Nim : 201820092
Kelas : B (Semester VI)
TUGAS IDENTIFIKASI PERUBAHAN UU 12 2011 DAN UU 15 2019
Carry over pembahasan RUU ke massa keanggotaan DPR berikutnya, sekaligus memasukkan kembali ke dalam daftar prolegnas dan/atau prolegnas prioritas
tahunan, berdasarkan kesepakatan bersama DPR, Presiden, dan/atau DPD terhadap RUU yang telah memasuk tahapan pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah
(DIM) Pasal 71A.
Undang Undang ini juga memberikan amanat untuk dilakukannya pemantauan dan peninjauan terhadap pelaksanaan Undang Undang oleh DPR, DPD, dan
pemerintah yang dikoordikasikan oleh DPR untuk menilai ketercapaian, hasil yang direncanakan, dampak yang ditimbulkan dan kemanfaatannya bagi NKRI,
dimana hasilnya dapat menjadi usul RUU dalam penyusunan prolegnas (Pasal 95A).
(1) Pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari DPRD Provinsi dikoodinasikan
oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi.
(2)Pengharmonisasian pembulatan, dan pemantapan konsepsi RancanganPeraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur dilaksanakan oleh
Kementerian atau Lembaga yang menyelenggarakan urusan di bidang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum, Menimbang: a. bahwa pembangunan hukum nasional yang terencana,
negara berkewajiban melaksanakan pembangunan hukum terpadu, dan berkelanjutan harus benar-benar
nasional yang dilakukan secara terencana, terpadu, dan mencerminkan kedaulatan berada di tangan rakyat dan
berkelanjutan dalam sistem hukum nasional yang menjamin pelindungan hak dan kewajiban segenap rakyat
menjamin pelindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa untuk memperkuat pembentukan peraturan
b. bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas perundang-undangan yang berkelanjutan, dibutuhkan
peraturan perundang-undangan yang baik, perlu dibuat penataan dan perbaikan mekanisme pembentukan
UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2019
peraturan mengenai pembentukan peraturan perundang- peraturan perundang-undangan sejak perencanaan hingga
undangan yang dilaksanakan dengan cara dan metode pemantauan dan peninjauan;
yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua c. bahwa Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
yang
lembagaberwenang membentuk peraturan perundang- Pembentukan Peraturan Perundang-undangan masih
undangan; terdapat kekurangan dan belum menampung
c. bahwa dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 perkembangan kebutuhan masyarakat sehingga perlu
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan diubah;
masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
perkembangan kebutuhan masyarakat mengenai aturan dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang
sehingga perlu diganti; Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud Perundang-undangan.
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk
Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22A Undang-Undang Dasar Negara Mengingat: 1. Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22A Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945; Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234).
UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2019
Dengan Persetujuan Bersama Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN: MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011
TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN.
Pasal I
BAB I
KETENTUAN UMUM
Dalam Undang-Undang ini, yang dimaksud dengan: Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan 1. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan
Peraturan Perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, Peraturan Perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, pengundangan.
pengundangan. 2. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat
2. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur
ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. 3. Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk
3. Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. 4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal
Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.
kegentingan yang memaksa. 5. Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan yang
5. Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.
sebagaimana mestinya. 6. Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan yang
6. Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan
Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.
kekuasaan pemerintahan. 7. Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan
Pasal 2 Tetap
Pasal 3 Tetap
BAB II
ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 5 Tetap
Pasal 6 Tetap
Pasal 7 Tetap
Pasal 8 Tetap
Pasal 9 Tetap
(1) Materi muatan yang harus diatur dengan Undang- Undang berisi:
a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-
Undang;
c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
(2) Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d dilakukan oleh DPR atau Presiden.
Pasal 11 Tetap
Pasal 12 Tetap
Pasal 14 Tetap
Pasal 15 Tetap
(1) Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam:
a. Undang-Undang;
b. Peraturan Daerah Provinsi; atau
c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan
huruf c berupa ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan
atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
BAB IV
PERENCANAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 16 Tetap
Pasal 17 Tetap
Pasal 19 Tetap
Pasal 20 Pasal 20
(1) Penyusunan Prolegnas dilaksanakan oleh DPR dan Pemerintah. (1) Penyusunan Prolegnas dilaksanakan oleh DPR, DPD, dan Pemerintah.
(2) Prolegnas ditetapkan untuk jangka menengah dan tahunan berdasarkan (2) Prolegnas ditetapkan untuk jangka menengah dan tahunan berdasarkan
skala prioritas pembentukan Rancangan Undang-Undang. skala prioritas pembentukan Rancangan Undang-Undang.
(3) Penyusunan dan penetapan Prolegnas jangka menengah dilakukan pada (3) Penyusunan dan penetapan Prolegnas jangka menengah dilakukan pada
awal masa keanggotaan DPR sebagai Prolegnas untuk jangka waktu 5 awal masa keanggotaan DPR sebagai Prolegnas untuk jangka waktu 5
(lima) tahun. (lima) tahun.
(4) Prolegnas jangka menengah dapat dievaluasi setiap akhir tahun (4) Sebelum menyusun dan menetapkan Prolegnas jangka menengah
bersamaan dengan penyusunan dan penetapan Prolegnas prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), DPR, DPD, dan Pemerintah
tahunan. melakukan evaluasi terhadap Prolegnas jangka menengah masa
(5) Penyusunan dan penetapan Prolegnas prioritas tahunan sebagai keanggotaan DPR sebelumnya.
pelaksanaan Prolegnas jangka menengah dilakukan setiap tahun (5) Prolegnas jangka menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
sebelum penetapan Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran dievaluasi setiap akhir tahun bersamaan dengan penyusunan dan
Pendapatan dan Belanja Negara. penetapan Prolegnas prioritas tahunan.
Pasal 21 Pasal 21
(1) Penyusunan Prolegnas antara DPR dan Pemerintah dikoordinasikan oleh (1) Penyusunan Prolegnas antara DPR dan Pemerintah dikoordinasikan oleh
DPR melalui alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang DPR melalui alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang
legislasi. legislasi.
(2) Penyusunan Prolegnas di lingkungan DPR dikoordinasikan oleh alat (2) Penyusunan Prolegnas di lingkungan DPR dikoordinasikan oleh alat
kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi. kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi.
(3) Penyusunan Prolegnas di lingkungan DPR sebagaimana dimaksud pada (3) Penyusunan Prolegnas di lingkungan DPR sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan dengan mempertimbangkan usulan dari fraksi, ayat (2) dilakukan dengan mempertimbangkan usulan dari fraksi,
komisi, anggota DPR, DPD, dan/atau masyarakat. komisi, anggota DPR, DPD, dan/atau masyarakat.
(4) Penyusunan Prolegnas di lingkungan Pemerintah dikoordinasikan oleh (4) Penyusunan Prolegnas di lingkungan Pemerintah dikoordinasikan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum. menteri atau kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan Prolegnas pemerintahan di bidang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan Prolegnas
dengan Peraturan DPR. sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan DPR.
Pasal 22 Tetap
Pasal 23 Pasal 23
(1) Dalam Prolegnas dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas: (1) Dalam Prolegnas dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas:
a. pengesahan perjanjian internasional tertentu; a. pengesahan perjanjian internasional tertentu;
b. akibat putusan Mahkamah Konstitusi; b. akibat putusan Mahkamah Konstitusi;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; c. anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
Pasal 24 Tetap
Pasal 26 Pasal 26
(1) Perencanaan penyusunan Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud (1) Perencanaan penyusunan Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakan dalam Pasal 25 dikoordinasikan oleh menteri atau kepala lembaga yang
urusan pemerintahan di bidang hukum. menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pembentukan
(2) Perencanaan penyusunan Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud Peraturan Perundang-undangan.
pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Presiden. (2) Perencanaan penyusunan Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Pasal 28 Tetap
Pasal 29 Tetap
Pasal 30 Tetap
Pasal 31 Tetap
Pasal 32 Tetap
Pasal 34 Tetap
Pasal 35 Tetap
Pasal 36 Tetap
Pasal 37 Tetap
(1) Dalam Prolegda Provinsi dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang
terdiri atas:
a. akibat putusan Mahkamah Agung; dan
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi.
(2) Dalam keadaan tertentu, DPRD Provinsi atau Gubernur dapat
mengajukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi di luar Prolegda
Provinsi:
a. untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana
alam;
b. akibat kerja sama dengan pihak lain; dan
c. keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas
suatu Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang dapat disetujui
bersama oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus
menangani bidang legislasi dan biro hukum.
Bagian Kelima
Perencanaan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Pasal 39 Tetap
Pasal 41 Tetap
Bagian Keenam
Perencanaan Peraturan Perundang-undangan Lainnya
Pasal 42 Tetap
BAB V
PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 43 Tetap
Pasal 44 Tetap
Pasal 45 Tetap
Pasal 46 Tetap
(1) Rancangan Undang-Undang yang diajukan oleh Presiden disiapkan (1) Rancangan Undang-Undang yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh
oleh menteri atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian sesuai menteri atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian sesuai
dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya. dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya.
(2) Dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang, menteri atau pimpinan (2) Dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang, menteri atau pimpinan
lembaga pemerintah nonkementerian terkait membentuk panitia antar lembaga pemerintah nonkementerian terkait membentuk panitia antar
kementerian dan/atau antar nonkementerian. kementerian dan/atau antar nonkementerian.
(3) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan (3) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan
Undang-Undang yang berasal dari Presiden dikoordinasikan oleh Undang-Undang yang berasal dari Presiden dikoordinasikan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang menteri atau kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan
(4) hukum. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan pemerintahan di bidang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Rancangan Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan Rancangan
diatur dengan Peraturan Presiden. Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Presiden.
Pasal 48 Tetap
Pasal 49 Pasal 49
(1) Rancangan Undang-Undang dari DPR disampaikan dengan surat (1) Rancangan Undang-Undang dari DPR disampaikan dengan surat
pimpinan DPR kepada Presiden. pimpinan DPR kepada Presiden.
(2) Presiden menugasi menteri yang mewakili untuk membahas Rancangan (2) Presiden menugasi menteri yang mewakili untuk membahas Rancangan
Undang-Undang bersama DPR dalam jangka waktu paling lama 60 Undang-Undang bersama DPR dalam jangka waktu paling lama 60
(enam puluh) hari terhitung sejak surat pimpinan DPR diterima. (enam puluh) hari terhitung sejak surat pimpinan DPR diterima.
(3) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengoordinasikan (3) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengoordinasikan
persiapan pembahasan dengan menteri yang menyelenggarakan urusan persiapan pembahasan dengan menteri atau kepala lembaga yang
pemerintahan di bidang hukum.
Pasal 50 Tetap
Pasal 51 Tetap
Pasal 52 Tetap
Pasal 53 Tetap
Bagian Ketiga
Penyusunan Peraturan Pemerintah
(1) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah, pemrakarsa (1) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah, pemrakarsa
membentuk panitia antar kementerian dan/atau lembaga pemerintah membentuk panitia antarkementerian dan/atau lembaga pemerintah
nonkementerian. nonkementerian.
(2) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan (2) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan
Peraturan Pemerintah dikoordinasikan oleh menteri yang Peraturan Pemerintah dikoordinasikan oleh menteri atau kepala lembaga
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum. yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pembentukan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan panitia antar Peraturan Perundang-undangan.
kementerian dan/atau antar nonkementerian, pengharmonisasian, (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan Rancangan
penyusunan, dan penyampaian Rancangan Peraturan Pemerintah diatur Peraturan Pemerintah diatur dengan Peraturan Presiden.
dengan Peraturan Presiden.
Bagian Keempat
Penyusunan Peraturan Presiden
Pasal 55 Pasal 55
(1) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, pemrakarsa (1) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, pemrakarsa
membentuk panitia antar kementerian dan/atau antar nonkementerian. membentuk panitia antarkementerian dan/atau antarnonkementerian.
Bagian Kelima
Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi
Pasal 56 Tetap
Pasal 57 Tetap
10. Ketentuan ayat (2) Pasal 58 diubah sehingga Pasal 58 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 58 Pasal 58
(1) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan (1) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari DPRD Provinsi Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari DPRD Provinsi
dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus
menangani bidang legislasi. menangani bidang legislasi.
(2) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan (2) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur dikoordinasikan Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur dilaksanakan oleh
oleh biro hukum dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian atau lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 59 Tetap
Pasal 60 Tetap
Pasal 61 Tetap
(1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disiapkan oleh DPRD
Provinsi disampaikan dengan surat pimpinan DPRD Provinsi kepada
Gubernur.
Pasal 62 Tetap
Pasal 63 Tetap
Pasal 64 Tetap
BAB VII
PEMBAHASAN DAN PENGESAHAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
Bagian Kesatu
Pembahasan Rancangan Undang-Undang
Pasal 67 Tetap
Pasal 68 Tetap
Pasal 69 Tetap
Pasal 71 Tetap
11. Di antara Pasal 71 dan Pasal 72 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 71A
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 71A
Pasal 72 Pasal 72
(1) Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama oleh DPR dan (Penjelasan ayat (2) berubah)
Presiden disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk
disahkan menjadi Undang-Undang.
(2) Penyampaian Rancangan Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari
terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.
Pasal 73 Tetap
Pasal 74 Tetap
Bagian Kesatu
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Pasal 75 Tetap
Bagian Kedua
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Pasal 77 Tetap
Pasal 78 Tetap
(1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disetujui bersama oleh
DPRD Provinsi dan Gubernur disampaikan oleh pimpinan DPRD
Provinsi kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah
Provinsi.
(2) Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7
(tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.
Pasal 79 Tetap
Bagian Keempat
Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Pasal 80 Tetap
Pasal 81 Tetap
Pasal 82 Tetap
Pasal 83 Tetap
Pasal 84 Tetap
Pasal 85 Pasal 85
Pengundangan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran Negara Pengundangan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia atau Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana Republik Indonesia atau Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 82 dan Pasal 83 dilaksanakan oleh menteri yang dimaksud dalam Pasal 82 dan Pasal 83 dilaksanakan oleh menteri atau
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum. kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 86 Tetap
BAB X
PENYEBARLUASAN
Bagian Kesatu
Penyebarluasan Prolegnas, Rancangan Undang-Undang,
dan Undang-Undang
Pasal 88 Tetap
Pasal 90 Tetap
Pasal 91 Pasal 91
(1) Dalam hal Peraturan Perundang-undangan perlu diterjemahkan ke (1) Dalam hal Peraturan Perundang-undangan perlu diterjemahkan ke dalam
dalam bahasa asing, penerjemahannya dilaksanakan oleh menteri yang bahasa asing, penerjemahannya dilaksanakan oleh menteri atau kepala
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum. lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
(2) Terjemahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
terjemahan resmi. (2) Terjemahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan terjemahan
resmi.
Bagian Kedua
Penyebarluasan Prolegda, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi atau
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, dan Peraturan Daerah Provinsi atau
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Pasal 92 Tetap
Pasal 93 Tetap
Pasal 94 Tetap
Pasal 95 Tetap
15. Di antara BAB X dan BAB XI disisipkan 1 (satu) bab, yakni BAB XA
sehingga berbunyi sebagai berikut:
BAB XA
PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN TERHADAP UNDANG-
UNDANG
16. Di antara Pasal 95 dan Pasal 96 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 95A
dn Pasal 95B sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 95B
Pasal 96 Tetap
Pasal 97 Tetap
Pasal 98 Tetap
17. Di antara BAB XII dan BAB XIII disisipkan 1 (satu) bab, yakni BAB
XIIA
sehingga berbunyi sebagai berikut:
BAB XIIA
KETENTUAN PERALIHAN
18. Di antara Pasal 99 dan Pasal 100 disisipkan 1 (satu) pasal , yakni Pasal
99A
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 99A
ttd. Ttd
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Plt. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,
ttd. ttd.
ttd.