesia.
Tiasyarakat, undang-undang hanya sekadar Yogyakarta: Gadjah Mada University
merekam faktor-faktor yang paling Press.
berpengaruh pada saat pembentukannya, . "Pemerintahan Menurut Hukum'(Wet-
demikian pula halnya dengafi UU PTUN. Oleh en Rechtmatig Bestuur)." Makalah
"karena itu, pembaharuan undang-undang tidak dipublikasikan.
senantiasa diperlukan, sebagai upaya untuk
iflieminimalisir kekurangan tersebut dan yang Harahap, Zairin. 1997. Hukum Acara
ieblh panting lagi sebagai langkah Peradilan Tata Usaha Negara.
^enyempurnaan menuju proses peradilan Jakarta: Rajawali.-
yang lebih menjamin kebenaran dan keadilan. Huisman, R.J.H.M... Tt. Algemeen
i^embaharuan yang diperlukan di antaranya Bestuursrecht, een Inleiding.
^engenai pengertian tergugat, tidak hanya Amsterdam: Kobra.
«adan atau PejabatTata UsahaNegara, tetapi
Indroharto. 1994. Usaha Memahami
(juga badan hukum lain yang diberi wewenang
untuk menjalankan fungsi pemerintahan, Undang-undang tentang Peradilan
i<}encantuman secara tegas asas-asas umum Tata Usaha Negara. Buku I. Jakarta:
i^emerintahan yang layak sebagai dasar Pustaka SInar Harapan.
pengujian KTUN, dan pemuatan ketentuan Lotuiung, Paulus E. "Problematika PTUN."
sanksi bagi pihak yang tidak mematuhi putusan Makalah pada Penataran Hukum
pengadilan. Administrasi Negara. Diselenggarakan
di Fakuitas Hukum Universitas
Airlangga. Surabaya, 13 Januari 1995.
Daftar Pustaka
Marbun, SF. 1997. Peradilan Administrasi
Beiinfante, A.D. 1985. Kort Begrip van het
Administratief Recht. Alphen aan den
dan Upaya Admlnistratif di Indone
sia. Yogyakarta: Liberty.
Rijn: Samsom Uitgeverij.
Mertokusumo, Sudikno. 1981. Hukum Acara
Berge, J.B.J.M. ten. 1996. Besturen doorde
Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty.
Overheid. Deventer: W.E.J. Tjeenk
Willink. Romeijn, H.J. 1934. Administratiefrecht
Hand-en Leerbbek. Den Haag:
Derksen, W. en A.F.A. Korsten (redactie). 1989.
Moorman's Periodieke Pers N.V. Him.
Lokaal Bestuur in Nederland. Alphen
aan den Rijn: Samsom H.D. Tjeenk Versteden, C.J.N. 1984. Inleiding Algemeen
Wiiiink. Bestuursrecht. Alphen aan den Rijn:
Samsom H.D. Tjeenk Willink.

79
Farum Keadilan Nomor 22 Tahun II. 17 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 jo. UU
Pebruari 1994, Him. 24 No. 35 Tahun 1999 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan
Forum Keadilan No. 28. Maret 1991. Him. 25
Kehaklman
Varia Peradilan No. 186 Tahun 2001. Him.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985
132-134 .
tentang Mahkamah Agung.
Ketetapan MPR No. III/MPR/200G tentang
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peradilan Tata Usaha Negara.
Peraturan Perundang-undangan

& €> €>

80 JURNAL HUKUM. NO. 20 VOL. 9. JUNI 2002: 68 - 80

Anda mungkin juga menyukai