Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelasan merupakan suatu proses penting di dalam dunia industri dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pertumbuhan industri, karena
memegang peranan utama dalam rekayasa dan reparasi produksi logam.
Pengelasan adalah proses penyambungan setempat antara dua bagian logam atau
lebih dengan memanfaatkan energi panas.

Pengelasan merupakan teknik penyambungan logam yang dipergunakan


secara luas, seperti pada kontruksi bangunan baja dan kontruksi mesin. Luasnya
penggunaan teknologi pengelasan dikarenakan dalam proses pembuatan suatu
kontruksi bangunan atau mesin akan menjadi lebih ringan dan lebih
sederhana,sehingga biaya produksi menjadi lebih murah dan lebih efisien.

Penyambungan antara dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan


jalan pemanasan atau pelumeran, dimana kedua ujung logam yang akan
disambung di buat lumer atau dilelehkan dengan busur nyala atau panas yang
didapat dari busur nyala listrik (gas pembakar) sehingga kedua ujung atau bidang
logam merupakan bidang masa yang kuat dan tidak mudah dipisahkan.

Oleh karena itu dengan adanya praktikum ini dapat meningkatkan


pemahaman mahasiswa di dalam praktek maupun teori pengelasan sehingga kelak
dapat menunjang keterampilan dan kemampuan mahasiswa di dalam dunia teknik
pemesinan.

1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengelasan ini adalah :

1. Untuk mengetahui jenis-jenis pengelasan.


2. Untuk mengetahui proses pengelasan.
3. Untuk mengetahui penyatuan bahan dan energi las.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis cacat dalam pengelasan

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum pengelasan ini adalah :

1. Dapat mengetahui jenis-jenis pengelasan.


2. Dapat mengetahui proses pengelasan.
3. Dapat Mengetahui factor penyatuan bahan dan energi las.
4. Dapat Mengetahui jenis-jenis cacat dalam pengelasan

1.4 BatasanMasalah
Adapun batasan masalah dari praktikum pengelasan ini adalah :

1. Menggunakan mesin las listrik


2. Menggunakan metode pengelasan SMAW
3. Arus yang digunakan pada mesin las listrik sebesar 50 Ampere
4. Menggunakan elektroda RD 260

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan praktikum pengelasan ini adalah :

Bab I Pendahuluan.Pada Bab I berisi tentang latar belakang, tujuan


praktikum, manfaat praktikum, batasan masalah dan sistematika penulisan.Bab II
TinjauanPustaka.Pada Bab II berisi tentang teori umum, teori khusus dan teori alat
ukur.Bab III Metodologi.Pada Bab II berisi tentang diagram alir, alat dan bahan,
prosedur praktikum serta prosedur pembuatan kampuh.Bab IV Hasil dan
Pembahasan.Pada Bab IV berisi tentang hasil dan pembahasan.Bab V
Penutup.Pada Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran.

DaftarPustaka.

Lampiran

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mesin Perkakas


Adapun pengertian dan prinsip kerja mesin perkakas adalah:

Mesin perkakas adalah alat mekanis yang ditenagai, biasanya digunakan


untuk mempabrikasi komponen metal dari sebuah mesin. Kata mesin perkakas
biasanya digunakan untuk mesin yang digunakan tidak dengan tenaga manusia,
tetapi mereka bisa juga di gerakan oleh manusia bila dirancang dengan tepat. Para
ahli sejarah teknologi berpendapat bahwa mesin perkakas sesungguhnya lahir
ketika keterliabtan manusia dihilangkan dalam proses pembentukan atau proses
pengecapan dari berbagai macam peralatan.

2.1.1 Jenis-jenis mesin perkakas


Adapun jenis-jenis mesin perkakas antara lain:

A. Proses pengecoran
Proses pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan
logam cair dan cetakan untuk menghasilkan bahan dengan bentuk yang
mendekati bentuk geometri akhir produk jadi. Adapun proses pengecoran
dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Proses Pengecoran

3
B. Proses Deep Drawing

Proses pembentukan yaitu proses mengubah bentuk logam dengan suatu


gaya pada arah tertentu tanpa menyisihkan serpih proses pembentukan tergantung
pada sifat plasticity, yakni kemampuan mengalir sebagai pedoman tanpa merusak
sifat-sifatnya.

Contoh dari pembentukan adalah pengerolan, tempa, ekstrusi, penarikan,


dan lain-lain. Adapun proses pembentukan dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Proses Pembentukan

C. Proses Pengelasan
Proses pengelasan adalah proses produksi berupa penggabungan dua buah
material atau lebih untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkan.
Adapun proses penyambungan dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Proses Penyambungan

4
2.1.2 Komponen mesin perkakas
Adapun komponen dari mesin perkakas antara lain :

A. Proses pengelasan
Komponen mesin las dapat dilihat pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Proses pengelasan

1. Rangkaian Kapasitor las


Kapasitor sendiri berfungsi sebagai saringan atau pembersih dari tegangan
kumal pada arus Dc supaya singkron.

2. Dioda
Mungkin beberapa dari anda sudah tahu fungsi alat ini.Ya dioda berfungsi
sebagai perubah arus ac atau arus bolak balik menjadi arus dc atau arus sejajar.

3. Soft Star
Soft Star yaitu sebuah rangkaian yang berfungsi untuk membendung dari
sumber tegangan yang naik atau tinggi pada dikala star atau stat awal.

4. Ocilator pada Mesin Las


Ocilator pada mesin atau trafo las berperan sebagai pembangkit gelombang
triger yang akan di pakai untuk mengerakan/sebuah rangkaian  switching .

5. Power suplay
Regulator pada lasPada Las sendiri power suplay regulator berfungsi sebagai
halnya seperti trafo, Melainkan power suplay lebih bagus dari trafo karna api atau

5
arus yang keluar dari power suplay konsisten stabil meskipun terjadinya lonjakan
spaning tinggi pada listrik.

6. Driver
Driver pada Mesin las sendiri  berfungsi  sebagai penguat gelombang
gelombang osilasi..supaya sanggup menswith bagian bagian pada switching
seperti mosfet dan igbt dan lainnya.

7. Induktor pada Mesin las


Induktor pada mesin las berpungsi untuk MemFilter arus Dc yang berasal dari
dioda dan Memfilternya lagi supaya menjadi arus Dc yang murni atau tak ada
campuran AC.

8. Trafo
Osilasi pada Mesin lasTrafo Osilasi Berfungsi sama halnya seperti Ic
optocoupler, Bagian Berperan sebagai Pembatas sebuah tegangan tinggi dan
rangkaian Kontrol.

9.Switching
Switching sendiri berfungsi sebagai switching transformator sehingga trafo
sanggup mengeluarkan arus atau tegangan yang layak keperluan untuk
pelaksanaan pengelasan. Bagian switching sendiri banyak memakai bagian
mosfet, igbt dan bgt.

B. Proses pengecoran

Komponen mesin pengecoran dapat dilihat pada Gambar 2.5

6
Gambar 2.5 Proses pengecoran

1. Botol, yang mana pendukung cetakan itu sendiri. Cetakan dua potong terdiri
dari sebuah menghadap ke atas dan menarik di bagian bawah: lapisan antara
mereka adalah garis pemisah. Bila lebih dari dua buah digunakan dalam cetakan
pasir, bagian penambahan dapat disebut cheeks.

2. Sebuah cawan tuang atau pouring cup, dimana logam cair dituang.

3. sprue, melalui logam cair yang mengalir ke bawah.

4. Sistem saluran, yang memiliki saluran yang membawa logam cair dari sprue
ke rongga cetakan. Gates adalah lubang dalam rongga cetakan.

5. Risers, yang memasok logam cair tambahan untuk pengecoran karena


menyusut selama pembekuan.Dua jenis risers yaitu mata tertutup dan mata
terbuka.
6. Core, terbuat dari pasir. Mereka ditempatkan dalam cetakan untuk
membentuk daerah kosong atau menentukan interior permukaan coran. Core juga
digunakan di luar casting untuk membentuk fitur seperti huruf-huruf
di permukaan dari casting atau kantong eksternal dalam.

7. Vent, dapat ditempatkan dalam cetakan untuk melakukan off gas cair yang
dihasilkan ketikalogam datang ke dalam kontak dengan pasir dalam cetakan dan
inti. Vent pembuangan udara dari rongga cetakan sebagai aliran logam cair ke
dalam cetakan.

B. Proses deep drawing

7
Komponen mesin deep drawing dapat dilihat pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Proses deep drawing

1. Punch

Punch merupakan bagian yang bergerak ke bawah untuk meneruskan gaya


dari sumber tenaga sehingga blank tertekan ke bawah, bentuk punch disesuaikan
dengan bentuk akhir yang diiginkan dari proses drawing.. berada di atas blank,
posisi dari punch sebenarnya tidak selalu diatas tergantung dari jenis die drawing
yang digunakan.

2. Die

Die merupakan komponen utama yang berperan dalam menentukan bentuk


akhir dari benda kerja drawing (draw piece), bentuk dan ukuran die bervariasi
sesuai dengan bentuk akhir yang diinginkan, kontruksi die harus mampu menahan
gerakan, gaya geser serta gaya punch. Pada die terdapat radius tertentu yang
berfungsi mempermudah reduksi benda saat proses berlangsung, lebih jauh lagi
dengan adanya jari-jari diharapakan tidak terjadi sobek pada material yang akan di
drawing.

3. Blankholder

8
Blankholder berfungsi memegang blank atau benda kerja berupa lembaran
logam, pada gambar diatas blankholder berada diatas benda kerja, walaupun
berfungsi untuk memegang benda kerja, benda kerja harus tetap dapat bergerak
saat proses drawing

2.2 Pengertian pengelasan


Pengelasan adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa
tekanan.Dengan kata lain, las merupakan sambungan setempat dari beberapa
batang logam dengan menggunakan energi panas.

2.2.1 Macam-macam proses Pengelasan


Adapun macam-macam proses pengelasan adalah :

A. SMAW (Shiel Metal Arc Welding)


Pengertian Mesin las SMAW (Shield Metal Arc Welding) sering juga
disebut las busur listrik adalah proses pengelasan yang menggunakan
panass untuk mencairkan material dasar atau logam induk dan elektroda
(bahan pengisi). Panas tersebut dihasilkan oleh lompatan ion listrik yang
terjadi antara katoda dan anoda (ujung elektroda dan permukaan plat yang
akan dilas). Prinsip kerjanya yaitu saat ujung elektroda didekatkan pada
benda kerja terjadi panas listrik (busur listrik) yang membuat antara benda
kerja dengan ujung elektroda terbungkus tersebut mencair secara
bersamaan.SMAW dapat dilihar pada Gambar 2.7

Gambar 2.7Las SMAW

B. SAW (Shield Arc Welding)

9
SAW merupakan proses pengelasan busur rendah. SAW mirip dengan
GMAW tetapi cara pengumpanan flux untuk melindungi proses
menggantikan gas pelindung.Pada bagian busurnya api menyala untuk api
listrik untuk mencegah oksidasi cairan metal induk dan bahan benda tambah
untuk menggunakan win peed acometer. Las SAW dapat dilihat pada
Gambar 2.8

Gambar 2.8Las SAW

C. ESW (Elektro Slag Welding)


Merupakan proses mesin yang digunakan terutama untuk pengelasan
dalam posisi vertikal. ESW adalah pengelasan busur berhenti, pengelasan
sejenis SAW namun bedanya padad jenis ESW busurnya nyala mencairkan
flug, busur berhenti dan proses pencairan fluks berjalan terus dan menjadi
bahan pengantar arus listrik. Sehingga elektroda terhubung dengan benda yang
dilas melalui konduktor tersebut. Las ESW dapat dilihat pada Gambar 2.9

Gambar 2.9Las ESW

D. SW (Stud Welding)

10
Stud Welding merupakan proses las busur yang khusus untuk
menggabungkan Stud atau komponen mirip lain dengan benda dasar. Pelindung
las pada stud welding adalah ceramic ferrul. Stud sendiri dicekam pada gun
khusus yang memiliki kontrol otomatis dan parameter daya pada tiap-tiap
tahap. Las SW dapat dilihat pada Gambar 2.10

Gambar 2.10Las SW

E. ERW (Electric Resistance Welding)


Merupakan pengelasan taahanan listrik yaitu dengan tahanan yang
besar pnas yang dihasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga
mencarikan logam yang akan dilas. Contohnya adalah benda pada pembuatan
pipa ERW, pengelasan plat-plat dinding pesawat, atau pagar kawat. Las ERW
dapat dilihat pada Gambar 2.11

Gambar 2.11Las ERW

F. EBW (Electron Beam Weldinh)


Merupakan pengelasan dengan proses pemboman elektrok, suatu
pengelasan uang pencairannya disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari
suatu berkas loncatan elektron yang dimampatkan dan diarahkan pada benda
yang akan dilas. Pengelasan ini dilakukan dalam ruang hampa, sehingga

11
menghapus kemungkinan terjadi kosidasi atau kontaminasi. Las EBW dapat
dilihat pada Gambar 2.12

Gambar 2.12Las EBW

G. TIG (Tungsten Inert Gas)


Las ini merupakan pengelasan dengan memakai busur nyala dengan
tungsten/elektroda yang terbuat dari wolrfam, sedangkan bahan penambahnya
digunakan bahan yang sama atau sejenis dengan material induknya. Untuk
mencegah oksidasi, dipakai gas kekal 99% argon (Ar) murni. Las TIG dapat
dilihat pada Gambar 2.13

Gambar 2.13Las TIG

H. GMAW
GMAW adalah suatu proses dimana menggunakan suatu elektroda
dengan penggerak kawat dengan menggunakan gas dan dibagian elektroda
terumpan terdapat gas pelindung membungkus elektroda sehingga elektroda

12
tersebut menyatu dengan elektroda dengan benda kerja sehingga menghasilkan
suatu sambungan. Las GMAW dapat dilihat pada Gambar 2.14

Gambar 2.14 Las GMAW

2.2.2 Desain sambungan las

Untuk desain sambungan las adalah istilah yang digunakan untuk lokasi
dimana dua atau lebih bagian logam yang akan atau telah dilas. Desain
sambungan las yang baik akn menghasilkan kekuatan yang diperlukan sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan. Desain sambungan yang benar akan
menghasilkan lasan dengan kualitas terbaik yang dibuat dengan biaya yang
ekonomi. Desain sambungan las dapat dilihat pada Gambar 2.15

Gambar 2.15Desai Sambungan Las

13
2.2.3 Macam-macam bentuk kampuh
Adapun macam-macam bentuk kampuh antara lain:

A. Las I Kampuh Terbuka


Pada kampuh las ini terdapat celah antara plat yang akan dilas. Lebar celah
tergantung pada ketebalan, kampuh ini berkurang kuat dibandingkan kampuh
tertutup. Tebal biasanya 3,6 mm, dapat dilihat pada Gambar 2.16

Gambar 2.16 Las I Kampuh Terbuka

B. Kampuh V Tunggal
Kampuh ini terdiri dari kampuh V tunggal terbuka dan tertutup. Kampuh
ini lebih kuat dari kampuh persegi dan dapat menerima gaya tekan statis yang
besar. Adapun kampuh V tunggal dapat dilihat pada Gambar 2.17

Gambar 2.17 Kampuh V Tunggal

C. Kampuh U Tunggal
Kampuh U tunggal dapat dibuat secara tertutup dan terbuka.Kampuh ini
lebih kuat menerima beban statis dan diperlukan untuk sambungan berkualitas
tinggi. Umumnya dipakai pada pelat 12-25 mm. Adapun kampuh U tunggal
dapat dilihat pada Gambar 2.18

14
Gambar 2.18 Kampuh U Tunggal

D. Kampuh U Ganda
Kampuh U ganda dapat juga dibuat secara terbuka dan tertutup. Kampuh
ini lebih kuat dalam menerima beban statis dan dinamis, dengan ketebalan plat
umumnya 12-25 mm. Adapun kampuh U Ganda dapat dilihat pada Gambar
2.19

Gambar 2.19 Kampuh U Ganda

E. Kampuh T dengan Alur Miring Tunggal


Kampuh ini lebih kuat terhadap beban tekan yang besar disbanding
sambungan T dengan las rusuk dapat digunakan pada ketebalan 10-16 mm.
Adapun kampuh T dengan alur miring tunggal dapat dilihat pada Gambar 2.20

Gambar 2.20 Kampuh T dengan Alur Miring Tunggal

15
F. Kampuh T Alur V Miring Ganda
Kampuh ini lebih kuat daripada sambungan T dengan alur V miring
tunggal. Adapun kampuh T alur V miring ganda dapat dilihat pada Gambar
2.21

Gambar 2.21Kampuh T Alur V Miring Ganda

G. Kampuh Las T dengan Alur J Tunggal


Dipakai untuk beban lebih besar daripada las rusuk, tetapi tidak untuk
mengganti sambungan dengan las T dengan alur V miring ganda. Kampuh ini
digunakan untuk ketebalan plat 25 mm. Adapun kampuh ini dapat dilihat pada
Gambar 2.22

Gambar 2.22 Kampuh Las T dengan Alur J Tunggal

H. Kampuh Las T dengan Alur J Ganda


Kampuh ini dipakai untuk menahan beban kejut dengan ketebalan pelat
lebih dari 30 mm. Adapun kampuh ini dapat dilihat pada Gambar 2.23

16
Gambar 2.23 Kampuh Las T dengan Alur J Ganda

I. Kampuh Sudut
Kampuh sudut dapat dibagi 4 cara, yaitu :
a. Kampuh sudut rapat

Kampuh ini banyak digunakan pada kontruksi-kontruksi dengan bahan


pelat tipis kurang lebih 8 mm pada tebal pelat 2-5 mm. Dapat dilihat pada
Gambar 2.24

Gambar 2.24 Kampuh Sudut Rapat

b. Kampuh sudut setengah terbuka


Kampuh sudut setengah terbuka dapat digunakan pada tebal pelat 4-6
cacat mm. Adapun kampuh sudut setengah terbuka ini dapat dilihat pada
Gambar 2.25

17
Gambar 2.25 Kampuh Sudut Setengah Terbuka

c. Kampuh sudut terbuka


Ketebalan pelat 6-25 mm, memungkinkan dengan cara seperti ini
pembesaran bahan pengisisan pada plat-plat yang disambung juga mudah
dicapai, dapat dilihat pada Gambar 2.26

Gambar 2.26 Kampuh Sudut Terbuka

d. Kampuh Las Tepi


Kampuh ini hanya cocok untuk tebal pelat kurang dari 3 mm.
Pembesaran yang tidak sempurna tidak mungkin dicapai. Dapat dilihat
pada Gambar 2.27

Gambar 2.27 Kampuh Las Tepi

18
2.2.4 Jenis-Jenis Cacat Las
Adapun jenis-jenis cacat las adalah :

A. Cacat Lubang Jarum


Cacat ini biasanya terjadi karena terbentuk gas CO2, CO, NO2 dan
SO2. Dapat dilihat pada Gambar 2.28

Gambar 2.28 Cacat Lubang Jarum

B. Cacat Gelembung Gas


Cacat ini biasanya terjadi karena lingkungan basah atau lembab,
elektroda lembab, amper cappiny terlalu tinggi. Adapun cacat gelembung
gas dapat dilihat pada Gambar 2.29

Gambar 2.29 Cacat Gelembung Gas

19
C. Cacat Surface Underfill
Cacat ini biasanya terjadi karena suhu metal terlalu rendah, sisi
kampuh kotor dan ayunan tidak sempurna. Dapat dilihat pada Gambar 2.30

Gambar 2.30 Cacat Surface Underfill

D. Cacat Percikan Las


Cacat ini biasanya terjadi karena lingkungan lembab, angin masuk
kekolom gas, busur terlalu panjang dan lain-lain. Dapat dilihat pada
Gambar 2.31

Gambar 2.31 Cacat Percikan Las

E. Cacat Surface Under Cut


Cacat ini biasanya terjadi karena suhu metal terlalu tinggi,
melemahnya sambungan. Adapun cacat surface under cut dapat dilihat
pada Gambar 2.32

20
Gambar 2.32 Cacat Surface Under Cut

F. Cacat Wide Bead


Cacat ini biasanya terjadi karena suhu metal relative dingin. Ayunan
terlalu meleber, juru las tidak qualified. Dapat dilihat pada Gambar 2.33

Gambar 2.33 Cacat Wide Bead

G. Cacat Lasan Cekung


Cacat ini biasanya terjadi karena sudut bukaan kampuh terlalu lebar,
elektroda terlalu kecil dan lain-lain. Adapun cacat lasan cekung dapat
dilihat pada Gambar 2.34

Gambar 2.34 Cacat Lasan Cekung

H. Cacat Retak
Cacat ini biasanya terjadi karena takik atau notch, tegangan,
penghilangan tegangan. Adapun cacat retak dapat dilhat pada Gambar
2.35

21
Gambar 2.35 Cacat Retak

I. Cacat Salah Pengganti Elektroda


Cacat ini biasanya terjadi tonjolan berlubang, bagian yang kosong
tanpa capping, yang menonjol terlihat buruk. Dapat dilihat pada Gambar
2.36

Gambar 2.36 Cacat Salah Pengganti Elektroda

J. Cacat Surface Cold Lap


Cacat ini biasanya terjadi karena suhu metal rendah, amper chapping
rendah, ayunan tidak tetap, permukaan bahan kotor. Dapat dilihat pada
Gambar 2.37

Gambar 2.37 Cacat Surface Cold Lap

Cacat surface cold lap menyebabkan terjadinya incomplete fusion (fusi


tidak sempurna) yang berpotensi retak, timbulnya kecurigaan bahwa seluruh jalur
las dilaksanakan dengan ampere rendah sehingga dapat mengakibatkan fusi antar
bahan dasar dengan bahan las atau antar lajur tidak sempurna.

22
Cara untuk menanggulanginya, jika kecurigaan tidak terbukti maka cold
lap cakup digerinda saja sisi jalur uniform, jika kecurigaan terbukti maka seluruh
jalur yang bermasalah dibongkar, dikampuh ulang dan dilas ulang.

2.3 Teori Alat Ukur


Adapun alat ukur yang digunakan dalam praktikum pengelasan ini adalah :

1. Mistar Baja
Mistar baja digunakan untuk mengukur panjang dari specimen yang
dilakukan proses pengelasan. Karena dapat menjangkau dimensi yang
panjang. Adapun mistar baja, dapat dilihat pada Gambar 2.38

Gambar 2.38 Mistar Baja

2. Busur Derajat
Alat yang digunakan untuk mengukur serta menggambar sudut.Adapun
busur derajat dapat dilihat pada Gambar 2.39

Gambar 2.39 Busur Derajat

2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pekerjaan las busur manual adalah salah satu jenis pekerjaan yang cukup
berpotensi menyebabkan gangguan terhadap kesehatan atau dapat menyebabkan
kecelakaan kerja. Adapun resiko secara umum adalah sebagai berikut :

23
1. Kejutan Listrik
Resiko yang terjadi dapat berupa luka bakar, terjatuh, pingsan dan dapat
meninggal dunia.
2. Sinar Las
Sinar las terjadi akibat percikan bunga api, sinar las terbagi menjadi :
a. Cahaya Tampak
Benda kerja dan bahan gambar yang mencair pad alas busur manual
menggunakan cahaya tampak.
b. Sinar Inframerah
Akibat dari sinar inframerah terhadap mata sama dengan pengaruh
panas, yaitu akan terjadinya pembekuan pada kelopak mata.
c. Sinar Ultraviolet
Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah
diserap.Tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap
reaksi kimia.

3. Debu dan Asap Las


a. Sifat-sifat fisik dan akibat debu dan asap terhadap manusia yaitu pada
paru-paru. Debu atau asap yang tertinggal atau melekat pada kualitas
udara diparu-paru akan menimbulkan penyakit seperti sesak napas dan
lainnya.
b. Harga Bata Kandungan Debu dan Asap Las
Harga bata (ukuran) kandungan debu dan asap pada udara tempat pada
pengelasan disebut thaesol limited value (TLV). International Intitue
of Welding (IIW) diterbitkan besarnya 10 mg/m2 untuk jenis
elektroda karbon rendah dan 20 mg/m2 untuk jenis lainnya.

4. Luka Bakar
Luka bakar dapat diakibatkan oleh logam panas karena adanya proses
pencairan benda kerja antara 1200 °C - 1500°C, sinar ultraviolet dan
inframerah, hal ini dapat mengakibatkan luka bakar pada kulit. Luka bakar

24
pada kulit membuat kulit menjadi melepuh atau menjadi terkelupas dan
menyebabkan kanker.
5. Kacamata Las
Bentuk dari kacamata ini seperti kacamata renang tetapi mempunyai lensa
yang panjang dan lebar. Jadi bukan hanya dapat melindungi mata, namun juga
area di sekitar mata. Dengan demikian bukan hanya terhindar dari percikan
,serpihan, tetapi juga menutup celah akan percikan,serpihan tersebut yang
dapat masuk ke dalam mata.Kacamata las dapat dilihat pada Gambar 2.40

Gambar 2.40 Kacamata las

6. Sarung Tangan Las


Sarung Tangan Las berfungsi untuk melindungi kedua tangan dari percikan
las atau spater dan panas material yang dihasilkan dari proses pengelasan.Sarung
tangan las dapat dilihat pada Gambar 2.41

Gambar 2.41 Sarung Tangan Las


7. Sepatu las
Sepatu las adalah sepatu yang terbuat dari kulit dan bagian depan sepatu
terdapat sebuah plat baja yang berfungsi untuk melindungi kaki dari kejatuhan
bendan yang berat dan benda yang tajam. Selain itu karena bersifat isolator,

25
sepatu ini juga melindungi dari bahaya sengatan listrik.Sepatu las dapat dilihat
pada Gambar 2.42

Gambar 2.42 Sepatu Las


8. Masker
Masker berfungsi sebagai alat perlindung pernafasan dari bahaya asap las,
karena asap las berbeda dengan asap biasa. Asap las ini merupakan hasil
pembakaran dari bahan kimia untuk perlindungan lasan dan juga pembakaran atau
pelelehan dari material lasan. Oleh karena itu asap las ini hampir seperti serbuk
bersih dan sangat membahayakan alat pernafasan kita.Masker dapat dilihat pada
Gambar 2.43

Gambar 2.43 Masker Las

26
BAB III
METODOLOGI

3.1 Langkah-Langkah Praktikum


Langkah-langkah praktikum proses pengelasan dapat dilihat pada Gambar
3.1

STUDI LITERATUR

PERSIAPAN ALAT DAN


BAHAN

KAMPUH

PENGELASAN

PENGAMBILAN DATA

HASIL DAN
PEMBAHASAN

KESIMPULAN

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Praktikum

Pada pratikum proses pengelasan yang harus dilakukan adalah harus mulai
dengan studi literatur dan dengan cara mencari data dari berbagai sumber yang
tertulis ataupun tidak tertulis yang berasal dari website, pada laporan dan jurnal

27
yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Sehingga informasi yang didapat
ini bisa dijadikan rujukan untuk bisa memperkuat argumentasi-argumentasi dan
sebagai bahan penyusunan pada laporan praktikum pengelasan. Kemudian
mempersiapkan alat dan bahan yang untuk digunakan dalam praktikum
pengelasan, alat dan bahan antara lain, mesin las, mesin gerinda, mata gerinda,
elektroda dan benda kerja.

Selanjutnya dilanjutkan dengan membuat kampuh, kampuh yang digunakan


pada proses pengelasan adalah kampuh I, U, V, dan X, kampuh adalah suatu
sambungan yang digunakan pada proses pengelasan, berfungsi untuk
mendapatkan penetrasi atau penembusan dari hasil pengelasan yang cukup dalam
supaya mendapat hasil yang baik dalam proses pengelasan. Selanjutnya dengan
melakukan proses pengelasan pada baja karbon yang sesuai dengan SOP dan
kemudian harus mengutamakan keselamatan kerja pada proses pengelasan.
Selanjutnya dilakukan pengambilan data pada proses pengelasan pada benda kerja
sehingga didapatkan hasil berupa hasil perhitungan dan pada proses pengelasan di
dapat pembahasan yang berisi fakta dan penjabaran serta penjelasan dan
penjelasan hasil perhitungan dari proses pengelasan serta argumentasi-
argumentasi atau juga pendapat praktikan yang relevan pada praktikum proses
pengelasan.

Selanjutnya tahap akhir dalam penyusunan laporan ini, merupakan proses


untuk menarik kesimpulan atas apa yang telah dilakukan selama pengerjaan
praktikum proses pengelasan. Dasar pengambilan kesimpulan diantaranya adalah
hasil analisa dan pembahasan.

28
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum proses pengelasan adalah

3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum pengelasan adalah

1. Mesin Las Rebdo

Mesin las ini merupakan alat yang digunakan untuk melakukan


pengelasan dengan jenis busur listrik. Mesin las redbo dapat dilihat pada
Gambar 3.2

Gambar 3.2 Mesin Las Rebdo

29
Spesifikasi Mesin Las Rebdo

Merk Rebdo

Type MMA 120

Kuat Arus 160 A

Berat 10 kg

Voltase 220 V

Frekuensi 50-120 Hz

2. Gerinda Tangan

Gerinda tangan digunakan sebagai alat untuk membentuk kampuh pada


benda kerja, memotong benda kerja, meratakan benda kerja. Gerinda tangan
yang digunakan dalam pengelasan ini dapat dilihat pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 Gerinda Tangan

30
Spesifikasi Gerinda Tangan

Merk Modern

Type M-2300

Kuat Arus 26 A

Daya 540 W

Voltase 220 V

Frekuensi 50-60 Hz

3. Gerinda Duduk

Gerinda duduk merupakan alat yang digunakan untuk meratakan benda


kerja. Gerinda duduk dapat dilihat pada Gambar 3.4

Gambar 3.4 Gerinda Duduk

4. Sikat Kawat

31
Sikat Kawat merupakan alat yang digunakan untuk membersikan bnda
kerja setelah pengelasan. Sikat kawat yang digunakan dalam pengelasan ini
dapat dilihat pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Sikat Kawat

5. Tang

Tang adalah alat yang digunakan untuk menjepit benda kerja. Tang yang
digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.6

Gambar 3.6 Tang

6. Palu Instrumen

32
Palu instrumen adalah alat yang digunakan untuk menghilangkan kerak
bekas pengelasan. Palu instrumen dapat dilihat pada Gambar 3.7

Gambar 3.7 Palu Instrumen

7. Ragum

Ragum adalah alat yang digunakan untuk menjepit benda kerja. Adapun
ragum yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.8

Gambar 3.8 Ragum

8. Penggaris (Mistar)

33
Penggaris (mistar) adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang
benda kerja.Penggaris yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.9

Gambar 3.9 Penggaris

9. Busur

Busur adalah yang digunakan untuk mengukur drajat benda kerja atau
sudut benda kerja. Busur yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.10

Gambar 3.10 Busur

10. Sarung Tangan

34
Sarumg tangan merupakan alat yang digunakan untuk melindungi
tangan dalam proses pengelasan. Adapun sarung tangan dapat dilihat pada
Gambar 3.11

Gambar 3.11 Sarung Tangan

11. Helm Las

Helm las merupakan alat yang digunakan untuk melindungi bagian


kepala dalm proses pengelasan. Helm yang digunakan dapat dilihat pada
Gambar 3.12

35
Gambar 3.12 Helm Las

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum proses pengelasan adalah

1. Baja Karbon

Baja karbon merupakan benda kerja yang digunakan dalam proses


pengelasan. Baja karbon yang digunakan memiliki ketebalan 5mm dan
1mm. Baja karbon yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.13

36
Gambar 3.13 Baja Karbon

2. Elektroda RD-260

Elektroda RD-260 merupakan bahan yang digunakan dalam proses


pengelasan. Elektroda RD-260 dapat dilihat pada Gambar 3.14

Gambar 3.14 Elektroda RD-260

37
Spesifikasi Elektroda RD-260

Type AWS AS-1 E6013/215 2 3 211


04313

Diameter 2.6 mm

Panjang 350 mm

Arus 80-110 A

3. Mata Gerinda

Mata gerinda yang digunakan dalam proses pengelasan ini yaitu gerinda
potong untuk memotong benda kerja dan mata gerinda penghalus untuk
menghaluskan dan meratakan spesimen.Mata gerinda ini dapat dilihat pada
Gambar 3.15

Gambar 3.15 Mata Gerinda

4. Spidol

38
Spidol merupakan bahan yang dgunakan untuk menandai benda kerja.
Spidol yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.16

Gambar 3.16 Spidol

3.3 SOP (Standar Operasional Prosedur)

3.3.1 SOP Penggunaan Alat

SOP (Standar Operasional Prosedur) penggunaan alat pada praktikum


proses pengelasan adalah

1. Menghubungkan kabel dengan transmisi

2. Hidupkan mesin las dengan menekan tombol power. Dapat dilihat pada
Gambar 3.17

39
Gambar 3.17 Menghidupkan Mesin Las

3. Memilih voltase pada mesin las. Dapat dilihat pada Gambar 3.18

Gambar 3.18 Memilih Voltase

4. Jepitkan elektroda pada holder. Dapat dilihat pada Gambar 3.19

40
Gambar 3.19 Menjepit elektroda

3.3.2 SOP Proses Pengelasan


SOP (Standar Operasional Prosedur) proses pengelesan pada praktikum
proses pengelasan dibagi menjadi dua yaitu

A. Prosedur pembuatan kampuh dalam praktikum proses pengelasan ini


adalah

1. Kampuh I
Prosedur pembuatan kampuh I adalah sebagai berikut
a. Untuk menentukan sudut dan ukuran kampuh I dapat dilihat pada tabel
standar AWS-0.1.5.M-0.1.5-2008 seperti pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Dimensi Kampuh I

b. Langkah selanjutnya, membuat sketsa untuk kampuh I sesuai ukuran


dan sudut yang ada pada Tabel 3.1. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
3.20

41
Gambar 3.20 Pengukuran Ulang Kampuh

c. Benda kerja yang sudah diukur dari sketsa yang telah dibuat
selanjutnya dipotong menggunakan mesin gerinda tangan. Dapat
dilihat pada Gambar 3.21

Gambar 3.21 Pembuatan Kampuh

d. Hasil dari potongan benda kerja untuk membentuk kampuh selanjutnya


diukur kembali sesuai dengan ukuran yang telah dibuat. Apabila
ukuran masih tidak sesuai maka dilakukan proses pemotongan sampai
ukuran kampuh yang didapat sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.22

42
Gambar 3.22 Pengkuran Ulang Kampuh

2. Kampuh U
Prosedur pembuatan kampuu U adalah sebagai berikut:
a. Untuk menentukan sudut dan ukuran kampuh U dapat dilihat pada
tabel standar AWS-D.1.5M-D1.5-2008 seperti terlihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Dimensi Kampuh U

b. Membuat skema gambar untuk kampuh usesuai dengan sudut dan


ukuran yang telah ditentukan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.23

43
Gambar 3.23 kampuh U
c. Lakukan proses perhitungan dengan rumus pytagoras dengan sudut
22,5o
B

4
cosɵ=
x
4
cos 22,5=
x
4
x=
0,92
x=4,3 mm
B= √ 4,32+ 4 2
B=1,5 mm

d. Perhitungan yang telah dimasukan selanjutnya di aplikasikan pada


sketsa yang telah dibuat dan benda kerja yang telah ada ukurannya
selanjutnya dipotong menggunakan mesin gerinda. Ha ini dapat dilihat
pada Gambar 3.24

44
Gambar 3.24 Pembuatan Kampuh

e. Hasil dari potongan benda kerja tersebut, selanjutnya diukur kembali


sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 3.25

Gambar 3.25 Pengukuran Ulang Kampuh

3. Kampuh V
Prosedur pembuatan Kampuh V adalah sebagai berikut:
a. Menentukan sudut dan ukuran kampuh V dapat dilihat pada tabel
standar ASW D1.5M-D1.5-2008 seperti pada Tabel 3.3

45
Tabel 3.3 Dimensi Kampuh V

b. Selanjutnya dibuat sketsa ukuran kampuh V seperti pada Gambar


3.26

Gambar 3.26 Kampuh V

c. Benda kerja yang telah diberi sketsa sesuai ukuran yang telah
ditentukan dipotong menggunakan mesin gerinda. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 3.27

Gambar 3.27 Pembuatan Kampuh

46
d. Benda kerja yang telah dipotong, selanjutnya diukur kembali
sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Hal ini dapat dilihat
pada Gambar 3.28

Gambar 3.28 Pengukuran Ulang Kampuh


4. Kampuh X
Prosedur pembuatan kampuh x adalah sebagai berikut :
a. Menentukan sudut dan ukuran kampuh x dilihat pada tabel standar
AWS D1.5M- D1.5- 2008 seperti terlihat pada Tabel 3.4
Tabel 3.4 Dimensi Kampuh X

b. Membuat sketsa gambar untuk kampuh x dapat dilihat pada Gambar


3.29

47
Gambar 3.29 Kampuh X

c. Lakukan proses perhitungan untuk kampuh x dengan rumus


pytagoras dan sudut yang digunakan adalah 30o
x

2,5

x
tanɵ=
2,5
x
cos 22,5=
2,5
x=1,44 mm
d. Selanjutnya benda kerja yang telah diberi ukuran dipotong
mengguanakan mesin gerinda. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.30

Gambar 3.30 Pembuatan Kampuh

e. Benda kerja yang telah dipotong, selanjutnya diukur kembali sesuai


dengan ukuran yang telah ditentukan. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 3.31

48
Gambar 3.31 Pengukuran Ulang Kampuh

B. Prosedur proses pengelasan dalam praktikum proses pengelasan ini adalah

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum proses


pengelasan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.32

A B C

D E F

49
Gambar 3.32 (a) Mesin Las

(a) Mesin Gerinda Tangan

(b) Ragum

(c) Baja Karbon

(d) Mata Gerinda

(e) Elektroda

2. Langkah selanjutnya benda kerja dipotong menggunakan mesin gerinda


tangan. Dapat dilihat pada Gambar 3.33

Gambar 3.33 Pemotongan Benda Kerja

50
3. Benda kerja yang sudah dipotong, selanjutnya menghaluskan permukaan
benda kerja. Dapat dilihat pada Gambar 3.34

Gambar 3.34 Penghalusan Benda Kerja

4. Selanjutnya membuat kampuh dengan cara memberi sudut dan ukuran


pada benda kerja menggunakan spidol. Untuk kampuh I dengan sudut 90o,
untuk kampuh V dengan sudut 60o, kampuh U dengan sudut 45o serta
untuk kampu X dengan sudut 60o. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.35

Gambar 3.35 Membuat Sketsa Kampuh

51
5. Memotong benda kerja pada bagian yang telah diberi sketsa hingga
membentuk kampuh yang diinginkan yaitu kampuh I, V, U,dan X. Hal ini
dapat dilihat pada Gambar 3.36

Gambar 3.36 Memotong Benda Kerja

6. Langkah selanjutnya menghaluskan permukaan kampuh dengan gerinda


tangan. Dapat dilihat pada Gambar 3.37

Gambar 3.37 Menghaluskan Permukaan Kampuh

7. Benda kerja yang sudah dilakukan proses pengerindaan, selanjutnya


proses pengelasan. Langkah pertama, bneda kerja dilas titik untuk
mengunci benda kerja agar tidak bergerak .Selanjutnya benda kerja yeng
telah dibentuk kampuh dilas keseluruhan sehingga terisi penuh dengan
elektroda las atau logam pengisi. Dapat dilihat pada Gambar 3.38

52
Gambar 3.38 Proses Pengelesan

8. Benda kerja yang telah dilas, selanjutnya dipukul dengan palu instrumen
bagian kampuh yang ada kerak atau logam yang melebar keluar agar
terlepas dari benda kerja. Hal ini dapat pada Gambar 3.39

Gambar 3.39 Pembersihan Kerak

9. Selanjutnya, gerinda bagian yang dilas hingga permukaan benda kerja


menjadi rata. Apabila hasil yang didapatkan masih terdapat celah atau
cacat maka dilakukan proses pengelasan dan pengarindaan sampai hasil
yang didapat tidak ada cacat. Dapat dilihat pada Gambar 3.40

53
Gambar 3.40 Penggerindaan Benda Kerja

10. Selanjutnya, didaptkan hasil pengelasan. Dapat dilihat pada Gambar 3.41

Gambar 4.41 Hasil Pengelasan

54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengelasan


Hasil dari praktikum pengelasan ini adalah :
1.Pengelasan Pada Kampuh I
Kampuh ini memiliki sudut 90 º Untuk Setiap bagian benda kerjanya,
dan memiliki jarak celah sebesar 2 mm, seperti pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Kampuh I

Hasil dari pengelasan benda kerja dengan pemberian Kampuh I dapat


dilihat pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Hasil Pengelasan


Kampuh I

55
2.Pengelasan Pada Kampuh U
Pada kampuh U memiliki sudut sebesar 45ºsetiap bagian benda kerjanya dan
memiliki jarak sebesar 2 mm, ketebalan bidang permukaanya sebesar 4 mm pada
bagian bawah benda kerja, bentuk dari kampuh U ini dapat dilihat pada Gambar
4.3

Gambar 4.3 Kampuh U

Hasil dari pengelasan benda kerja dengan kampuh U dapat dilihat pada
Gambar 4.4

Gambar 4.4 Hasil Pengelasan Kampuh U

3.Pengelasan Pada Kampuh V


Kampuh Ini memiliki sudut 60 º untuk setiap benda kerjanya dan memiliki
jarak celah sebesar 2 mm, serta ketebalan bidang permukaanya sebesar 4 mm pada
bagian bawah benda kerjanya, bentuk kampuh V dapat dilihat pada Gambar 4.5

56
Gambar 4.5 Kampuh V

Hasil dari epngelasan Benda kerja dengan pemberian kampuh V dapat dilihat
pada Gambar 4.6

Gambar 4.6 Hasil Pengelasan Kampuh V

4.Pengelasan pada kampuh X


Kampuh ini memiliki 60 º untuk setiap bagian benda kerjanya dan memiliki
jarak celah sebesar 2 mm, serta ketebalan bidang permukaanya sebesar 4 mm pada
bagian tengah benda kerja. Bentuk Kampuh X dapat dilihat pada Gambar 4.7

57
Gambar 4.7 Kampuh X

Hasil dari pengelasan benda kerja dengan pemberian Kampuh X dapat dilihat
pada Gambar 4.8

Gambar 4.8 Hasil Pengelasan Kampuh X

4.2 Perhitungan
4.2.1 Hasil Pengukuran
Parameter perhitungan pengelasan SMAW adalah sebagai berikut :
Dengan ukuran benda uji 100 mm x 100 mm x 4 mm
1. Panjang daerah las (L) = 100 mm
2. Waktu Pengelasan = 15 menit = 900 s
3. Arus yang digunakan = 60 A

58
4. Voltase pengelasan = 100 V

59
4.2.2 Perhitungan
Perhitungan pada pratikum penegelasan sebagai berikut:

Kecepatan Pengelasan ( V ) = Panjang daerah las (L) Waktu

Pengelasan (t)

= 100 mm/900 s
= 0,11 mm/s

E.I
Head Inputnya ( HI) =
V

1tt V.6t A
= tt11 mm/s

= 54545,45 J/mm
= 54,545 kJ/mm

60
4.3 Pembahasan
Pada praktikum las kali ini menggunakan metode pengelasan SMAW (Shield
Metal Arc Welding) sering juga disebut Las Busur Listrik adalah proses
pengelasan yang menggunakan panas untuk mencairkan material dasar atau logam
induk dan elektroda (bahan pengisi).
Pada proses praktikum las menggunakan empat jenis Kampuh, yaitu Kampuh
I, U, V dan X, Untuk Kampuh I memiliki sudut 90 derajat dengan jarak celahnya
sebesar 2 mm, untuk kampuh U memiliki sudut 45 derajat dengan jarak celahnya
sebesar 2 mm, untuk kampu V memiliki sudut 60 derajat dengan jarak celahnya 2
mm dan bidang permukaanya memiliki ketebalan 3 mm, sedangkan untuk kampuh
X memiliki sudut 60 derajat dengan jarak celah 2 mm dengan ketebalan
permukaanya sebesar 4 mm.
Dalam praktikum pengelasan yang dilakukan, untuk keempat jenis kampuh ini
memiliki perlakuan yang sama yaitu menggunakan mesin las Redbo serta
elektroda yang digunakan adalah elektroda RD-260. Pada benda kerja yang telah
dibuat kampuh I, U, V dan X menggunakan gerinda kemudian di las, setelah
dilakukan pengelasan dilakukan proses pembersihan kerak dengan cara di pukul di
bagian yang di las dengan menggunakan palu instrumen dan tahap akhir dilakukan
pengerindaaan untuk meratakan hasil lasan.
Pada proses pengelasan tentu didapatkan kendala, diantaranya hasil dari
pembentukan bahan-bahan yang dilas tidak terlalu rapi, seperti pada pengelasan
kumpuh I maupun kumpuh X. Kendala yang terjadi pada saat pengelasan, bahan
mudah meleleh karena busur listrik terlalu besar arusnya. Selain itu saat
melakukan pengelasan sering terganggu karena gangguan pada listrik seperti
pemadaman listrik. Dalam proses pengelasan yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam proses pengelasan diperlukan teknik teknik yang telah
dipelajari supaya bisa mendapatkan proses dan hasil pengelasan yang sempurna.

61
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum proses pengelasan yang dilakukan adalah :
1. Ada bebrapa jenis-jebis pengelasan yaitu, SMAW(Shielding
Metal Arc Welding), GMAW(Gas Metal Arc Welding),
PAW(Plasma Arc Welding), dan SAW(Shiled Arc Welding).
2. Proses pengelasan adalah salah satu penyambungan antara dua
buah atau lebih logam akibat panas dari pengaruh atau tekan
dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang timbul
oleh gaya tarik menarik anatara atom
3. Mekanisme penyatuan bahan dan energi lasan yaitu
menggunakan listri AC, elektroda secara mekanis terus kedalam
busur listrik yang terbentuk diantara ujung elektroda dan bahan
lasan.
4. Ada beberapa jenis-jenis cacat pada proses pengelasan yaitu,
cacat lubang jamur, cacat gelembung gas, cacat Surface
Underfill, cacat percikan las, cacat Surface Under Cut, cacat Wide
Bead, cacat lasan cekung, cacat retak, cacat salah pengganti
elektroda, dan cacat Surface Cold Lap.

5.2 Saran
Saran dari praktikum pengelasan yang dilakukan adalah :
1. Pada saat melakukan pengelasan atur besar tegangan arusnya agar hasil
pengelasan sempurna.
2. Pada saat melalukan pengelasan harus memakai pelindung diri antara lain
kacamata las, sarung tangan.

62
DAFTAR PUSTAKA

Avner, H.1982.Introduction to physical Metallurgy, Mc.Grow.Hill Back


Company.Singapore
Suprijouto,Djoko.2013. pengaruh bentuk kampuh terhadap kekuatan
bending las sudut SMAW posisi mendatar pada baja karbon
rendah.Jurusan teknik Mesin STTNAS.Yogyakarta

63

Anda mungkin juga menyukai