Meluasnya akses keuangan dapat mengurangi ketimpangan kesejahteraan Pada 2019, tingkat
inklusi keuangan nasional mencapai 76,19 persen atau berhasil melewati target awal yaitu 75
persen.
inklusi keuangan dapat berperan sebagai enabler kelancaran pembiayaan financial support
bagi seluruh lapisan masyarakat dan pelaku usaha. Berbagai upaya telah dilakukan OJK untuk
membuka akses pembiayaan bagi masyarakat dan UMKM di daerah melalui upaya bersinergi
bersama pihak pemerintah daerah maupun Industri Jasa Keuangan melalui berbagai inisiatif
seperti Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD), Badan Wakaf Mikro (BWM), laku
pandai hingga pilot project KUR klaster.
BAGAIMANA PENERAPANNYA?
untuk menurunkan financial exclusion dilakukan dalam dua pendekatan, yaitu secara
komprehensif dengan menyusun suatu strategi nasional seperti Indonesia, Nigeria, Tanzania
atau melalui berbagai program terpisah, misal edukasi keuangan seperti dilakukan oleh
pemerintah Amerika Serikat pasca krisis 2008. Secara umum, pendekatan melalui suatu strategi
nasional mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu penyediaan sarana layanan yang sesuai, penyediaan
produk yang cocok, responsible finance melalui edukasi keuangan dan perlindungan konsumen.
Penerapan keuangan inklusi umumnya bertahap dimulai dengan target yang jelas seperti
melalui penerima bantuan program sosial pemerintah atau pekerja migran (TKI) sebelum secara
perlahan dapat digunakan oleh masyarakat umum.
Strategi keuangan inklusif bukanlah sebuah inisiatif yang terisolasi, sehingga keterlibatan dalam
keuangan inklusif tidak hanya terkait dengan tugas Bank Indonesia, namun juga regulator,
kementerian dan lembaga lainnya dalam upaya pelayanan keuangan kepada masyarakat luas.
Melalui strategi nasional keuangan inklusif diharapkan kolaborasi antar lembaga pemerintah
dan pemangku kepentingan tercipta secara baik dan terstruktur.