Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

KRITIS DENGAN ENCHEPHALITIS

Disusun oleh:

OTI NOVIANTI

433131490120062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA KARAWANG
JL. PANGKAL PERJUANGAN KM. 1 BY PASS KARAWANG 41316
TAHUN 2020/2021
KASUS
Tn. X 58 th dirawat di ICU RSUD
Karawang dengan diagnosa enchepalitis, sejak 3hari yang lalu mengalami
demam, kesadaran, nilai GCS 10, terjadi kejang, tanda-tanda vital: tekanan
darah 188/66mmHg; frekuensi jantung 45 kali/menit; frekuensi pernapasan
dibantu oleh ventilasi mekanis pada 16kali/menit; oksimetri nadi 93%.
Terjadi kaku kuduk. Pemeriksaan dignostik pada saat masuk: CT scan kepala
negatif: tidak ada pendarahan, tidak ada perubahan iskemik awal, tidak ada
pergeseran garis tengah otak atau efek massa, pemindaian dada dan abdomen:
tidak ada yang luar biasa.\

Nilai laboratorium: nilai


laboratorium berikut dalam batas normal: panel metabolik komprehensif
mencakup pemeriksaan panel elektrolit dan fungsi hatiparameter koagulasi:
massa protombin (PT), massa tromboplastin parsial (PTT), rasio normalisasi
internasional (INR); hitung sel darah putih (SDP) dan trombosit. Hitung
darah lengkap (CBC) menunjukkan hemoglobin 8,0 g/100 ml (normal 13-
18mg/100 ml) hematokrit 28% (normal 42-52%).

1. Apa yang dimaksud dengan enchepalitis pada kasus TnX?


Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia, atau virus (Soemarmo,2010).

2. Apa penyebab enchepalitis pada TnX?


Penyebab enchepalitis pada TnX bisa terjadi karena faktor risiko yaitu
kelompok usia lanjut dimana pada usia lanjut sistem kekebalan tubuh
menurun yang menjadikan lebih rentan mengalami enchepalitis. Faktor
risiko juga meningkat ketika orang tersebut tinggal di daerah rawan dan
memiliki banyak kasus radang otak yang disebabkan oleh virus. Selain itu
penyebab enchepalitis juga bisa terjadi ketika terdapat infeksi yang
menembus otak dan menyebabkan otak menjadi meradang. Gejala awal
radang umumnya menyerupai gejala flu ringan seperti demam.

3. Apa bagaimana terjadinya enchepalitis pada Tn X?


Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran pernafasan dan saluran
cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh
tubuh dengan secara local: aliran virus terbatas menginfeksi selaput lendir
permukaan atau organ tertentu, penyebaran hematogen primer: virus
masuk ke dalam darah, kemudian menyebar ke organ dan berkembang
biak di organ tersebut dan menyebar melalui syaraf: virus berkembang
biak di permukaan selaput lender dan menyebar melalui system
persyarafan (Muttaqin, 2008). Setelah terjadi penyebaran ke otak timbul
manifestasi klinis ensefalitis. Masa Prodromal berlangsung selama 1-4 hari
ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorok,
malaise, nyeri ekstremitas dan pucat.

4. Apa komplikasi enchepalitis pada Tn X?


1. Akut

a. Edema Otak

b. SIADH

c. Status Konvulsi

2. Kronik

a. Cerebral Palsy

b. Epilepsy

c. Gangguan visus dan pendengaran


5. Pemeriksaan diagnostik apa saja yang dapat dilakukan pada Tn X?

Pemeriksaan dignostik pada saat masuk: CT scan

6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada Tn X ?

1. Isolasi : Isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan

sebagai tindakan pencegahan.

2. Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur Obat yang mungkin

dianjurkan oleh dokter:

a. Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis

b. Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis

c. Bila encephalitis disebabkan oleh virus, agen antiviral acyclovir

secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas

encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis

30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk

mencegah kekambuhan.

d. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika

secara polifragmasi.

3. Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, manajemen edema otak

a. Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan; jenis dan

jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.

b. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan

untuk menghilangkan edema otak.


c. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan

untuk menghilangkan edema otak.

4. Mengontrol kejang

Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang.

Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.

a. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali

b. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan

dosis yang sama

c. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan

valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.

5. Mempertahankan ventilasi: Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai

kebutuhan (2-3 lt/menit).

6. Penatalaksanaan shock septik

7. Mengontrol perubahan suhu lingkungan

8. Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan

tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan

kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di

atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2

mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau

intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan

antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah

memungkinkan pemberian obat per oral (Erfandi, 2002).


7. Rumuskan diagnosa keperawatan (Definisi, Penyebab, gejala mayor dan

minor)

Nama : Tn X

Usia : 58 Tahun

DATA PROBLEM ETIOLOGI

DS: - Resiko perfusi serebral Keabnormalan masa


DO Minor: tidak efektif protombin dan/atau masa
− Demam tromboplastin parsial
− Kesadaran, nilai GCS 10
− Terjadi kejang
− Tanda-tanda vital: tekanan
darah 188/66mmHg; frekuensi
jantung 45 kali/menit; frekuensi
pernapasan dibantu oleh
ventilasi mekanis pada
16kali/menit; oksimetri nadi
93%
− Terjadi kaku kuduk

DS: - Penurunan kapasitas Edema serebral


DO: adaftif intra kranial
− Kesadaran, nilai GCS 10
− Terjadi kejang
− Tanda-tanda vital: tekanan
darah 188/66mmHg; frekuensi
jantung 45 kali/menit; frekuensi
pernapasan dibantu oleh
ventilasi mekanis pada
16kali/menit; oksimetri nadi
93%
− Terjadi kaku kuduk

DS: - Termoregulasi Tidak Proses penyakit


DO: Efektif mis.infeksi
− Tanda-tanda vital: tekanan
darah 188/66mmHg; frekuensi
pernapasan dibantu oleh
ventilasi mekanis pada
16kali/menit;
− Terjadi kejang

8. Tentukan standar luaran (Definisi, ekspetasi, dan kriteria hasil !


9. Buat intervensi keperawatan (Definisi, tindakan, observasi, terapeutik,
eduksi dan kolaborasi) baik pada kasus di atas !
No.dx Tujuan & KH Rencana
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan Tekanan
keperawatan selama 1x24 jam Intrakarnial (I.06194)
masalah resiko perfusi serebral Tindakan:
tidak efektif pasien meningkat Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
Perfusi serebral [L.02014] (Mis, lesi, gangguan metabolisme,edem
- Tekanan darah sistolik membaik serebral,)
dari cukup memburuk [2] ke 2. Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
sedang [3] ( mis, tekanan darah meningkat, tekanan
- Tekanan darah diastolik nadi melebar,bradikardia,pola napas
membaik dari cukup memburuk ireguler,kesadaran menurun)
[2] ke sedang [3] 3. Monitor MAP (mean arterial preaure)
- Demam menurun dari cukup 4. Monitor CVP ( Central Venous Presuure)
meningkat [2] ke menurun [5] jika perlu
- Tingkat kesadaran menurun 5. Monitor PAWP, jika perlu
dari cukup meningkat [4] ke 6. Monitor PAP, jika perlu
menurun [1] 7. Monitor ICP (Intra cranial presuure)
8. Monitor gelombang ICP
9. Monitor status pernapasan
10. Monitor intake dan autput cairan
11. Monitor cairan serebro-spinalis
(mis,warna,konsistensi

Terapeutik
1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Hindari manuver valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan PEP
6. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
7. Atur ventilator agar PaCO 2 Optimal
8. Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
convulsan , jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis,
jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja , jika
perlu

Pemantauan Tekanan Intrakranial (I.06198)


Tindakan:
Observasi
1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
(mis: lesi menempati ruang, gangguan
metabolisme, edema serebral, peningkatan
tekanan vena, obstruksi aliran cairan
serebrospinal, hipertensi,
intrakranialidiopatik)
2. Monitor peningknatamTD
3. Monitor pelebaran tekanan nadi (selisih
TDS dan TDD)
4. Monitor penurunan frekuensi jantung
5. Monitor ireguleritas irama nafas
6. Monitor penurunan kesadaran
7. Monitor perlambatan atau
ketidaksimetrisan respon pupil
8. Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalam
rentang yang diindikasikan
9. Monitor tekanan perfusi serebral
10. Monitor jumlah, kecepatan dan
karakteristik drainase cairan serebrospinal
11. Monitor epek stimulus lingkungan terhadap
TIK

Terapeutik
1. Ambil sampel drainase cairan serebrospinal
2. Kalibrasi transduser
3. Pertahankan seterilitas sistem pemantauan
4. Pertahankan posisi kepaladan leher netral
5. Bilas sistem pemantauan, jika perlu
6. Atur interval pemantauan sesuai kondisi
pasien
7. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan Tekanan


keperawatan selama 1x24 jam Intrakarnial (I.06194)
masalah kapasitas adaptif Tindakan:
intrakranial pasien meningkat Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
Kapasitas Adaptif Intrakranial (Mis, lesi, gangguan metabolisme,edem
[L.06049] serebral,)
- Tekanan darah membaik dari 2. Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK
cukup memburuk [2] ke sedang ( mis, tekanan darah meningkat, tekanan
[3] nadi melebar,bradikardia,pola napas
- Pola napas membaik dari ireguler,kesadaran menurun)
cukup memburuk [2] ke sedang 3. Monitor MAP (mean arterial preaure)
[3] 4. Monitor CVP ( Central Venous Presuure)
- Respon pupil membaik dari jika perlu
cukup memburuk [2] ke sedang 5. Monitor PAWP, jika perlu
[3] 6. Monitor PAP, jika perlu
- Tingkat kesadaran membaik 7. Monitor ICP (Intra cranial presuure)
dari cukup meburuk [2] ke 8. Monitor gelombang ICP
sedang [3] 9. Monitor status pernapasan
10. Monitor intake dan autput cairan
11. Monitor cairan serebro-spinalis
(mis,warna,konsistensi

Terapeutik
1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Hindari manuver valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan PEP
6. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
7. Atur ventilator agar PaCO 2 Optimal
8. Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
convulsan , jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis,
jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja , jika
perlu

Pemantauan Tekanan Intrakranial (I.06198)


Tindakan:
Observasi
1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
(mis: lesi menempati ruang, gangguan
metabolisme, edema serebral, peningkatan
tekanan vena, obstruksi aliran cairan
serebrospinal, hipertensi,
intrakranialidiopatik)
2. Monitor peningknatamTD
3. Monitor pelebaran tekanan nadi (selisih
TDS dan TDD)
4. Monitor penurunan frekuensi jantung
5. Monitor ireguleritas irama nafas
6. Monitor penurunan kesadaran
7. Monitor perlambatan atau
ketidaksimetrisan respon pupil
8. Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalam
rentang yang diindikasikan
9. Monitor tekanan perfusi serebral
10. Monitor jumlah, kecepatan dan
karakteristik drainase cairan serebrospinal
11. Monitor epek stimulus lingkungan terhadap
TIK

Terapeutik
1. Ambil sampel drainase cairan serebrospinal
2. Kalibrasi transduser
3. Pertahankan seterilitas sistem pemantauan
4. Pertahankan posisi kepaladan leher netral
5. Bilas sistem pemantauan, jika perlu
6. Atur interval pemantauan sesuai kondisi
pasien
7. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Demam (I.03099)
keperawatan selama 1x24 jam
Tindakan:
masalah kapasitas adaptif
Observasi
intrakranial pasien meningkat
1. Monitor tanda-tanda vital (suhu tubuh,
dengan kriteria hasil:
frekuensi nadi, frekuensi nafas, dan tekanan
Termoregulasi [L.14134] darah)
2. Monitor intake dan output cairan
- Suhu tubuh membaik dari
3. Monitor komplikasi demam
cukup memburuk [2] ke
Terapeutik
cukup membaik [4]
1. Tutupi badan dengan selimut atau pakaian
- RR membaik dari cukup
2. Lakukan tapid sponge atau kompres hangat,
memburuk [2] ke cukup
membaik [4] jika perlu
3. Berikan oksigen
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan memperbanyak minum
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intra vena
2. Kolaborasi pemberian antipiretik
3. Kolaborasi pemberian antibiotik

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) NASAL KANUL

NASAL KANUL
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN
Pemberian oksigen dengan konsentrasi rendah 24-40% dengan
kecepatan aliran 2-6 liter/menit
TUJUAN Mencegah atau mengatasi hipoksia

KEBIJAKAN Untuk mengalirkan O2 dengan aliran ringan/rendah,


membutuhkan pernafasan hidung tidak bisa mengalirkan O2
dengan konsentrasi >40%, biasanya 2-3 liter/menit
PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Nasal kanul
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Cairan steril
5. Sumber oksigen dengan flowmeter
6. Plester

PROSEDUR Tahap prainteraksi


PERALATAN
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

Tahap orientasi

1. Memberikan salam dan nama klien


2. Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien

Tahap kerja

1. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya


2. Menjaga privasi
3. Mengkaji adanya tanda-tanda hipoksia dan sekret pada
jalan napas
4. Menentukan kebutuhan oksigen, sesuai dengan program
medis
5. Menyambungkan nasal kanul ke selang oksigen yang
sudah dihumidifikasi
6. Memberikan oksigen dengan kecepatan aliran pada
program medis dan pastikan berfungsi dengan baik:
o Selang tidak tertekuk, sambungan paten
o Ada gelembung udara pada humadifier
o Terasa oksigen keluar dari nasal kanul
o Meletakkan ujung kanul pada lubang hidung
o Mengatur pita elastis atau selang plastik ke kepala
atau ke bawah dagu sampai kanul pas dan
nyaman
o Memberi plester pada kedua sisi wajah
7. Cek kanul setiap 8 jam
8. Mempertahankan level air pada botol humidifier setiap
waktu
9. Mengecek jumlah kecepatan aliran oksigen dan program
terapi setiap 8 jam
10. Mengkaji membran mukosa hidung dari iritasi (pada
nasal kanul) dan memberi jelly untuk melembabkan
membran mukosa jika diperlukan
11. Pada face mask mengkaji kelembaban kulit wajah dari
kekeringan
12. Mengevaluasi respon
13. Rapikan alat-alat

Tahap Terminasi

1. Mengevaluasi klien
2. Memberikan reinforcmen
3. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Cuci tangan
5. Pendokumentasian

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) FACE MASK

FACE MASK
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN
Pemberian oksigen dengan konsentrasi dan kecepatan aliran
lebih dari nasal kanul, yaitu 40-60% pada 5-8 liter/menit
TUJUAN Mencegah atau mengatasi hipoksia

KEBIJAKAN Untuk mengalirkan O2 tingkatan sedang dari hidung dan mulut,


konsentrasi 40-6-%

PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. Face mask, sesuai dengan kebutuhan ukuran klien
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Cairan steril
5. Sumber oksigen dengan flowmeter
6. Pita/tali yang elastis

PROSEDUR Tahap prainteraksi


PERALATAN
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

Tahap orientasi

1. Memberikan salam dan nama klien


2. Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien
Tahap kerja

1. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya


2. Menjaga privasi
3. Mengkaji adanya tanda-tanda hipoksia dan sekret pada
jalan napas
4. Menentukan kebutuhan oksigen, sesuai dengan program
medis
5. Menyambungkan face mask ke selang oksigen yang
sudah dihumidifikasi
6. Memberikan oksigen dengan kecepatan aliran pada
program medis dan pastikan berfungsi dengan baik:
o Selang tidak tertekuk, sambungan paten
o Ada gelembung udara pada humadifier
o Terasa oksigen keluar dari fask mask
o Meletakkan face mask mulai dari hidung ke arah
bawah
o Menyesuaikan masker dengan bentuk wajah
o Mengatur pita elastis di kepala sehingga posisi
masker nyaman
7. Cek face mask setiap 8 jam
8. Mempertahankan level air pada botol humidifier setiap
waktu
9. Mengecek jumlah kecepatan aliran oksigen dan program
terapi setiap 8 jam
10. Mengkaji kelembaban kulit wajh dari kekeringan
11. Mengevaluasi respon
12. Rapikan alat-alat

Tahap Terminasi

1. Mengevaluasi klien
2. Memberikan reinforcmen
3. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Cuci tangan
5. Pendokumentasian

SOP MENGHITUNG KEBUTUHAN CAIRAN

Definisi Penghitungan keseimbangan cairan masuk dan keluar tubuh.


Tujuan Mengetahui status cairan tubuh :

1. Mengetahui jumlah masukan cairan


2. Mengetahui keluaran cairan
3. Mengetahui balance cairan
4. Menentukan kebutuhan cairan
Indikasi Pasien dengan kecendrungan gangguan regulasi cairan
Tahap  Alat tulis
persiapan
(persiapan alat  Gelas ukur urine/urine bag
)
Tahap FASE PRAINTERAKSI
prosedur
pelaksanaan  Mengidentifikasi kebutuhan/ indikasi klien
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat

FASE ORIENTASI

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri


2. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
3. Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan

FASE KERJA

1. Menghitung intake oral (baik di minum maupun kandungan


cairan dalam makanan yang dikonsumsi)
2. Menghitung intake parenteral
3. Menghitung cairan metabolisme (AM)
4. Menghitung out put urine
5. Menghitung out put feses
6. Menghitung out put abnormal (muntah, drain, perdarahan)
7. Menghitung out put IWL (insensible water loss)
8. Menghitung balance cairan

FASE TERMINASI

1. Merapikan klien dan alat


2. Mencuci tangan
3. Mengevaluasi respon klien
4. Mengucapkan salam
5. Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien

Cara menghitung balance cairan yaitu dengan menentukan total jumlah input dan
output dengan memperhatikan air metabolisme (AM), insensible water loss
(IWL), suhu. Kemudian dimasukan kedalam rumus balance cairan dengan
mengurangkan input dan output.

Keterangan :

Air metabolisme (AM) :

Dewasa : AM = 5 cc x kg BB/hari

Anak :

1. Usia balita : 8 cc/kgBB/hari


2. Usia 5-7 tahun : 8-8,5 cc/kgBB/hari
3. Usia 7-11 tahun : 6-7 cc/kgBB/hari
4. Usia 12-14 tahun : 5-6 cc/kgBB/hari

insensible water loss (IWL) Jika Suhu Tubuh Normal

Dewasa : IWL = 15 cc x kg BB

Anak : IWL = 30-usia (tahun) cc x kg BB/hari. Jika anak mengompol


menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari

Jika Terjadi Kenaikan Suhu


IWL = (15 cc x kg BB) + 200 x (suhu-36,8) 36,8 adalah nilai konstanta

Input = jumlah in take + AM

Output = jumlah output + IWL

Balance cairan : input = output


SOP MELAKUKAN KANULASI INTRAVENA (INFUS)

Definisi tekhnik atau cara penusukan jarum (abocat)


melalui transkutan dengan stilet yang tajam dan
menembus kebagian ruang vena yang bertujuan
untuk memasukan cairan atau obat kedalam tubuh
untuk mendapat efek obat yang lebih cepat.
Tujuan 1. untuk memperbaiki kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh seseorang.
2. menyeimbangkan cairan dan elektrolit
tubuh.
3. untuk mempermudah pemberian obat atau
terapi melalui vena, biasanya terapi ini
bersifat emergency atau gawat darurat.

Tahap persiapan A. Persiapan alat

 Cairan Infus sesuai dengan kebutuhan atau


terapi
 Abocath, merupakan jarum yang
diselubungi plastik. Sesuaikan ukuran jarum
abocath ini dengan kebutuhan.
 Set infus, dalam set infus ini terdiri dari
dua bagian yaitu mikrodrip dan makrodrip.
Penggunaan mikrodrip ditujukan untuk
anak-anak dengan tetesan 60 tetes / ml.
Sedangkan untuk makrodrip ditujukan untuk
orang dewasa, yaitu dengan tetesan 20 tetes /
ml.
 Selang Ekstension (Selang Infus)
 Povidone-iodine Swabs, untuk antiseptik.
Bisa juga menggunakan alkohol sebagai
penggantinya.
 Handscoon disposibel, sarung tangan
sebagai pelindung diri, (sarung tangan
bersih, buka steril).
 Tourniquet, Alat untuk mengikat bagian
tubuh, hal ini ditujukan agar pembuluh
darah vena dapat terlihat dengan jelas
 Spalk, umumnya digunakan pada anak-
anak dengan tujuan sebagai penyangga.
 Kasa dan povidone idone (bentuk salep
atau cairan).
 Plester atau hipavik, digunakan untuk
merekatkan abocath agar tida lepas.
 Perlak dan pengalas, untuk menghindari
tempat tidur kotor oleh darah atau cairan
infus.
 Bengkok, digunakan untuk menaruh benda
yang akan dibuang
 Penyangga infusan (Tiang infus).
B. Persiapan pasien

 Monitor K/U atau keadaan umum pasien.


yaitu berupa :
 Kesadaran pasien, Composmentis
(sadar penuh), sopor, coma, dan
sebagainya.
 Tanda-Tanda Vital (Tensi,
Respirasi, Nadi, Suhu)
 Turgor kulit
 Memberi Edukasi atau informasi ke
pasien :
 kapan akan dilakukan pemasangan
infus, dan untuk apa pemasangan infus
tersebut.
 Waktu yang diperlukan untuk
pemasangan infus
 hal-hal yang harus dilakukan ketika
dan setelah pemasangan
 Menjaga lokasi tempat
penusukan, agar tetap bersih.
 pasien tidak boleh mengatur
tetesan infus sendiri.
 tidak boleh mencopot atau
menarik selang infus sendiri.
 bila ada masalah tentang
lokasi penusukan, harus
dibicarakan terhadap petugas
medis.
C. Persiapan perawat
perawat menggunakan sarung
tangan/handscoon bersih
Tahapan prosedur Tahap Pra interaksi
pelaksanaan
 Identifikasi terlebih dahulu pasien dan
kebutuhan pasien, seperti jenis terapi yang
akan diberikan.
 Lakukan Cuci Tangan
 Persiapkan alat yang dibutuhkan, sesuaikan
dengan alat yang ada dilokasi.
Tahap Orientasi

 Berikan salam kepada pasien (Salam


Terapetik), dan panggil pasien dengan
namanya (untuk meningkatkan keakraban).
 Jelaskan tindakan dan prosedur yang akan
diberikan kepada pasien.
 Berikan ijin juga kepada pasien untuk
bertanya.
 Jika pasien menolak untuk diberikan terapi
infus, jelaskan kembali apa dampak yang
akan terjadi jika infus tidak diberikan.
Tahap Kerja

 Terlebih dahulu, anjurkan pasien untuk


memakai baju yang mudah untuk keluar dan
masuknya infus. Yaitu pakaian yang
lengannya lebar.
 Buka set yang steril dengan tekhnik aseptik
 Pastikan untuk melakukan pengecekan
cairan infus, dengan tekhnik 6 benar. Lihat
label nama dengan jelas agar tidak tertukar
dengan infusan yang lainnya.
 Buka Set infus, lalu atur klem (Kunci
infus) dibawah tabung drip setinggi 2
sampai 4 Cm. Pastikan Klem dalam keadaan
Off.
 Selanjutnya, buka tutup botol dan lakukan
desinfektan pada ujung botol yang akan
dihubungkan dengan set infus. Tusukan atau
hubungkan set infus dengan cairan infus
secara hati-hati, dan pastikan set infus
benar-benar masuk.
 Gantungkan Botol infus (Cairan infus)
pada tiang infusan. Lalu isi tabung drip
dengan cairan infus, yaitu dengan cara
menekannya (isi antara 1/3 sampai 1/2 nya
saja)
 Buka klem sepenuhnya (dalam keadaan
On), dan buka juga penutup jarum. Pegang
selang bagian ujung dekat jarum, dan
biarkan air mengalir pada bengkok. Pastikan
tidak ada udara di dalam selang infus,
setelah itu tutup klem kembali (dalam
keadaan Off).
 Sekaran saatnya melakukan penusukan,
jadi pilih abocath yang sesuai dengan ukuran
yang dibutuhkan.
 Atur Posisi pasien senyaman mungkin, dan
tentukan juga pembuluh darah vena yang
akan dilakukan penusukan (umumnya di
tangan, tapi bisa juga diarea lainnya).
 Simpan perlak dan pengalas dibawah
lengan atau area yang akan dilakukan
penusukan.
 Bebaskan area yang akan dilakukan
penusukan (seperti baju, jam tangan dan
sebagainya). Pasang torniquet tepat 10
sampai 15 cm diatas lokasi yang akan
dilakukan penusukan.
 Pakai handscoon untuk melindungi diri
 Bersihkan kulit dengan kapas alkohol atau
dengan povidone-iodone Swabs (pada
bagian yang akan dilakukan penusukan).
Bersihkan secara melingkar dari bagian
dalam keluar.
 Pertahankan pembuluh darah vena pada
posisi yang stabil, atau tidak bergerak
kesana-kesini. Agar lebih mudah melihat
vena di tangan, minta pasien untuk
mengepalkan tangannya, tapi tidak
dikeraskan.
 Pegang abocath dengan sudut kurang lebih
45 derajat, dimana lubang jarum menghadap
keatas. Masukan secara perlahan, dan minta
pasien untuk tarik napas. Untuk mengetahui
apakah abocath masuk, maka akan tampak
keluar darah pada bagian ujung abocath,
tarik mandrin (bagian jarumnya saja, tidak
bagian plastiknya) setinggi 0.5 cm.
 Dorong abocath secara perlahan, lalu tarik
mandrin. Setelah mandrin ditarik, pastikan
menekan area tempat masuknya abocath
(agar darah tidak keluar). Setelah itu
hubungkan antara set infus dengan abocath.
 Lepas Torniquetnya, dan alirkan cairan
infus (buka klem jadi On).
 Fiksasi abocath dengan plester atau
hivapik. Jangan lupa untuk meletakan
desinfektan daerah tusukan dan tutup dengan
kasa.
 Atur tetesan infus sesuai dengan
perencanaan atau program yang telah
ditentukan sebelumnya.
 Setelah selesai lepaskan sarung tengan.
Simpan dalam bengkok untuk dibuang.
Tahap Terminasi

 Evaluasi hasil tindakan, dan tanyakan


respon pasien terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
 Hasilnya didokumnetasikan
 Lakukan kontrak dengan pasien untuk
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
 Membereskan peralatan tindakan.
 Cuci tangan dengan benar (6 langkah cuci
tangan).

Anda mungkin juga menyukai