Anda di halaman 1dari 3

,Rangkuman BAB 2

Arti Historitas, Kebudayaan, dan Konstitusi

Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar benar terjadi dimasa lampau yang
mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan seseorang, institusi, bangsa atau negara
di kemudian hari. Kejadian dan persitiwa masa lampau itu direfleksikan hanya oleh manusia,
tidak oleh mahuk ciptaan lainnya, karena hanya manusia sajalah ciptaan yang disebut mahluk
sejarah, ia juga hidup dalam sejarah dan oleh sejarah.
Sejarah bertalian erat dengan dan terjadi didalam ‘waktu’(tempus), yang dibagi atas
tiga : masa lampau, masa kini, dan waktu yang akan datang. Sebagaimana sejarah adalah
bagian integral dari diri manusia, demikian juga waktu bukanlah sesuatu yang berada diluar
manusia dan sejarahnya. Waktu adalah pengalaman manusia mengenai urutan peristiwa,
lamanya peristiwa terjadi, serta urutan perubahan yang selalu pula terjadi, baik pada manusia
sendiri maupun segala yang mengiringinya.
Selain waktu, kita menemukan bahwa didalam sejarahnya manusia menciptakan
kebudayaan : hasil karya manusia berkat olah pikir, rasa dan karsa. Bersama sejarah,
kebudayaan merupakan ekspresi diri manusia dalam segala dimensi kodratnya sebagai:
mahluk jasmani-rohani, mahluk individu-sosial, dan mahuk personal yang otonom dan
mahluk Tuhan. Sejarah dan kebidayaan mengungkapkan siapa sebenarnya manusia itu.
Setiap negara memliki suatu system pengaturan kehidupan berbangsa dan bernegara
dalam kerangka menciptakan tata tertib diseluruh negeri, kepastian dan kelancaran
pembangunan nasional disegala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Sistem
pengaturan itu diterapkan didalam apa yang disebut sebagai “konstitusi” yang artinya
“menetapkan” dan “menentukan” dan kata benda ketetapan atau ketentuan yang lazim
diterjemahkan dengan Undang-Undang Dasar 1945
Begitu banyak definisi tentang konstitusi, namun dari definisi-definisi terebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa konstitusi adalah:
1. Keseluruhan peraturan-peraturan dasar suatu bangsa, negara atau organisasi politik , baik
yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
2. Berisi ketentuaan-ketentuan yang menetapakan distribusi kekuasaan yang berdaulat pada
unsur, unit dan Lembaga secara horizontal maupun vertical dalam kehidupan yang dimaksus
3. Peraturan-peraturan dasar tersebut mengandung prinsip-prisnip dan norma-norma yang
mendasari kehidupan bersama.
4. Mengatur hak dan kewajiban dari segala unsur yang terlibat dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
5. Menjamin dan melindungi hak-hak tertentu rakyat atau anggotannya.

BAB 3
Landasa Histroris, Kultual dan Konstituional

Landasan historis menekankan aspek historis atau sejarah, sedangkan landasan


kultural menekankan aspek kultural atau budaya, maksudnya bangsa Indonesia mendasarakan
pandangan hidupnya dalam bermasayarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asaa
kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri, bukan pada sebuah produk luar
negri yang diimpor, lalu dijadikan dasar hidup bersama dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sejarah masa purba Indonesia


Zaman suku suku bangsa
Soekarno mengatakan bahwa ia bukan penemu Pancasila; ia hanya menggali kelima
nilai Pancasila itu dari kandungan budaya luhur suku-suku bertebebaran dipersada nusantara
ini. Suku-suku ini memiliki sejarah, pandangan hidup, adat-istiadat, bahasa, agama, dan
karakter masing-masing yang berbeda-beda satu dari yang lain. Masing-masing suku
dipimpin oleh seorang pemimpin, yang lazim disebut kepala suku berdasarkan tata aturan
adat-istiadat yang diwariskan oleh generasi terdahulu. Dalam hal kepercayaan religious,
umumnya kepercayaan mereka adalah aninisme dan dinanisme dengan suatu tradisi
penghormatan tertinggi kepada arwah nenek moyang, yang biasanya dilakukan tata cara adat-
istiadat suku, Dalam pergaulan sosial sehari- hari didalam masyarakat, mereka dikenal ramah,
santun, dan lemah lembut, baik diantara mereka orang sesuku maupun dengan orang berbeda
suku. Hal ini dapat dilihat dalam tutur kata yang halus dan sikap yang sopan terhadap orang
yang lebih tua atau orang asing.
Zaman kerajaan-kerajaan
Sesungguhnya zaman kerjaan sulit untuk ditentukan awal mulanya, sebab hampir disetiap
wilayah terdapat gejala-gejala yang disebut dengan istilah ‘kerajaan’ itu. Namun seturut
catatan sejarah nasional Indonesia, dikatakan bahwa kerajaan pertama yang ada di Indonesia
itu adalah Kerajaan Kutai yang bercorak Hinduis di hulu sungai Mahakam, Kalimantan
Timur, yang berdiri pada abad VI dan VII dua kerajaan yang bercorak Buddhis, yaitu
Kerajaan Melayu di tepi alur sungai Batanghari, Jambi dan Kerajaan Sriwijaya di
Palembang. Dalam konteks pembahasan tentang ‘landasan historis dan kultural Pancasila’,
pokok masalahnya bukan terletak pada kenyataan adanya kerajaan-kerajaan itu an sich,
melainkan pada nilai-nilai budaya yang ada dibalik kenyataan adanya kerajaan-kerajaan itu.
Zaman Penjajahan
Tanpa perlu menilai siapa yang benar dan siapa yang salah dalam masa penjajahan ini, dan
tanpa perlu menghitung dan mengutuk segala tindakan ‘tidak berprikemanusian’ para
penjajah, cukuplah disini kita mencatat suatu kebenaran ini, yaitu bahwa ‘tanpa penjajahan’
tidak akan pernah ada sebuah negara yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang wilayahnya meliputi seluruh wilayah jajahan Belanda tempoe doeloe.

Masa Modern Indonesia: Masa perumusan Pancasila


Pada tahapan masa Indonesia modern, landasan historis Pancasila kita mulai dari
sidang-sidang Badan Dokuritsu Junbi Cosakai (BPUPKI). Badan ini dibentuk oleh
pemerintah pendudukan balatentara Dai Nippon Jepang pad tanggal 29 april 1945, bertepatan
dengan hari jadi Kaisar Hirohito, sebagai upaya untuk mendapatkan simpati dan dukungan
bangsa Indonesia dalam perang pasifik dan Asia Timur. Pembentukan PPKI juga menjadikan
titik balik dimana Indonesia menjadi negara yang bebas dan merdeka dari segala jenis
penjajahan yang ada di tanah air Indonesia
Terasa agak aneh bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia Merdeka, Ideologi
Nasional, dan Dasar dari Hukum Negara dan Dasar dari Konstitusi Negara atau Undang-
Undang Dasar sebagai Hukum Dasar Negara, hendak dicari landasan konstitusionalnya.
Landasan yuridiksi-konstitusional dari keberadaan Pancasila adalah:
1. Pembukaan UUD 1945
2. Pasal 27 “segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecuali.
3. Pasal 30 “ Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara”
4. Pasal 31 “ Tiap tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”

Anda mungkin juga menyukai