Anda di halaman 1dari 31

Home›Menyusui›Artikel

Bagaimanakah Cara Menyusui yang


“Benar”?
By admin5 June 2014 2:46 am 5,872 views
Share on Facebook Share on Twitter

Cara Menyusui: Posisi Cross Cradle

Menyusui itu gampang.  Tapi sebagian ibu menemukan bahwa menyusui tak semudah
kelihatannya. Sebagian ibu merasa bayinya menyusu kuat tapi tampak masih lapar, sebagian
lagi merasa kesakitan setiap menyusui, dan sebagian bayi tampak tidak suka dan menolak
saat akan disusui. Banyak ibu menghadapi berbagai kendala dan tantangan dalam menyusui
sehingga timbullah pertanyaan : Bagaimana sih cara menyusui yang benar?
Jika dilihat dari tujuan dan dari prosesnya, sederhananya kita dapat mengharapkan kegiatan
menyusui berjalan seperti ini :
–    Bayi mendapatkan asupan yang dibutuhkan, pertumbuhannya sesuai harapan, perilakunya
menunjukkan ia puas dengan menyusu. Tentu saja, tujuan utama kita menyusui adalah untuk
memberi makan bayi, bukan?
–    Ibu terhindar dari rasa tidak nyaman saat menyusui (perih, lecet, bengkak). Jika
mengikuti lamanya waktu menyusui yang disarankan WHO, yaitu sejak baru dilahirkan
hingga setidaknya anak berusia 2 tahun, tentunya ibu perlu merasa nyaman saat menyusui
sejak hari pertama.

Nah, setiap ibu dan bayi dapat menggunakan beragam cara menyusui yang nyaman untuk
keduanya, yang tentunya akan berbeda-beda untuk tiap ibu dan bayi. Tidak ada cara yang
paling tepat atau benar. Tapi pada umumnya untuk mencapai hal tersebut ada satu poin utama
: agar ASI dapat keluar dengan lancar dari payudara ibu, penelitian menunjukkan bahwa lidah
bayi perlu menjangkau banyak bagian dari payudara, tak hanya puting tapi juga areola.

cara
menyusui

Di gambar pertama kita dapat melihat, seluruh saluran yang menyambungkan kelenjar ASI
dengan puting ada di dalam mulut bayi. Dalam kondisi seperti ini ASI akan mudah keluar.
Sementara di gambar kedua, saluran-saluran tersebut ada di luar mulut bayi, hal ini
menyebabkan bayi lebih sulit mengeluarkan ASI.

Pelekatan yang baik tersebut dapat kita dapatkan dengan beragam cara. Setiap pasangan ibu
dan bayi dapat mencoba berbagai gaya untuk mendapatkan posisi yang paling nyaman, di
antara gaya dan posisi tersebut adalah :

BIOLOGICAL NURTURING (laid back breastfeeding position)


Biologi
cal Nurturing, sumber gambar: www.llli.org

Untuk menghasilkan pelekatan yang baik, di masa lalu biasanya para ibu diajari cara-cara
gaya menggendong dan memposisikan bayi dalam keadaan duduk tegak. Tapi sebuah
penelitian yang dilakukan Suzanne Colson dan kawan-kawan pada tahun 2008 menawarkan
alternatif yang jauh lebih mudah.

Dari penelitian tersebut ditemukan, para ibu yang baru saja melahirkan akan lebih nyaman
dan lebih bertahan lama menyusui saat mereka melakukan menyusui dalam posisi laid-
back/semi-reclining atau rebahan. Caranya: ibu mengambil posisi rebahan sambil bersandar,
dengan sudut kemiringan antara  15°-64° kemudian bayi diletakkan di atas dada, dan
dibiarkan melekat dengan sendirinya. Pada cara ini, ibu tidak banyak mengintervensi posisi
bayi, kedua tangan ibu bebas, memegang bayi sekedar untuk menjaganya agar tidak
terguling. (catatan: Ingat bahwa ibu rebahan bersandar, bukan telentang 180 derajat)

Dalam posisi duduk tegak seperti biasa kita diajari, refleks-refleks bayi baru lahir biasanya
menyulitkan kita untuk memosisikan bayi – contohnya: refleks “mengayuh sepeda” tangan
mendorong-dorong, kaki menendang-nendang, gerakan kepala depan-belakang seperti
“mematuk-matuk”. Dalam Biological Nurturing  gerakan-gerakan refleks tersebut justru akan
membantu bayi untuk bergerak mencapai payudara. Dalam posisi ini juga gravitasi yang
biasanya menghambat bayi mencapai payudara karena berat kepalanya, malah akan
membantu bayi untuk memasukkan areola jauh ke dalam mulutnya.

Yang lebih membuat nyaman lagi, dalam posisi laid-back ini juga para ibu merasa lebih
badan lebih rileks, ketegangan di kepala, leher, pundak dan punggung sangat jauh berbeda
dibanding duduk tegak. Luka jahitan pun – baik luka episiotomi ataupun luka operasi caesar
– dirasakan lebih minimal dibandingkan duduk tegak. Ibu juga tidak perlu terlalu
berkonsentrasi untuk memikirkan posisi dan pelekatan yang benar. Hal ini sangat mendukung
proses lepasnya hormon oksitosin karena ibu lebih rileks dan tenang.

Tentunya kita tetap boleh memilih posisi menyusui dengan duduk tegak, atau posisi tidur
menyamping. Kita dapat mencoba bermacam-macam cara untuk mencari posisi yang betul-
betul nyaman bagi ibu dan bayi.
Untuk posisi selain Biological Nurturing ada beberapa poin penting dalam memosisikan bayi
yang perlu kita ingat, yaitu :

1.    Kepala dan badan bayi harus satu garis lurus


Sama seperti halnya kita orang dewasa, bayi akan lebih nyaman saat menyusu dan menelan,
jika kepalanya tidak menoleh. Jika lehernya harus menoleh untuk mencapai payudara, bayi
mungkin akan pegal dan terlalu cepat melepas payudara dari mulutnya.
2.    Tubuh bayi didekap dekat dengan tubuh ibu
Kalau badan bayi terlalu jauh dari payudara, bayi cenderung hanya bisa “menangkap” puting
saja.
3.    Ibu menopang seluruh tubuh bayi – bukan hanya kepala dan bahu
4.    Bawa bayi menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting

Dengan catatan 4 poin di atas, kita bisa memilih posisi-posisi ini :

CRADLE HOLD, ibu duduk tegak, kepala bayi disangga oleh tangan yang satu sisi dengan
payudara yang disusukan. Posisi ini paling umum digunakan, termasuk di masyarakat kita,
tapi bukan berarti semua orang pasti nyaman dengan posisi ini. Pada cradle hold kita
biasanya agak sulit mengatur kepala bayi dan mengarahkannya ke payudara ibu.

Posisi
Menyusui – crade hold

CROSS-CRADLE HOLD, kepala bayi disangga oleh tangan yang berlawanan arah terhadap
payudara yang disusukan. Posisi ini bisa digunakan untuk bayi kecil atau sakit.
Cara
Menyusui: Posisi Cross Cradle

FOOTBALL HOLD/POSISI BAWAH LENGAN, posisi bayi ada di bawah lengan ibu yang
satu sisi dengan payudara. Jika bayi agak sulit melekat, posisi ini juga bisa dicoba. Juga
cocok digunakan saat menyusui bayi kembar atau jika saluran ASI tersumbat.

Cara
Menyusui: Posisi dibawah lengan

SIDE-LYING POSITION/TIDUR MENYAMPING. Posisi ini bisa digunakan saat ibu


ingin menyusui sambil istirahat, atau setelah operasi caesar.
Cara
Menyusui: Posisi Berbaring Menyamping

Untuk ibu yang memiliki anak kembar, bisa menyusui dua anak sekaligus dengan posisi
double football atau double cradle, atau kombinasi keduanya. Saat menyusui bayi kembar,
pada awalnya mungkin Bunda perlu bantuan anggota keluarga lain, dan perlu menyiapkan
bantal-bantal untuk memudahkan.

Sumber
gambar : Unicef’s Brochure “How to Breastfeed”

CARA MEMASUKKAN PAYUDARA KE MULUT BAYI

Untuk memasukkan payudara ke mulut bayi, biasanya akan lebih mudah jika kita menunggu
sampai mulut bayi benar-benar terbuka lebar dan mendahulukan majunya dagu dan bibir
bawah untuk menempel pada payudara.
Sumber gambar : Womenshealth.gov

TANDA BAYI SUDAH MELEKAT DENGAN BAIK

Sumber
gambar: WHO, Unicef. 40 hours Breastfeeding Counselling: A Training Course

Ayah dapat membantu untuk mengecek apakah bayi kemungkinan sudah melekat dengan
baik atau belum. Dari luar, umumnya bayi yang melekat dengan baik akan terlihat seperti
gambar di atas sebelah kiri.
Tanda pelekatan sudah baik :

1. Daerah areola yang terlihat di atas mulut bayi lebih luas daripada di bawah mulutnya
2. Mulut bayi terbuka lebar
3. Bibir bayi terputar keluar (dower)
4. Dagu bayi nempel ke payudara

Pelekatan yang baik biasanya terlihat asimetris atau ”asymmetrical latch”.


Jika bayi sudah melekat dengan baik, kita bisa melihat ada gerakan menelan, bahkan bisa
mendengar bunyi tegukan. Kita juga dapat merasakan payudara yang tadinya terisi jadi
“kosong”. Bayi rileks, melepas payudara sendiri, mungkin tertidur.

Sebelum pulang ke rumah, akan lebih menenangkan jika kita pastikan cara menyusui kita
sudah dinilai baik oleh konselor menyusui di tempat kita melahirkan. Jangan segan-segan
untuk terus berkonsultasi sampai menyusui dirasakan benar-benar nyaman dan mantap.

Jika proses menyusui betul-betul telah bisa mencukupi kebutuhan bayi, pada hari VI bayi
sudah buang air kecil setidaknya 6 kali setiap 24 jam, dan di usia 2 minggu beratnya sudah
kembali ke berat lahir, lalu di bulan selanjutnya diharapkan berat bayi mengikuti kurva
growth chart WHO atau KMS. Hal-hal inilah yang menjadi TANDA PASTI bahwa ASI yang
diminum bayi sudah mencukupi kebutuhannya.

Akan sangat baik jika sejak baru melahirkan ibu sudah didampingi tenaga kesehatan atau
orang yang sudah terlatih untuk melakukan konseling menyusui. Untuk mendeteksi
bagaimanakah proses menyusui berjalan, ibu juga dapat menggunakan bantuan formulir
skrining menyusui dini.

Nah, bagaimana, menyusui itu mudah kan? 🙂

Penulis: dr. Fitra Sukrita, IBCLC. |Volunteer Gema Indonesia Menyusui | @TipsMenyusui |
Konsultan Menyusui

Sumber :
WHO, Unicef (1993). 40 hours Breastfeeding Counselling : A Training Course. Participants’
Manual. <http://www.unicef.org/nutrition/files/Brochure_how_to_breastfeed.PDF>

Colson, S. D., Meek, J. H., & Hawdon, J. M. (2008). Optimal positions for the release of
primitive neonatal reflexes stimulating breastfeeding. Early Human Development, 84(7), 441-
449. <http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18243594>

Office on Women’s Health US Department of Health and Human Services (2010). Learning
to breastfeed. <http://www.womenshealth.gov/breastfeeding/learning-to-breastfeed>

La Leche League International (2010). Laid-back Breastfeeding. The Womanly Art of


Breastfeeding, Chapter 20.
<http://www.llli.org/docs/0000000000000001WAB/WAB_Tear_sheet_Toolkit/01_laid_back
_breastfeeding.pdf>

Tags: bagaimana cara menyusui, cara menyusui, cara menyusui yang benar
Share on Facebook Share on Twitter
« previous
#bahasASI: ASI Saya Tidak Cukup
next »
Cara Memancing Refleks Oksitosin untuk Mempermudah Perah ASI
Artikel Terkait

Infografis : Menyusui dan Bekerja

Cara Memancing Refleks Oksitosin untuk Mempermudah Perah ASI

Mengenali Proses Menyusui Kita di Hari-hari Pertama

Tips Sukses Menyusui : Rencanakan Bertahap

Agar ASI Cepat “Keluar”


Untuk Apa Memerah ASI?

Populer

Agar ASI Cepat “Keluar”

4 years ago

Memerah ASI, Menyimpan dan Menggunakan ASI Perah

4 years ago

Cara Mengatasi Payudara Bengkak

4 years ago


Cara Memancing Refleks Oksitosin untuk Mempermudah Perah ASI

3 years ago

Undang-undang dan Peraturan tentang Menyusui dan Bekerja

2 years ago

Follow Us on Twitter
 Home
 IMD
 Menyusui
 MP-ASI
 Data Statistik
 Twit BahasASI
 Tanya Jawab ASI
 Kulwap
 About Us
 Buku Menyusui

Gema Indonesia Menyusui | GIM


SEMOGA BERMANFAAT
Minggu, 18 Desember 2016
membantu ibu untuk mnyusui, memfasilitasi menjadi orang tua,mempersiapkan pasien
pulang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih 6 minggu. (Saleha S, 2009:4)
Setiap ibu menghasilkan air susu yang kita sebut ASI sebagai makanan alami yang
disediakan untuk bayi. Pemberian ASI ekslusif serta proses menyusu yang benar merupakan sarana
yang dapat diandalkan untuk membangun SDM yang berkualitas. Seperti kita ketahui, ASI adalah
makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam
bulan pertama. Selain itu, dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan
perkembangan jasmani, emosi maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya. (Saleha S, 2009:28)
Persiapan pemberian ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan, payudara semakin
padat karena retensi air, lemak, serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan
tegang dan sakit. Segerra setelah terjadi kehamilan, maka koerpus luteum berkembang terus dan
mengeluarkan esterogen dan progesteron untuk mempersiapkan payudara agar pada waktunya
dapat memberi ASI. (Saleha S, 2009:90)
`
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana membantu ibu menyusui?
2.      Bagaimana memfasilitasi menjadi orangtua?
3.      Bagaimana mempersiapkan pasien pulang?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui membantu ibu menyusui.
2.      Untuk mengetahui memfasilitasi menjadi orangtua.
3.      Untuk mengetahui mempersiapkan pasien pulang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MEMBANTU IBU UNTUK MENYUSUI

Menyusui adalah cara terbaik bagi ibu dan bayinya. Jika ibu merasa kebingungan apakah dia
ingin menyusu atau tidak, mintalah dia untuk mencoba menyusu hanya untuk minggu-minggu atau
bulan-bulan pertama. Bahkan sedikit saja waktu untuk menyusu masih lebih baik daripada tidak
sama sekali. Pastikan ibu memahami jika dia menyusui bayinya, maka:

1.     Rahimnya akan lebih cepat pulih ke ukuran semula.


2.     Bayinya lebih tahan dari serangan diare atau penyakit lainnya.
3.     Ibu bisa hemat pengeluaran uang karena susu formula jelas lebih
mahal. (Saleha S, 2009:90)

Berikut hal-hal yang harus diketahui oleh ibu:

1)   Waktu Menyusui Bayi


1.    Menyusui bayi tidak perlu dijadwal. Bila bayi membutukan atau menangis ibu harus segera
memberikan ASI.
2.    Bila bayi puas menyusu, bayi akan tidur pulas.
3.    Ketika bayi tertidur dalam keadaan masih menyusu, untuk melepaskan puting dari mulut bayi ibu
dapat memasukkan jari tangan secara perlahan kedalam mulut bayi menyusuri puting susu. Dengan
demikian, bayi masih dapat merasa ada sesuatu yang diisap. Kemudian dengan perlahan lepaskan
puting susu dari mulut bayi, hal ini untuk menghindari puting susu lecet akibat gesekan yang kuat
dan bayi tidak terkejut. (Purwanti S,2004: 51)
2)   Cara menyusui yang benar

Setelah bayi lahir harus segera dibersihkan dari air ketuban dengan handuk hangat dan
lender dimulut dan kerongkongan dibersihkan bila diperlukan. Bila bayi sudah menangis normal
tidak perlu lagi membersihkan lender di mulut maupun kerongkongan karena akan menimbulkan
iritasi pada selaput lender mulut ataupun menyebabkan infeksi.

Dalam kondisi diibungkus handuk hangat, bayi segera disusukan pada putting susu ibu
sebagai terapi psikologi untuk bayi sehingga bayi mendapatkan kenyamanan kembali dan dengan
isapan bayi ini akan memberi rangsangan pertama terhadap hipofisis posterior yang mengeluarkan
hormone oksitosin untuk memompa ASI keluar. Isapan ini juga merangsang hormone prolaktin agar
tetap tinggi kadarnya dalam peredaran darah ibu dan tetap memproduksi ASI. Secara fisiologis,
hormon prolaktin akan segera turun setelah plasenta lahir. Dari hasil pengamatan dirumah bersalin
Tritunggal selama lima tahun ditemukan 0,5% bayi tidak mendapatkan ASI secara cukup dari ibunya
karena faktor psikologis.

Setelah proses persalinan selesai, bayi dalam kondisi hangat segera disusukan pada ibu yang
sudah dibersihkan. Hindari pada jam tidurnya karena bayi memiliki pola tidur setelah persalinan.
Bayi biasanya tidur pada dua jam pertama setelah persalinan dan akan terbangun setelah bayi
tertidur sampai 6 jam selanjutnya. Bila bayi sudah terlanjur masuk dalam jam tidur, ia tidak akan
mau menyusu ibunya dan mulut bayi akan terkunci. (Purwanti S,2004: 47)

Ibu harus menyusui bergantian diantara dua payudara. Namun, satu buah dada harus
disusukan sampai dianggap habis ASI-nya kemudian ke payudara yang lain. Bila payudara pertama
yang disusui masih ada, hendaknya dikeluarkan dengan memasase payudara kearah puting susu
sampai payudara tidak mengeluarkan ASI lagi. Hal ini akan memperlancar pengeluaran ASI
berikutnya dan pengeluaran berikut akan lebih banyak. Demikian halnya pada payudara kedua. Bila
terdapat sisa sedikit harus segera dikeluarkan lebih dulu, tetapi bila masih banyak biarkan saja dan
untuk menyusui berikutnya dimulai payudara yang mengandung sisa ASI sebelumnya.

Dengan metode ini ASI akan tetap bertahan dan berproduksi. Teknik ini terutama penting
bagi ibu yang bekerja. Pada masa cuti melahirka ibu harus segera mengosongkan payudara setiap
kali sehabis menyusui. Dengan demikian ASI akan keluar lebih banyak. ASI dapat disimpan dalam
suhu ruang sampai 8 jam dan didalam lemari pendingin selama 2 kali 24 jam, bahkan dalam freezer
dapat bertahan sampai 6 bulan.

Penyimpanan ASI oleh ibu memungkinkan pemberian ASI selama ibu pergi bekerja atau
bepergian.

Gambar. Cara masase payudara selama menyusui


Cara pemberiannya dengan menghangatkan ASI dalam botol atu wadah yang direndamkan
kedalam air hangat (suhu kurang lebih 50°C). Hindari menggunakan air panas atau merebus agar
berbagai jenis nutrisi, sel-sel hidup, maupun faktor-faktor yang ada di ASI tidak rusak.

Selama ibu bekerja, upayakan ada waktu tertentu untuk mengeluarkan ASI di kantor secara
teratur (minimal 2 jam sekali ASI dikeluarkan) dan ASI dapat ditampung dengan botol yang bersih
yang kemudian dapat diberikan kepada bayinya ketika pulang ke rumah. Dengan upaya seperti ini
banyak manfaat yang diperoleh ibu, bayi, dan keluarga yang lain. Keuntungan bagi bayi, mereka akan
terhindar dari alergi ASI keuntungan lain adalah pertumbuhan bayi dapat optimal, mempererat
hubungan anak-ibu. Keuntungan bagi ibu adalah mempercepat proses involusio uteri, memperkecil
risiko terkena kanker payudara, dan ibu akan mempunyai nafsu makan yang stabil. Keuntungan bagi
keluarga adalah penghemat bagi aspek ekonomi karena mereka tidak perlu membeli susu buatan.

Menyusu memungkinkan rahang bayi yang masih dalam proses perkembangan terbentuk
menjadi lebih baik. Proses pembentukan ini dipengaruhi oleh kalsium ASI yang cukup dan sesuai
kebutuhan sehingga dapat langsung dimetabolisme oleh sistem pencernaan bayi untuk
pembentukan sel tulang rahang dan tulang lainnya. Pada proses pembentukan rahang, ASI member
peran khusus secara tidak langsung, yaitu pada saat aktif menghisap, bayi telah melakukan gerakan
mulut yang teratur dan kontinu. Proses ini membantu proses pemadatan sel-sel tulang rahang.
Berbeda dengan bayi yang menyusu botol, bayi sering bersifat pasif dalam menghisap karena
bergantung pada tetesan susu botol yang dapat keluar tanpa harus diisap.

Tekanan kedua payudara ketika bersentuhan dengan pipi bayi seolah merupakan kompresor
yang menekan rahang kea rah dalam mulut bayi. Berbeda dengan dot yang lebih keras dari puting
susu dan areola mamae sehingga dot ini tidak bisa dilipat oleh lidah dan rahang bayi. Upaya bayi
untuk mengatasi hal ini adalah dengan memasukan seluruh panjang dot ke dalam mulut agar bayi
dapat menekan dot untuk mendapatkan tetesan susu. Upaya bayi ini berarti memaksa mulut bayi
tertarik ke depan. Kondisi ini terus terjadi baik bayi dalam keadaan mengisap maupun menunggu
tetesan susu. Aktivitas seperti ini menyebabkan bentuk rahang berubah menjadi lebih maju. Total
lamanya menyusu yang tepat per hari kurang lebih 6 jam. Oleh karena itu, Selama 6 jam dalam satu
hari, rahang diproses oleh payudara dan upaya isapan bayi. Keadaan ini menyebabkan rahang bayi
terbentuk lebih baik (ke dalam) sehingga bentuk rahang bayi dengan ASI rata-rata menjadi lebih
cantik atau tampan.

3)   Urutan Tindakan Menyusui


1.    Pilih posisi yang paling nyaman untuk menyusui. Siapkan peralatan, seperti kapas, air hangat,
handuk kecil yang bersih atau tisu, bantal untuk penopang bayi, selimut kecil, dan penopang kaki
ibu. Siapkan semua sesuai dengan kebutuhan.
2.    Baringkan bayi di atas bantal dengan baik sehingga posisi bayi saling berhadapan dengan ibu. Perut
ibu berhadapan dan bersentuhan dengan perut bayi. Perhatikan kepala agar tidak terjadi
pemuntiran leher dan punggung bayi harus lurus (tidak membungkuk).
3.    Mula-mula masase payudara dan keluarkan sedikit ASI untuk membasahi puting susu, tujuannya
menjaga kelembaban puting. Kemudian oleskan puting susu ibu ke bibir bayi untuk merangsang
refleks bayi.
Gambar. Masase payudara sebelum menyusui.
4.    Topang payudara dengan tangan kiri atau tangan kanan dan empat jari menahan bagian bawah
areola mamae sampai bayi membuka mulutnya.
5.    Setelah bayi siap menyusu masukkan putting susu sampai daerah areola mamae masuk ke mulut
bayi. pastikan bayi mengisap dengan benar dan biarkan bayi bersandar kearah ibu. jaga agar posisi
kepala tidak menggantung, karena kondisi ini akan menyebabkan bayi sulit menyusu dengan benar.
Saat mengisap akan sering terlepas karena tidak ada ketahanan pada kepala. mulut bayi tidak
tertekan pada buah dada ibu.
6.    Pertahankan posisi bayi yang tepat dan nyaman sehingga memungkinkan bayi dapat mengisap
dengan benar. ASI keluar dengan lancar dan putting susu ibu tidak lecet. bila posisi tidak benar dan
putting susu lecet akan menjadi pintu masuk kuman yang membahayakan ibu dan bayi.
7.    Susui bayi selama ia mau dan berikan ASI secara bergantian pada kedua payudara sehingga
mempertahankan ASI tetap diproduksi seimbang pada kedua payudara.
8.    Bila menghadapi masalah, segera cari bantuan petugas yang memahami tata laksana ASI sehingga
segera mendapatkan.
Gambar: Cara Memegang Payudara Untuk Menyusui
Gambar: Menyusui Yang Benar

Pemecahannya karena bila produksi ASI mengalami penekanan, produksinya akan segera berhenti
dan sulit untuk dirangsang kembali.
9.    Setelah bayi selesai menyusu, sebaiknya putting susu dan sekitarnya dibasahi oleh ASI dan biarkan
kering sendiri untuk menjaga kelembaban.
10.    Setelah menyusui, bila bayi tidak tidur, sendawakan bayi dengan meletakkan bayi telungkup
kemudian punggungnya ditepuk-tepuk secara perlahan atau bayi ditidurkan telungkup dipangkuan
dan tepuk punggung bayi.
ASI ada dalam lambung bayi hingga habis diserap berlangsung dalam 2 jam. Oleh karena itu,
upayakan bayi untuk menyusu lagi setelah 2 jam kemudian. Bayi yang sehat akan menyusu dan
mengosongkan payudara selama 5-7 menit. Komposisi ASI yang tidak terlalu pekat menyebabkan
bayi akan segera merasa lapar dan segera menyusu. Keadaan ini amat menguntungkan karena
dengan sering diisap, produksi ASI akan tetep dipertahankan. Menyusu pada malam hari memacu
produksi ASI menjadi lebih banyak. Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa menyusui pada
malam hari akan menghambat terjadinya ovulasi.
Gambar: Cara Menyendawakan Bayi Setelah Menyusu
( Purwanti S, 2004:52-62)

4)   Teknik menyusui

Ibu perlu memperoleh petunjuk bagaimana mempertemukan mulut bayi dengan puting susu
agar bayi membuka mulut dan mencari lokasi puting susu.

Gambar :Posisi Puting Susu

Ibu kemudian menahan payudara dengan puting susu di antara jari telunjuk dan jari
tengahnya sehingga puting susu menonjol dan bayi dapat menempatkan gusinya pada areola
mamae dan bukan pada puting susu. Cara ini memungkinkan bayi bernapas saat menyusu.

Gambar: Teknik Memberikan ASI

Gambar: Melepaskan Puting dari Isapan Bayi

Pada gambar di atas terlihat bagaimana cara ibu melepaskan puting dari mulut bayi tanpa
menimbulkan rasa sakit. Cara melepaskan dari isapan tersebut adalah dengan meletakkan jari
kelingking ke sudut mulut bayi untuk menghentikan isapan sebelum melepaskan mulut bayi dari
puting susu.

Sebagian kecil bayi membutuhkan tambahan cairan selain ASI pada empat hari pertama, bila
bayi terlihat mengalami dehidrasi, dapat diberikan air dengan sendok setelah pemberian ASI.
Pemberian dengan botol susu harus dihindarkan karena proses pembelajaran bayi untuk menyusu
akan terhenti. (Kumalasari I, 2015:198-199)

5)   Posisi dan Perlekatan Menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang terggolong biasa dilakukan
adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring.
Gambar: Macam-Macam Posisi Menyusui

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu, seperti ibu pascaoperasi caesar.
Bayi diletakkan di samping kepala ibu dengan posisi kaki di atas. Menyusui bayi kembar dilakukan
dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, yaitu di payudara kiri dan kanan. Pada
ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapakan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit meanahan
kepala bayi, sehingga dengan posisi ini bayi tidak tersedak.

Gambar: Posisi menyusui balita pada Gambar: Posisi menyusu bayi baru lahir

Kondisi normal yang benar di ruang perawatan

Gambar: Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar Gambar: Posisi menyusui bayi kembar

di rumah secara bersamaan


6)   Langkah-langkah Menyusui yang Benar

Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar puting,
kemudian duduk dan berbaring dengan santai.

Gambar: Cara meletakkan bayi Gambar: Cara memegang payudara

Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi menyanggah seluruh tubuh bayi, jangan
hanya leher dan bahunya saja. Kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga
hidung bayi berhadapan dengan puting susu. Dekatkan tubuh bayi ke tubuh ibu, menyentuh bibir
bayi ke puting susunya, dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa, sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah
puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu,
mulut bayi terbuka lebar, dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Gambar: Cara merangsang mulut bayi Gambar: Teknik menyusui yang benar

(Saleha S, 2009:34-36)

Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai
berikut.

1.     Bayi tampak tenang.


2.     Badan bayi menempel pada perut ibu.
3.     Mulut bayi terbuka lebar.
4.     Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
5.     Sebagaian areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bawah lebih
banyak yang masuk.

Gambar: Perlekatan benar Gambar:Perlekatan salah

6.     Bayi nampak mengisap dengan ritme perlahan-lahan.


7.     Puting susu tidak terasa nyeri.
8.     Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9.     Kepala bayi agak menengadah. (Saleha S, 2009:36-38)
7)   Posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui
1.    Berbaring miring, posisi ini adalah yang amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila
ibu merasa lelah atau merasakan nyeri.
2.    Duduk penting memberi topangan atau sandaran pada punggung ibu pada posisinya tegak lurus (90
derajat) terhadap pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila diatas tempat
tidur atau dilantai, atau duduk dikursi.
3.    Berbaring miring atau duduk (dengan punggung dan kaki ditopang) akan membantu bentuk
payudara dan memberi ruang untuk menggerakkan bayinya ke posisi yang baik
4.    Badan bayi harus dihadapkan kearah badan ibu dan mulutnya bayi dihadapkan ke putting susu ibu.
Leher bayi harus ditengadahkan.
5.    Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi kepalanya yang agak tengadah dapat
dipertahankan. Posisikan bibir bawah paling sedikit 1,5 cm dari pangkal putting susu, bayi harus
mengulum sebagian besar arkola, bukan hanya ujung putingnya. Hal ini akan memungkinkan bayi
menarik sebagian dari jaringan payudara masuk dalam mulutnya dengan lidah dan rahang bawah.
Bila diposisikan dengan benar, bayi akan membentuk suatu pentil dari jaringan puting susu dan
payudara, dan sinus laktiferus sekarang akan berada didalam rongga mulut bayi.
6.    Bayi harus ditempatkan dekat dengan ibunya dikamar yang sama (rawat gabung, roming-in). Dengan
demikian, ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya. Ibu harus belajar mengenali tanda-tanda
yang menunjukkan bayinya lapar.
7.    Pemberian ASI pada bayi sesering mungkin. Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2 – 3 jam
atau 10 – 12 kali dalam 24 jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, anjurkan ibu untuk memberikan ASI
nya pada bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun selama 2 hari pertama sesudah lahir, beberapa bayi
tidur panjang selama 6 – 8 jam.
8.    Hanya berikan kolostrum dan ASI, makanan lain termasuk air dapat membuat bayi sakit dan
menurunkan persediaan ASI, ibu memproduksi ASI bergantung pada seberapa banyak ASI-nya
diusap oleh bayi.
9.    Hindari susu botol dan dot empeng.
10.    Susu botol dan empeng, membuat bayi bingung dan dapat membuatnya menolak puting ibunya atau
tidak mengisap dengan baik. Mekanisme mengisap botol atau empeng bereda dan mekanisme,
mengisap puting susu pada payudara ibu. Hal ini akan membingungkan bayi. Bila bayi diberi susu
botol atau empeng, ia akan lebih susah belajar mengisap ASI ibunya.(Bahiyatun, 2009:134-135)

2.2 Memfasilitasi Menjadi Orang Tua


Pada seorang wanita, pengalaman melahirkan memberi kontribusi besar membentuk citra
diri dan sebagai seorang ibu. Masa ini disebut sebagai masa peralihan. Menurut Schumacher dan
Meleis (1994), peralihan mengalami perubahan besar, antara lain perubahan identitas peran,
hubungan, kemampuan, dan perilaku. Kondisi yang memengaruhi pengalaman pada masa peralihan
adalah pemahaman, harapan, tingkat pengetahuan, lingkungan, tingkat perencanaan, serta kondisi
fisik dan emosional yang baik.

Kondisi yang memengaruhi pengalaman masa peralihan adalah pemahaman, harapan,


tingkat pengetahuan, lingkungan, tingkat perencanaan, serta kondisi fisik dan emosional yang balk.
Komponen psikologis adaptasi adalah pengalaman suatu orang tua dengan cinta kasih, penentuan
figur sebagai orang tua, memiliki rasa percaya diri, dan perhatian terhadap perkembangan bayi. Nilai
dan kenyamanan ini mencakup sikap terhadap kelembutan dan member perhatian terhadap
kebutuhan bayi.

Klauss dan Kennel menggunakan batasan attachment dan bounding. Kontak ibu dan bayi
segera setelah lahir penting. Kontak (fisik dan psikologis) antara ibu dan bayi yang merupakan modal
awal untuk terbinanya hubungan kasih sayang antara orang tua/ibu dan anak. Attachment adalah
proses penggabungan berdasarkan data dan penerimaan yang tutus dan orang tua terhadap
anaknya dan memberi dukungan asuhan dalam perawatannya. Bounding adalah masa sensitif pada
menit pertama dan beberapa jam setelah kelahiran ketika kontak ibu dan ayah ini menentukan
tumbuh kernbang anak menjadi optimal.

Walker (1992) mengidentifikasi dua kunci komponen definisi sentuhan, yaitu kasih sayang
yang mengikat dan kekhususan dan sesuatu yang abadi dan keterkaitan. Untuk memulai sentuhan:

1.    Kesehatan emosi orang tua


2.    Sistern bantuan sosiaL, mencakup pasangan, teman, dan keluarga
3.    Tingkat kemampuan berkomunikasi dan kernampuan member peralihan (Bahiyatun, 2009:136)
4.    Kedekatan orang tua dan bayi
5.    Orang tua dan bayi sehat

Perilaku orang mempengaruhi kasih sayang. Perilaku yang memfasilitasi meliputi:

1.    Menatap, rnencari ciri khas anak


2.    Kontak mata
3.    Memberi perhatian
4.    Menganggap anak sebagai individu yang unik
5.    Mengganggap anak sebagai anggota keluarga
6.    Memberi senyurnan
7.    Berbicara bernyanyi
8.    Menunjukkan kebanggaan pada anak
9.    Mengajak anak pada acara keluarga
10.    Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak
11.    Bereaksi positif terhadap perilaku anak

Perilaku penghambat meliputi:

1.    Menjauh dan anak, tidak memedulikan kehadirannya, menghindar, menolak untuk menyentuh anak
2.    Tidak menernpatkan anak sebagai anggota keluarga, tidak memberi nama.
3.    Mengganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukainya
4.    Tidak menggenggam jarinya
5.    Terburu-buru dalam menyusui menunjukkan kekecewaan pada anak, tidak berusaha untuk
memenuhi kebutuhannya

Komunikasi antara orang tua dan bayi dapat berupa:

1.    Menyentuh, yang dapat terjadi pada waktu menyusui, memeluk, membuai,

dan mengusap tubuh dengan lembut

2.    Kontak mata, yang dilakukan terus – the nerus face to face (wajah ibu dan
bayi sejajar 20 cm).
3.    Suara. Bentuk respons bayi terhadap suara yang didengarnya.
4.    Bau. Ciri khas bau bayi dan ibunya.
5.    Penyerapan. Umpan-balik yang positif antara orang tua dan bayi untuk komunikasi.
6.    Bioritmik
7.    Timbal-balik dan sinkronisasi. (Bahiyatun, 2009:137)

Tanggung jawab dan tugas orang tua pada anak meliputi menjadi rekan anak, merawat anak,
dan memberi pertahanan. Walaupun orang tua tanggung jawab dan tugasnya dalam menjaga ibu
pada anak meliputi juga harus memiliki pertahanan diri terhadap stress.
Ayah mengalami proses tiga tahapan dalam menyesuaikan diri dengan kelahiran anak, yang
meliputi Tahap I (harapan), Tahap II (kenyataan), dan Tahap III (peralihan menjadi kepala keluarga).
Hubungan ayah bayi merupakan ungkapan yang digunakan untuk penyerapan, kesenangan, dan
ketertarikan
ayah terhadap bayinya (keterikatan). Hubungan ayah bayi yang baik meliputi memberi rangsangan
dengan sentuhan dan kontak mata, berkomunikasi, dan mencari ciri-ciri yang sama dengan dirinya.
Sikap ini menegaskan bahwa bayi itu adalah bayinya.

Secara garis besar anticipatory suidance meliputi hubungan antara ibu dan bayi serta hubungan ibu
dengan orang lain. Bagian ini membahas tentang garis besar dari topik yang terdiri dari instruksi dan
bimbingan (Bahiyatun, 2009:138)

dalam mengantisipasi periode postpartum dan memberi asuhan sepanjang aural postpartum.
Asuhan yang diberikan tidak dapat disamaratakan untuk semua wanita/ibu karena kebutuhan ibu
pada masa postpartum berbeda. Ini berada bahwa masing-masing ibu/wanita harus memberi tahu
bidan mengenai apa yang dibutuhkan agar dapat diberikan asuhan atau instruksi pada saat ibu
merasakan suatu kebutuhan.

1.    Kebutuhan ibu


a.    Perawatan perineum
b.    Perawatan payudara dalam menyusui
c.    Latihan otot-otot perut agar lebih kencang (sit-up, menggetakan dada, latihan otot-otot kaki)
d.   Latihan Kegel
e.    Beraktivitasi olahraga

Pertahanan diri terhadap Stress pada PostPartum

1.    Perasaan sedih


2.    Istirahat cukup
3.    Teknik relaksasi
4.    Melakukan hal yang menyenangkan
5.    Berbicara pada pasangan
f.     Teknik menyusui
g.    Nutrisi
h.    Istirahat
i.      Mandi/berendam dalam bak mandi atau shower apabila lebih disukai
j.      Mencuci rambut sesuai keinginan
k.    Kehorrnatan setelah baby blues
l.      Meminta bantuan bidan bila terjadi demam atau rasa dingin, perdarahan berlebihan, sakit
abdominal, dada berdebar-debar atau sakit terasa panas, edema. (Bahiyatun, 2009:138)

2.    Kebutuhan bayi


a.    Bersendawa
b.    Mandi, termasuk cara mencuci rambut
c.    Mamakai baju, termasuk bagaimana cara berpakaian atau memanipulasi warna pakaian dengan kulit
bayi, bagaimana cara mencari bahan untuk pakaian bayi yang akan digunakan kemudian disesuaikan
dengan suhu tubuh atau keadaan cuaca
d.   Perawatan luka sirkumsisi
e.    Pembersihan dan perawatan penis jika bayi tidak disirkumsisi
f.     Perawatan tali pusat
g.    Bagaimana memeluk dan merawat bayi
h.    Bagaimana mengukur suhu bayi dan membaca termometer Member kedamaian dan ketenangan
pada bayi. Dalam hal ini, perlu memahami dan dari tangisan (lapar, perlu diganti popoknya,
membutuhkan perubahan posisi agar lebih nyaman, kesakitan, perlu kasih sayang, ingin dipeluk dan
gendong, pakaian atau selimut yang terlalu kencang). Rujuk ke bidan jika demam, diare, infeksi
saluran pernapasan tidak mau makan, menangis terus-menerus, warna pernapasan, tidak mau
makan warna kulit kuning.
i.      Imunisasi dalam 2 – 4 minggu
3.      Dengan individu yang lain (sibling, suami, keluarga, KB, hubungan seksual, pembagian tugas dalam
melakukan perawatan bayi. (Bahiyatun, 2009:138-139)

2.3 MEMPERSIAPAKAN PASIEN PULANG

1.  Mengajari ibu tanda-tanda bahaya .Ajarkan ibu jika melihat hal-hal berikut atau perhatian bila ada
sesuatu yang tidak beres, sehingga perlu menemui seorang bidan dengan segera.
a.    Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika
perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut dalam waktu setengah jam)
b.    Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras
c.    Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung
d.   Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan
e.    Pembengkakan pada wajah dan tangan
f.     Demam, muntah, rasa sakit saat berkemih atau merasa fidak enak badan
g.    Payudara merah, panas, dan/atau salt
h.    Kehilangan sclera makan untuk waktu yang lama
i.      Rasa sakit, warn merah, nyeri tekan, dan/atau pembengkakan pada kaki
j.      Merasa sedih atau merasa tidak mampu mengurus diri sendiri dan bayinya
k.    Merasa sangat letih atau napas terengah-engah

2.  Mengajari ibu proses fisiologis masa pascabersalin dan perilaku yang baik pada kondisi tersebut.
a.    Pengeluaran Lokia. Setelah bersalin, rahim berusaha memulihkan keadaannya senthri dengan cara
membersihkan lapisan bagian luar, dan mcmbangun kembali lapisan baru dari dalam. Ketika is
menguras lapisan lama, kotoran tersebut akan keluar melalui vagina seperti saat datang bulan.
Warna dan konsistensinya akan berubah sriring waktu. Jelaskan tentang jumlah dan konsistensi yang
normal dari lokia. Sangat penting menjaga kebersihan, mengganti pembalut secara teratur, dan
menjaga vagina tetap kering dan bersih.
b.    Nyeri setelah kelahiran pada fundus. Mulas terjadi karena rahim berkontraksi agar ia dapat kembali
ke keadaan sebelum hamil. Selain itu, dipengaruhi oleh pemberian obat-obatan dan proses
menyusui. Ada beberapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi rasa nyeri, antara lain:
1)   Cegah agar kandung.kemih tidak penuh (Bahiyatun, 2009:139-140)
2)   Berbaring telungkup dengan sebuah bantal di bawah perut
3)   Mandi, duduk, berjalan-jalan, atau mengubah posisi
4)   Minum parasetamol kira-kira satu jam sebelurn menyusui
5)   Pastikan ibu mengerti bahwa kontraksi ini sangat penting untuk mengendalikan perdarahan
c.    Perineum. vagina dan vulva akan sedikit memerah bengkak, lecet, dan nyeri, mungkin juga terluka.
Selain itu, terasa lebih lembut.
Biasanya akan hilang setelah 1-2 minggu. Tindakan untuk mengurangi rasa nyeri:
1)   Kompres es
2)   Rendam duduk
3)   Latihan Kegel
d.   Hemoroid. Sangat wajar terjadi hemoroid karena tekanan kepala dan upaya meneran. Ada beberapa
hal untuk mengurangi rasa nyeri ini, yaitu:
1)   Rendam duduk
2)   Hindari duduk terlalu lama
3)   Banyak minum dan makan makanan berserat
4)   Bidan dapat rnenggunakan salep Nupercainal
e.    Diuresis/diaforesis. Saat hamil, tubuh menyimpan cairan yang banyak. Setelah lahir, tubuh
membuangnya lewat urine dan keringat. Hal ini terjadi pada minggu pertama pasca bersalin.
Anjurkan ibu untuk tidak menghambat proses ini. Tetaplah minum air putih yang banyak, hindari
menahan berkemih, kenakan pakaian yang menyerap keringat, dan lain-lain.

f.     Bengkak dan pembesaran peyudara. Lakukan beberapa hal berikut.


1)   Kompres hangat payudara dengan kain atau handuk yang dihangatkan, atau mandi air hangat.
2)   Jika bengkak, perah ASI secara manual sebelum memberikannya kepada bayi. (Bahiyatun, 2009:140-
141)
3)   Jika bayi sudah kenyang dan payudara masih penuh, perah susu secara manual.
4)   Gunakan BH /bra yang balk.
5)   jika perlu, minum parasetamol untuk mengurangi rasa sakit.
g.    Hubungan seksual. Dapat dilakukan pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 jika tidak ada perdarahan
dan luka episiotomi sudah sembuh. Untuk mengurangi rasa nyeri, gunakan lubrikasi. Penetrasi penis
harus hati-hati. (Bahiyatun, 2009:141)
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1  KESIMPULAN
Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung
kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun ada
kalanya seorang ibu mengalami masalah pemberian ASI.
Selain memberi ASI orang tua juga harus bertanggung jawab karena tugas orang tua pada
anak meliputi menjadi rekan anak, merawat anak, dan memberi pertahanan. Penjelasan tentang
tanda-tanda bahaya dan proses fisiologis masa pascabersalin juga sangat penting bagi ibu. Dalam hal
ini bidan sangat berperan besar terhadap kesehatan ibu dan bayi, oleh karena itu bidan harus
mampu memberikan asuhan yang baik dan berkualitas untuk ibu dan bayinya.

3.2  SARAN

Diharapkan sebagai tenaga kesehatan mampu memberikan pelayanan yang terampil dan
profesional untuk memberikan asuhan yang baik dan berkualitas pada ibu. Dan mampu memberi
dukungan kepada ibu nifas sehingga masa nifasnya dapat berjalan dengan lancar.

Diposting oleh febrryana ic di 18.24

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

CALENDER
Loading...

Powered by Calendar Labs

jam
website view counter

Mengenai Saya

febrryana ic

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

 ▼  2016 (3)
o ▼  Desember (3)
 TALI PUSAT, PLASENTA, SIRKULASI JANIN
 PERKEMBANGAN ANAK
 membantu ibu untuk mnyusui, memfasilitasi menjadi ...

 ►  2014 (3)

Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai