Home›Menyusui›Artikel
Menyusui itu gampang. Tapi sebagian ibu menemukan bahwa menyusui tak semudah
kelihatannya. Sebagian ibu merasa bayinya menyusu kuat tapi tampak masih lapar, sebagian
lagi merasa kesakitan setiap menyusui, dan sebagian bayi tampak tidak suka dan menolak
saat akan disusui. Banyak ibu menghadapi berbagai kendala dan tantangan dalam menyusui
sehingga timbullah pertanyaan : Bagaimana sih cara menyusui yang benar?
Jika dilihat dari tujuan dan dari prosesnya, sederhananya kita dapat mengharapkan kegiatan
menyusui berjalan seperti ini :
– Bayi mendapatkan asupan yang dibutuhkan, pertumbuhannya sesuai harapan, perilakunya
menunjukkan ia puas dengan menyusu. Tentu saja, tujuan utama kita menyusui adalah untuk
memberi makan bayi, bukan?
– Ibu terhindar dari rasa tidak nyaman saat menyusui (perih, lecet, bengkak). Jika
mengikuti lamanya waktu menyusui yang disarankan WHO, yaitu sejak baru dilahirkan
hingga setidaknya anak berusia 2 tahun, tentunya ibu perlu merasa nyaman saat menyusui
sejak hari pertama.
Nah, setiap ibu dan bayi dapat menggunakan beragam cara menyusui yang nyaman untuk
keduanya, yang tentunya akan berbeda-beda untuk tiap ibu dan bayi. Tidak ada cara yang
paling tepat atau benar. Tapi pada umumnya untuk mencapai hal tersebut ada satu poin utama
: agar ASI dapat keluar dengan lancar dari payudara ibu, penelitian menunjukkan bahwa lidah
bayi perlu menjangkau banyak bagian dari payudara, tak hanya puting tapi juga areola.
cara
menyusui
Di gambar pertama kita dapat melihat, seluruh saluran yang menyambungkan kelenjar ASI
dengan puting ada di dalam mulut bayi. Dalam kondisi seperti ini ASI akan mudah keluar.
Sementara di gambar kedua, saluran-saluran tersebut ada di luar mulut bayi, hal ini
menyebabkan bayi lebih sulit mengeluarkan ASI.
Pelekatan yang baik tersebut dapat kita dapatkan dengan beragam cara. Setiap pasangan ibu
dan bayi dapat mencoba berbagai gaya untuk mendapatkan posisi yang paling nyaman, di
antara gaya dan posisi tersebut adalah :
Untuk menghasilkan pelekatan yang baik, di masa lalu biasanya para ibu diajari cara-cara
gaya menggendong dan memposisikan bayi dalam keadaan duduk tegak. Tapi sebuah
penelitian yang dilakukan Suzanne Colson dan kawan-kawan pada tahun 2008 menawarkan
alternatif yang jauh lebih mudah.
Dari penelitian tersebut ditemukan, para ibu yang baru saja melahirkan akan lebih nyaman
dan lebih bertahan lama menyusui saat mereka melakukan menyusui dalam posisi laid-
back/semi-reclining atau rebahan. Caranya: ibu mengambil posisi rebahan sambil bersandar,
dengan sudut kemiringan antara 15°-64° kemudian bayi diletakkan di atas dada, dan
dibiarkan melekat dengan sendirinya. Pada cara ini, ibu tidak banyak mengintervensi posisi
bayi, kedua tangan ibu bebas, memegang bayi sekedar untuk menjaganya agar tidak
terguling. (catatan: Ingat bahwa ibu rebahan bersandar, bukan telentang 180 derajat)
Dalam posisi duduk tegak seperti biasa kita diajari, refleks-refleks bayi baru lahir biasanya
menyulitkan kita untuk memosisikan bayi – contohnya: refleks “mengayuh sepeda” tangan
mendorong-dorong, kaki menendang-nendang, gerakan kepala depan-belakang seperti
“mematuk-matuk”. Dalam Biological Nurturing gerakan-gerakan refleks tersebut justru akan
membantu bayi untuk bergerak mencapai payudara. Dalam posisi ini juga gravitasi yang
biasanya menghambat bayi mencapai payudara karena berat kepalanya, malah akan
membantu bayi untuk memasukkan areola jauh ke dalam mulutnya.
Yang lebih membuat nyaman lagi, dalam posisi laid-back ini juga para ibu merasa lebih
badan lebih rileks, ketegangan di kepala, leher, pundak dan punggung sangat jauh berbeda
dibanding duduk tegak. Luka jahitan pun – baik luka episiotomi ataupun luka operasi caesar
– dirasakan lebih minimal dibandingkan duduk tegak. Ibu juga tidak perlu terlalu
berkonsentrasi untuk memikirkan posisi dan pelekatan yang benar. Hal ini sangat mendukung
proses lepasnya hormon oksitosin karena ibu lebih rileks dan tenang.
Tentunya kita tetap boleh memilih posisi menyusui dengan duduk tegak, atau posisi tidur
menyamping. Kita dapat mencoba bermacam-macam cara untuk mencari posisi yang betul-
betul nyaman bagi ibu dan bayi.
Untuk posisi selain Biological Nurturing ada beberapa poin penting dalam memosisikan bayi
yang perlu kita ingat, yaitu :
CRADLE HOLD, ibu duduk tegak, kepala bayi disangga oleh tangan yang satu sisi dengan
payudara yang disusukan. Posisi ini paling umum digunakan, termasuk di masyarakat kita,
tapi bukan berarti semua orang pasti nyaman dengan posisi ini. Pada cradle hold kita
biasanya agak sulit mengatur kepala bayi dan mengarahkannya ke payudara ibu.
Posisi
Menyusui – crade hold
CROSS-CRADLE HOLD, kepala bayi disangga oleh tangan yang berlawanan arah terhadap
payudara yang disusukan. Posisi ini bisa digunakan untuk bayi kecil atau sakit.
Cara
Menyusui: Posisi Cross Cradle
FOOTBALL HOLD/POSISI BAWAH LENGAN, posisi bayi ada di bawah lengan ibu yang
satu sisi dengan payudara. Jika bayi agak sulit melekat, posisi ini juga bisa dicoba. Juga
cocok digunakan saat menyusui bayi kembar atau jika saluran ASI tersumbat.
Cara
Menyusui: Posisi dibawah lengan
Untuk ibu yang memiliki anak kembar, bisa menyusui dua anak sekaligus dengan posisi
double football atau double cradle, atau kombinasi keduanya. Saat menyusui bayi kembar,
pada awalnya mungkin Bunda perlu bantuan anggota keluarga lain, dan perlu menyiapkan
bantal-bantal untuk memudahkan.
Sumber
gambar : Unicef’s Brochure “How to Breastfeed”
Untuk memasukkan payudara ke mulut bayi, biasanya akan lebih mudah jika kita menunggu
sampai mulut bayi benar-benar terbuka lebar dan mendahulukan majunya dagu dan bibir
bawah untuk menempel pada payudara.
Sumber gambar : Womenshealth.gov
Sumber
gambar: WHO, Unicef. 40 hours Breastfeeding Counselling: A Training Course
Ayah dapat membantu untuk mengecek apakah bayi kemungkinan sudah melekat dengan
baik atau belum. Dari luar, umumnya bayi yang melekat dengan baik akan terlihat seperti
gambar di atas sebelah kiri.
Tanda pelekatan sudah baik :
1. Daerah areola yang terlihat di atas mulut bayi lebih luas daripada di bawah mulutnya
2. Mulut bayi terbuka lebar
3. Bibir bayi terputar keluar (dower)
4. Dagu bayi nempel ke payudara
Sebelum pulang ke rumah, akan lebih menenangkan jika kita pastikan cara menyusui kita
sudah dinilai baik oleh konselor menyusui di tempat kita melahirkan. Jangan segan-segan
untuk terus berkonsultasi sampai menyusui dirasakan benar-benar nyaman dan mantap.
Jika proses menyusui betul-betul telah bisa mencukupi kebutuhan bayi, pada hari VI bayi
sudah buang air kecil setidaknya 6 kali setiap 24 jam, dan di usia 2 minggu beratnya sudah
kembali ke berat lahir, lalu di bulan selanjutnya diharapkan berat bayi mengikuti kurva
growth chart WHO atau KMS. Hal-hal inilah yang menjadi TANDA PASTI bahwa ASI yang
diminum bayi sudah mencukupi kebutuhannya.
Akan sangat baik jika sejak baru melahirkan ibu sudah didampingi tenaga kesehatan atau
orang yang sudah terlatih untuk melakukan konseling menyusui. Untuk mendeteksi
bagaimanakah proses menyusui berjalan, ibu juga dapat menggunakan bantuan formulir
skrining menyusui dini.
Penulis: dr. Fitra Sukrita, IBCLC. |Volunteer Gema Indonesia Menyusui | @TipsMenyusui |
Konsultan Menyusui
Sumber :
WHO, Unicef (1993). 40 hours Breastfeeding Counselling : A Training Course. Participants’
Manual. <http://www.unicef.org/nutrition/files/Brochure_how_to_breastfeed.PDF>
Colson, S. D., Meek, J. H., & Hawdon, J. M. (2008). Optimal positions for the release of
primitive neonatal reflexes stimulating breastfeeding. Early Human Development, 84(7), 441-
449. <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18243594>
Office on Women’s Health US Department of Health and Human Services (2010). Learning
to breastfeed. <http://www.womenshealth.gov/breastfeeding/learning-to-breastfeed>
Tags: bagaimana cara menyusui, cara menyusui, cara menyusui yang benar
Share on Facebook Share on Twitter
« previous
#bahasASI: ASI Saya Tidak Cukup
next »
Cara Memancing Refleks Oksitosin untuk Mempermudah Perah ASI
Artikel Terkait
Populer
4 years ago
4 years ago
4 years ago
Cara Memancing Refleks Oksitosin untuk Mempermudah Perah ASI
3 years ago
2 years ago
Follow Us on Twitter
Home
IMD
Menyusui
MP-ASI
Data Statistik
Twit BahasASI
Tanya Jawab ASI
Kulwap
About Us
Buku Menyusui
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui membantu ibu menyusui.
2. Untuk mengetahui memfasilitasi menjadi orangtua.
3. Untuk mengetahui mempersiapkan pasien pulang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menyusui adalah cara terbaik bagi ibu dan bayinya. Jika ibu merasa kebingungan apakah dia
ingin menyusu atau tidak, mintalah dia untuk mencoba menyusu hanya untuk minggu-minggu atau
bulan-bulan pertama. Bahkan sedikit saja waktu untuk menyusu masih lebih baik daripada tidak
sama sekali. Pastikan ibu memahami jika dia menyusui bayinya, maka:
Setelah bayi lahir harus segera dibersihkan dari air ketuban dengan handuk hangat dan
lender dimulut dan kerongkongan dibersihkan bila diperlukan. Bila bayi sudah menangis normal
tidak perlu lagi membersihkan lender di mulut maupun kerongkongan karena akan menimbulkan
iritasi pada selaput lender mulut ataupun menyebabkan infeksi.
Dalam kondisi diibungkus handuk hangat, bayi segera disusukan pada putting susu ibu
sebagai terapi psikologi untuk bayi sehingga bayi mendapatkan kenyamanan kembali dan dengan
isapan bayi ini akan memberi rangsangan pertama terhadap hipofisis posterior yang mengeluarkan
hormone oksitosin untuk memompa ASI keluar. Isapan ini juga merangsang hormone prolaktin agar
tetap tinggi kadarnya dalam peredaran darah ibu dan tetap memproduksi ASI. Secara fisiologis,
hormon prolaktin akan segera turun setelah plasenta lahir. Dari hasil pengamatan dirumah bersalin
Tritunggal selama lima tahun ditemukan 0,5% bayi tidak mendapatkan ASI secara cukup dari ibunya
karena faktor psikologis.
Setelah proses persalinan selesai, bayi dalam kondisi hangat segera disusukan pada ibu yang
sudah dibersihkan. Hindari pada jam tidurnya karena bayi memiliki pola tidur setelah persalinan.
Bayi biasanya tidur pada dua jam pertama setelah persalinan dan akan terbangun setelah bayi
tertidur sampai 6 jam selanjutnya. Bila bayi sudah terlanjur masuk dalam jam tidur, ia tidak akan
mau menyusu ibunya dan mulut bayi akan terkunci. (Purwanti S,2004: 47)
Ibu harus menyusui bergantian diantara dua payudara. Namun, satu buah dada harus
disusukan sampai dianggap habis ASI-nya kemudian ke payudara yang lain. Bila payudara pertama
yang disusui masih ada, hendaknya dikeluarkan dengan memasase payudara kearah puting susu
sampai payudara tidak mengeluarkan ASI lagi. Hal ini akan memperlancar pengeluaran ASI
berikutnya dan pengeluaran berikut akan lebih banyak. Demikian halnya pada payudara kedua. Bila
terdapat sisa sedikit harus segera dikeluarkan lebih dulu, tetapi bila masih banyak biarkan saja dan
untuk menyusui berikutnya dimulai payudara yang mengandung sisa ASI sebelumnya.
Dengan metode ini ASI akan tetap bertahan dan berproduksi. Teknik ini terutama penting
bagi ibu yang bekerja. Pada masa cuti melahirka ibu harus segera mengosongkan payudara setiap
kali sehabis menyusui. Dengan demikian ASI akan keluar lebih banyak. ASI dapat disimpan dalam
suhu ruang sampai 8 jam dan didalam lemari pendingin selama 2 kali 24 jam, bahkan dalam freezer
dapat bertahan sampai 6 bulan.
Penyimpanan ASI oleh ibu memungkinkan pemberian ASI selama ibu pergi bekerja atau
bepergian.
Selama ibu bekerja, upayakan ada waktu tertentu untuk mengeluarkan ASI di kantor secara
teratur (minimal 2 jam sekali ASI dikeluarkan) dan ASI dapat ditampung dengan botol yang bersih
yang kemudian dapat diberikan kepada bayinya ketika pulang ke rumah. Dengan upaya seperti ini
banyak manfaat yang diperoleh ibu, bayi, dan keluarga yang lain. Keuntungan bagi bayi, mereka akan
terhindar dari alergi ASI keuntungan lain adalah pertumbuhan bayi dapat optimal, mempererat
hubungan anak-ibu. Keuntungan bagi ibu adalah mempercepat proses involusio uteri, memperkecil
risiko terkena kanker payudara, dan ibu akan mempunyai nafsu makan yang stabil. Keuntungan bagi
keluarga adalah penghemat bagi aspek ekonomi karena mereka tidak perlu membeli susu buatan.
Menyusu memungkinkan rahang bayi yang masih dalam proses perkembangan terbentuk
menjadi lebih baik. Proses pembentukan ini dipengaruhi oleh kalsium ASI yang cukup dan sesuai
kebutuhan sehingga dapat langsung dimetabolisme oleh sistem pencernaan bayi untuk
pembentukan sel tulang rahang dan tulang lainnya. Pada proses pembentukan rahang, ASI member
peran khusus secara tidak langsung, yaitu pada saat aktif menghisap, bayi telah melakukan gerakan
mulut yang teratur dan kontinu. Proses ini membantu proses pemadatan sel-sel tulang rahang.
Berbeda dengan bayi yang menyusu botol, bayi sering bersifat pasif dalam menghisap karena
bergantung pada tetesan susu botol yang dapat keluar tanpa harus diisap.
Tekanan kedua payudara ketika bersentuhan dengan pipi bayi seolah merupakan kompresor
yang menekan rahang kea rah dalam mulut bayi. Berbeda dengan dot yang lebih keras dari puting
susu dan areola mamae sehingga dot ini tidak bisa dilipat oleh lidah dan rahang bayi. Upaya bayi
untuk mengatasi hal ini adalah dengan memasukan seluruh panjang dot ke dalam mulut agar bayi
dapat menekan dot untuk mendapatkan tetesan susu. Upaya bayi ini berarti memaksa mulut bayi
tertarik ke depan. Kondisi ini terus terjadi baik bayi dalam keadaan mengisap maupun menunggu
tetesan susu. Aktivitas seperti ini menyebabkan bentuk rahang berubah menjadi lebih maju. Total
lamanya menyusu yang tepat per hari kurang lebih 6 jam. Oleh karena itu, Selama 6 jam dalam satu
hari, rahang diproses oleh payudara dan upaya isapan bayi. Keadaan ini menyebabkan rahang bayi
terbentuk lebih baik (ke dalam) sehingga bentuk rahang bayi dengan ASI rata-rata menjadi lebih
cantik atau tampan.
Pemecahannya karena bila produksi ASI mengalami penekanan, produksinya akan segera berhenti
dan sulit untuk dirangsang kembali.
9. Setelah bayi selesai menyusu, sebaiknya putting susu dan sekitarnya dibasahi oleh ASI dan biarkan
kering sendiri untuk menjaga kelembaban.
10. Setelah menyusui, bila bayi tidak tidur, sendawakan bayi dengan meletakkan bayi telungkup
kemudian punggungnya ditepuk-tepuk secara perlahan atau bayi ditidurkan telungkup dipangkuan
dan tepuk punggung bayi.
ASI ada dalam lambung bayi hingga habis diserap berlangsung dalam 2 jam. Oleh karena itu,
upayakan bayi untuk menyusu lagi setelah 2 jam kemudian. Bayi yang sehat akan menyusu dan
mengosongkan payudara selama 5-7 menit. Komposisi ASI yang tidak terlalu pekat menyebabkan
bayi akan segera merasa lapar dan segera menyusu. Keadaan ini amat menguntungkan karena
dengan sering diisap, produksi ASI akan tetep dipertahankan. Menyusu pada malam hari memacu
produksi ASI menjadi lebih banyak. Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa menyusui pada
malam hari akan menghambat terjadinya ovulasi.
Gambar: Cara Menyendawakan Bayi Setelah Menyusu
( Purwanti S, 2004:52-62)
Ibu perlu memperoleh petunjuk bagaimana mempertemukan mulut bayi dengan puting susu
agar bayi membuka mulut dan mencari lokasi puting susu.
Ibu kemudian menahan payudara dengan puting susu di antara jari telunjuk dan jari
tengahnya sehingga puting susu menonjol dan bayi dapat menempatkan gusinya pada areola
mamae dan bukan pada puting susu. Cara ini memungkinkan bayi bernapas saat menyusu.
Pada gambar di atas terlihat bagaimana cara ibu melepaskan puting dari mulut bayi tanpa
menimbulkan rasa sakit. Cara melepaskan dari isapan tersebut adalah dengan meletakkan jari
kelingking ke sudut mulut bayi untuk menghentikan isapan sebelum melepaskan mulut bayi dari
puting susu.
Sebagian kecil bayi membutuhkan tambahan cairan selain ASI pada empat hari pertama, bila
bayi terlihat mengalami dehidrasi, dapat diberikan air dengan sendok setelah pemberian ASI.
Pemberian dengan botol susu harus dihindarkan karena proses pembelajaran bayi untuk menyusu
akan terhenti. (Kumalasari I, 2015:198-199)
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang terggolong biasa dilakukan
adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring.
Gambar: Macam-Macam Posisi Menyusui
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu, seperti ibu pascaoperasi caesar.
Bayi diletakkan di samping kepala ibu dengan posisi kaki di atas. Menyusui bayi kembar dilakukan
dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, yaitu di payudara kiri dan kanan. Pada
ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapakan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit meanahan
kepala bayi, sehingga dengan posisi ini bayi tidak tersedak.
Gambar: Posisi menyusui balita pada Gambar: Posisi menyusu bayi baru lahir
Gambar: Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar Gambar: Posisi menyusui bayi kembar
Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar puting,
kemudian duduk dan berbaring dengan santai.
Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi menyanggah seluruh tubuh bayi, jangan
hanya leher dan bahunya saja. Kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga
hidung bayi berhadapan dengan puting susu. Dekatkan tubuh bayi ke tubuh ibu, menyentuh bibir
bayi ke puting susunya, dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa, sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah
puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu,
mulut bayi terbuka lebar, dan bibir bawah bayi membuka lebar.
Gambar: Cara merangsang mulut bayi Gambar: Teknik menyusui yang benar
(Saleha S, 2009:34-36)
Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai
berikut.
Klauss dan Kennel menggunakan batasan attachment dan bounding. Kontak ibu dan bayi
segera setelah lahir penting. Kontak (fisik dan psikologis) antara ibu dan bayi yang merupakan modal
awal untuk terbinanya hubungan kasih sayang antara orang tua/ibu dan anak. Attachment adalah
proses penggabungan berdasarkan data dan penerimaan yang tutus dan orang tua terhadap
anaknya dan memberi dukungan asuhan dalam perawatannya. Bounding adalah masa sensitif pada
menit pertama dan beberapa jam setelah kelahiran ketika kontak ibu dan ayah ini menentukan
tumbuh kernbang anak menjadi optimal.
Walker (1992) mengidentifikasi dua kunci komponen definisi sentuhan, yaitu kasih sayang
yang mengikat dan kekhususan dan sesuatu yang abadi dan keterkaitan. Untuk memulai sentuhan:
1. Menjauh dan anak, tidak memedulikan kehadirannya, menghindar, menolak untuk menyentuh anak
2. Tidak menernpatkan anak sebagai anggota keluarga, tidak memberi nama.
3. Mengganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukainya
4. Tidak menggenggam jarinya
5. Terburu-buru dalam menyusui menunjukkan kekecewaan pada anak, tidak berusaha untuk
memenuhi kebutuhannya
1. Menyentuh, yang dapat terjadi pada waktu menyusui, memeluk, membuai,
2. Kontak mata, yang dilakukan terus – the nerus face to face (wajah ibu dan
bayi sejajar 20 cm).
3. Suara. Bentuk respons bayi terhadap suara yang didengarnya.
4. Bau. Ciri khas bau bayi dan ibunya.
5. Penyerapan. Umpan-balik yang positif antara orang tua dan bayi untuk komunikasi.
6. Bioritmik
7. Timbal-balik dan sinkronisasi. (Bahiyatun, 2009:137)
Tanggung jawab dan tugas orang tua pada anak meliputi menjadi rekan anak, merawat anak,
dan memberi pertahanan. Walaupun orang tua tanggung jawab dan tugasnya dalam menjaga ibu
pada anak meliputi juga harus memiliki pertahanan diri terhadap stress.
Ayah mengalami proses tiga tahapan dalam menyesuaikan diri dengan kelahiran anak, yang
meliputi Tahap I (harapan), Tahap II (kenyataan), dan Tahap III (peralihan menjadi kepala keluarga).
Hubungan ayah bayi merupakan ungkapan yang digunakan untuk penyerapan, kesenangan, dan
ketertarikan
ayah terhadap bayinya (keterikatan). Hubungan ayah bayi yang baik meliputi memberi rangsangan
dengan sentuhan dan kontak mata, berkomunikasi, dan mencari ciri-ciri yang sama dengan dirinya.
Sikap ini menegaskan bahwa bayi itu adalah bayinya.
Secara garis besar anticipatory suidance meliputi hubungan antara ibu dan bayi serta hubungan ibu
dengan orang lain. Bagian ini membahas tentang garis besar dari topik yang terdiri dari instruksi dan
bimbingan (Bahiyatun, 2009:138)
dalam mengantisipasi periode postpartum dan memberi asuhan sepanjang aural postpartum.
Asuhan yang diberikan tidak dapat disamaratakan untuk semua wanita/ibu karena kebutuhan ibu
pada masa postpartum berbeda. Ini berada bahwa masing-masing ibu/wanita harus memberi tahu
bidan mengenai apa yang dibutuhkan agar dapat diberikan asuhan atau instruksi pada saat ibu
merasakan suatu kebutuhan.
1. Mengajari ibu tanda-tanda bahaya .Ajarkan ibu jika melihat hal-hal berikut atau perhatian bila ada
sesuatu yang tidak beres, sehingga perlu menemui seorang bidan dengan segera.
a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika
perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut dalam waktu setengah jam)
b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras
c. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung
d. Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan
e. Pembengkakan pada wajah dan tangan
f. Demam, muntah, rasa sakit saat berkemih atau merasa fidak enak badan
g. Payudara merah, panas, dan/atau salt
h. Kehilangan sclera makan untuk waktu yang lama
i. Rasa sakit, warn merah, nyeri tekan, dan/atau pembengkakan pada kaki
j. Merasa sedih atau merasa tidak mampu mengurus diri sendiri dan bayinya
k. Merasa sangat letih atau napas terengah-engah
2. Mengajari ibu proses fisiologis masa pascabersalin dan perilaku yang baik pada kondisi tersebut.
a. Pengeluaran Lokia. Setelah bersalin, rahim berusaha memulihkan keadaannya senthri dengan cara
membersihkan lapisan bagian luar, dan mcmbangun kembali lapisan baru dari dalam. Ketika is
menguras lapisan lama, kotoran tersebut akan keluar melalui vagina seperti saat datang bulan.
Warna dan konsistensinya akan berubah sriring waktu. Jelaskan tentang jumlah dan konsistensi yang
normal dari lokia. Sangat penting menjaga kebersihan, mengganti pembalut secara teratur, dan
menjaga vagina tetap kering dan bersih.
b. Nyeri setelah kelahiran pada fundus. Mulas terjadi karena rahim berkontraksi agar ia dapat kembali
ke keadaan sebelum hamil. Selain itu, dipengaruhi oleh pemberian obat-obatan dan proses
menyusui. Ada beberapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi rasa nyeri, antara lain:
1) Cegah agar kandung.kemih tidak penuh (Bahiyatun, 2009:139-140)
2) Berbaring telungkup dengan sebuah bantal di bawah perut
3) Mandi, duduk, berjalan-jalan, atau mengubah posisi
4) Minum parasetamol kira-kira satu jam sebelurn menyusui
5) Pastikan ibu mengerti bahwa kontraksi ini sangat penting untuk mengendalikan perdarahan
c. Perineum. vagina dan vulva akan sedikit memerah bengkak, lecet, dan nyeri, mungkin juga terluka.
Selain itu, terasa lebih lembut.
Biasanya akan hilang setelah 1-2 minggu. Tindakan untuk mengurangi rasa nyeri:
1) Kompres es
2) Rendam duduk
3) Latihan Kegel
d. Hemoroid. Sangat wajar terjadi hemoroid karena tekanan kepala dan upaya meneran. Ada beberapa
hal untuk mengurangi rasa nyeri ini, yaitu:
1) Rendam duduk
2) Hindari duduk terlalu lama
3) Banyak minum dan makan makanan berserat
4) Bidan dapat rnenggunakan salep Nupercainal
e. Diuresis/diaforesis. Saat hamil, tubuh menyimpan cairan yang banyak. Setelah lahir, tubuh
membuangnya lewat urine dan keringat. Hal ini terjadi pada minggu pertama pasca bersalin.
Anjurkan ibu untuk tidak menghambat proses ini. Tetaplah minum air putih yang banyak, hindari
menahan berkemih, kenakan pakaian yang menyerap keringat, dan lain-lain.
3.1 KESIMPULAN
Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung
kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun ada
kalanya seorang ibu mengalami masalah pemberian ASI.
Selain memberi ASI orang tua juga harus bertanggung jawab karena tugas orang tua pada
anak meliputi menjadi rekan anak, merawat anak, dan memberi pertahanan. Penjelasan tentang
tanda-tanda bahaya dan proses fisiologis masa pascabersalin juga sangat penting bagi ibu. Dalam hal
ini bidan sangat berperan besar terhadap kesehatan ibu dan bayi, oleh karena itu bidan harus
mampu memberikan asuhan yang baik dan berkualitas untuk ibu dan bayinya.
3.2 SARAN
Diharapkan sebagai tenaga kesehatan mampu memberikan pelayanan yang terampil dan
profesional untuk memberikan asuhan yang baik dan berkualitas pada ibu. Dan mampu memberi
dukungan kepada ibu nifas sehingga masa nifasnya dapat berjalan dengan lancar.
Posting Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
CALENDER
Loading...
jam
website view counter
Mengenai Saya
febrryana ic
Arsip Blog
▼ 2016 (3)
o ▼ Desember (3)
TALI PUSAT, PLASENTA, SIRKULASI JANIN
PERKEMBANGAN ANAK
membantu ibu untuk mnyusui, memfasilitasi menjadi ...
► 2014 (3)